Anda di halaman 1dari 14

A.

Populasi dan Sampel


1. Pengertian Populasi
Populasi adalah generalisasi yang erdiri dari obyek/subyek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Itulah definisi populasi dalam penelitian.
Populasi disini maksudnya bukan hanya orang atau makhluk hidup akan tetapi
juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang
ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua
karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut.

Pengetian populasi menurut para ahli adalah sebagai berikut;


a. Ismiyanto: populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang
dapat berupa orang, benda, suatu hal yang didalamnya dapat diperoleh informasi data
penelitian.
b. Arikunto : populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wialayah penelitian, maka penelitiannya
adalah penelitian populasi.
c. Sugiyono : populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.

Dari sekian pendapat para ahli dapat kita simpulkan bahwa populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Yang dimaksud dengan populasi disini adalah tidak hanya
tepaku pada makhluk hidup, akan tetapi juga semua obyek penelitian yang dapat
diteliti. Populasi tak hanya meliputi jumlah obyek yang diteliti akan tetapi meliputi
semua karakteristik serta sifat-sifat yang mewakili obyek tersebut.

2. Pengertian sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, atau pun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu sehingga dapat mewakili populasi nya. Jika populasi nya besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan
adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti
dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari
populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili.

Sedangkan sampel menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut :


a. Arikunto : sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita
hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel.
b. Sudjana dan Ibrahim : menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi
terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.
Dari kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa sampel merupakan sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Atau sampel juga bisa
disebut sebagai bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu yang dapat mewakili populasi nya. Sampel digunakan jika populasi yang
diteliti besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala
tersebut dapat terjadi karena keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang dimiliki
peneliti. Sampel yang akan digunakan dari populasi haruslah benar-benar dapat
mewakili populasi yang diteliti.

C.Menentukan Ukuran Sampel


Menurut Margono (2004: 128-130) penentuan sampel perlu memperhatikan sifat dan
penyebaran populasi. Berkenaan hal itu, dikenal beberapa kemungkinan dalam menetapkan
sampel dari suatu populasi berikut ini:
1. Sampel Proporsional
Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari
beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain unit sampling
pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan unit sampling dalam setiap
subpopulasi, misalnya, penelitian dengan menggunakan murid SLTA Negeri sebagai
unit sampling yang terdiri dari 3.000 murid SMA Negeri dan 1.500 murid STM
Negeri. Dengan demikian perbandingan subpopulasi adalah 2:1. Dari populasi itu
akan diambil sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap subpopulasi, maka
harus diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 murid STM Negeri sebagai
sampel.
2. Area Sampel
Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel. Perbedaannya
terletak pada subpopulasi yang ditetapkan berdasarkan daerah penyebaran populasi
yang hendak diteliti. Perbandingan besarnya sub populasi menurut daerah penelitian
dijadikan dasar dalam menentukan ukuran setiap sub sampel. Misalnya, penelitian
yang menggunakan guru SMP Negeri sebagai unit sampling yang tersebar pada lima
kota kabupaten. Setiap kabupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300,
200 dan A B C G H I M N O D E F J K L Sampel Pertama Pilihan A Pilihan B
Pilihan C Pilihan E Pilihan H 100. Melihat populasi seperti itu, maka
perbandingannya adalah 5:4:3:2:1. Jumlah sampel yang akan diambil 150. Dengan
demikian dari setiap kabupaten harus diambil sampel sebesar 50, 40. 30, 20 dan 10
orang guru.
3. Sampel Ganda
Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud
menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak masuk
seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih banyak
dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu dilakukan terutama
apabila alat pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang
dikirimkan melalui pos. Dengan mengirim dua set kuesioner pada dua unit sampling
yang memiliki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan
dikembalikan, sehingga jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan terpenuhi.
4. Sampel Majemuk (multiple samples)
Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda. Pengambilan
sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki kesamaan dengan unit
sampling yang pertama. Dengan sampel multiple ini kemungkinan masuknya data
sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan tidak diragukan lagi. Penarikan sampel
majemuk ini hanya dapat dilakukan apabila jumlah populasi cukup besar.
Margono (2004: 130) menyatakan bahwa dalam setiap penelitian, populasi
yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Dalam
penelitian fertilitas misalnya. Suatu sampel biasanya dipilih dari populasi wanita usia
subur (umur 15-49 tahun) yang pernah kawin. Dalam penelitian tenaga kerja dipilih
populasi peduduk usia kerja; dalam penelitian transmigrasi, para transmigran yang
menjadi populasi sasaran; dan dalam penelitian memakai alat kontrasepsi, para
akseptor yang menjadi sasaran peneliti.
Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling. Unsur
sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame).
Kerangka sampling ialah daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling.
Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah penduduk, jumlah
bangunan, mungkin pula sebuah peta yang unit-unitnya tergambar secara jelas.
Sebuah kerangka sampling yang baik, menurut Margono (2004: 131) harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang tertinggal).
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali;
3. Harus up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga (siapa-siapa
yang menjadi anggota rumah tangga);
5. Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat beberapa desa
dengan nama yang sama.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin besar jumlah
sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan
generalisasi (diberilakukan umum). Jadi pada dasarnya tidak ada anggota yang paling tepat
tergantung tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat kepercayaan yang dikehendaki
sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga. Rumus untuk menghitung ukuran
sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :

S=
x² dengan dk = 1 Rafar kesalahan 1%, 5%, 10%
P = C3 = 0,5 d = 0,05 s = jumlah sampe
Contoh Menentukan Ukuran Populasi Penelitian dilakukan pada karyawan suatu
perusahaan. Dimana karyawan tersebut dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan yaitu
lulusan S1 = 50, sarjana muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 ( populasi berstrata ).
Jumlah populasi = 1000 karyawan, tingkat kesalahan yang dikenhendaki 5%, maka jumlah
sampelnya = 258 orang.
Tingkat pedidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi jumlah sampel
untuk :
S1 = 50 1000 𝑥 258 = 13,9 = 14 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
SM = 300 1000 𝑥 258 = 83,40 = 83 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
Smk = 500 1000 𝑥 258 = 139,00 = 139 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
Smp = 50 1000 𝑥 258 = 13,90 = 14 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
SD = 100 1000 𝑥 258 = 1,7,80 = 28 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
Jadi Jumlah Sampel = 14 + 18+139+28+14=258 orang

D. Rancangan Eksperimen
Ada yang mengklasifikasikan desain penelitian eksperimen ini dari banyaknya grup
yang digunakan (Creswell (2012) adapula yang mengklasifikasikan desain penelitian
eksperimen ini berdasarkan tingkat kekuatannya (Johnson & Christensen (2014).
Berdasarkan banyaknya grup yang digunakan, Creswell membaginya menjadi 2 bentuk
desain eksperimen;
1. Between Group Subject Design, dan

2. Within group subject design.

Sementara menurut tingkat kekuatannya, Johnson & Christensen, membaginya


menjadi 3 bentuk desain penelitian eksperimen;
1. Weak experimental research design

2. Strong experimental research design

3. Quasi experimental research design

Weak experimental research design merupakan desain yang lemah karena desain ini
tidak mengontrol banyak variabel asing yang berpotensi membingungkan, bentuk dalam
desain ini adalah Pre Experimental Design (saya bahas di paragraf terakhir).
Adapun Strong Experimental Research Design merupakan desain penelitian
eksperimental yang kuat di mana pengaruh variabel asing yang mengganggu telah dikontrol,
bentuk desain ini adalah True Experimental Design.
Definisi Desain Penelitian Eksperimen
Sekaran & Bougie (2016) mengemukakan bahwa desain mengacu pada bagaimana
mengumpulkan data, menganalisis, menafsirkan, kemudian memberikan jawaban atas
masalah.
Creswell (2011) mendefinisikan desain sebagai prosedur khusus yang terlibat dalam proses
penelitian, meliputi; pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan.
McMillan (2010) mendefinisikan desain penelitian sebagai rencana dan struktur penyelidikan
yang digunkana untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab penelitian.
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa desain penelitian
merupakan kerangka kerja sistematis yang digunakan untuk melaksanakan penelitian.

Penelitian Eksperimen Berdasarkan Banyaknya Grup


Klasifikasi yang pertama ini dikemukakan oleh Creswell (2012) bahwa penelitian
eksperimen secara umum terbagi ke dalam dua jenis, yaitu Between Group Design dan
Within Gorup Design.
1. Desain Penelitian Eksperimen dengan Between Group Design

Between Group Design, desain ini merupakan desain eksperimen di mana peneliti
membandingkan dua kelompok atau lebih. Di dalam desain Between Group Design,
kelompok bisa dibentuk secara random assingment atau menggunakan kelompok yang sudah
ada tanpa melakukan prosedur random assignmen.

Berdasarkan Gambar tersebut, menunjukkan bahwa dalam prosedur random assignment


peneliti dengan sengaja membentuk kelompok secara acak dari sampel yang telah terkumpul.
Misalnya gini:
Saya hendak melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran A dan metode
pembelajaran B pada kelas X di sebuah SMA. Jumlah kelas X di sekolah yang bersangkutan
terdiri dari 3 kelas dengan masing-masing kelas terdiri dari 30 orang siswa.
Jika saya melakukan prosedur random assignment, maka ke 90 siswa kelas X (lingkaran A)
tersebut akan saya undi ulang untuk menentukan siswa mana yang masuk ke kelas treatmen
A (lingkaran B1) dan siswa mana yang masuk ke kelas treatment B (lingkaran B2).
Ada beberapa jenis desain yang termasuk ke dalam kelompok Between Subject
Design ini, sebagai berikut.
1. True Experiment

Desain True Experiment atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan eksperimen
sebenarnya. merupakan desain eksperimen yang paling ketat dan kuat karena peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen dengan demikian
validitas internal (Kualitas rancangan pelaksaan penelitian) dapat menjadi tinggi. dalam
penelitian true experiment subjek penelitian dipilih secara random.
Tujuan dilakukannya Random assignment ini supaya ancaman terhadap validitas
internal tidak muncul.
Adanya random assignment diharapkan agar anggota kelompok eksperimen maupun
kelompok pembanding tidak terpengaruh akan status mereka
Menurut Creswell (2012) desain penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu;
1. Pre and Posttest Design

Terdapat dua kelompok yang di pilih secara random, awal kelompok eksperimental
diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali
dengan pratest, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali
(posttest).
Contoh : siswa di pilih secara random kemudian (R) diukur terlebih dahulu prestasinya
kemudian setenha siswa menggunakan media pembelajaran pada mapel biologi (01)
dan setengahnya tidak menggunakan metode pembelajaran (02) setelah beberapa bulan
di ukur lagi prestasinya. Apabila tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka
penggunaan media pembelajaran pada bidang biologi tidak terlalu berpengaruh
2. Posttest-Only Design.
Pada rancangan ini, ada kelompok eksperimen dan ada kelompok kontrol.Pada
kelompok eksperimen dikenai perlakuan X1 dan pada kelompok kontrol tidak dikenai
perlakuan.Dan pada akhir penelitian kedua kelompok dikenai posttest.
Contoh :
Trdapat dua kelompok siswa yang di pilih secara random (R). Kelopok pertama di
beri perlakuan (X) yakni di kelompok tersebut menerima ppelajaran di kelas berAC (01),
sedangkan pada kelompok 2 tidak pada kelas ber AC(02). Aabila terdapat perbedaan yang
signifikan berarti ruangan ber Ac ini sangat memberi pengaruh terhadap prestasi belajar
2.Quasi Experiment
Desain ini merupakan kebalikan penelitian true experiment, bedanya dalam desain Quasi
experiment, peneliti menggunakan kelompok yang sudah ada dan tidak melakukan randomize
assignment (membentuk kelompok secara acak).
Quasi eksperimen dilakukan karena secara umum dalam dunia nyata desain true experiment
sulit dilakukan karena terbentur dengan situasi dan kondisi.
Pada dunia pendidikan misalnya, desain true experiment cenderung sulit dilakukan karena
akan sangat sulit membuat kelas buatan secara random assignment karena akan terbentur
dengan aturan dan agenda sekolah.
Menurut Creswell (2012) desain Quasi eksperimen ini secara umum sama dengan true
experiment, yaitu;
1. Pre and Posttest Group Design/ The Non-Equivalent Control Group

2. Posttest-Only Group Design

Perbedaannya hanya terletak pada pemilihan subjek yang tidak dilakukan secara random
assignment (dalam Quasi Eksperimen subjek dipilih langsung oleh peneliti).
Sementara itu, Johnson & Christensen (2014) menambahkan Times series design dan non-
Equivalent Comparison-Group Design dalam desain quasi eksperimen.
Sebenarnya non-Equivalent Comparison-Group Design ini mirip dengan Pre and Posttest
Group Design, hanya saja dalam non-Equivalent comparison-group, masing-masing
kelompok diberi treatment yang berbeda.
Perhatikan Gambar.

3.Factorial Design
Desain faktorial digunakan jika peneliti mengambil lebih dari dua variabel bebas yang akan
dijadikan sebagai perlakuan dan masih harus ditinjau lagi dari aspek lain sehingga desainnya
akan menjadi desain faktorial.
Factorial Design sering disebut dengan pola F pada prinsipnya sama dengan Treatment by
Level Designs (T-L).
Misalnya;
Peneliti merasa belum cukup hanya meneliti perbedaan dua metode mengajar, dan ingin
meninjau masing-masing metode mengajar dilihat dari tiga level motivasi belajar; sedang,
dan rendah, desainnya menjadi desain faktorial 2 X 3.
Maka desain faktorial untuk desain faktorial di atas, adalah sebagai berikut.
Level (B) Treatment (A)/ A1 Treatment (A)/ A2
Rendah (B1) A1B1 A2B1
Sedang (B2) A1B2 A2B2
Tinggi (B3) A1B3 A2B3
Di dalam desain faktorial ini peneliti dapat melihat tiga pengaruh, yaitu:
1. Main effect (efek utama) A; perbandingan A1 & A2

2. Simple effect (efek sederhana) A; A1B1 dibanding A2B1, A1B2 dibanding A2B2,
serta A1B3 dibanding A2B3.

3. Interaction effect (efek interaksi) A x B terhadap variabel dependen

lalu desain faktorial ini masuk ke dalam True experiment atau quasi experiment?
Sebenarnya jawabannya masih debatable.
Tapi kalau dilihat dari situasi dan kondisinya saya pikir desain faktorial ini bisa masuk ke
dalam true experiment atau quasi experiment, tergantung pada penentuan subjeknya; apakah
dilakukan dengan prosedur random assignment atau tidak.
Desain Penelitian Eksperimen dengan Within Group Design
Apabila jumlah subjek terbatas dan tidak memungkinkan melibatkan lebih dari satu
kelompok, sehingga peneliti terpaksa harus menggunakan satu kelompok saja, maka
penggunaan Within Group Design merupakan pilihan yang tepat.
Pada praktik penggunaan desain within group design ini peneliti hanya mengukur perubahan
yang terjadi pada satu kelompok subjek saja.
Perhatikan Gambar berikut.
Berdasarkan Gambar tersebut, jadi peneliti membandingkan dampak dari ketiga treatment
tersebut terhadap variabel dependen pada satu kelompok subjek.
Misalnya gini:
Seorang peneliti ingin membandingkan pengaruh model pembelajaran A, B, dan C, terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Melalui desain ini, peneliti akan mengujicobakan ketiga
model pembelajaran dalam subjek yang sama untuk kemudian dilihat model mana yang
paling tinggi pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Within Group Design terdiri dari tiga jenis, yang terdiri:
1. Time Series Experiment

Di dalam bahasa Indonesia, desain ini disebut juga sebagai desain deret waktu, desain ini
merupakan alternatif ketika peneliti hanya mempunyai akses kepada satu subjek namun
memiliki keleluasaan waktu untuk mempelajari selama periode waktu tertentu.
Desain seri waktu terdiri dari mempelajari satu kelompok dari waktu ke waktu, dengan
beberapa pengukuran pretest dan posttest atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
Desain ini relatif mudah dilakukan karena desain ini tidak memerlukan akses ke sejumlah
besar peserta, artinya hanya membutuhkan satu kelompok untuk penelitian.
Desain deret waktu terbagi menjadi dua desain, yaitu Interrupted Time Series Design dan
Equivalent Time Series Design.
Johnson dan Christensen (2014) mengemukakan bahwa interrupted time series design
dikategorikan ke dalam desain quasi eksperimen.
Perhatikan Gambar Berikut.
Dalam pelaksanaan rancangan ini sebelum diberikan perlakuan pada subjek, terlebih dahulu
dilakukan beberapa kali observasi terhadap subjek, sehingga dapat diketahui kecenderungan
kelompok. Sesudah itu baru diberikan perlakuan.
Setelah semua perlakuan selesai, baru dilakukan tes (observasi) dengan menggunakan
instrumen yang sama dengan yang dilakukan sebelum perlakuan. Selanjutnya, untuk
mengetahui kecenderungan subjek penelitian sesudah perlakuan juga dilaksanakan beberapa
kali observasi.
Equivalent Time Series Design

Dalam desain equivalent time series design, perlakuan diperkenalkan bukan satu kali
melainkan berulang kali dengan diselingi adanya periode yang tidak diberi perlakuan.
Salah satu keuntungan Equivalent Time Series Design, yaitu peneliti dapat meniadakan bias,
walaupun kelompok kontrol tidak ada. Hal itu dimungkinkan karena pada periode tertentu
perlakuan tidak diberikan. Kelemahan dari rancangan ini yaitu validitas eksternal tidak dapat
dikontrol oleh peneliti.
Pada beberapa referensi lain, Equivalent time series design ini disebut juga dengan nama The
Equivalent Time Samples Design. Selain itu, desain ini juga termasuk ke dalam kategori
quasi eksperimen.
Perbedaan antara interrupted time series design dan equivalent time series design terletak
pada treatment yang dilakukan.
2. Repeated Measures Experiment Design

Di dalam desain tindakan berulang, semua peserta dalam satu kelompok berpartisipasi dalam
semua perlakuan eksperimental dengan masing-masing kelompok menjadi kontrol sendiri.
Peneliti membandingkan kinerja grup di bawah satu perlakuan eksperimental dengan
kinerjanya di bawah perlakuan eksperimental lain.
Setelah peneliti memilih peserta, selanjutnya peneliti akan memutuskan perlakuan
eksperimental yang berbeda untuk menentukan efek masing-masing pada satu atau lebih
hasil.
Ukuran hasil atau obeservasi akan mengiktui perlakuan eksperimental pertama, dan
kemudian ukuran hasil kedua diambil setelah perlakuan eksperimen kedua. Selanjutnya
variasi dalam ukuran hasil kemudian dinilai untuk dilihat perbedaan antar-perlakuannya.
Pada beberapa referensi lain, repeated measures design masuk ke dalam penelitian dengan
format true experiment. Selain itu, menurut Johnson & Christensen, desain ini bisa dilakukan
dalam format Between ataupun Within subject.
3. Single Subject Experiment

Penelitian subjek tunggal bisa disebut juga (N of 1 Research), merupakan eksperimen yang
dilakukan terhadap subjek tunggal. Di dalam eksperimen ini, subjek atau pasrtisipannya
bersifat tunggal (bisa satu, dua orang atau lebih).
Hasil eksperimen single subject ini disajikan dan dianlisis berdasarkan subjek secara
individual.
Rosnow & Rosenthal (1999) mengemukakan bahwa desain subjek tunggal (single subject
design) merupakan penelitian yang fokus pada individu sebagai sampel penelitian.
Perbandingan tidak dilakukan antar-individu maupun kelompok, tetapi dibandingkan pada
subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda dan yang dimaksud kondisi di sini adalah
kondisi baseline dan kondisi eksperimen.
Baseline adalah kondisi di mana pengukuran target berhavior dilakukan pada keadaan natural
sebelum diberikan intervensi (treatment) apapun.
Sementara itu, kondisi eksperimen adalah kondisi di mana suatu intervensi (treatment) telah
diberikan dan target behavior diukur di bawah kondisi tersebut.
Desain ini terbagi menjadi tiga jenis, sebagai berikut.
 A/B Design, terdiri dari mengamati dan mengukur perilaku selama periode
percobaan (A), melakukan intervensi, dan mengamati dan mengukur perilaku
setelah intervensi (B).

 A/B/A Design, desain ini merupakan variasi dari desain A/B design. desain ini
disebut juga desain pembalikan, di mana peneliti menetapkan perilaku garis dasar,
mengelola intervensi, dan kemudian menarik intervensi dan menentukan apakah
perilaku tersebut kembali ke tingkat garis dasar.

 Multiple Baseline Design, dalam desain ini, masing-masing peserta menerima


perlakuan eksperimental pada waktu yang berbeda. Peneliti memilih desain ini
ketika treatment tidak dapat dibalik dengan berbagai alasan.

 Alternating Treatment Design, adalah desain subjek tunggal di mana peneliti


meneliti efek relatif dari dua intervensi atau lebih dan menentukan intervensi mana
yang merupakan pengobatan yang lebih efektif.
Desain Penelitian Eksperimen Berdasarkan Tingkat Kekuatanya
Weak experimental research design
Weak experimental research design merupakan desain yang lemah karena desain ini tidak
mengontrol banyak variabel asing yang berpotensi membingungkan, bentuk dalam desain ini
adalah Pre Experimental Design
Pre Experimental Design
Penelitian pre-eksperimen atau pre-experimental designs merupakan rancangan penelitian
yang belum dikategorikan sebagai eskperimen sungguhan.
Hal tersebut karena pada rancangan ini belum dilakukan pengambilan sampel secara acak
atau random serta tidak dilakukan kontrol yang cukup terhadap variabel penganggu yang
dapat mempengaruhi variabel terikat.
Beberapa desain yang termasuk pada desain pre experimental, meliput:
1. The One Shoot Case Study

Johnson & Christensen (2014) menyebut desain ini dengan nama One-Group Posttes Only-
Design, atau beberapa peneliti Indonesia menyebutnya Desain sekali Tes.
Rancangan ini hanya melibatkan satu kelompok atau kejadian pada periode waktu tertentu.
Dengan demikian, tidak ada kelompok kontrol sebagai bandingan dari kelompok eksperimen.
Perlakuan diberikan pada permulaan dan kemudian untuk mengetahui seberapa jauh hasilnya
dilaksanakan pengukuran pada akhir kegiatan atau kejadian.
Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Contoh :
Pengaruh penerapan model pembelajaran STAD (X) terhadap prestasi siswa di sekolah A
((0)jadi pada proses pembelajaran akan di terapkan model STAD terhadfapt kelompok siswa,
kemudian setelah itu di ukur prestasi belajarnya
2. The One Group Pretest-Posttest Design

Rancangan ini terdiri dari satu kelompok (tidak ada kelompok kontrol), sedangkan proses
penelitiannya dilaksanakan dalam tiga tahap.
Selisish antara pretest dan posttest diasumsikan sebagai hasil dari perlakuan (treatment).
Perhatikan Gambar berikut.
Contoh :
Dalam sebuah kelompok diberikan test terlebih dahulu kemudian di terapkan metode
pembelajaran STAD setelah itu di berikan test lagi. Sehinmgga nanti akan terlihat jelas antara
sebelum dilakukan perlakuan dengan sebelum di lakukan perlakuan. (02-01)
3. The Static Group Comparison Design

Oleh Johnson & Christensen (2014), desain ini disebut dengan The posttest-only design with
non-equivalent groups. Pada dasarnya rancangan ini menggunakan dua kelompok, namun
pemilihan kedua kelompok itu, bukan secara random.
Di samping itu perlakuan hanya diberikan pada salah satu kelompok, desain ini juga hanya
memberlakukan posttest saja, kendati demikian karena rancangan ini menggunakan
kelompok kontrol, maka beberapa faktor yang memengaruhi validitas internal dapat
dikontrol.
Perhatikan Gambar berikut, biar mudah memahaminya.

Di lihat dari desainnya dalam The Static Group Comparison Design ini, pada tahap akhir
peneliti akan mengomparasi hasil posttest antar-kedua kelas. Sehingga diketahui treatment
mana yang lebih efektif dalam mempengaruhi variabel dependen.
Strong Experimental Research design
Adapun Strong Experimental Research Design merupakan desain penelitian eksperimental
yang kuat di mana pengaruh variabel asing yang mengganggu telah dikontrol, bentuk desain
ini adalah True Experimental Design.
Quasi Experimental Research design
Sudah dijelaskan diatas
DAFTAR PUSTAKA

Campbell DT, Stanley JC (1963). Experimental and quasi-experimental designs for research.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2000). Research Method in Education.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research.
Fraenkel,J.R & Wallen, N.E (2012). How to Design and Evaluate Research in Education.
Garaika, dan Darmanah. 2019. Metodologi Penelitian, Lampung: CV HIRA TEACH.
Gravetter, F. J., & Forzano, L.-A. B. (2012). Research Method: For The Behavioral Science.
Johnson & Christensen (2014). Educational Research.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
McMillan, J.H. & Schumacher, S. (2010). Research in Education.
Rosnow, R. L., & Rosenthal, R. (1999). Beginning behavioral research: A conceptual primer.
Yusuf, M., A., (2017). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Gabungan.

Anda mungkin juga menyukai