Anda di halaman 1dari 8

JUDUL : PENGARUH PENYULUHAN TENTANG ABORTUS TERHADAP

PENGETAHUAN REMAJA

1.1 Populasi
Populasi adalah himpunan semua objek, indovidu atau karakteristik/ sifat yang akan dipelajari
atau diteliti berdasarkan sampel yang di dipilih.
Pembagian populasi meliputi :
a. Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir
penelitian.
Populasi target pada penelitian ini adalah siswi yang masih bersekolah di SMA di kabupaten
badung
b. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat
dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswi yang masih bersekolah di SMA
dikabupaten badung kelas X dan XII yang berjumlah 44 orang

1.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling.penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variable- variable kontrol ternyata mempunyai pengaruh
terhadap variable yang akan diteliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
inklusi dan eksklusi
a. Kriteria inklusi
Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan
akan diteliti
Kriteria inklusi pada penelitian ini :
Siswi yang masih bersekolah di SMA dikabupaten badung
Siswi yang belum memahami masalah reproduksi
Siswi yang bersedia dalam penelitian ini dan mendatangani informed consent
b. Kriteria ekslusi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inkluasi dari studi
karena sebagai sebab
Kriteria inklusi pada penelitian ini :
Siswi yang belum memahami masalah reproduksi
Siswi yang tidak kooperatif
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 44 responden

1.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik
sampling merupakan cara- cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel
yang benar- benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian, cara pengambilan sampel dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan non probability sampling
Dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan teknik purposive
sampling.

1.4 Alasan Pemilihan Sampel


a. Kendala sumber daya, baik waktu, dana, maupun sumber daya lainnya. Penggunaan
sampel akan menghemat sumber daya untuk menghasilkan penelitian yang lebih dapat
dipercaya daripada sensus.
b. Ketepatan, dengan pemilihan desain sampel yang abik, peneliti akan memperoleh data
yang akurat, dengan tingkat kesalahan yang relative rendah
c. Pengukuran destruktif, biasanya digunakan untuk menguji sesuatu yang bersifat destrutif
sehingga sampel tidak digunakan lagi
Sampel dapat di definisikan sebagai himpunan sebagai dari unsur- unsur populasi yang
memiliki ciri- cirri sama. Keseluruhan dari bagian itu disebut populasi hasil penelitian hendak
digeneralisasikan.

1.5 Karakteristik Sampel Yang Baik


a. Memungkinkan penelitian untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan
besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dihendaki
b. Mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel
c. Memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh ( misalnya kesalahan) dalam
pemilihan sampel daripada harus melakukan sensus.
d. Memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan yang di terapkan dalam
estimmasi populasi yang disusun dari pada sampel statistika

1.6 Kesalahan Yang Biasa Terjadi


Kenyataan bahwa sampel tidak merupakan cermin yang sempurna dari keadaan populasinya
disebut sebagai kesalahan sampling ( sampling error). Kesalahan demikian bisa terjadi pada setiap
penelitian, kecuali populasinya homogeny sempurna. Implikasi adanya kesalahan sampling adalah
perlunya diperhitungkan atau ditaksir besar kecilnya kesalahan itu dalam generalisasi atau inferensi.
a. Sampling frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak
diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh kerangka
sampel.
b. Random sampling error, yaitu kesalahan akibat adanya perbedaan antara hasil sampel dan
hasil sensus yang dilaksanakan dengan prosedur yang sama
c. Nonresponse eror, yaitu kesalahan akibat perbedaan statistic antara survey yang hanya
memasukkan mereka yang merespon dan juga mereka yang gagal (tidak) merespons.
Untuk penelitian yang menggunakan analisis statistik kesalahan itu dinyatakan dalam
standard error, dasar teori probabilitas sampling, mungkin disini letak peran ilmu statistika.
Berapa besar sampel yang dianggap paling baik ?. sampel yang paling baik adalah sampel yang
memberikan pencerminan optimal terhadap populasinya (representatif). Representativitas sampel
tidak dapat dibuktikan, hanya dapat didekati secara metodologi melalui parameter yang diketahui dan
diakui kebaikannya secara teoriritik maupun eksperimental.
Ada empat parameter yang menentukan representativitas yaitu:
a. Besar sampel
b. Teknik sampling
c. Variabilitas populasi
d. Kecermatan memasukkan cirri populasi kedalam sampel
Parameter ke 3 bersifat given, sementara parameter- parameter sisanya dapat dipermainkan
guna meningkatkan representatifitas sampel
Postulat- postulat dari parameter dengan andalan bahwa parameter lainnya dalam keadaan konstan
sebagai berikut :
a. Besar sampel : makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi representativitas
sampelnya. Populasi penelitian tidak bersifat homogeny sempurna, artinya untuk populasi
yang homogeny sempurna maka besar sampel sama sekali tidak berpengaruh terhadap
representativitas sampel.

1.7 Proses Pemilihan Sampel


Langkah- langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi menurur
notoatmodjo (2010), adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan penelitian
b. Menentukan populasi penelitian
c. Menentukan jenis data yang diperlukan
d. Menentukan teknik sampling
e. Menentukan besar sampel (sampel size)
f. Menentukan unit sampel yang diperlukan
g. Memilih sampel

1.8 Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Jumlah Sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran smpel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% mewakili populasi sehingga tidak terjadi kesalahan geeralisas adalah sama dengan
jumlah anggota populasi itu sendiri.
Glenn D Israel (1992, dalam sugiyono,2019) mengemukakan pertimbangan dalam menentukan
ukuran sampel
a. The level of precision
The level of precision merupakan tingkat keapresisian suatu sampel atau sering disebut
sebagai sampling error, atau kesalahan sampel. Tingkat keapresisian atau kesalahan
sampel ini ditunjukkan dengan perbandingan antara populasi dengan rata-rata
sampel.biasanya rata-rata populasi tidak diketahui, sehingga dalam perhitungan sampel
ditetapkan terlebih dahulu tingkat keprisisian yang dihendaki yang dinyatakan dalam
persentase, misalnya 5%
b. The confidence level
The confidence level merupakan tingkat kepercayaan suatu sampel. Teori ini berlandaskan
asumsi bahwa populasi berdistribusi normal dan populasi itu merupakan kumpulan
sampel-sampel yang dapat diambil secara berulang- ulang. Dengan demikian kepercayaan
sampel yang diambil dari populaso bersifat peluang. Suatu sampel yang diambil dari
populasi mempunyai kepercayaan 95% atau kesalahan 5% berarti sebagai 100 sampel yang
diambil dari populasi tersebut akan ada 5 sampel yang salah satu atau respresntative.
Dalam pengambilan sampel, kesalahan ini ditetapkan terlebih dahulu, biasanya
menggunakan kesalahan 5% atau 1%
c. Degree of variability
Degree of variability merupakan deraja variabilitas suatu populasi. Populasi yang
variabilitas tinggi berarti sangat heterogen. Bila populasi semakin heterogin, maka ukuran
sampel akan semakin besar dan sebaliknya, bila populasi homogenya maka ukuran sampel
akan semakin kecil.

1.9 Menghitung Besar Sampel


Dalam populasi suatu penelitian ada yang jumlahnya tidak diketahui (infrint) dan ada yang
diketahui(finit). Oleh karena itu dalam melakukan perhitungan sampel yang akan digunakan juga
memperhitungkan kedua jenis populasi tersebut. Berikut ini dikemukaan perhitungan ukuran sampel
dari populasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dari populasi yang diketahui jumlahnya
Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan meggunakan rumus pengukuran besar sampel menurut
slovin karena jumlah populasi telah diketahui

Rumus :

Jadi jumlah responden pada sampel adalah 44 responden

Keterangan :

N : jumlah populasi

n : jumlah sampel yang diperlukan

e: tingkat kesalahan sampel (sampling error), biasanya 5%

1.10 Desain Sampel Probality Dan Non Probability Sampling


a. Desain probability sampling
Prinsip utama probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap bagian populasi mungkin beda
satu dengan lainnya tetapi menyediakan populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel
yang representative. Dengan menggunakan sampling ramdom, peneliti tidak bisa memutuskan bahwa
X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Demikian juga, peneliti tidak bisa mengikutsertakan orang
yang telah dipilih sebagai subjek karena mereka tidak setuju atau tidak senang dengan subjek atau
sulit untuk dilibatkan.
1) Simple ramdom sampling
Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana.
Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame
kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk, dan diambil secara
acak setelah semuanya terkumpul.
Misalnya, kita ingin mengambil sampel 30 orang dari 100 populasi yang tersedia, maka
secara acak kita mengambil 30 sampel melalui lemparan dadu atau pengambilan nomor yang
telah ditulis.
2) Stratified ramdom sampling
Stratified artinya strata atau kedudukan subjek(seseorang) di masyarakat. Jenis sampling ini
digunakan peneliti untuk mengetahui beberapa variabel pada populasi yang merupakan hal
yang penting untuk mencapai sampel representatif.
Misalnya, jika kta merencanakan ada 100 sampel, peneliti mengelompokkan 25 subjek
dengan tingkat pendidikan : tidak sekolah dan SD tidak tamat : dasar (SD dan SMP) : SLTA
: dan perguruan tinggi, pada jenis sampling ini harus diyakinkan bahwa semua variabel yag
di indentifikasi akan mewakili populasi.
3) Cluter sampling
Cluter berarti pengelompokkan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Jenis
sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama jika simple ramdom sampling
tidak memungkinkan karena alasan jarak dan biaya, kedua peneliti tidak mengetahui alamat
dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan menyusun sampling frame.
Misalnya, peneliti ingin meneliti anak yang mengalami stress hospitalisasi. Maka peneliti
mengambil sampel pada klie anak berdasarkan tempat klien dirawat (di rumah sakit A, B,C )
yang mempunyai karakteristik yang berbeda.
4) Sytstematic sampling
Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang
dibutuhkan. Jika jumlah populasi adalah N= 1200 dan sampel yang dipilih = 50, maka setiap
kelipatan 24 orang akan menjadi sampel (1200:50 = 24 ). Maka sampel yang dipilih
didasarkan pada nomor kelipatan 24, yaitu sampel 24, 48, dan seterusnya.
b. Non probability sampling
1) Purposive sampling
Disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki penelitian
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Missal, kita ingin meneliti peran keluarga dalam perawatan klien skizofrenia dirumah, maka
peneliti memilih subjek pada keluarga klien yang mempunyai anak dengan skizofrenia
2) Consecutive sampling
Pemilihan sampling dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan sampel dengan
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (sastroasmoro &
Ismail, 1995 : 49). Jenis sampling ini merupakan jenis non probability sampling yang terbaik
dan cara yang agak mudah. Untuk dapat menyerupai probability sampling, dapat diupayakan
dengan menambahkan jangka waktu pemilihan klien.
Misalnya, terjadinya wabah demam berdarah selama kurun waktu tertentu dimana waktu
tersebut menunjukkan terjadinya puncak insiden demam berdarah. Jenis sampling ini sering
dipergunakan pada penelitian epidemologi dikomunitas
3) Convenience sampling
Pemilihan sampel convenience adalah cara penetapan sampel dengan mencari subjek atas
dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan penelitian. Sampling ini dipilih apabila
kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan untuk bias. Sbjek dijadikan sampel karena
kebetulan dijumpai ditempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data. Dengan
cara ini, sampel diambil tanpa sistematika tertentu, sehingga tidak dapat dianggap mewakili
populasi sumber, apabila populasi target.
Misalnya, pada waktu peneliti praktik diruangan kebetulan menjumpai klien yang diperlukan
(sesuai masalah penelitian), maka peneliti langsung menetapkan subjek tersebut untuk
diambil datanya. Kemudian peneliti cuti dan tidak melanjutkan. Setalah beberapa lama,
peneliti melanjutkan lagi pemiliha subjek, demikian seterusnya.
4) Quata sampling (judgement sampling)
Teknik penentuan sampel dalam kuota menetapkan setiap strata populasi berdasarkan tanda-
tanda yang mempunyai pengaruh terbesar variabel yang akan diselidiki. Kuota artinya
penetapan subjek berdasarkan kapasitas/ daya tamping yang diperlukan dalam penelitian.
Misalnya, dalam suatu penelitia didapatkan adanya 50 populasi yang tersedia, peneliti
menetapkan kuota 40 subjek untuk dijadikan sampel, maka jumlah tersebut dinamakan
kuota.
Desain sampel penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu purposive
sampling.
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Beni Ahmad.2009. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Pustaka


Setia

Grove, S.K., Burns., & Gray, J.R. 2012. The Practice Of Nursing Research:
Appraisal, Synthesis, And Generation Of Evidence. Elseiver Health
Sciences

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis

Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai