Anda di halaman 1dari 9

BAB III

POPULASI DAN SAMPEL

1. Pengertian populasi
Menurut Margono (2010:118), “populasi adalah suatu data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.”
Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi
adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita.”
Senada dengan itu Arikunto (2002:108) mengemukakan bahwa populasi adalah
“Keseluruhan objek penelitian”. Kaitannya dengan batasan tersebut populasi
dibedakan menjadi dua yaitu, populasi terhingga dan populasi tidak terhingga.
Populasi terhingga yaitu, populasi yang memiliki kuantitatif secara jelas karena
memiliki karakteristik yang terbatas. Sedangkan populasi tak  terhingga yaitu,
populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.
Margono (2012:119) mengemukakan bahwa suatu populasi bagi suatu
penelitian harus dibedakan kedalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat
golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja.
Dakter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah hasilnya
akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya.
Metode penarikan/pengambilan data dengan jelas mewakili/melibatkan
seluruh anggota populasi disebut sensus. Seorang peneliti meskipun mengetahui
bahwa metode sensus ini akan banyak memerlukan pikiran, memakan waktu yang
relatif lama dan biayanya mahal, namun tetap melakukan sensus, hal ini
disebabkan karena:
1. Untuk ketelitian

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 1
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi,
sehingga memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian
dan kecermatan ini harus diprioritaskan maka harus digunakan metode sensus.
2. Sumber bersifat heterogen
Apabila menghadapi sumber informasi yang bersifat heterogen dimana sifat
dan karakteristik masing-masing sumber sulit untuk dibedakan maka lebih baik
menggunakan metode sensus.
2. Pengertian Sampel
Salah satu bagian dalam penelitian adalah menentukan populasi dan
sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan menggunakan
penarikan sampel, karena dibandingkan metode sensus penarikan sampel lebih
praktis, hemat biaya, dan tidak banyak menyita waktu maupun tenaga. Penentuan
sampel dari suatu populasi, disebut sebagai penarikan sampel (Sukmadinata
2011,251).
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan mampu
mewakili populasi dalam penelitian. Dalam menyusun sampel perlu disusun
kerangka sampling yaitu daftar dari semua sampling dalam populasi sampling,
dengan syarat harus meliputi seluruh unsur sampling, tidak ada unsur sampling
yang dihitung dua kali, harus up to date, batas-batasnya harus jelas, dan harus
dapat dilacak dilapangan.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai alat untk
menganalisis, baik pada penelitian dengan pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif. Yang menjadi masalah atau persoalan yang dihadapi yaitu, bahwa
persoalan sampling adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi.
Disini sampel harus mencerminkan keadaan populasi. Masalah yang kedua adalah
tentang bagaimana proses pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis
yang akan diambil. Sehingga masalan yang dihadapi diantaranya teknik penarikan
sampel manakah yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan, dan masalah
yang akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel yang
akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 2
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya
dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau
yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
3. Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang
dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu
(Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi
antara lain: a. subjek membatalkan kesediannya untuk menjadi responden
penelitian, dan b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika
pengumpulan data dilakukan.

4. Teknik pengambilan sampel


a. Pengertian teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari
populasi tsb. kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian
dikenakan pada populasi (generalisasi). Hubungan populasi, sample, teknik
sampling, dan generalisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 3
b. Manfaat sampling
1) Menghemat beaya penelitian.
2) Menghemat waktu untuk penelitian.
3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
4) Memperluas ruang lingkup penlitian.

c. Syarat-syarat teknik sampling


Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki
karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi
bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif
atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.

d. Jenis-jenis teknik sampling


1) Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling
yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh
anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh
diharapkan merupakan sampel yang representatif.

Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Simple Random Sampling (acak sederhana), adalah suatu metode pemilihan


ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 4
mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya
yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama (Weirsma,
1975). Syarat pengambilan sampel secara random/acak meliputi tahap
menetapkan populasi, daftar semua anggota populasi dan memilih sampel
melalui prosedur yang sesuai di mana setiap anggota mempunyai peluang
yang sama sebagai sampel penyelidikan.
2. Proportionate Stratified Random Sampling(acak bertingkat proporsional),
teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan
sampelnya memperhatikan tingkatan di dalam populasi.
3. Disproportionate Stratified Random Sampling (acak bertingkat tidak
proporsional, adalah teknik yang hampir mirip dengan Proportionate
Stratified Random Sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan jika
anggota populasi berkelompok namun kurang proporsional pembaginya.
4. Cluster Random Sampling (acak cluster), apabila kita menyeleksi anggota
sampel dalam kelompok dan bukan menyeleksi individu-individu secara
terpisah (Vockell,1983). Pengambilan sampel semacam ini kadang-kadang
dikaitkan dengn pengambilan sampel wilayah, sebab dalam pelaksanaannya
seringkali didasarkan atas letak geografis.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.


Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.

Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai
berikut.

1. Sampling Sistematis adalah suatu strategi pemilihan anggota sampel yang


hanya dapat diperbolehkan melalui peluang dan sistem untuk menentukan
keanggotaan dalam sampel. Teknik ini juga bisa dikatakan sebagai teknik
sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang didasarkan

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 5
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun identitas tertentu, ruang
dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
2. Sampling Kuota, adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel
dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota yang
diinginkan. Dalam pengambian sampel kuota, kit mengidentifikasikan
kumpulan karakteristik penting dari populasi dan kemudian memilih sampel
yang diinginkan secara non-acak. Hal ini diasumsikan bahwa sampel-sampel
tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang ditetapkan (Vockell, 1983).
3. Samping Aksidental,merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan
atau siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok
dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
4. Purposive Sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Peneliti akan berusaha
agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi.
Sampel purposive dilakukan dengan mengambil orang-orang yang benar-
benar terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh
sampel tersebut. Misalnya orang yang mempunyai tingkat pendidikan
tertentu, jabatan tertentu, mempunyai usia tertentu yang pernah aktif dalam
kegiatan masyarakat tertentu.
5. Sampling Jenuh, adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya
dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
6. Snowball Sampling, adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula
kecil kemuian terus membesar ibarat bola salju. Dalam sampling ini penelti
mulai dengan kelompok kecil yang diminta untuk menunjuk kawan masing-
masing. Kemudian kawan-kawan itu diminta menunjuk kawan masing-
masing, dan begitu seterusnya sehingga kelompok itu menjadi semakin
bertambag besar. Samping ini dipilih bila peneliti ingin menyelidiki hubungan
antar manusia dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara
informasi tersebar dikalangan tertentu.

5. Penentuan Jumlah Sampel

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 6
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat
waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila
peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang
selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum
statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel
semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).
Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya.
Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak
sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat
digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada
jenis penelitiannya.
1. Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10%
dari populasi
2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek
per group
4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek
per group
Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan
beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu :
1.  Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20
Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N = n/N(d)2 + 1

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 7
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95

Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum


untuk :
1. Penelitian deskriptif sebanyak 100
2. Penelitian korelasional sebanyak 50
3. Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
4. Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group
Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat
ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah
variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka
sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100
Arikunto Suharsimi (2005) memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika
peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat
menentukan kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota
subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan dalam
pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek
sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila peneliti menggunakan teknik
wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik
sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti.
Sugiono mengemukakan cara menentukan ukuran sampel yang sangat
praktis, yaitu dengan tabel Krejcie. Dengan cara tersebut tidak perlu dilalukan
perhitungan yang rumit. Krejcie dalam melakukan perhitungan sampel didasarkan
atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95%
terhadap populasi.

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 8
N = Populasi S = Sampel (Sugiono, 2005:63)

Bahan Kuliah : Metode Penelitian Sosial (Bab III)


Oleh : Dr.Tehubijuluw Zacharias,M.Si. Page 9

Anda mungkin juga menyukai