NPM : CG191120554
Kelas : 19-SH3
Mata Kuliah : Riset PR dan Analisis Media
Simple random sampling adalah suatu sample yang terdiri atas sejumlah elemen yang
dipilih secara acak,dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
1. Lotere Cara lotere dapat dilakukan pada elemen populasi yang jumlahnya
relatif sedikit (100 atau kurang).
Contoh Kasus :
+ Menggunakan Lotere
Sampel acak sistematis (systematic random sampling) ialah suatu metode pengambilan
sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan
unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu.
Karena itu, untuk dapat mempergunakan metode ini, harus dipenuhi beberapa syarat
yakni (1) populasi harus besar, (2) harus teredia daftar kerangka sampel, (3). populasi
harus bersifat homogen.
Contoh Kasus :
Jika suatu penelitian memiliki total anggota populasi sebanyak 5000 orang dengan
sample yang dikehendaki adalah 200 sample saja, maka setiap sample elemen populasi
akan ditandai dengan nomor urut mulai dari 0001 hingga 5000.
Dengan penomoran tersebut, maka guna menentukan jarak interval dari sample satu
dan sample berikutnya berlaku rumus K = N/n.
K: jarak interval
N: jumlah populasi
n: jumlah sample
Dengan rumus di atas, maka jarak interval pada contoh penelitian adalah K = 5000/200,
didapatkan angka 25. Dengan demikian, maka 25 menjadi jarak interval untuk
pengambilan sample.
Jika sample pertama yang didapatkan secara acak adalah populasi nomor 0002, maka
sample berikutnya adalah nomor 0027 dengan jarak 25. Perhitungan dilakukan terus
menerus hingga (n) atau jumlah sample terpenuhi sesuai yang dibutuhkan, yaitu 200
buah sample dalam kasus ini.
Deskripsi: systematic sampling adalah salah satu teknik sample yang cukup mudah
dilakukan. Teknik ini menggunakan jarak interval dalam proses pengambilan sample.
Dikenal juga dengan sampling acakan dengan stratifikasi. Dalam teknik ini, populasi
biasanya digolongkan menurut cirri-ciri tertentu dan sesuai dengan keperluan
penelitian. Penggolongan itulah yang disebut dengan stratifikasi. Biasanya
penggolongan dilakukan menurut jenis kelamin, pendidikan dan lain-lain. Setelah itu
penentuan sample ditiap kelompok akan dilakukan secara acak(Kasiram,2010).
Kelemahan dari teknik ini adalah makin banyak ciri-ciri yang dimasukkan sebagai dasar
stratifikasi, maka makin sedikit jumlah sampel dalam tiap subkategori. Menurut
pendapat saya, teknik sampling ini memperbesar kesempatan terjadinya kesalahan
dalam penelitian. Peneliti harus melakukan stratifikasi dan untuk itu peneliti diharuskan
untuk mengenal tentang populasi terlebih dahulu untuk memperoleh keterangan yang
rinci menyangkut subkategori yang dijadikan dasar stratifikasi. Jika peneliti tidak bisa
memperoleh keterangan dengan baik, maka kemungkinan klasifikasi tersebut
mengandung kelemahan yang mengakibatkan kesalahan penafsiran(Sugiyono,2009).
Teknik ini dapat digunakan jika populasi tidak homogen dan proporsional.
Contoh: suatu perusahaan mempunyai pegawai dengan latar belakang pendidikan S1:
30. S2: 40, SMA: 80. Jumlah sampel yang harus diambil adalah meliputi strata
pendidikan diambil perwakilan sesuai kebutuhan.
Sampling ini hampir sama dengan sampling stratifikasi, bedanya proporsi subkategori-
kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi. Hal ini
dilakukan karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya. Misal, kita
mengambil populasi tenaga pengajar yang terdiri atas guru besar, lector kepala, lector,
lector muda, dan asisten. Sampel dapat diambil secara merata yakni untuk masing-
masing(Kasriam,2006).
Bila jumlah sampel cukup besar, maka kepincangan sampling dengan sendirinya teratasi.
Sampling ini tidak memakan banyak waktu dibandingkan dengan sampling secara
proporsional. Sedangkan kelemahan sampling jenis adalah proporsi tiap kategori yang
sebenarnya menurut populasi jadi terganggu(Kasiram,2010).
Dikenal dengan sampling acakan tidak proporsional berdasarkan stratifikasi. Jika dilihat
dari namanya sekilas sama dengan teknik sampling yang kedua yang telah dijabarkan
diatas. Tetapi sebenarnya teknik ini memiliki perbedaan yaitu proporsi subkategori tidak
berdasarkan atas proporsi yang ada dalam populasi, hal ini dikarenakan subkategori
terlalu sedikit jumlah sampelnya(Prasetyo,2010)
Kelemahan dari teknik ini adalah kemungkinan terdapat subkategori yang terlalu besar
atau terlalu kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan proporsi populasi yang
sebenarnya. Menurut pendapat saya, hal itu dapat membuat populasi menjadi
terganggu. Selain itu seharusnya peneliti harus dapat mempertanggung jawabkan hasil
penelitiannya dengan cara menghindari kesalahan tentang pengklasifikasian
populasi(Usman,2006).
Digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi kurang proporsional.
Contohnya: Pegawai PT A memiliki 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1,
400 orang SMA, 600 oran SMP, maka khusus lulusan S3 dan S2 harus diambil semuanya
sebagai sampel karena kedua kelompok tersebut paling kecil dibandingkan dengan
kelompok lainnya.
Teknik klaster atau yang sering disebut dengan area sampling ini mempunyai beberapa
keuntungan dan kelemahan (Kasiram, 2010), antara lain:
Keuntungan:
o teknik ini dapat digunakan peneliti yang melibatkan jumlah populasi yang
besar dan tersebar didaerah yang luas,
o pelaksanaanya lebih mudah, biaya yang digunakan lebih murah kerana
berpusat pada daerah yang terbatas,
o generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerah-daerah
tertentu dapat berlaku pada daerah-daerah diluar sampel.
Kelemahan:
Cluster berarti pengelompokan berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Teknik ini
dapat digunakan jika objek yang akan diteliti sangat luas. Peneliti dapat
menggunakan teknik ini dengan alasan jarak dan biaya serta peneliti tidak
mengetahui alamat dari populasi secara pasti.
Contohnya: satu kecamatan terdiri dari 15 desa, kemudian kita ambil hanya dua
desa. Teknik ini bisa disebut sebagai teknik sampling daerah.
Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa
kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari
populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang
ada. Teknik stratifikasi ini mempunyai beberapa langkah (Kasiram, 2010), yaitu:
Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap
unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki
semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh
mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.
• Contoh: Misalnya, dalam suatu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap
departemen terdapat banyak pegawai dengan karateristik yang berbeda-beda pula.
Beda jeni kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda
tingkat manajerialnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu
strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster
propotional sampling untuk mencegah terpilihnya hanya dari satu atau dua departemen
saja.