JURUSAN SI KEBIDANAN/AHLI JENJANG TAHUN AJARAN 2023 METODE PENARIKAN SAMPEL
A. Pengertian Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. Anggota (unit) populasi disebut elemen populasi. Sebagai contoh, individu penderita penyakit TBC, virus HIV, hasil produksi sawah, dan polutan di suatu industri. Di dalam suatu penelitian mungkin hanya terdapat satu macam unit analisis, tetapi dapat juga lebih. Populasi dapat dibagi lagi menjadi populasi samping dan populasi sasaran/target. 2. Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Unit sampel dapat sama dengan unit populasi, tetapi dapat juga berbeda. Sebagai contoh, unit analisis atau populasi suatu penelitian adalah bayi berumur di bawah tiga tahun, hal yang akan diteliti adalah kebiasaan makannya, unit sampelnya adalah ibu yang mempunyai anak berumur di bawah tiga tahun karena tidak mungkin pertanyaan tentang makanan bayi dapat ditanyakan langsung kepada bayi tersebut. Di dalam suatu penelitian sering kali dilakukan pengambilan sampel. Hal ini tidak hanya disebabkan biaya penelitian yang besar, tetapi juga karena penelitian populasi mungkin akan memakan waktu penelitian yang panjang dan menimbulkan kesalahan yang besar dalam pengukuran (bias). B. Alasan Penarikan Sampel Berikut ini beberapa alasan mengapa di dalam suatu penelitian lebih sering ditarik sampel, adalah: a. Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi yang sangat besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi diperiksa atau diukur karena akan memerlukan waktu yang lama. b. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogeny diperiksa karena akan membuang waktu serta tidak aka nada gunanya karena variabel yang akan diteliti telah terwakili oleh sebagian populasi tersebut. c. Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu. d. Ketelitian/ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu akan lebih teliti dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak (populasi). e. Adanya penelitian yang untuk melakukannya objek penelitian tersebut harus dihancurkan (destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dari orang yang menjadi objek penelitian tidak mungkin lagi dipakai. C. Syarat-Syarat Sampel yang Ideal Penarikan sampel dalam suatu penelitian harus dapat menggambarkan populasinya atau dengan kata lain karakter yang akan kita ukur di dalam sampel sama dengan karakter populasi. Sampel yang ideal adalah yang memenuhi syarat-syarat berikut: a. Dapat menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat. b. Dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan simpangan baku dari taksiran yang diperoleh. c. Sederhana, mudah dilaksanakan. d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah mungkin. Apabila syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi, kesimpulan yang digeneralisasikan untuk populasi akan menjadi bias (bias conclusion). D. Kerangka Sampel (Sampling Frame) Kerangka sampling merupakan daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah penduduk, jumlah bangunan, dan mungkin berupa peta yang unit-unitnya tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik harus memenuhi syarat-syarat (1) meliputi seluruh unsur sampel, (2) tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali, (3) up to date , (4) batas-batasnya jelas, misalnya batas wilayah, rumahtangga; dan (5) dapat dilacak di lapangan. E. Teknik Pengambilan Sampel Penarikan atau pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut: a. Penarikan Sampel Secara Acak (Probability Sampling) Dikenal pula dengan nama Random Sampling. Pada saat memilih unit sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih ke dalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan nol. Sampling tipe ini bisa dipakai untuk melakukan generalisasi hasil penelitian terhadap populasi walaupun data yang didapat hanya berasal dari sampel. Ciri-ciri dari probability sampling ini adalah setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel, pemilihan sampel bersifat objektif, estimasi parameter dapat dilakukan, bias dapat diperkirakan. Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai berikut; (1) derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan, (2) beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan, dan (3) besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik. Analisis tidak hanya menggunakan statistika deskriptif, juga bisa memakai statistika inferensial baik yang termasuk kelompok statistika parametrik maupun non parametrik. Beberapa teknik penarikan sampel dengan probability sampling adalah sebagai berikut: 1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Satuan sampling dipilih secara acak. Suatu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari suatu populasi (N) mempunyai kesempatan yang sama untuk dipiih sebagai sampel (n). Cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak bergitu banyak variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar, di samping itu harus ada daftar populasi (sampling frame). Caranya adalah: dengan melakukan undian, memakai tabel bilangan random, memakai paket computer (kalau sudah mempunyai kerangka sampel). 2) Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) Suatu metode pengambilan sampel dimana sampel yang diambil secara acak hanya unsur pertama, selanjutnya diambil secara sistematik sesuai langkah yang sudah ditetapkan. Syarat penarikan sampel secara sistematis ini adalah tersedianya kerangka sampling; populasinya mempunyai pola peraturan seperti blok-blok rumah; nomor urut pasien; dan populasi sedikit homogen. Sampel sistematis seringkali menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil, disebabkan anggota sampel menyebar secara merata. 3) Sampling Acak Berlapis (Stratified Random Sampling) Dalam praktek sering dijumpai populasi yang tidak homogen. Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman dari populasi yang bersangkutan. Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan dibagi ke dalam lapisan-lapisan (stratum) yang seragam dan dari setiap lapisan diambil sampel secara acak, misalnya pendidikan (tinggi, sedang, kurang), dan ekonomi (kaya, sedang, miskin). Di dalam melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut; unsur populasi di dalam strata tersebut diusahakan sehomogen mungkin, antarstrata diusahakan seheterogen mungkin, sampel diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam masing-masing strata dan antarstrata, di dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak. 4) Sampling Acak Kelompok (Clustered Random Sampling) Populasi dibagi ke dalam satuan-satuan sampling yang besar, disebut Cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Populasi dibagi ke dalam gugus/kelas yang diasumsikan di dalam setiap kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang akan diteliti. Selanjutnya kelas yang akan diacak dan unit sampel akan diambil dari kelas yang sudah ditarik. Syarat-syarat untuk pengambilan sampel ini adalah; di dalam kelas sehomogen mungkin, antarkelas seheterogen mungkin, disebut juga area sampling. 5) Sampel Acak Bertingkat/Bertahap (Multistage Sampling) Pengambilan sampel bertingkat dilakukan kalau secara geografis populasi sangat menyebar dan meliputi area yang sangat luas. Misalnya, kita akan meneliti puskesmas di Indonesia yang terdiri dari 27 provinsi. Tahap pertama diacak dulu 5 provinsi (tahap I) dari 27 provinsi itu, selanjutnya di masing-masing provinsi diacak lagi kabupaten mana yang akan ditarik sebagai sampel (tahap II). Setelah kabupaten ditarik, tahap III diacak lagi puskesmas mana yang akan menjadi sampel dari penelitian itu. b. Penarikan Sampel Secara Tidak Acak (Non Probability Sampling) Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip- prinsip probability, sehingga tidak diketahui besarnya peluang sesuatu unit sampling terpilih ke dalam sampel. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Cara ini dapat dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum saja. Beberapa teknik penarikan sampel dengan non probability sampling adalah sebagai berikut: 1) Purposive Sampling Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki. Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi yang akan diteliti. Dengan demikian, sampel tersebut mungkin representative untuk populasi yang sedang diteliti. 2) Insidental Sampling Sampel tersebut tidak terencana dan diambil atas dasar seandainya saja. Penggambaran hasil dari pengumpulan data tersebut tidak didasarkan pada suatu metode yang baku. Misalnya, terjadi suatu keadaan luar biasa, data yang sudah terkumpul disajikan secara deskriptif dan hasil tersebut tidak dapat digeneralisasi. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja. 3) Quota Sampling Sampel yang akan diambil ditentukan oleh pengumpul data dan sebelumnya telah ditentykan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah tersebut sudah dicapai, si pengumpul data berhenti, selanjutnya hasil itu dipresentasikan. Misalnya sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan, apabila peneliti sudah memenuhi jumlah tersebut maka peneliti akan berhenti kemudian menulis hasil temuannya. 4) Snowball Sampling Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Misalnya ada penelitian yang bertujuan untuk mencari cara yang efektif dalam mensosialisasikan program-program kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih adalah Ketua BEM, kepada dia kita bertanya, siapa lagi (sebagai sampel ke-2) yang kira-kira bisa diwawancara untuk diambil pendapatnya, dan seterusnya hingga informasi dianggap memadai. a) Penyimpangan (Error) Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai- nilai statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya. Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan. Penyimpangan hasil yang diperoleh dari pengukuran sampel dapat terjadi dalam dua jenis sebagai berikut: 1) Sampling error, sebenarnya hal ini bukan merupakan kesalahan yang sebenarnya, tetapi merupakan variasi dari konsekuensi pengambilan sampel. Maksudnya bahwa setiap sampel yang akan diambil dari suatu populasi akan berdistribusi sekitar nilai proporsi. 2) Non sampling error, yaitu error yang tidak disebabkan oleh sampel, tetapi disebabkan pelaksanaan dalam pengambilan sampel sampai analisisnya seperti pada saat perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, analisis dan interpretasi. b) Besar Sampel Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sample size) yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dari suatu penelitian, yaitu: a. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang bisa diambil. Jika populasi seragam penuh (completely homogenous), maka satu satuan elemen saja sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya, apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam (completely heterogeneous), maka hanya pencatatan lengkap yang dapat memberikan gambaran secara representatif. b. Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi, sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya (true-value). Pada sensus lengkap, tingkat presisi ini menjadi mutlak, karena nilai taksiran statistik sama dengan nilai parameter. Dengan perkataan lain, antara besarnya sampel yang diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang negatif. c. Rencana analisis. Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan tingkat presisi yang dikehendaki, akan tetapi jika dikaitkan dengan kebutuhan analisis, jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Kalau analisis hanya manual tidak mungkin menganalisis data yang banyak sekali, berbeda dengan analisis memakai perangkat lunak computer. d. Tenaga, waktu, dan biaya. Jika diinginkan tingkat presisi yang tinggi, maka jumlah sampel harus besar. Tetapi jika dana, waktu, dan tenaga yang tersedia sangat terbatas, tidak mungkin untuk mengambil sampel yang besar; dan ini berarti tingkat presisinya akan menurun. DAFTAR PUSTAKA
Sabri, Luknis, Hastono, Sutanto Priyo. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta: