Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.

Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan


komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman
dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi
di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive,
kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan
biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.

2.2 Pengertian

Pada prinsipnya, peneraparapan proses keperawatan komplementer tidak


jauh berbeda dengan proses keperawatan pada umumnya yang meliputi proses
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Penerapan proses
keperawatan dalam asuhan keperawatan komplementer untuk klien merupakan
salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien.
Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas
layanan keperawatan kepada klien.

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh


perawat bersama dengan klien dalam menentukan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, merumuskan diagnose, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada klien. Lalu kelima proses tersebut
didokumentasikan oleh perawat pada sebuah catatan keperawatan.

Proses keperawatan adalah pendekatan keperawatan profesional yang


dilakukan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengatasi repons manusia
terhadap keseharan dan penyakit (Potter dan Perry, 2010)

2.3 Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang


bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu
sebelumnya (Potter dan Perry, 2010)

Tahap pengkajian merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis


dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Aktifitas Pengkajian keperawatan meliputi :

2.3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah proses mendapatkan informasi tentang status
kesehatan klien. Bersifat signifikan, sistematis, dan merefleksikan
perubahan status kesehatan klien.
1. Tipe Data
Tipe pada saat pengumpulan data berupa Data Subjektif (data yang
didapatkan dari pasien berupa keluhan yang dinyatakan dari pasien
pada saat itu), dan Data Objektif (data yang didapatkan oleh perawat
secara langsung dan bisa diukur / dilihat).
2. Karakteristik Data
Data yang dikumpulkan untuk menunjang diagnosis keperawatan harus
mempunyai karakteristik yang lengkap, akurat, nyata dan relevan.
3. Sumber Data
Sumber data dapat berupa primer atau sekunder. Data primer berasal
dari klien sendiri, sedangkan data sekunder bapat didapatkan dari orang
terdekat klien, catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil
pemeriksaan diagnostic, catatan medis dan anggota tim kesehatan
lainnya, dari perawat lain dan dari kepustakaan.
4. Metode Pengumpulan Data
Data dapat dikumpulkan dengan mewawancarai klien, dengan
observasi atau melakukan pemeriksaan fisik.

2.3.2 Validasi Data


Validasi data adalah upaya untuk memberikan justifikasi pada data
yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyek
dan data obyek yang didapat dari berbagai sumber dengan berdasarkan
standar nilai normal. Data yang perlu di validasi adalah data yang
abnormal / di ragukan keabsahannya.

2.3.3 Organisasi Data


Organisasi data yaitu mengelompokkan data berdasarkan kerangka
kerja yang dapat membantu mengidentifikasi masalah. Cara
mengelompokkan data :
1. Berdasarkan sistem tubuh.
2. Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)
3. Berdasarkan teori keperawatan.
4. Berdasarkan pola kesehatan fungsional.
2.3.4 Identifikasi Pola / Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah terakhir dari tahap
pengkajian dengan jalan melakukan prosesing data / analisa data,
yang merupakan proses intelektual yang meliputi : mentabulasi,
menyeleksi, mengklarifikasi, menginterpretasi serta membuat
kesimpulan.
Hasil dari Analisa data akan mendapatkan pernyataan “Diagnosa
Keperawatan”.

2.4 Diagnosa keperawatan


Setelah mengkaji klien secara keseluruhan untuk mengumpulkan data dasar,
langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah membentuk diagnosa
keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial atau proses kehidupan . diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk
pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil (Potter dan Perry, 2010).
2.4.1 Tujuan Diagnosa Keperawatan
1. Memberikan bahasa yang umum bagi perawat sehingga dapat
terbentuk jalinan informasi dalam persamaan persepsi.
2. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan
intervensi lebih aktual dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi.
3. Menciptakan standar praktek keperawatan.
4. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

2.4.2 Komponen Diagnosa Keperawatan


1. Problem (P) atau Label Diagnostik : menggambarkan problem
kesehatan klien atau respon untuk dilakukan terapi oleh perawat.
2. Etiologi (E) atau Faktor-Faktor yang Berhubungan.
Mengidentifikasi satu atau lebih kemungkinan penyebab,
memberikan arah kepada terapi keperawatan yang diperlukan dan
memampukan perawat memberikan asuhan secara individual.
3. Defining Characteristics (Batasan Karakteristik) adalah sekelompok
tanda dan gejala / sygn & symtomp (S) yang mengindikasikan
hadirnya label diagnostic.
2.4.3 Tipe-Tipe Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Aktual :
adalah masalah klien yang hadir saat pengkajian keperawatan.
Berdasarkan adanya tanda dan gejala. Komponen : P + E + S.
2. Diagnosa Keperawatan Risiko
adalah penilaian klinis bahwa masalah tidak eksis, tetapi hadirnya
faktor-faktor risiko mengindikasikan bahwa sebuah masalah
sepertinya berkembang kecuali jika perawat melakukan intervensi.
Komponen : P + E.
3. Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness)
menggambarkan respon-respon individu, keluarga atau komunitas
kepada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi yang memiliki suatu
kesiapan untuk ditingkatkan. Komponen : P (label diagnostik)

2.5 Perencanaan dan Implementasi


2.5.1 Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah bentuk penanganan yang dilakukan
oleh perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang
bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien (Potter dan Perry,
2010).
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi
masalah secara umum atau sasaran yang diperkirakan untuk dicapai
sepanjang periode waktu yang lebih lama, biasanya lebih dari satu
minggu atau berbulan-bulan . Sedangkan tujuan jangka pendek
dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka
panjang atau sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode waktu
yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu.
Tujuan keperawatan harus SMART artinya:

S : Specific = Rumusan tujuan harus jelas


M : Measurable = Dapat diukur
A : Achievable = Dapat dicapai
R : Realistik = Dapat tercapai dan nyata
T : Timing = Harus ada target waktu

Penetapan tujuan menegakkan kerangka kerja untuk rencana asuhan


keperawatan. Melalui tujuan, perawat mampu untuk memberikan asuhan
yang bersinambungan dan meninngkatkan penggunaan waktu serta sumber
yang optimal.
A) Komponen Tahap Perencanaan :

1. Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan


Pada pengkajian, perawat menemukan berbagai masalah pada
klien. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan untuk masalah
klien, perawat mulai membuat urutan diagnosa keperawatan.
Urutan diagnosa keperawatan tersebut memungkinkan perawat,
klien dan orang terdekat untuk mengatur masalah - masalah klien
sesuai dengan urutan kepentingan dan urgensinya.
Diagnosa keperawatan diurutkan dengan prioritas tinggi, sedang
dan rendah. Perawat, klien, keluarga dan orang terdekat berfokus
pada usaha-usaha mengatasi masalah klien dengan prioritas
tertinggi lebih dulu. Masalah dengan prioritas tinggi
mencerminkan situasi yang mengancam hidup (mis : bersihan
jalan nafas ). Masalah dengan prioritas sedang berhubungan
dengan situasi yang tidak gawat dan situasi yang tidak
mengancam hidup klien (mis : higiene individu). Masalah dengan
prioritas rendah tidak berhubungan secara langsung dengan
keadaan sakit atau masalah yang spesifik (mis : masalah
kebutuhan sosial klien). Masalah dengan prioritas tinggi (mis :
membuat jalan nafas yang bersih) membutuhkan perhatian yang
cepat sebelum masalah dengan prioritas rendah (mis : memenuhi
kebutuhan sosial klien).
Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow (1968) membantu
perawat untuk memprioritaskan urutan diagnosa keperawatan.
Kerangka hirarki ini termasuk kebutuhan fisiologis dan
psikologis. Lima tingkatan dari hirarki tersebut adalah:
1) ·Fisiologis
2) Keselamatan dan keamanan
3) Mencintai dan memiliki
4) Harga diri
5) Aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang
lebih tinggi seperti aktualisasi diri. Contohnya, orang yang
kekurangan makanan akan mencari makanan lebih dulu sebelum
mencari tujuan karirnya.

2. Membuat Kriteria Hasil


Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan dapat
diukur dimana klien untuk mencapainya kriteria hasil
menggambarkan meteran untuk mengukur hasil akhir askep.
Kriteria hasil merupakan tujuan ke arah mana perawat kesehatan
diarahkan dan dasar untuk rencana askep.
Kriteria hasil harus konsisten dengan terapi dari tim multidisiplin.
Kriteria hasil disusun bersama-sama klien, keluarga, dan orang
terdekat. Kegagalan klien dan keluarga dalam menentukan
kriteria hasil dan identifikasi hasil yang realistik mempengaruhi
resolusi masalah.
Tujuan, sasaran, dan hasil yang diharapkan dari klien yang
diinginkan adalah sinonim yang mempunyai arti yang sama
sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil mengidentifikasi tahapan
yang harus diselesikan klien dalam upaya mencapai kriteria hasil.
Kriteria hasil memberikan arah untuk intervensi keperawatan dan
memberikan pondasi untuk evaluasi askep.
Setiap kriteria hasil membuat kata kerja yang dapat diukur untuk
memudahkan proses evaluasi. Kata kerja yang dapat diukur
menunjukkan tindakan yang dapat dilihat, didengar,dan dirasakan
oleh perawat. Kriteria hasil dituliskan dalam rencana askep. Pada
tahap lima, yaitu tahap terakhir dari proses keperawatan, perawat
kembali menuliskan kriteria hasil untuk mengevaluasi apakah
klien telah berhasil mencapai hasil tersebut.
Komponen Pernyataan Kriteria Hasil :
a). Subjek :
Menunjukkan siapa yang mencapai kriteria hasil. Mis: Klien,
keluarga, atau o rang terdekat dan masyarakat.
b). Kata kerja yang dapat diukur :
Menunjukkan tindakan, tingkah laku, dan respon dari klien
yang dapat dilihat, didengar , atau diraba, jadi dapat diukur.
c). Hasil
Menunjukkan respon fisiologis, psikologis, dan gaya hidup
yang diharapkan dari klien terhadap intervensi. Klien
diharapkan berespon dalam tingkah laku yang spesifik
terhadap intervensi keperawatan tertentu.

d). Kriteria :
Mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil. Kriteria
menunjukkan tingkatan kecakapan yang diperlukan untuk
menyelesaikan hasil akhir.
e). Target waktu :
Menunjukkan periode waktu tertentu yang diinginkan untuk
mencapai kriteria hasil. Batasan waktu membantu perawat
dalam evaluasi. Tahap untuk memastikan apakah kriteria
hasil dicapai dalam periode waktu tersebut.
3. Menulis instruksi keperawatan
Instruksi keperawatan merupakan tindakan-tindakan spesifik
yang diimplementasikan oleh perawat untuk membantu klien
dalam mencapai kriteria hasil. Instruksi keperawatan
menunjukkan tindakan yang spesifik, dapat diukur, dapat diamati
dan realistik yang dilakukan oleh perawat. Instruksi keperawatan,
tindakan keperawatan, dan intervensi keperawatan merupakan
istilah yang dapat dipertukarkan penggunaannya.
Komponen Instruksi Keperawatan :
a). ·Tanggal : Hari, bulan dan tahun ditulis pada rencana
askep oleh perawat.
b). Kata kerja yang dapat diukur : Merupakan tindakan
perawat yang dapat dilihat, dirasa dan didengar.
c). Subjek : Menunjukkan siapa yang menerima tindakan
perawatan.
d). Hasil : Menunjukkan hasil yang dituju dari tindakan
perawat.
e). Target waktu : Menunjukkan periode dimana perawat
mengimplementasikan instruksi keperawatan.
f). Tanda tangan : Membuktikan kebenaran instruksi
keperawatan.

2.5.2 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan
intervensi keperawatan. (Kozier, 2011). Implementasi merupakan
langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan
oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons
yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan.
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan (Potter & Perry, 2010).
A) Tujuan Implementasi
1. Membantu klien dalam mencapaitujuan yang telah ditetapkan
2. Mencakup peningkatan kesehatan
3. Pencegahan penyakit
4. Pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
B) Proses Implementasi
1. Mengkaji kembali pasien
2. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
3. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
4. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.(Kozier, 2011).
C) Metode Implementasi
1) Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-sehari
Aktifitas kehidupan sehari-hari adalah aktifitas yang biasanya
dilakukan dalam sepanjang hari normal: mencakup ambulasi,
makan, berpakaian, menyikat gigi, berhias.
2) Konseling
Konseling adalah metode implementasi yang mebantu klien
menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengenali dan
menangani stres dan yang memudahkan hubungan interpersonal
antara klien, keluarganya, dan tim perawatan kesehatan.
Ini berjtujuan untuk membantu klien menerima perubahan yang
akaan terjadi yang diakibatkan stres berupa dukungan emosional,
intelektual, spiritual, dan psikologis.
3) Penyuluhan
Penyuluhan adalah metode implementasi yang digunakan untuk
menyajiakn prinnsip , prosedur, dan teknik yang tepat tentang
perawatn kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan
klien tentang status kesehatannya.
4) Memberikan asuhan keperawatan langsung.
5) Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.
6) Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan
klien untuk prosedur.
7) Mencapai tujuan perawatan.
8) Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain
D) Tahap Tahap Tindakan Keperawatan
1. Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan kegiatan:
a. Review antisipasi tindakan keperawatan
b. Menganalisis pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan
c. Mengetahui yang mungkin timbul
d. Mempersiapkan peralatan yang di perlukan
e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
f. Mengidentifikasi aspek aspek hukum dan etik

2. Intervensi
Tindakan keperawatan di bedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional antara lain :
a. Independent
Adalah suatu kegiatan yang di laksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk dan printah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya
Contoh tindakan independent
• Memberikan perawatan diri
• Mengatur posisi tidur
• Menciptakan lingkungan yang terapeutik
• Memberikan dorongan motivasi
• Pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual
• Partisipasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Tipe tindakan independent keperawatan ada 4 yaitu:
1) Tindakan Diagnostik
• Wawancara dengan klien
• Observasidan pemeriksaan fisik
• Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana,misalnya HB
dan membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut.
2) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah,mengurangi, dan mengatasi masalah
klien. Misalnya:
Untuk mencegah gangguan integritas kulit dengan melakukan
mobilisasi dan memberikan bantal air pada bagian tubuh yang
tertekan.
3) Tindakan Edukatif
Tindakan ini untuk merubah perilaku klien melalui promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien.
Misalnya:
Perawat mengajarkan kepada klien cara injeksi insulin.
4) Tindakan Merujuk
Tindakan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
b. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga soaial, ahli gizi,
fisioterapi dan dokter.
Misalnya:
Pemberian obat obatan sesuai dengan intruksi dokter .
Jadi jenis, dosis dan efek samping menjadi tanggung jawab
dokter, tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi tanggung
jawab perawat.
c. Dependent
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain.
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya.
Misalnya:
Pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan
anjuran dari bagian fisioterapi. (Asmadi, 2008)
3. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
2.6 Evaluasi

Evaluasi adalah langkah akhir dari proses perawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan
dan intervensi jika perlu. Lebih lanjut, pernyataan evaluasi memberikan informasi
yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncanakan pada keadaan
kesehatan klien. Evaluasi merupakan fase pengkajian proses keperawatan, menilai
keefektifan tindakan keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien terhadap
tujuan pencapaian.
2.6.1 Tujuan
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan
keperawatan itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia
terhadap prosedur, kesehatan. Sedangkan komponen evaluasi dicatat
untuk
1. Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya berhubungan dengan
semua arti umum untuk semua perawat.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah
mengawali, melanjutkan, memodifikasi atau menghentikan tindakan
keperawatan.
3. Memberikan bukti revisi untuk perencanaan perawatan yang
berdasarkan pada catatan penilaian ulang atau reformulasi diagnosa
perawatan.
4. Standar dokumentasi untuk terus mencatat pernyataan evaluasi
perawatan yang merefleksikan keefektifan asuhan keperawatan,
respon klien untuk intervensi perawatan, dan revisi rencana
keperawatan.

2.6.2 Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi


1. Pernyataan evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera
pada saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada
catatan perawatan.
2. Pernyataan evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.
2.6.3 Format Evaluasi
Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh
perawat nama , nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas
yang terdapat diatas berguna agar mempermudah perawat dalam
mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien
lain. Ditable Evaluasi juga terdapat:
1) Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan
tindakan keperwatan terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam
pendokumentasiannya serta terperinci.
2) Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan
terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu
SOAP atau SOAPIER:
S: Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh
pasien biasanya data ini berhubungan dengan criteria hasil
O: Obyektif: Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh
perawat biasanya data ini juga berhubungan dengan criteria
hasil.
A: Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan
pasien telah terpenuhi atau tidak
P: Plan of Care: Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan terhadap pasien.
3) Paraf harus disertai nama jelas, tujuannya untuk pembuktian dan
pertanggung gugat bagi perawat jika suatu saat kondisi pasien
memburuk atau sampai berada ditangan hukum.

Anda mungkin juga menyukai