Anda di halaman 1dari 5

Nama : Octavianus Pandu Prastia Kurniawan

NPM : 2022130095
Prodi : S1 Manajemen
Mata Kuliah : Statistika

Tugas
Definisi dan contoh dari metode penarikan sampel berikut:
Sampel Probabilitas (Probability Sampling):
1. Penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling)
2. Penarikan sampel acak terstruktur (stratified random sampling)
3. Penarikan sampel cluster (cluster sampling)
Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling):
1.Penarikan sampel sistematis (systematic sampling)
2. Penarikan sampel kuota (kuota sampling)
3. Penarikan sampel purposive (purposive sampling)
Jawab
Sampel Probabilitas (Probability Sampling)
Probability Sampling merupakan pemilihan sampel dari suatu populasi secara kompleks
dan acak. Pengambilan sampel yang kompleks membuat Probability Sampling lebih memakan
waktu karena adanya probabilitas pemilihan setiap unit yang dapat dihitung dan diperkirakan
sebagai sebuah kesimpulan statistik terhadap suatu populasi.

1. Penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling)


Simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak merupakan metode di
mana setiap unit sampel dari suatu populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
diikutsertakan dalam sampel.
Pengambilan sampel acak sederhana ini memerlukan daftar semua unit dalam populasi
survei. Selain itu, metode ini dapat didukung dengan alat seperti generator angka acak atau
teknik serupa yang dapat menentukan pemilihan sampel secara acak.
SRS merupakan metode probability sampling yang paling umum digunakan. Hal ini
dikarenakan keuntungan dari metode ini yang tidak memerlukan informasi apapun pada
kerangka survei selain daftar lengkap unit populasi serta informasi kontak. SRS juga merupakan
metode sederhana dengan rumus standar untuk menentukan ukuran sampel, perkiraan, dan
sebagainy,
Contoh simple random sampling
Pengambilan sampel acak sederhana untuk sampel pengguna saluran telepon. Maka, dapat
diambil bahan baku sampel dari buku telepon di suatu kota dan tiap entri diberi nomor.
Jika ada 15.000 pengguna telepon di suatu kota dan dibutuhkan sampel berukuran 3.000
sampel, maka diambil nomor dari 1 hingga 15.000 dan dimasukkan pada program generator
angka komputer. Dari sana nantinya ditemukan 3.000 sampel berupa nomor yang terpilih acak.

2. Penarikan sampel acak terstruktur (stratified random sampling)


Stratified sampling atau pengambilan sampel bertingkat merupakan teknik
pengambilan sampling dalam probability sampling yang mengelompokkan sampel dalam
kelompok eksklusif.
Pengelompokan ini disebut strata. Nantinya, dari tiap strata diambil sampel independen.
Suatu populasi dapat distratifikasi oleh beberapa variabel yang nilainya tersedia untuk semua
unit pada kerangka sampel sebelum pengambilan sampel dilakukan. Variabel ini umumnya
meliputi jenis kelamin, rentang usia, daerah/provinsi tempat tinggal, dan besaran pendapatan.
Secara umum, teknik pengambilan sampel bertingkat ini melibatkan pembagian populasi
menjadi sub populasi yang mungkin berbeda dalam beberapa variabel. Untuk menjalankan
teknik pengambilan sampel ini diperlukan penghitungan berapa banyak unit dari tiap sub
populasi yang akan dijadikan sampel.
Selain itu, teknik ini dikatakan bertingkat karena untuk menentukan sampel pada tiap sub
populasi atau sub kelompok itu tadi perlu digunakan teknik pengambilan sampel acak atau
sistematis. Sehingga, akan ada minimal dua teknik pengambilan sampel dalam teknik ini.
Contoh stratified sampling
Teknik probability sampling yang satu ini umum digunakan dalam riset ekonomi dan
sosial di mana ada pengelompokkan berdasarkan kriteria tertentu.
Contohnya adalah ketika akan diambil perkiraan berapa banyak mahasiswa di Kota A yang
memiliki pekerjaan paruh waktu dengan latar belakang ekonomi tertentu. Maka dilakukan
metode pengambilan sampel acak untuk seluruh mahasiswa dari berbagai universitas di Kota
A.
Kemudian dilakukan lagi pengelompokan untuk tiap kriteria variabel seperti rentang usia
mahasiswa, gaji orang tua, kondisi orang tua (bercerai/tidak), dan status mahasiswa
(beasiswa/reguler). dari sana kemudian diambil sampel untuk ditentukan proses
keterwakilannya terhadap populasi seluruh mahasiswa di Kota A yang bekerja paruh waktu.
3. Penarikan sampel cluster (cluster sampling)
Untuk beberapa kasus penelitian statistik berbasis geografis, umumnya diperlukan biaya
mahal karena sampel tersebar secara wilayah. Pengumpulan data untuk sampel jenis ini akan
menghabiskan banyak biaya dan waktu. Oleh karena itu, kemudian dibuat teknik probability
sampling dengan sistem klaster.
Pengambilan sampel dengan teknik klaster adalah teknik yang membagi populasi menjadi
beberapa kelompok atau gugus. Sejumlah gugus atau kelompok ini dipilih secara acak untuk
mewakili total populasi dan kemudian semua unit dalam kelompok tersebut dipilih untuk masuk
dalam sampel.
Pengambilan sampel berbasis klaster ini melibatkan sub kelompok dengan karakteristik
serupa dengan keseluruhan sampel. Namun, yang membedakan teknik probability
sampling jenis ini dengan teknik sampel bertingkat adalah pemilihan acak didasarkan bukan
pada individu atau unit tetapi memilih acak dari seluruh sub kelompok.
Seperti yang dibayangkan, teknik pengambilan sampel jenis ini umumnya digunakan untuk
menangani populasi tersebar dan memiliki banyak risiko dalam sampel.
Contoh cluster sampling
Hampir serupa dengan teknik pengambilan sampel bertingkat, pengambilan sampel dengan
teknik klaster dilakukan berbasis kelompok, dengan catatan ada perbedaan basis kelompok
tertentu pada tiap klaster.
Misalnya, sebuah federasi bulu tangkis ingin mengetahui olahraga apa saja yang diikuti
siswa kelas 11 di seluruh Indonesia. Akan terlalu luas jangkauannya jika hendak melakukan
survei untuk tiap siswa di Indonesia yang berada di kelas 11. Oleh karena itu, dipilih 1.000
sekolah secara acak dari seluruh Indonesia. Seribu sekolah tadi dinamakan klaster sampel. Baru
kemudian semua siswa kelas 11 dari semua klaster disurvei.

Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling)


Non probability sampling adalah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel yang tidak
memberi kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap anggota populasi atau setiap unsur untuk
dipilih menjadi sebuah sampel.
1. Penarikan sampel sistematis (systematic sampling)
Systematic sampling atau teknik pengambil sampel sistematis merupakan pengambilan
sampel dengan interval berkala tertentu. Metode probability sampling jenis ini dapat disamakan
dengan deret aritmatika seperti pengambilan selisih antara dua bilangan berurutan atau celah
tertentu. Adanya interval atau rumus tertentu untuk menentukan sampel ini yang membuat
metode ini lebih sistematis daripada sampel acak.
Metode ini sering digunakan di kalangan industri seperti untuk pengujian jalur produksi
atau pengujian standar kualitas mesin produksi di sebuah pabrik manufaktur. Misalnya, seperti
pengujian dilakukan interval produk ke-15 pada sebuah jalur perakitan. Maka, pengujian acak
akan terjadi pada angka 1 dan kemudian 15 serta kelipatannya.
Dalam urusan pemasaran, teknik probability sampling jenis ini juga digunakan untuk survei
sampel konsumen. Peneliti pasar dapat menggunakan teknik misalnya setiap orang ke-5 dan
kelipatannya yang memasuki suatu toko akan dijadikan sampel wawancara.
Contoh systematic sampling
Pengambilan sampel sistematis dapat dilakukan dengan memasukan rumus interval sampel
yang dipilih seperti beberapa langkah berikut.
• Berikan nomor pada tiap unit populasi dari 1 hingga N, di mana N adalah ukuran total
populasi
• Tentukan interval pengambilan sampel dengan koefisien K dengan membagi jumlah unit
dalam populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Seperti misalnya 100 sampel dari
total populasi 500 maka rumusnya 500 : 100 = 5, jadi K=5
• Kemudian, pilih nomor unit antara satu hingga K (5) secara acak. Nomor ini akan dijadikan
awalan acak dan menjadi nomor pertama. Misalnya memilih nomor 3, maka unit ketiga
dari kerangka sampel akan disertakan sebagai sampel dan berlaku kelipatannya. Sehingga
sampel kedua diambil dari 3 + K = Kth, di mana Kth adalah hasil penjumlahan tiap nomor
dengan nilai K yaitu 5. Sehingga nomor unit sebagai sampel selanjutnya adalah 8, 13,
18,23, dan seterusnya hingga nomor terakhir sebelum 500.
2. Penarikan sampel kuota (kuota sampling)
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.

Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit
sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel terlalu
sedikit, maka tidak akan dapat mewakili populasi.

Contoh quta sampling

Akan melakukan penelitian tentang Karies Gigi, jumlah sampel yang ditentukan 500
orang, jika pengumpulan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian
dipandang belum selesai. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas
5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang
anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.
3. Penarikan sampel purposive (purposive sampling)
Sampel ini adalah jenis sampel nonprobabilitas. Ini juga disebut sebagai sampel yang
menghakimi atau ahli. Sampel purposive adalah subset populasi yang dipilih secara tidak acak
dan biasanya lebih kecil yang dimaksudkan untuk mewakilinya secara logis. Hal ini dapat
dilakukan dengan memahami latar belakang populasi dengan memilih sampel yang
menggambarkan variasi tersebut. Peneliti menggunakan sampling ketika mereka ingin
mengakses subset tertentu dari orang-orang, di mana semua peserta survei dipilih untuk
menyesuaikan profil tertentu.

Contoh Sampel Purposive

Purposive sampling dapat digunakan dalam penelitian pendidikan. Misalkan seorang


peneliti ingin mengumpulkan umpan balik dari siswa tentang metode pedagogis di sekolah
mereka. Peneliti akan memilih siswa paling cerdas yang dapat memberikan informasi yang
relevan untuk penyelidikan sistematis.

Anda mungkin juga menyukai