Anda di halaman 1dari 11

NUR FAUZIAH MUSFIRA

(200903502163)
KELAS G

TUGAS PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN


TUGAS I

A. PEMILIHAN SAMPEL

1. ALASAN PEMILIHAN SAMPEL


Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih,
(tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:
a. Meneliti air sungai
b. Mencicipi rasa makanan didapur
c. Mencicipi duku yang hendak dibeli
Pengambilan sampel dalam statistika diperlukan dengan alasan antara lain:
a. Tidak mungkin mengamati seluruh objek yang akan diselidiki, misalnya dengan
alasan biaya, tenaga dan waktu.
b. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
c. Lebih cepat dan lebih mudah.
d. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
e. Dapat ditangani lebih teliti.
f. Pengamatan terhadap seluruh populasi dihawatirkan dapat merusak populasi itu
Misalnya ingin mengetahui rasa sekarung duku dengan merasakan seluruh duku
yang ada tersebut tentunya akan sangat merugikan.
2. KARAKTERISTIK SAMPEL YANG BAIK
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel,
yaitu representatif (dapat mewakili karakteristik populasi) dan besamya memadai
(Atherton. dan Clemmack, 1982 dalam Busnawir). Dikatakan representatif apabila ciri-
ciri sampel sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi. Dengan sampel yang
representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang
dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian sampel dapat berlaku
bagi populasi. Sebagaimana yang dikemukakan Vockel & Asher (1995) dalam Setyosari
(2007:143), “the sample must be representative of the population about which we wish
to make generalizations”.
Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64) menyebutkan beberapa pertimbangan yang
menentukan representatifnya suatu sampel adalah sebagai berikut.
a. Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat
menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai
bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah
sampel bergantung pada faktor variabilitas populasi. Semakin homogen
karakteristik populasi, semakin sedikit ukuran sampel yang dibutuhkan, dan
sebaliknya.
b. Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil
yang akurat dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga terdapat
hubungan, semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan kekeliruan
dalam penarikan kesimpulan tentang populasi.
c. Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta kecukupan
logistik penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat mempengaruhi
besarnya sampel yang digunakan.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias.
Sampel bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas.
Pemilihan sampel dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan
bias. Sebagai contoh: untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan
penghasilan rata-rata perbulan yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke atas
dengan subyektiviatas peneliti yang ingin menunjukkan bahwa masyarakat di daerah X
telah mencapai kesejahteraan yang baik. Bias juga dapat terjadi karena seleksi yang
keliru.
Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang memadai akan
meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa
yang seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi, Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan
bias dalam sampel. Sedangkan presisi mengacu pada pada persoalan sedekat mana
estimasi kita dengan karakteristik populasi. Kedua hal ini akan diuraikan sebagai berikut
dimana Menurut Dharma (2011) merupakan karakteristik sampel yang baik, diantaranya
1) Akurasi
Akurasi adalah tingkat ketepatan atau keakuratan dalam penentuan sampel.
a. Sampel yang diambil betul-betul dapat menggambarkan karakteristik populasi.
b. Sampel dikatakan akurat apabila sejauh mana statistik sampel dapat mengestimasi
populasi dengan tepat (menghitung derajat kepercayaan), biasanya digunakan
derajat kepercayaan (α= 0, 05 untuk penelitian sosial atau 0,01 untuk penelitian
klinik).
c. Kesalahan dalam penentuan sampel akan menyebabkan kesalahan dalam
interpretasi.
Contoh: penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan
terhadap perilaku pencegahan penularan HIV/ AIDS di RSUD X. Tahun 2015”.
Populasi terjangkau adalah seluruh bidan yang bekerja di RSUD X. Tahun 2015.
Sampel yang diambil adalah bidan dengan tingkat pendidikan D IV masa kerja 5
tahun. Kesalahan interpretasi, jika pada populasi terjangkau, ternyata jenjang
pendidikan bidan terbanyak adalah lulusan D III kebidanan. Ketika kesimpulan
hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku bidan
dalam pencegahan penularan HIV/ AIDS di rumah sakit dalam KATEGORI BAIK
dan berhubungan secara SIGNIFIKAN, kemungkinan dapat TERJADI
KESALAHAN INTERPRETASI, karena tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
sampel menunjukkan kecenderungan hasil penelitian, sedangkan populasi
sebenarnya jumlah bidan terbanyak adalah D III Kebidanan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili dan
memprediksi populasinya, tidak cukup hanya dengan memenuhi jumlah sampel
minimal, namum sampel juga harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik
populasi.
2) Presisi (ketelitian)
a. Sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian berdasarkan sampel yang
merefleksikan realitas populasinya dengan teliti.
b. Tidak menimbulkan kesalahan pengambilan sampel.
c. Standar erornya kecil (menunjukkan tingkat ketepatan hasil penelitian), misalnya
1%, 5%.
Standar eror yaitu merupakan simpangan baku dari rata-rata (SE).

3. PROSES PEMILIHAN SAMPEL


Lahgkah-langkah Penentuan Sampel Sampling Proses penentuan penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Tetapkan Luas Populasi
Langkah pertama dalam upaya menentukan sampel penelitian adalah menentukan luas
(besaran) populasi atau jumlah anggotapopulasi. Besaran populasi dapat ditentukan
atau dibatasi denganjudul penelitian. Misal pada contoh judul penelitian yang pertama
di atas, manakala seluruh mahasiswa Universitas PTS dianggap terlalu luas, maka
dapat disempitkan dengan merubah judul penelitian menjadi "Analisis Biaya Hidup
Mahasiswa FakultasEkonomi Universitas
PTS)". Denganjudul bam ini akan Nampak bahwa jumlah anggota populasi hanya
mahasiswa Fakultas Ekonomi, sementara mahasiswa fakultas yang lain tidak termasuk
menjadi anggota populasi. Di samping itu, dalam pengertian jumlah anggota populasi
tersebut, pada langkah yang pertama ini peneliti hams pula mampu menentukan sifat
populasi penelitian apakah populasi finit atau infinit Kesemuanya ini akan
mempermudah dan dipergunakan pada langkah-langkah selanjutnya dalam
menentukan sampel penelitian ini.
2) Kenali Kualitas Anggota Populasi
Peneliti secara dini melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui dan
mencermati kualitas dan atau ciri-ciri para anggota populasi. Hal ini diperlukan agar
peneliti mampu mengambil suatu kesimpulan apakah keadaan anggota populasi
cendemng homogen (seragam) atau cendemng heterogen (beragam). Di samping itu,
dengan mengenali ciri-ciri anggota populasi ini, maka peneliti akan lebih mudah untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya, baik dalam upaya menentukan besarnya
sampel (sampelsize) maupun dalam rangka memilih teknik
pengambilan sampel penelitian.
3) TetapkanBesaranSampel(SampclSize)
Pekerjaan selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel yang akan dipergunakan
untuk mewakili anggota populasi dalam penelitian. Kiranya belum terdapat standar
baku sebagai patokan untuk menentukan jumlah sampelpenelitian yang refresentatif
(mewakili) anggota populasi. Oleh karena itu, uraian berikut merupakan faktor-faktor
yang harus memperoleh perhatian para peneliti dalam menentukan besaran (jumlah)
sampel penelitian. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Tingkat homogenitas anggota populasi, artinya manakala anggota populasi
cenderung atau bersifat homogen, maka jumlah sampel kecilpun sudah dapat
dipertanggungjawabkan untuk mewakili populasi. Dansebaliknyamakin
heterogen, maka diperlukan jumlah sampel yang Icbih banyak.
b. Presisi" yang diharapkan peneliti, yaitu makin tinggi presisi yang dikehendaki
peneliti, maka diperlukan sampel yang makin besar. Presisi adalah derajat
perbandinganhasil yang didapatdarisampel dengan hasil yang didapat dari
populasi^ yang secara statistik dikenal adanya standard-error. Atau dengan lebih
barangkali tingkat keakuratan yang dikehendaki peneliti, dalam menggambarkan
hasil penelitian.
c. Rancahgan analisis data penelitian. Jumlah sampel harus menjamin bahwa data
yang diperoleh akandapatdianalisis dengan rancangan analisis data, baik secara
deskriptif maupun analisis statistik. Misalnya, peneliti akanmelakukan analisis
kai/chi kuadrat dari besamya biaya hidup
mahasiswadenganlatarbelakangpekeijaan orang tuanya, dan jikalau latar belakang
orang tua mahasiswa terbagi menjadi (misal) pegawai, wiraswasta, petani dan
ABRI, maka jangan sampai masing-masing item pekerjaan tersebut,terjadi
kekosongan sampelnya. Jadi harus dapat terwakili dalam sampel masing-masing
jenis pekerjaan tersebut.
d. Ketersediaan dana, waktu dan tenaga penelitian. Kendala seperti ini kadang-
kadang menjadi pertimbangan utama, namun bagi para peneliti hal ini diharapkan
bukan merupakan kendala yang sangat menentukan, apalagi bagi peneliti-peneliti
pemula. Sebagai petunjuk kiranya beberapa buku acuan telah menyebutkan
pedoman tentang jumlah sampel ini. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi serta
Nasution menyebutkan jumlah sampel penelitian tidak boleh kurang dari 10 %.
Scdang Winamo Surakhmad menyebutkan populasi dengan jumlah 100, maka
jumlah sampel sebanyak 50 % nya bila jumlah anggota populasi 1.000, maka
jumlah sampel 15 % nya sudah dapat dibenarkan.
e. Langkah yang terakhir di dalam menentukan sampel,penelitian adalah
menentukan teknik pengambilan sampel penelitian

4. PERTIMBANGAN PENENTUAN JUMLAH SAMPEL


Penentuan Jumlah Sampel
1) Sebenarnya, tidak ada aturan yang baku dalam menentukan jumlah sampel dari suatu
populasi. Pada dasarnya, semakin besar jumlah sampelnya, semakin akurat hasil
penelitiannya. Tetapi, besar kecilnya sampel akan sangat dipengaruhi oleh besar
kecilnya biaya, tenaga dan waktu yang tersedia.
2) Selain itu, jenis penelitian juga akan mempengaruhi ukuran sampelnya. Untuk
penelitian yang sifatnya deskriptif umumnya membutuhkan jumlah sampel yang lebih
banyak dari pada penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis.
3) Ada beberapa pendapat yang diajukan dalam penentuan jumlah sampel ini,diantaranya,
apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap populasi di bawah 100 dapat
dipergunakan sampel sebesar 50%, di atas 1.000 sebesar 15%.
4) Besar kecil sampel penelitian tergantung kepada peneliti menduga ukuran atau
parameter populasi dan tujuan penelitian. Maknanya semakin besar sampel mendekati
populasi maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya apabila
semakin kecil sampel dari populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan secara umum) (Sugiyono, 2013).
5) Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel
yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah
sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam
penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan
untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
6) Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian
atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada
penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat
kesalahan maka makin kecil sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin
besar sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan
generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil sampel (menjauhi jumlah populasi) maka
semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

5. DESAIN SAMPEL
a. Sampel Probabilitas (Probability Sampling)
Probability sampling merupakan jenis dalam teknik pengambilan sampel yang melakukan
pengambilan sampelnya dengan random atau acak. Metode ini memberikan seluruh
anggota populasi kemungkinan (probability) atau kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel terpilih.
Teknik jenis ini sesuai digunakan untuk populasi yang besaran anggotanya dapat kita
tentukan terlebih dahulu. Metode ini menggunakan analisis statistik untuk membantu
penentuan sampel terpilihnya. Terdapat beberapa model atau jenis lain dari teknik
random, yaitu:
a) Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Jenis ini melakukan pengambilan sampel secara acak melalui cara yang
sederhana seperti pengundian atau menggunakan pendekatan bilangan acak.
Kelebihan penggunaan metode ini yaitu dapat mengurangi bias atau kecenderungan
berpihak pada anggota populasi tertentu dan dapat mengetahui adanya kesalahan
baku (standard error) dalam penelitian.
Sementara itu kelemahan dalam penggunaan metode ini yaitu rendahnya
jaminan mengenai sampel yang terpilih dapat bersifat representatif atau dapat
mewakili populasi yang dituju. Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak
Sederhana:
Dibutuhkan 15 sampel dari populasi penelitian dengan jumlah 90 orang. Peneliti
terlebih dahulu membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama dari 90
populasi tersebut. Setelah sampel pertama didapatkan, nama yang terpilih sebagai
sampel tersebut dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh, berjumlah 90 orang.
Mengembalikan sampel terpilih memungkinkan responden berikutnya akan tetap
sama dengan responden yang sudah dipilih pertama. Hal ini dilakukan terus menerus
hingga jumlah 15 sampel terpenuhi.
b) Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Pengambilan sampel pada teknik ini menetapkan sampel awal secara acak
kemudian sampel selanjutnya dipilih secara sistematis berdasarkan pola tertentu.
Pola umum dari teknik ini adalah mengambil bilangan kelipatan dari jumlah anggota
populasi dengan jumlah sampel yang akan diambil. Misalnya, diambil sampel dari
populasi dengan jumlah 40 orang yang akan masuk ke sebuah ruangan. Setiap orang
yang masuk ke urutan dari kelipatan 4 akan diambil sebagai sampel, artinya orang
ke-4, 8, 12, 16 dan seterusnya akan dijadikan sampel penelitian hingga 40 populasi.
Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah cara ini lebih cepat, lebih
mudah dan lebih mudah pelaksanaannya dibanding cara lainnya. Cara ini juga
memudahkan peneliti karena memungkinkan kita untuk mengambil sampel di
lapangan tanpa harus menggunakan kerangka sampel. Kekurangan Metode ini adalah
kita tidak dapat memprediksi variasi dari populasi jika urutan yang dilakukan tidak
sepenuhnya acak. Selain itu, jika populasi memiliki pengulangan karakteristik yang
relatif tetap maka sampel akan cenderung sama atau bersifat seragam.
c) Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)
Teknik pengambilan sampel ini melakukan penentuan sampel penelitian dengan
menetapkan pengelompokan anggota populasi dalam kelompok-kelompok tingkatan
tertentu seperti tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Misalnya penelitian masyarakat
terhadap partisipasi pemilihan umum yang dikelompokkan berdasarkan usia pemilih.
Tingkatan dari kelompok tersebut akan ditentukan dari usia yang paling rendah
hingga ke yang paling tinggi atau sebaliknya.
d) Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area atau Wilayah (Cluster Random Sampling)
Teknik pengambilan sampel ini menentukan sampel berdasar kelompok
wilayah dari anggota populasi penelitian. Pada teknik ini subyek penelitian akan
dikelompokkan menurut area atau tempat domisili anggota populasi.
Tujuannya antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian
yang berbeda di dalam suatu wilayah tertentu. Misalnya peneliti ingin mengetahui
tingkat partisipasi masyarakat kota Yogyakarta terhadap program pemerintah daerah.
Peneliti akan menentukan sampel dari wilayah-wilayah yang tersebar di kota
Yogyakarta. Baik pada tingkat kecamatan, desa, hingga dusun.

b. Sampel Nonprobabilitas (Non-Probability Sampling)


Teknik pengambilan sampel non-probability berkebalikan dengan teknik
probability sampling. Teknik ini melakukan pengambilan sampel dengan tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih
menjadi sampel.
Menurut Supardi (1993) teknik sampling jenis ini sesuai apabila dipilih untuk
populasi yang sifatnya infinit atau besaran anggota populasinya belum atau tidak dapat
ditentukan terlebih dahulu sebelumnya. Macam dari teknik pengambilan sampel jenis ini
antara lain adalah:
a) Purposive Sampling
Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan
pada pertimbangan peneliti mengenai sampel-sampel mana yang paling sesuai,
bermanfaat dan dianggap dapat mewakili suatu populasi (representatif).
Teknik pengambilan sampel ini cenderung lebih tinggi kualitas sampelnya.
Karena peneliti telah membuat kisi atau batas berdasarkan kriteria tertentu yang akan
dijadikan sampel penelitian. Misal seperti didasarkan pada ciri demografi, gender,
jenis pekerjaan, umur dan lain sebagainya. Teknik ini termasuk teknik pengambilan
sampel yang cukup sering digunakan dalam penelitian.
Kelebihan dari metode ini di antaranya tujuan dari penelitian dapat dengan
mudah terpenuhi, sampel dapat bersifat lebih relevan dengan desain penelitian, cara
ini cenderung lebih murah dan mudah untuk dilaksanakan. Sementara itu
kekurangannya sama dengan teknik pengambilan sampel secara acak yaitu tidak
adanya jaminan bahwa sampel dapat mewakili populasi yang ditentukan.
b) Snowball Sampling
Biasa dikenal juga dengan teknik pengambilan sampel bola salju. Teknik ini
menentukan sampel berdasarkan wawancara dengan sampel sebelumnya atau dengan
cara korespondensi.
Melakukan pengambilan sampel dengan teknik ini artinya kita bisa meminta
informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian
secara terus menerus hingga akhirnya seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat
terpenuhi.
Teknik pengambilan sampel dengan metode bola salju ini sangat cocok untuk
penelitian mengenai hal-hal yang sifatnya cukup sensitif dan membutuhkan privasi
tingkat tinggi dari respondennya. Misal penelitian tentang penyintas kekerasan
seksual, penderita HIV, kelompok waria serta kelompok-kelompok khusus lainnya.
c) Accidental Sampling
Sesuai dengan namanya, teknik pengambilan sampel jenis ini menentukan
sampel secara tidak sengaja (accidental). Peneliti akan mengambil sampel pada orang
yang kebetulan ditemuinya pada saat itu.
Misalnya penelitian dilakukan pada populasi pelanggan toko A, peneliti
cukup menunggu di depan toko A lalu menetapkan sampel kepada siapapun orang
yang melakukan transaksi jual-beli di toko A tanpa melihat umur, gender, profesi,
dan lain sebagainya.
d) Quota Sampling
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan menentukan kuota atau
jumlah dari sampel penelitian terlebih dahulu. Prinsip penentuannya sama dengan
accidental sampling. Tetapi peneliti menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel yang
akan diperlukan.
Misal peneliti menetapkan penelitian dilakukan setiap hari selama satu
minggu dengan menetapkan jumlah sampel penelitian sebanyak 100 orang. Apabila
peneliti pada hari itu telah memenuhi kuota dengan memperoleh 100 orang maka
selesai tugas peneliti untuk mencari sampel penelitian.
Kelebihan menggunakan teknik ini dalam pengambilan sampel yaitu bersifat
praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya. Sementara
kekurangannya yaitu bias penelitian yang cenderung cukup tinggi dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Biostatistik Dian Husada. (2012).Alasan pengambilan


sample.http://iqllim.blogspot.com/p/alasan-pengambilan-sample.html ,
diakses pada tanggal 16 November 2021
Prastiwi Nining (2017). PENGERTIAN SAMPEL DALAM PENELITIAN.
http://niningprastiwi27.blogspot.com/2017/02/pengertian-sampel-dalam-
penelitian.html ,diakses pada tanggal 16 November 2021
Informasi Sarjana (2016). KRITERIA SAMPEL YANG BAIK.
https://www.infosarjana.com/2015/10/kriteria-sampel-yang-baik.html
,diakses pada tanggal 16 November 2021
Deepublish. (2021). Teknik Pengambilan Sampel dalam Penelitian.
https://penerbitbukudeepublish.com/teknik-pengambilan-
sampel/#Probability_Sampling ,diakses pada tanggal 16 November 2021

Anda mungkin juga menyukai