Anda di halaman 1dari 27

TEHNIK SAMPLING

Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel. Pada dasarnya teknik
sampling dikelompokkan menjadi 2 (Sukardi, 2003), yaitu:
1. Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Pemilihan sampel dengan cara probabilitas (probability) ini sangat
dianjurkan pada penelitian kuantitatif. Probability sampling terdiri dari 4 macam teknik
yaitu:
a.
Sampling acak (random sampling) adalah sampling dimana
elemen-elemen sampelnya ditentukan atau dipilih berdasarkan nilai probabilitas dan
pemilihannya dilakukan secara acak (Supranto, 1998). Ciri sampling acak yaitu
setiap unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
(Nasution, 2003). Sampling jenis ini sulit dan ada kalanya tidak mungkin
memperoleh data lengkap tentang keseluruhan populasi. Teknik memilih sampling
acak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara (Sukardi,2003), antara lain:
1) Cara manual atau tradisional:

Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui


Daftar semua anggota dalam populasi dan masukkan dalam kotak yang
diberi lubang penarikan
Kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah
dibuat
Nomor anggota yang dikeluarkan adalah mereka yang ditunjuk sebagai
sampel penelitian
Lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai

2) Menggunakan tabel random. Teknik ini mudah dilaksanakan dan


sampel yang diperoleh cukup representatif asal populasi yang
sesungguhnya telah diketahui. Langkah-langkah yang digunakan
untuk memilih sampel, (Sukardi, 2003) yaitu:

Identifikasi jumlah total populasi


Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
Daftar semua anggota dengan nomor kode yang diminta
Pilih secara acak dengan menggunakan penunjuk pada angga yang ada
didalam tabel
Pada angka-angka yang dipilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang
dipilih
Jika angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi
menjadi individu dalam dalam sampel
Gerakan penunjuk dalam kolom atau angka, ulangi terus hingga jumlaj
sampel yang diinginkan tercapai
Membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan
bentuk desain penelitian

Langkah-langkah dalam penarikan sampel adalah menetapkan cirri-ciri populasi


yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan. Penarikan
sampel dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai populasi
tersebut. Dalam teknik acak ini ada beberapa macam sampling acak (Nana Syaodih, 2009),
yaitu:
1. Sampling Acakan yang Sederhana (Simple random sampling)
Dalam pengambilan acakan sederhana (Simple random sampling)
seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan
bebas dipilih sebagai anggota sampel. Setiap individu memiliki peluang yg sama
untuk diambil sebagai sampel, krena individu-individu tersebut memiliki
karakteristik yang sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena pemilihan
individu-individu tersebut tidak akan mempengaruhi individu yang lain.
2. Sampling Acakan dengan Stratifikasi (Stratified random sampling)
Populasi biasanya perlu digolongkan menurut ciri (stratifikasi) tertentu
untuk keperluan penelitian. Missal, menjadikan buruh suatu pabrik besar sebagai
populasi dan populasi ini distratifikasikan menurut usia <20 tahun, 21-30 tahun, 3140 tahun, 41-50 tahun, dan >50 tahun.
Untuk lebih sederhana, dapat diatur tiap jumlah golongan atau kategori
sehingga berjumlah 1000 orang, sedangkan proporsi dipilih sebanyak 100 orang
atau 10 persen.
Usia Buruh
Jumlah
Proporsi sampel
Sampel
< 20 tahun
100
10%
10
20-29 tahun
200
20%
20
30-39 tahun
300
30%
30
40-49 tahun
300
30%
30
50 atau lebih
100
10%
10
Jumlah
1000
100%
100
Setelah kita melakukan stratifikasi atau penggolongan menurut cirri baru
kemudian kita menentuka sampel setiap golongan secara acak
3. Sampling acakan secara proporsional (Proportionate stratified random
sampling)
4. Sampling acakan secara tak proporsional menurut stratifikasi
(disproportionate stratified random sampling)
Sampling ini hampir sama dengan sampling stratifikasi, bedanya proporsi
subkategori-kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam
populasi. Hal ini dilakukan karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah
sampelnya. Misal, kita mengambil populasi tenaga pengajar yang terdiri atas guru
besar, lector kepala, lector, lector muda, dan asisten. Sampel dapat diambil secara
merata yakni untuk masing-masing kategori 1/5 atau 20 persen.

Maka peneliti menentukan sampel atas pertimbangan proporsi yang


dianggapnya lebih representatif misalnya:
Guru besar
10%
Lektor kepala
20%
Lektor
25%
Lektor muda
25%
Asisten
20%
Bila jumlah sampel cukup besar, maka kepincangan sampling dengan
sendirinya teratasi. Sampling ini tidak memakan banyak waktu dibandingkan
dengan sampling secara proporsional. Sedangkan kelemahan sampling jenis adalah
proporsi tiap kategori yang sebenarnya menurut populasi jadi terganggu.
5. Sampling Acak Klaster-Berstrata (stratified-cluster)
Random ini merupakan gabungan atau perpaduan dari cara pengambilan
sampel acak berstrata dengan sampel acak cluster. Setiap populasi memiliki
karakteristik yang berbeda. Populasi yang memiliki strata saja terjadi karena
peneliti sendiri sudah membatasi populasinya pada klaster tertentu tapi klaster ini
masih cukup luas. Contoh: perajin rotan, petani yang memiliki sawah dan SMA di
perkotaan. Sedangkan populasi yang memiliki klaster saja karena peneliti telah
membatasi pada strata tertentu. Contoh: populasi guru-guru lulusan D3 atau S1 saja.
Pengambilan sampel secara acak klaster-berstrata harus tetap memperhatikan syarat
acak atau karakteristik yang sama.
b. Tehnik Klaser/Sampling Daerah/Area sampling (Cluster sampling)
Area sampling ini merupakan sampling menurut daerah atau
pengelompokannya (Nasution, 2003). Tehnik klaser ini memilih sample berdasarkan
pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek secara alami berkumpul bersama.
Langkah-langkah dalam menggunakan teknik klaser (Sukardi, 2003), yaitu:
Identifikasi populasi yang hendak digunakan dalam studi
Tentukan besar sampel yang digunakan
Tentukan dasar logika untuk menentukan klaser
Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaser
Daftar semua objek dalam setiap klaser dengan membagi antara jumlah
sampel dengan jumlah klaser yang ada
Secara random, pilih jumlah anggota sampel yang diinginkan untuk setiap
klaser
Jumlah sampel adalah jumlah klaser dikalikan jumlah anggota populasiper
klaser
Teknik klaser atau yang sering disebut dengan area sampling ini mempunyai
beberapa keuntgungan dan kelemahan (Nasution, 2003), antara lain:
Keuntungan:

1. teknik ini dapat digunakan peneliti yang melibatkan jumlah populasi


yang besar dan tersebar didaerah yang luas,
2. pelaksanaanya lebih mudah, biaya yang digunakan lebih murah
kerana berpusat pada daerah yang terbatas,
3. generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerah-daerah
tertentu dapat berlaku pada daerah-daerah diluar sampel.
Kelemahan: jumlah individu dalam setiap daerah tidak sama

c. Teknik secara stratifikasi


Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui
bahwa kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau
lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari
populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang
ada. Teknik stratifikasi ini mempunyai beberapa langkah (Sukardi, 2003), yaitu:
Identifikasi jumlah total populasi
Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi
Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik lapisan yang dimiliki
Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah dilakukan
dalam teknik random diatas
Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada, sampai jumlah
sampel yang ada
d. Teknik secara sistematis (systematic sampling)
Teknik pemilihan sampel ini menggunakan prinsip proporsional, dengan cara
menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k dimana k adalah suatu angka pembagi yang
telah ditentukan (misal: 5,6 atau 10). Pada teknik secara sistematis ini mempunyai
beberapa langkah dalam memilih sampel (Sukardi, 2003), antara lain:
Identifikasi total populasi yang akan digunakan dalam proses penelitian
Daftar semua anggota populasi
Berikan nomor kode untuk setiap anggota populasi
Tentukan besarnya jumlah sampel yang ada
Tentukan proporsional sistematis k yang besarnya sama dengan jumlah
populasi dibagi dengan jumlah sampel
Mulai dengan mengacak anggota populasi
Ambil setiap k terpilih untuk menjadi anggota cuplikan, samapi jumlah total
terpenuhi

b. Teknik pengumpulan data dengan wawancara


.
Daftar Pustaka
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv,
Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma, 2010)
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, cet.ke-4,
Michael Quninn Patton, Qualitative Evaluation Methodes, (Sage Publications, Baverly Hills, 1980)
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992).
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan, Jakarta : Prenada Media
Group, cet. Ke-2
Satori, Djaman dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Sudikin, dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Insan Cendekia,
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv,
Suharsimi Arikunto, Manageman Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000,
Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008,
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
Bandung : Alpabeta, 2011
W. Lawrence Neuman, Social Research Metthods, (Canadian Internanational Depelopment Agency,
2004)

PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN


21/05/2013 Afid Burhanuddin Tinggalkan komentar Go to comments
Penelitian dilakukan karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang terbatas
akan suatu hal serta besarnya rasa ingin tahu manusia yang menyebabkan timbulnya
pertanyaan-pertanyaan dan ketidak puasan akan apa yang telah dimiliki dan diketahui oleh
manusia. Oleh sebab itu, muncullah penelitian-penelitian terbaru akan suatu hal disetiap tahun,
bulan atau bahkan tiap minggunya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan
ketidak puasan manusia.

Dalam menyusun sebuah laporan penelitian, seorang peneliti membutuhkan alat bantu yang
digunakan sebagai alat atau instrumen penelitiannya. Serta membutuhkan data-data yang valid
guna mendukung hasil dari penelitian peneliti tersebut. Oleh karena itu, seorang peneliti harus
mengetahui dan memahami apa itu pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik-teknik
pengumpulan data.
Menyusun instrumen pengumpulan data dan penelitian dilakukan setelah peneliti memahami
apa yang menjadi variabel penelitiannya. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai
pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data (kualitatif dan
kuantitatif). Karena tujuan akhir dari suatu ilmu atau pengetahuan adalah pengembangan dan
pengujian teori. Sehingga apa yang diteliti oleh peneliti akan bermanfaat dan mampu
mengembangkan serta menguatkan teori-teori yang telah ada sebelumnya.
Dan pada makalah ini saya akan mencoba untuk memaparkan pengertian dari pengumpulan
data, instrumen penelitian dan teknik-teknik pengumpulan data.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif
Sugiyono (2012:7) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini
sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai iptek baru.
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitiannya berupa angka-angka dan
analisisnya menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2012:137) berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif
dapat dilakukan dengan cara:
a) Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul
datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung
(melalui media seperti telepon).
b) Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Serta

merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan
jika jumlah responden cukup besar dan terssebar diwilayah yang luas.
c)

Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai cirri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak
selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi, dalam
Sugiyono (2012:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi
berperan serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non participant
observation).
C.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif

Sugiyono (2012:7) metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru. Karena
popularitasnya belum lama, danamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada
filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena
data hasil penelitiannya lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di
lapangan.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna pada generalisasi.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang
alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi
berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data kualitatif secara umum terdapat 4 macam yaitu:
a.

Observasi

Nasution, dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan
berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan
elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Sanafiah Faisal, dalam Sugiyono (2012:226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi


berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar
(overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation). Selanjutnya Spradley, dalam Sugiyono (2012:226) membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu observasi partisipasi yang pasif (pasive participation),
observasi partisipasi yang moderat (moderate participation), observasi partisipasi yang aktif
(active participation) dan observasi partisipasi yang lengkap (complete participation).
b. Wawancara/interview
Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan interview sebagai berikut: a meeting
of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in
communication and joint construction of meaning about a particular topic. Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Esterberg, dalam Sugiyono
(2012:233) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara testruktur (peneliti
telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh sehingga peneliti
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun
telah disiapkan), wawancara semiterstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan
bertujuan untuk menemukan pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai
pendapat dan ide-idenya), dan wawancara tidak terstuktur (merupakan wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya).
c.

Dokumen

Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen merupakan


catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang.
d. Triangulasi
Sugiyono (2012:241), Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila
peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapat data dari sumber yang sama. peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumbe berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang bebeda-beda dengan
teknik yang sama. Dapat digambarkan seperti pada gambar dibawah ini:

Sebagai tambahan, secara umum perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif menurut para
ahli adalah sebagai berikut:

Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif


Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata (2010:61)
Penelitian Kuantitatif

Penelitian Kualitatif

1. Berpijak pada konsep Positivistik


2. Kenyataan berdimensi tunggal, fragmental
terbatas, fixed
3. Hubungan antara peneliti dengan obyek
lepas, penellitian dari luar dengan instrumen
standar yang obyektif
4. Seting penelitian buatan, lepas dari tempat
dan waktu
5. Analisis kuantitatif, statistik, obyektif
6. Hasil
penelitian
generalisasi, prediksi

berupa

inferensi,

7. Berpijak pada konsep Naturalistik


8. Kenyataan berdimensi jamak, kesatuan utuh,
terbuka, berubah
9. Hubungan
peneliti
dengan
obyek
berinteraksi, penelitian dari luar dan dalam,
peneliti sebagai instrumen bersifat subyektif,
judgmen
10. Seting penelitian alamiah, terkait tempat dan
waktu
11. Analisis subyektif, intuitif, rasional

12. Hasil
penelitian
berupa
interpretasi, tentative, situasional

deskripsi,

Sedangkan menurut http://afidburhanuddin.wordpress.com/materi-kuliah/metode-penelitian/


perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut:
Penelitian Kuantitatif

Penelitian Kuallitatif

Kejelasan unsur: tujuan,


subjek, sumber data jelas

pendekatan

Langkah penelitian: direncanakan secara


rinci dan jelas

Dapat menggunakan sampel dan hasil


penelitian diberlakukan untuk populasi

Hipotesis (jika diperlukan): mengajukan


hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian. Hipotesis menentukan hasil
yang diramalkan (apriori)

Desain: langkah dan hasil penelitian yang


diharapkan (jelas)

Pengumpulan data: memungkinkan untuk


diwakilkan

Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan


subjek, sumber data, fleksibel (bisa
berubah sesuai dengan kondisi di
lapangan)

Langkah penelitian: baru diketahui secara


jelas setelah penelitian selesai

Tidak menggunakan (istilah) sampel dan


populasi.
Istilah
yang
digunakan
setting/subjek penellitian. Hasil penelitian
hanya berlaku bagi setting yang
bersangkutan

Hipotesis: tidak menggunakan hipotesis


sebelumnya, tetapi dapat lahir selama
penelitian berlangsung (tentatif). Hasil
penelitiannya terbuka

Desain: langkah penelitian fleksibel, hasil


penelitian
tidak
bisa
dipastikan
sebelumnya

Analisis data dilakukan


dengan pengumpulan data.

bersamaan

KESIMPULAN
Dari pemaparan materi diatas dapat saya simpulkan bahwa, pengumpulan data dan instrumen
pengumpulan data merupakan hal penting dalam penelitian. Pengumpulan data dan instrumen
penelitian adalah merupakan alat yang digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan data dan
disajikan dalam bentuk sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian kuantitatif ada beberapa cara
diantaranya, angket (kuesioner), wawancara, dan observasi. Sedangkan pada penelitian
kualitatif dapat menggunakan cara wawancara, dokumentasi, observasi dan triangulasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-4. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17.
Bandung: Alfabeta.
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/tag/pengertian-instrumen-penelitian/ (Kamis, 28 Maret
2013, pukul 19.16)

MODUL 6 POPULASI DAN SAMPEL


Oleh: Rudi Susilana
.
Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik, seorang peneliti harus memahami konsep
populasi dan sampel. Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian, sedangkan
sampel merupakan sebagian atau wakil yang memiliki karakteristik representasi dari populasi.
Untuk dapat menentukan atau menetapkan sampel yang tepat diperlukan pemahaman yang
baik dari peneliti mengenai sampling, baik penentuan jumlah maupun dalam menentukan
sampel mana yang diambil. Kesalahan dalam menentukan populasi akan berakibat tidak
tepatnya data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitian pun tidak memiliki kualitas yang
baik, tidak representatif, dan tidak memiliki daya generalisasi yang baik.
Pemahaman peneliti mengenai populasi dan sampel merupakan hal yang esensial. Oleh karena
itu diperlukan bahan bacaan a
tau sumber belajar yang
menyajikan pengetahuan tentang populasi dan sampel
tersebut. Atas dasar itu,
modul ini dikembangkan untuk memberikan wawasan kep
ada para calon peneliti,
khususnya pengetahuan mengenai populasi dan sampel
penelitian.
Secara umum modul 3 ini menjelaskan mengenai: konse
p dasar populasi,
konsep dasar sampel, beberapa teknik sampling, dan
penentuan jumlah sampel
yang diambil.
Setelah mempelajari materi yang ada dalam modul ini
, secara khusus Anda
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar populasi.
2. Menjelaskan konsep dasar sampel.
3. Menjelaskan teknik-teknik penarikan sampel.
4. Menjelaskan teknik-teknik penentuan jumlah sampe
l yang diambil.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami materi tentang
populasi dan
sampel, serta untuk mencapai tujuan pembelajaran di
atas, modul ini
dikembangkan (diorganisasikan) ke dalam tiga kegiat
an belajar (KB), yaitu: KB-1
berisi materi mengenai konsep dasar populasi, konse
p dasar sampel, dan teknikteknik sampling yang dapat digunakan. Adapun KB-2 b
erisi materi teknik
penentuan jumlah sampel yang harus diambil.

A. Pengertian Populasi
Sugiyono (2001: 55) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelit
i untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek
atau subjek itu. Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya.
Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran populasi
akan sama dengan banyaknya manusia. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2002: 108). Kerlinger (Furchan, 2004: 193) menyatakan bahwa populasi merupakan
semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas. Nazir
(2005: 271) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari individu dengan kuali
tas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah
populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah
individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak
terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi
finit.
Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang terus-menerus merupakan populasi infinit.
Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia menyebutkan bahwa
populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut,
populasi dapat dibedakan berikut ini.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas kuantitatif
secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru SMA
pada awal tahun 1985, dengan karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program Strata 1, dan
lain-lain.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat ditemukan
batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.
Misalnya guru di Kegiatan Belajar
1
Konsep Dasar
Populasi dan Sampel Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada
sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat
dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik
yang bersifat umum yaitu orang-orang,dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru. populasi
seperti ini disebut juga parameter.
Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke dalam hal berikut ini:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya
ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang
lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun,
program S1, jalur skripsi, dan lain-lain.

2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara
kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung
terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.
Margono (2004: 119-120) pun menyatakan bahwa persoalan populasi penelitian harus
dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang
sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter
yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja.
Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejalagejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.
B. Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109; Furchan, 2004:
193). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono (2001: 56). Ia menyatakan
bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betulbetul representatif. Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Hadi
(Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal
berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi,
sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti
mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi
(Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) beru
pa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarn
ya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin me
ngumpulkan
data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam
populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak prak
tis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekol
ah dasar yang

tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.


2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak se
dikitnya objek
yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka s
emakin besar
biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu
tersebar di wilayah
yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah sa
tu cara untuk
mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebi
h sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal
itu, apabila
waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diingin
kan dengan
segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebi
h tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada s
eluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tida
k mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasie
n yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin men
coba seluruh
neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian
harus dilakukan
hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang dipe
rlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketel
itian, dalam
hal ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan anali
sis data.
Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian
terselenggara.
Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melaksanakan t
ugasnya. Untuk
menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel
memungkinkan

ketelitian dalam suatu penelitian.


6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang
peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya
, waktu dan
tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa
harus dilakukan
penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada
dasarnya akan
lebih ekonomis daripada penelitian populasi.
C. Teknik
Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel (Sugiyono,
2001: 56). Margono (2004: 125) menyatakan bahwa yan
g dimaksud dengan
teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber dat
a sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi a
gar diperoleh sampel yang
representatif.Untuk menentukan sampel yang akan dig
unakan dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. S
ecara skematis, menurut
Sugiyono (2001: 57) teknik sampling ditunjukkan pad
a gambar di bawah ini.
Dari gambar di atas terlihat bahwa teknik sampling
pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu
Probability Sampling
dan
Nonprobability
Sampling.
Probability sampling
meliputi: simple random sampling, proportionate
stratified random sampling, disproportionate strati
fied random sampling, dan area
(cluster) sampling (sampling menurut daerah). Nonpr
obability sampling meliputi:
sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksid
ental, purposive sampling,
sampling jenuh, dan snowball sampling

.
1. Probability Sampling
Sugiyono (2001: 57) menyatakan bahwa probability sa
mpling adalah
teknik sampling yang memberikan peluang yang sama b
agi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sa
mpel. Teknik sampel ini
meliputi:
a.
Simple Random Sampling
Menurut Sugiyono (2001: 57) dinyatakan simple (sed
erhana)
karena pengambilan sampel anggota populasi dilakuka
n secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu. Margono (2004:
126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah
teknik untuk
mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada uni
t sampling.
Teknik
Sampling
Nonprobability sampling
Probability Sampling
2. Sampling sistematis
3. Sampling kuota
4. Sampling aksidental
5. Purposive sampling
6. Sampling jenuh
7. Snowball sampling
1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified
random sampling
3. Disproportionate
stratified random
sampling
4. Area (cluster) sampling
(sampling menurut
daerah)
Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur
populasi yang
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjad
i sampel atau
untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bi

la anggota populasi
dianggap homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bil
amana jumlah unit
sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besa
r. Misal, populasi
terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit t
ampling). Untuk
memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi
tersebut,
digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordi
nal, maupun tabel
bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di ba
wah ini.
Gambar. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 20
01: 58)
b.
Proportionate Stratified Random Sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa
stratified random sampling
biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susuna
n bertingkat atau
berlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik
ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
. Dan berstrata
secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunya
i pegawai dari
berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi p
egawai itu berstrata.
Misalnya jumlah pegawai yang lulus S
1
= 45, S
2
= 30, STM = 800, ST =
900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang haru
s diambil meliputi
strata pendidikan tersebut yang diambil secara prop
orsional jumlah
sampel.
c.
Disproportionate Stratified Random Sampling
Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini dig
unakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrat
a tetapi kurang

proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mem


punyai mempunyai
3 orang lulusan S
3
, 4 orang lulusan S
2
, 90 orang lulusan S
1
, 800 orang
lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lu
lusan S
3
dan
empat orang S
2
itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua
kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan denan
kelompok S
1
, SMU dan
SMP.
d.
Cluste Sampling (Area Sampling)
Teknik ini disebut juga
cluster random sampling.
Menurut Margono
(2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi
tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompokkelompok individu atau
Populasi
homogen
Sampel yang
representatif
Diambil secara
random
cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk men
entukan sampel
bila objek yang akan diteliti atau sumber data sang
at luas, misalnya
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten
. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah di

tetapkan.
Sugiyono (2001: 59) memberikan contoh, di Indonesia
terdapat 27
propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propins
i, maka
pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random
. Tetapi perlu
diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu
berstrata maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified
random sampling.
Contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127)
. Ia
mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap popu
lai pelajar SMU di
suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung p
ada semua pelajarpelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok
atau cluster.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui
dua tahap,
yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan t
ahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu sec
ara sampling
juga. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.
Gambar Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2
001: 59)
2. Nonprobability Sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) nonprobability sampling
adalah teknik
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bag
i setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tekn
ik sampel ini meliputi:
a.
Sampling Sistematis
Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling siste
matis adalah
teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari ang
gota populasi yang
telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100
orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, ya
itu nomor 1 sampai

dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakuka


n dengan nomor
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilang
an tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang d
iambil sebagai sampel
adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b.
Sampling Kuota
A
B
C
D
E
F
G
H
I
A
D
C
F
G
Diambil dengan
random
Diambil dengan
random
Populasi daerah
Sampel daerah
Sampel individu
Tahap I Tahap II
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampli
ng kuota
adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diing
inkan. Menurut Margono
(2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan
tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sa
mpel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelo
mpok.
Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampl
ing. Setelah jatah

terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai con


toh, akan
melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II,
dan penelitian
dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel di
tentukan 100, dan
jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka set
iap anggota peneliti
dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan kar
akteristik yang
ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
c.
Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan b
ertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipan
dang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Su
giyono, 2001: 60).
Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam
teknik ini
pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. P
eneliti langsung
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
Misalnya penelitian
tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan memper
gunakan
setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit
sampling. Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa
yang
dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuh
i.
d.
Sampling Purposive
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purpo
sive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertent
u. Menurut
Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek da
lam
purposive
sampling,

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang m


empunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi ya
ng sudah diketahui
sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubu
ngi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan b
erdasarkan tujuan
penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tent
ang disiplin pegawai,
maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dal
am bidang
kepegawaian saja.
e.
Sampling Jenuh
Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah t
eknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi diguna
kan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah popula
si relatif kecil, kurang
dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sen
sus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
f.
Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel ya
ng mulamula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh m
emilih temantemannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2001: 61
). Begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Ibarat bola salju
yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada
penelitian kualitatif
banyak menggunakan sampel purposive dan snowball. T
eknik sampel
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar Nowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)
Menurut Margono (2004: 128-130) penentuan sampel pe
rlu memperhatikan
sifat dan penyebaran populasi. Berkenaan hal itu, d
ikenal beberapa
kemungkinan dalam menetapkan sampel dari suatu popu

lasi berikut ini:


1. Sampel Proporsional
Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan pe
narikan sampel
dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya
. Dengan kata lain unit
sampling pada setiap subsampel sebanding jumlahnya
dengan unit sampling
dalam setiap subpopulasi, misalnya, penelitian deng
an menggunakan murid
SLTA Negeri sebagai unit sampling yang terdiri dari
3.000 murid SMA Negeri
dan 1.500 murid STM Negeri. Dengan demikian perband
ingan subpopulasi
adalah 2:1. Dari populasi itu akan diambil sebanyak
150 murid. Sesuai
dengan proporsi setiap subpopulasi, maka harus diam
bil sebanyak 100 murid
SMA Negeri dan 50 murid STM Negeri sebagai sampel.
2. Area Sampel
Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sa
mpel.
Perbedaannya terletak pada subpopulasi yang ditetap
kan berdasarkan
daerah penyebaran populasi yang hendak diteliti. Pe
rbandingan besarnya
sub populasi menurut daerah penelitian dijadikan da
sar dalam menentukan
ukuran setiap sub sampel. Misalnya, penelitian yang
menggunakan guru
SMP Negeri sebagai unit sampling yang tersebar pada
lima kota kabupaten.
Setiap kabupaten memiliki populasi guru sebanyak 50
0, 400, 300, 200 dan
A
C
B
H
I
G
N
O
M
E
F

D
K
L
J
Sampel Pertama
Pilihan A
Pilihan B
Pilihan C
Pilihan H
Pilihan E
100. Melihat populasi seperti itu, maka perbandinga
nnya adalah 5:4:3:2:1.
Jumlah sampel yang akan diambil 150. Dengan demikia
n dari setiap
kabupaten harus diambil sampel sebesar 50, 40. 30,
20 dan 10 orang guru.
3. Sampel Ganda
Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan
maksud
menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang dihar
apkan tidak
masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran samp
el ditetapkan dua kali
lebih banyak dari yang ditetapkan. Penentuan sampel
sebanyak dua kali lipat
itu dilakukan terutama apabila alat pengumpul data
yang dipergunakan
adalah kuesioner atau angket yang dikirimkan melalu
i pos. Dengan mengirim
dua set kuesioner pada dua unit sampling yang memil
iki persamaan, maka
dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikem
balikan, sehingga
jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan ter
penuhi.
4. Sampel Majemuk
(multiple samples)
Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel
ganda.
Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali li
pat, tetap memiliki
kesamaan dengan unit sampling yang pertama. Dengan
sampel multiple ini
kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel ya
ng telah ditetapkan

tidak diragukan lagi. Penarikan sampel majemuk ini


hanya dapat dilakukan
apabila jumlah populasi cukup besar.
Margono (2004: 130) menyatakan bahwa dalam setiap p
enelitian,
populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masal
ah yang ingin dipelajari.
Dalam penelitian fertilitas misalnya. Suatu sampel
biasanya dipilih dari
populasi wanita usia subur (umur 15-49 tahun) yang
pernah kawin. Dalam
penelitian tenaga kerja dipilih populasi peduduk us
ia kerja; dalam penelitian
transmigrasi, para transmigran yang menjadi populas
i sasaran; dan dalam
penelitian memakai alat kontrasepsi, para akseptor
yang menjadi sasaran
peneliti.
Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut uns
ur sampling.
Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka
sampling (sampling
frame). Kerangka sampling ialah daftar dari semua u
nsur sampling dalam
populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa d
aftar mengenai jumlah
penduduk, jumlah bangunan, mungkin pula sebuah peta
yang unit-unitnya
tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling ya
ng baik, menurut
Margono (2004: 131) harus memenuhi syarat-syarat se
bagai berikut:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu
unsur pun yang
tertinggal).
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali;
3. Harus
up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilay
ah; rumah tangga
(siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga); da
n
5. Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya
tidak terdapat beberapa
desa dengan nama yang sama.

Paparan pada kegiatan belajar 1 telah Anda pelajari


, sekarang Anda diminta
untuk mengerjakan beberapa latihan. Latihan dapat d
ikerjakan secara mandiri
maupun secara berkelompok. Tugas Anda adalah melapo
rkan hasil latihan
secara individual sebagai tugas individu. Berikut a
dalah beberapa latihan yang
harus Anda kerjakan, selamat dan semoga sukses.
1. Anda diminta untuk menjelaskan perbedaan antara
populasi dan sampel
dalam kegiatan penelitian.
2. Mengapa sampel memiliki peranan yang penting dal
am penelitian dan apa
kaitannya dengan populasi?

Anda mungkin juga menyukai