M5.TP9.1
Dr. Rosmayana, M.Pd.
Topik 9
A. POPULASI
M5.TP9.2
Dr. Rosmayana, M.Pd.
dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah individu dalam kelompok tidak
mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak terhingga, disebut
populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi
finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang terus-menerus
merupakan populasi infinit. Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi
(Margono, 2004: 118) menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhtumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.
Kaitannya dengan batasan populasi dapat dibedakan berikut ini.
M5.TP9.3
Dr. Rosmayana, M.Pd.
1. Populasi teoretis (teoritical population)
M5.TP9.4
Dr. Rosmayana, M.Pd.
B. SAMPEL.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:
109; Furchan, 2004: 193). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh
Sugiyono (2001: 56) yang menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sebagai bagian dari
pupulasi, maka apa yang dipelajari dari sampel itu juga menggambarkan apa
yang terjadi pada populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul merepresentasikan populasi dari sampel tersebut.
M5.TP9.5
Dr. Rosmayana, M.Pd.
2. Syarat-Syarat Sampel Yang Ideal.
Representatif
Sampel
Miniatur Populasi
M5.TP9.6
Dr. Rosmayana, M.Pd.
terkini akan menjamin pengambilan sampel dapat berjalan sesuai dengan
rencana penelitian yang akan dilaksanakan. Di Negara sedang
berkembang, hasil sensuspun kadang-kadang tidak dapat digunakan
sehingga kalau ada penelitian, peneliti membuat kerangka sampel sendiri
agar dapat saat penelitian tidak dapat mendapat kesulitan
C. TEKNIK SAMPLING
M5.TP9.7
Dr. Rosmayana, M.Pd.
jika tujuan penelitian bukan untuk menguji hipotesis dan tidak melakukan
generalisasi maka dapat digunakan teknik pengambilan sampel non-random.
Random adalah cara mengambil sampel yang memungkinkan semua unit
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai subjek
penelitian. Teknik pengambilan sampel terdiri dari dua jenis, yaitu pengambilan
sampel secara acak (probability/random sampling) dan pengambilan sampel
secara tidak acak (non probability/non random sampling).
1) Melakukan undian,
2) Memakai tabel bilangan random.
3) Memakai paket computer (kalai sudah mempunyai kerangka
sample).
M5.TP9.8
Dr. Rosmayana, M.Pd.
b. Sistematis (systematic random sampling).
M5.TP9.9
Dr. Rosmayana, M.Pd.
pendidikan tinggi. Sehingga kita dalam pengambilan sampel di
masing-masing tingkat pendidikan harus mengacu secara
proposional tergantung dari jumlah keseluruhan masing masing
tingkat pendidikan yang ada.
4) Di dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak
Kelebihan pengambilan sampel secara strata ini adalah semua ciri
yang heterogen di dalam populasi dapat terwakili dan
memungkinkan mencari hubungan atar strata atau
membandingkannya.
M5.TP9.10
Dr. Rosmayana, M.Pd.
provinsi itu, selanjutnya di masing-masing provinsi diacak lagi
kabupaten mana yang akan ditarik sebagai sampel (tahap II). Setelah
kabupaten ditarik, tahap II diacak lagi puskesmas mana yang akan
menjadi sampel penelitian itu.
a. Purposive Sampling
M5.TP9.11
Dr. Rosmayana, M.Pd.
b. Insidental Sampling.
c. Quota Sampling.
d. Besar Sampel.
1) Jenis penelitian.
M5.TP9.12
Dr. Rosmayana, M.Pd.
melakukan generalisasi maka sampel harus representatif terhadap
populasi sehingga perlu memperhatikan besar sampel selain cara
pengambilan sampelnya;
𝑍 𝛼2 ∗ 𝑃(1 − 𝑃)
1− 2
𝑛=
𝑑2
Keterangan :
N = besar sampel minimal
P = proporsi.
D = presisi
𝑍1−𝛼 = berdasarkan derajat kepercayaan yang diinginkan.
Derajat kepercayaan yang sering digunakan adalah
90% nilai 𝑍1−𝛼 adalah 1,64
M5.TP9.13
Dr. Rosmayana, M.Pd.
95% nilai 𝑍1−𝛼 adalah 1,96
99% nilai 𝑍1−𝛼 adalah 2,58
Dengan menggunakan rumusdiatas, nilai P(1-P) akan mencapai
maksimum jika P = 0,5 yang juga berarti jumlah sampel mencapai
maksimum. Jadi jika peneliti tidak mengetahui perkiraan proporsi
pada populasi (belum ada informasi penelitian sebelumnya), maka
dianjurkan untuk menggunakan P = 0,5.
Contoh :
Direktur sebuah rumah sakit ingin mengetahui tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan laboratorium di rumah sakit tersebut.
Berdasarkan informasi dari suvei sebelumnya pada sebuah rumah
sakit diketahui persentase pasien yang tidak puas sebesar 35%.
Berapa jumlah sampel yang dibutuhkan jika Direktur menginginkan
presisi mutlak sebesar 10% pada derajat kepercayaan 95%?
Jawab :
Dengan menggunakan rumus diatas dan nilai p = 0,35, d=0,10 dan
z=1,96 maka diperoleh jumlah sampel minimum adalah: Dengan
menggunakan rumus diatas dan nilai p = 0,35, d=0,10 dan z=1,96
maka diperoleh jumlah sampel minimum adalah:
2
𝑍1−𝛼⁄
∗ 𝑃(1 − 𝑃)
2
𝑛=
𝑑2
1,962 ∗ 0,35(1 − 0,135)
𝑛= = 87,39
0,102
M5.TP9.14
Dr. Rosmayana, M.Pd.
Dalam melakukan estimasi proporsi, ada kalanya peneliti
memerlukan presisi relatif seperti 10% P bukan 10% angka mutlak.
Sebagai contoh, jika proporsi pasien yang puas terhadap
pelayanan farmasi pada populasi adalah 70%, dengan pendekatan
presisi mutlak 10% dan derajat kepercayaan 95% maka 95% dari
sampel yang diambil akan menghasilkan cakupan sebesar 60—
80%.
Dengan menyelesaikan persamaan tersebut, diperoleh
rumus untuk menghitung besar sampel dengan presisi relatif
sebagai berikut.
2 (1 − 𝑃)
𝑛 = 𝑍1−𝛼⁄ 2 𝜀 2𝑃
Contoh :
Seorang peneliti ingin mengetahui gambaran masyarakat yang
melakukan pengobatan sendiri pada keluhan demam.Dari survei di
Indonesia, diketahui bahwa persentase masyarakat yang
mengobati sendiri ketika demam adalah 60%. Berapa jumlah
sampel yang diperlukan jika peneliti mengharapkan derajat
kepercayaan 95% dan presisi relatif 10%?
Jawab :
Dengan menggunakan rumus jumlah sampel dapat dihitung
berdasarkan isian P=0,60, ϵ=0,10, dan Z=1,96, maka:
2 (1 − 𝑃)
𝑛 = 𝑍1−𝛼⁄ 2 𝜀 2𝑃
(1 − 0,60)
𝑛 = 1,962 = 256,08
0,102 ∗ 0,60
M5.TP9.15
Dr. Rosmayana, M.Pd.
3) Besar Sampel untuk Estimasi Rata-rata.
2
𝑍1−𝛼⁄
∗ 𝜎2
2
𝑛=
𝑑2
1,962 ∗ 502
𝑛= = 24,01
202
Jadi dibutuhkan sampel sebanyak 25 tablet.
M5.TP9.16
Dr. Rosmayana, M.Pd.
𝑍𝛼2 ∗ 𝑝 ∗ 𝑞
2
𝑛=
𝑑2
Keterangan
N = jumlah sampel
𝑍𝛼 = nilai z pada alpha tertentu, misal 0,05 maka zα/2=1,96
2
p = proporsi populasi dengan masalah tertentu.
q = 1–p
d = tingkat presisi.
Contoh:
Seorang peneliti ingin melakukan survei kepuasan pasien rawat
inap terhadap layanan Instalasi Farmasi di RS X. Dari studi yang
lalu diketahui bahwa hanya 60% yang puas terhadap layanan
tersebut. Berdasarkan proporsi itu, berapakah besar sample yang
dibutuhkan jika presisi=10% dan derajat kepercayaan=95% ?
Jawab:
𝑍𝛼 = 1,96; P = 0,60; d = 0,10
2
M5.TP9.17
Dr. Rosmayana, M.Pd.
Latihan
M5.TP9.18
Dr. Rosmayana, M.Pd.