Anda di halaman 1dari 10

Tugas : Statistik

METODE PENARIKAN SAMPEL

Dosen Pengampuh : Ayu Kustiani,S.Si.,M.Sc

OLEH :

FITRA AULIA
PBD.22025

KELAS AJENG A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI


JURUSAN SI KEBIDANAN/AHLI JENJANG
TAHUN AJARAN
2023
METODE PENARIKAN SAMPEL

A. Pengertian Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang
karakteristiknya akan diduga. Anggota (unit) populasi disebut elemen
populasi. Sebagai contoh, individu penderita penyakit TBC, virus HIV,
hasil produksi sawah, dan polutan di suatu industri.
Di dalam suatu penelitian mungkin hanya terdapat satu macam unit
analisis, tetapi dapat juga lebih. Populasi dapat dibagi lagi menjadi
populasi samping dan populasi sasaran/target.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau
diukur. Unit sampel dapat sama dengan unit populasi, tetapi dapat juga
berbeda. Sebagai contoh, unit analisis atau populasi suatu penelitian
adalah bayi berumur di bawah tiga tahun, hal yang akan diteliti adalah
kebiasaan makannya, unit sampelnya adalah ibu yang mempunyai anak
berumur di bawah tiga tahun karena tidak mungkin pertanyaan tentang
makanan bayi dapat ditanyakan langsung kepada bayi tersebut.
Di dalam suatu penelitian sering kali dilakukan pengambilan sampel.
Hal ini tidak hanya disebabkan biaya penelitian yang besar, tetapi juga
karena penelitian populasi mungkin akan memakan waktu penelitian yang
panjang dan menimbulkan kesalahan yang besar dalam pengukuran (bias).
B. Alasan Penarikan Sampel
Berikut ini beberapa alasan mengapa di dalam suatu penelitian lebih
sering ditarik sampel, adalah:
a. Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi
yang sangat besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi
diperiksa atau diukur karena akan memerlukan waktu yang lama.
b. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogeny diperiksa
karena akan membuang waktu serta tidak aka nada gunanya karena
variabel yang akan diteliti telah terwakili oleh sebagian populasi tersebut.
c. Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu.
d. Ketelitian/ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu akan
lebih teliti dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak (populasi).
e. Adanya penelitian yang untuk melakukannya objek penelitian tersebut
harus dihancurkan (destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dari
orang yang menjadi objek penelitian tidak mungkin lagi dipakai.
C. Syarat-Syarat Sampel yang Ideal
Penarikan sampel dalam suatu penelitian harus dapat menggambarkan
populasinya atau dengan kata lain karakter yang akan kita ukur di dalam
sampel sama dengan karakter populasi. Sampel yang ideal adalah yang
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Dapat menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat.
b. Dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan
simpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
c. Sederhana, mudah dilaksanakan.
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah
mungkin.
Apabila syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi, kesimpulan yang
digeneralisasikan untuk populasi akan menjadi bias (bias conclusion).
D. Kerangka Sampel (Sampling Frame)
Kerangka sampling merupakan daftar dari semua unsur sampling dalam
populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah
penduduk, jumlah bangunan, dan mungkin berupa peta yang unit-unitnya
tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik harus memenuhi
syarat-syarat (1) meliputi seluruh unsur sampel, (2) tidak ada unsur sampel
yang dihitung dua kali, (3) up to date , (4) batas-batasnya jelas, misalnya batas
wilayah, rumahtangga; dan (5) dapat dilacak di lapangan.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Penarikan atau pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu
pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan
sampel secara tidak acak (non probability sampling). Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut:
a. Penarikan Sampel Secara Acak (Probability Sampling)
Dikenal pula dengan nama Random Sampling. Pada saat memilih
unit sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk
terpilih ke dalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan nol.
Sampling tipe ini bisa dipakai untuk melakukan generalisasi hasil
penelitian terhadap populasi walaupun data yang didapat hanya berasal
dari sampel. Ciri-ciri dari probability sampling ini adalah setiap anggota
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel, pemilihan sampel bersifat objektif, estimasi parameter dapat
dilakukan, bias dapat diperkirakan.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling
adalah sebagai berikut; (1) derajat kepercayaan terhadap sampel dapat
ditentukan, (2) beda penaksiran parameter populasi dengan statistik
sampel, dapat diperkirakan, dan (3) besar sampel yang akan diambil dapat
dihitung secara statistik. Analisis tidak hanya menggunakan statistika
deskriptif, juga bisa memakai statistika inferensial baik yang termasuk
kelompok statistika parametrik maupun non parametrik. Beberapa teknik
penarikan sampel dengan probability sampling adalah sebagai berikut:
1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Satuan sampling dipilih secara acak. Suatu sampel yang
diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari suatu
populasi (N) mempunyai kesempatan yang sama untuk dipiih sebagai
sampel (n). Cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak bergitu
banyak variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar, di
samping itu harus ada daftar populasi (sampling frame). Caranya
adalah: dengan melakukan undian, memakai tabel bilangan random,
memakai paket computer (kalau sudah mempunyai kerangka sampel).
2) Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Suatu metode pengambilan sampel dimana sampel yang diambil
secara acak hanya unsur pertama, selanjutnya diambil secara sistematik
sesuai langkah yang sudah ditetapkan. Syarat penarikan sampel secara
sistematis ini adalah tersedianya kerangka sampling; populasinya
mempunyai pola peraturan seperti blok-blok rumah; nomor urut
pasien; dan populasi sedikit homogen. Sampel sistematis seringkali
menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil,
disebabkan anggota sampel menyebar secara merata.
3) Sampling Acak Berlapis (Stratified Random Sampling)
Dalam praktek sering dijumpai populasi yang tidak homogen.
Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat
antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai
dengan penggunaan suatu metode pengambilan sampel, antara lain
dipengaruhi oleh derajat keseragaman dari populasi yang
bersangkutan. Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai
sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan
dibagi ke dalam lapisan-lapisan (stratum) yang seragam dan dari setiap
lapisan diambil sampel secara acak, misalnya pendidikan (tinggi,
sedang, kurang), dan ekonomi (kaya, sedang, miskin). Di dalam
melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut; unsur populasi di dalam strata tersebut diusahakan
sehomogen mungkin, antarstrata diusahakan seheterogen mungkin,
sampel diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam
masing-masing strata dan antarstrata, di dalam masing-masing strata
unit sampel diambil secara acak.
4) Sampling Acak Kelompok (Clustered Random Sampling)
Populasi dibagi ke dalam satuan-satuan sampling yang besar,
disebut Cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling
yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Populasi dibagi ke
dalam gugus/kelas yang diasumsikan di dalam setiap kelas/gugus
sudah terdapat semua sifat/variasi yang akan diteliti. Selanjutnya kelas
yang akan diacak dan unit sampel akan diambil dari kelas yang sudah
ditarik. Syarat-syarat untuk pengambilan sampel ini adalah; di dalam
kelas sehomogen mungkin, antarkelas seheterogen mungkin, disebut
juga area sampling.
5) Sampel Acak Bertingkat/Bertahap (Multistage Sampling)
Pengambilan sampel bertingkat dilakukan kalau secara geografis
populasi sangat menyebar dan meliputi area yang sangat luas.
Misalnya, kita akan meneliti puskesmas di Indonesia yang terdiri dari
27 provinsi. Tahap pertama diacak dulu 5 provinsi (tahap I) dari 27
provinsi itu, selanjutnya di masing-masing provinsi diacak lagi
kabupaten mana yang akan ditarik sebagai sampel (tahap II). Setelah
kabupaten ditarik, tahap III diacak lagi puskesmas mana yang akan
menjadi sampel dari penelitian itu.
b. Penarikan Sampel Secara Tidak Acak (Non Probability Sampling)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-
prinsip probability, sehingga tidak diketahui besarnya peluang sesuatu unit
sampling terpilih ke dalam sampel. Pemilihan sampel tidak secara random.
Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu
keadaan. Cara ini dapat dipergunakan apabila biaya sangat sedikit,
hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena
hanya sekedar gambaran umum saja.
Beberapa teknik penarikan sampel dengan non probability
sampling adalah sebagai berikut:
1) Purposive Sampling
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki.
Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi
yang akan diteliti. Dengan demikian, sampel tersebut mungkin
representative untuk populasi yang sedang diteliti.
2) Insidental Sampling
Sampel tersebut tidak terencana dan diambil atas dasar seandainya
saja. Penggambaran hasil dari pengumpulan data tersebut tidak
didasarkan pada suatu metode yang baku. Misalnya, terjadi suatu
keadaan luar biasa, data yang sudah terkumpul disajikan secara
deskriptif dan hasil tersebut tidak dapat digeneralisasi. Kesimpulan
yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.
3) Quota Sampling
Sampel yang akan diambil ditentukan oleh pengumpul data dan
sebelumnya telah ditentykan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah
tersebut sudah dicapai, si pengumpul data berhenti, selanjutnya hasil
itu dipresentasikan. Misalnya sampel yang akan diambil berjumlah
100 orang dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan, apabila
peneliti sudah memenuhi jumlah tersebut maka peneliti akan berhenti
kemudian menulis hasil temuannya.
4) Snowball Sampling
Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari
responden sebelumnya. Misalnya ada penelitian yang bertujuan untuk
mencari cara yang efektif dalam mensosialisasikan program-program
kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih adalah Ketua
BEM, kepada dia kita bertanya, siapa lagi (sebagai sampel ke-2) yang
kira-kira bisa diwawancara untuk diambil pendapatnya, dan
seterusnya hingga informasi dianggap memadai.
a) Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-
nilai statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai
parameternya. Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan.
Penyimpangan hasil yang diperoleh dari pengukuran sampel dapat terjadi
dalam dua jenis sebagai berikut:
1) Sampling error, sebenarnya hal ini bukan merupakan kesalahan yang
sebenarnya, tetapi merupakan variasi dari konsekuensi pengambilan
sampel. Maksudnya bahwa setiap sampel yang akan diambil dari suatu
populasi akan berdistribusi sekitar nilai proporsi.
2) Non sampling error, yaitu error yang tidak disebabkan oleh sampel,
tetapi disebabkan pelaksanaan dalam pengambilan sampel sampai
analisisnya seperti pada saat perencanaan, pelaksanaan, pengolahan,
analisis dan interpretasi.
b) Besar Sampel
Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sample size) yang
harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Ada empat
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel
dari suatu penelitian, yaitu:
a. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin
seragam populasi, makin kecil sampel yang bisa diambil. Jika populasi
seragam penuh (completely homogenous), maka satu satuan elemen saja
sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya, apabila populasi itu
secara sempurna tidak seragam (completely heterogeneous), maka hanya
pencatatan lengkap yang dapat memberikan gambaran secara
representatif.
b. Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi
yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi,
sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih
mendekati nilai sesungguhnya (true-value). Pada sensus lengkap, tingkat
presisi ini menjadi mutlak, karena nilai taksiran statistik sama dengan
nilai parameter. Dengan perkataan lain, antara besarnya sampel yang
diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang
negatif.
c. Rencana analisis. Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai
dengan tingkat presisi yang dikehendaki, akan tetapi jika dikaitkan
dengan kebutuhan analisis, jumlah sampel tersebut kurang mencukupi.
Kalau analisis hanya manual tidak mungkin menganalisis data yang
banyak sekali, berbeda dengan analisis memakai perangkat lunak
computer.
d. Tenaga, waktu, dan biaya. Jika diinginkan tingkat presisi yang tinggi,
maka jumlah sampel harus besar. Tetapi jika dana, waktu, dan tenaga
yang tersedia sangat terbatas, tidak mungkin untuk mengambil sampel
yang besar; dan ini berarti tingkat presisinya akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Sabri, Luknis, Hastono, Sutanto Priyo. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta:


Rajawali Pers.
https://www.researchgate.net/publication/324029597_TEKNIK_SAMPLIN
G_DALAM_PENELITIAN.
http://old.unas.ac.id/download.php?file=Basis_Data_Vol_3_No_1_2008_list
3.pd.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/teknik_sampling1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai