Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skripsi merupakan penyusunan tugas akhir mahasiswa dalam suatu
proses pembelajaran yang digunakan untuk evaluasi kegiatan belajar
mengajar pada suatu institusi baik itu perguruan Tinggi, Universitas,
Sekolah Tinggi maupun Institut. Kendala yang sering dihadapi pada
mahasiswa adalah menuangkan ide kedalam bahasa ilmiah dan kesulitan
dengan standar tata tulis ilmiah. (Kinansi, 2012).
Dalam suatu penelitian, seringkali tidak mungkin melakukan
pengamatan pada semua elemen populasi. Karna itu, perlu dilakukan
pengambilan sample yang akan digunakan untuk menaksir parameter
populasi. Jika sample mewakili populasi, maka taksiran parameter yang
didapat semakin baik. Suatu taksiran parameter dikatakan baik, jika
merupakan taksiran yang tak bias dan variansi taksirannya paling kecil
diantara taksiran yang tak bias lainnya. Oleh karna itu, untuk mendapatkan
sample yang mewakili populasi diperlukan suatu teknik pengambilan
sample yang tepat sesuai dengan keadaan populasi. Salah satu teknik
pengambilan sample yaitu dengan metode sistematik random sampling.
Berdasarkan permasalahan di atas kami tertarik untuk menulis makalah
tentang “sistematik random sampling”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah definisi sistematik random sampling?
2. Apakah keuntungan sistematik random sampling?
3. Kekurangan sistematik random sampling?
4. Bagaimana langkah-langkah sistematik random sampling?
5. Bagaimana contoh penerapan sistematik random sampling?

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Menjelaskan definisi sistematik random sampling.
2. Menjelaskan keuntungan sistematik random sampling.
3. Menjelaskan kekurangan sistematik random sampling?
4. Menjelaskan langkah-langkah sistematik random sampling?
5. Menyebutkan contoh penerapan sistematik random sampling?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistematik Random Sampling

Sistematik Random Sampling merupakan sistem pengambilan sampel


yang dilakukan dengan menggunakan selang interval tertentu secara
berurutan. Misalnya, jika ingin mengambil 1000 sampel dari 5000 populasi
secara acak, maka kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari
interval pertama antara angka 1 - 5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka
berikutnya dari interval selanjutnya. Kelebihan dari pengambilan acak secara
sistematis ini adalah lebih praktis dan hemat dibanding dengan pengambilan
acak sederhana. Sedangkan, kekurangannya adalah tidak bisa digunakan pada
penelitian yang heterogen karena tidak mampunya menangkap keragaman
populasi heterogen.
Random Sistematik (Systematic Random Sampling) sistematik
sampling adalah metode statistik yang melibatkan pemilihan elemen-elemen
dari suatu memerintahkan kerangka sampling. Bentuk yang umum sebagian
besar sampling sistematis adalah probabilitas-metode yang sama, di mana
setiap k elemen dalam frame dipilih, di mana k, sampling interval (kadang-
kadang dikenal sebagai lompat), dihitung sebagai:

𝑁
k= 𝑛

dimana n adalah ukuran sampel, dan N adalah ukuran populasi.


Menggunakan prosedur ini setiap elemen dalam populasi memiliki
probabilitas yang sama dikenal dan seleksi. Hal ini membuat sistematik
sampling fungsional mirip dengan simple random sampling. Meskipun
demikian, jauh lebih efisien (jika varians dalam sampel sistematis lebih dari
varians dari populasi). Peneliti harus memastikan bahwa interval sampling
yang dipilih tidak akan menyembunyikan pola. Setiap pola akan mengancam

3
keacakan. Sebuah titik awal acak juga harus dipilih. Sampling sistematis yang
akan diterapkan hanya jika populasi tertentu secara logis homogen, karena
unit sampel sistematis yang merata atas penduduk.
Contoh: Misalkan supermarket ingin belajar kebiasaan membeli
pelanggan mereka, kemudian menggunakan sampling sistematik mereka
dapat memilih setiap tanggal 10 atau 15 pelanggan masuk ke supermarket dan
melakukan studi di sampel ini. Ini adalah sampel acak dengan sistem. Dari
kerangka sampling, titik awal dipilih secara acak, dan pilihan selanjutnya
berada pada interval teratur. Misalnya, Anda ingin sampel 8 rumah dari jalan
120 rumah. 120/8=15, sehingga setiap rumah 15 dipilih setelah titik awal
acak antara 1 dan 15. Jika titik awal acak adalah 11, maka rumah-rumah yang
dipilih adalah 11, 26, 41, 56, 71, 86, 101, dan 116.
Jika, seperti yang lebih sering, populasi tidak merata dibagi (misalkan
Anda ingin sampel 8 rumah dari 125, dimana 125 / 8 = 15,625), sebaiknya
Anda mengambil setiap rumah setiap 15 atau 16 rumah? Jika Anda
mengambil setiap rumah 16, 8 * 16 = 128, sehingga ada resiko bahwa rumah
terakhir yang dipilih tidak ada. Di sisi lain, jika Anda mengambil setiap
rumah15, 8 * 15 = 120, sehingga lima tahun terakhir rumah-rumah tidak akan
dipilih. Titik awal acak bukannya sebaiknya dipilih sebagai bukan integer
antara 0 dan 15,625 (termasuk pada satu titik akhir saja) untuk memastikan
bahwa setiap rumah memiliki peluang yang sama untuk dipilih; interval
sekarang harus nonintegral (15,625), dan bukan integer masing-masing
dipilih harus dibulatkan ke integer berikutnya Jika titik awal acak adalah 3,6,
maka rumah-rumah yang dipilih adalah 4, 19, 35, 51, 66, 82, 98, dan 113,
dimana ada 3 interval siklik dari 15 dan 5 interval 16.Untuk menggambarkan
bahaya sistematis skip menyembunyikan sebuah pola, seandainyakita adalah
untuk sampel lingkungan yang direncanakan di mana jalan masing-masing
memiliki sepuluh rumah di setiap blok. Ini rumah tempat # 1, 10, 11, 20, 21,
30 di sudut-sudut blok ; blok sudut mungkin kurang berharga, karena lebih
banyak wilayah mereka diambil oleh dll street front yang tidak tersedia untuk
membangun tujuan. Jika kita maka setiaprumah tangga 10 sampel, sampel

4
kita baik akan terdiri hanya dari rumah sudut (jika kitamulai dari 1 atau 10)
atau sudut rumah tidak (ada mulai lain); cara yang baik, tidak
akanrepresentatif.
Sistematis sampel juga dapat digunakan dengan probabilitas seleksi
non-sama. Dalam hal ini, bukan hanya menghitung melalui unsur-unsur
populasi dan memilih k setiap unit kami mengalokasikan setiap elemen ruang
sepanjang garis bilangan sesuai dengan probabilitasseleksi. Kami kemudian
menghasilkan mulai acak dari distribusi seragam antara 0 dan 1, dan bergerak
sepanjang garis bilangan pada langkah (Sugiyono, 2016).

B. Keuntungan Sistematik Random Sampling


Menurut Kasjono (2009), keuntungan SRS adalah:
1. Cara ini relatif mudah dilakukan
2. Pemilihan sampel dapat dilakukan pada proses yang sedang berjalan,
ketika jumlah populasi dari kerangka sampel belum tersedia.
3. Dengan menggunakan sampel acak sistematis, sampel yang terpilih
cenderung lebih tersebar dalam keseluruhan populasi. Oleh karena itu
sampel dianggap lebih mewakili populasinya dibandingkan sampel dari
metode acak sederhana.
4. Membutuhkan waktu serta biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan
dengan pengambilan sampel acak sederhana.

C. Kekurangan Sistematik Random Sampling


Kelemahan SRS menurut Kasjono (2009) adalah:
1. Setiap unit penelitian tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil
sebagai sampel. Oleh karena itu, populasi (N) harus besar sehingga
pengambilan sampel mendekati acak lagi.
2. Populasi harus bersifat homogen karena jika terlalu heterogen atau
banyak variasi, besar kemungkinan sampel tidak mewakili populasi.
3. Bila terjadi suatu kecenderungan tertentu maka metode ini menjadi
kurang sesuai atau tidak lagi acak, padahal sampel seharusnya memiliki

5
kesempatan yang sama untuk dipilih. Misalkan untuk memilih sampel
dengan hari menggunakan k=7, karena sampel akan selalu jatuh pada hari
yang sama.
4. Salah satu kekurangan lain dari Systematic Random Sampling adalah
biaya yang mungkin tinggi yang disebabkan oleh kondisi geografis yang
besar. Andaikata populasi tersebar dan berjauhan di daerah yang
besar,maka akan dibutuhkan biaya perjalanan untuk mencapai satu unit
sampel menuju unit sampel lainnya.

D. Langkah- langkah Sistematik Random Sampling


Langkah-langkah pelaksanaan SRS menurut para ahli dijelaskan sebagai
berikut:
1. Menurut Sugiyono
Menurut Sugiyono (2016), pemilihan sampel dilaksanakan
dengan contoh sebagai berikut: misalnya anggota populasi terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor 1 sampai dengan nomor
100. Pengampilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari
bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2. Menurut Sukmadianata
Menurut Sukmadianata (2012), pemilihan sampel dilaksanakan
dengan cara seluruh anggota populasi diberi nomor dari satu sampai
terakhir. Anggota sampel dipilih secara sistematis dengan menggunakan
rentang tertentu. Rentang ditentukan berdasarkan perhitungan jumlah
populasi dibagi jumlah sampel yang diinginkan.
3. Menurut Cochran
Menurut Cochran (2010) Ada beberapa cara untuk melihat penarikan
sampel sistematik. Dengan N=nk, sampel sistematik k yang mungkin
ditujukan dalam kolom pada tabel 2.1

6
Tabel 2.1. Komposisi Dari k Sampel Sistematik
Nomor 1 2… i… k
Sampel
y1 y2 yi yk
yk+1 yk+2 yk+i y2k
… … … …
y(n- y(n- y(n-1)k+1 ynk
1)k+1 1)k+2
Rata-rata

Dari tabel ini populasi telah dibagi ke dalam k unit-unit penarikan


sampel yang besar, masing-masing terdiri atas n unit asli. Cara pemilihan
sebuah sampel sistematik yang letaknya secara acak adalah hanya dengan
memilih satu unit dari unit-unit penarikan sampel yang besar secara acak.
Jadi penarikan sampel tunggal yang kompleks yang merupakan
keseluruhan sampel.Sampel sistematik adalah sebuah sampel acak
sederhana dari satu unit kelompok dari sebuah populasi dengan k
kelompok unit.
4. Pemilihan sampel dilakukan dengan beberapa langkah berikut:
a. Tentukan dahulu interval sampel (k) yang menunjukan hasil bagi
jumlah satuan elementer populasi dibagi sampel (N/n).
b. Unsur pertama dari sampel lalu dipilih secara acak diantara satuan
elementer bernomor urut i dan k dari populasi.
c. Andaikan yang terpilih itu adalah satuan elementer bernomor urut s,
maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel dapat ditentukan, yaitu :
d. Unsur pertama =s
e. Unsur kedua =s+k
f. Unsur ketiga = s + 2k
g. Unsur Keempat = s + 3k, dan seterusnya

7
h. Andaikan satuan satuan elementer dalam satuan populasi berjumlah
50, yang diberi no urut 1 sampai 50, dan besar sampel yang akan
diambil 10, maka = 50/10=5.
i. Unsur pertama dari sampel harus dipilih secara acak diantara satuan
satuan elementer 1 dan 5. Andaikan yang terpilih sebagai unsur
pertama adalah nomor 3, maka unsur-unsur yang lainnya dari sampel
adalah satuan satuan nomor 8, 13, 18, 23, 28, 38, 43, dan 48
(Kasjono, 2009)
5. Menurut Dharma
Menurut Dharma (2017), langkah melakukan systematic random
sampling yaitu sebagai berikut.
a. Susun kerangka sampling (sampling frame) sama seperti metode
simple random sampling
b. Hitung jumlah sampel yang diinginkan
c. Tentukan kelas interval (nilai K) dengan cara membagi jumlah
populasi dengan jumlah sampel yang diinginkan
d. Tentukan nomor pertama (m) dari kelas interval pertama populasi
yang akan dijadikan sebagai sampel, secara random (dapat dilakukan
dengan cara mengundi)
e. Urutan sampel berikutnya ditentukan dengan menjumlahkan nilai K
dengan m sampai memenuhi jumlah sampel yang diinginkan.

E. Contoh Sistematik Random Sampling


1. Dalam penelitian mengenai “Pengaruh Supervisi Klinis terhadap Kinerja
Guru Sekolah Menengah Atas Kota Bandung”
Di Kota Bandung terdapat 27 SMA Negeri dan 256 SMA Swasta.
Total terdapat 283 populasi, untuk setiap sekolah akan diambil proporsi
sampling sebanyak 25 %, maka harus diambil sampel dari 7 SMA Negeri
(25% x 27 = 6,75 dibulatkan menjadi 7) dan 64 SMA Swasta (25% x
256= 64). Sehingga total sampel yang diambil adalah 71 SMA di Kota
Bandung.

8
Sampel data dari 7 SMA Negeri yang dipilih harus dilakukan secara
acak, artinya setiap SMA Negeri memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih. Begitupun, dengan pemilihan sekolah swasta (Sugiyono, 2016),.

2. Dalam penelitian mengenai “Efektivitas Penggunaan Biaya Operasional


Sekolah (BOS) terhadap Mutu Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan
Subang Kabupaten Subang”
Untuk penelitian ini diketahui bahwa, terdapat 77 Sekolah Dasar di
Kecamatan Subang Kabupaten Subang. Jika diambil proporsi 30%
sampling dengan teknik SRS maka sekolah yang dijadikan sampling
sebanyak 23 sekolah (30% x 77= 23). Sekolah-sekolah tersebut terpilih
secara acak, artinya setiap Sekolah Dasar memiliki kesempatan yang
sama untuk terpilih Sukmadianata (2012).
3. Dalam Penelitian “Hubungan Kualitas Sarana Prasarana Kelas terhadap
Motivasi Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kota Bandung ”
Dalam penelitian ini diketahui bahwa terdapat 52 SMP Negeri
dan dua MTs, total populasi adalah 54 sekolah. Jika diambil proporsi 20
% sampling dengan teknik SRS, maka sekolah yang dijadikan sampling
sebanyak 11 sekolah (20% x 54= 10,8 dibulatkan menjadi 11). Sekolah
yang dijadikan sampel (baik SMPmaupun MTs) dipilih secara
acak. Artinya setiap SMP dan MTs memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih (Cochran, 2010).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistematik Random Sampling merupakan sistem pengambilan sampel
yang dilakukan dengan menggunakan selang interval tertentu secara
berurutan. Dalam Sistematik Random Sampling terdapat kelemahan dan
kelebihan dalam penggunaanya.
2. Random Sistematik (Systematic Random Sampling) sistematik sampling
adalah metode statistik yang melibatkan pemilihan elemen-elemen dari
suatu memerintahkan kerangka sampling. Bentuk yang umum sebagian
besar sampling sistematis adalah probabilitas-metode yang sama, di mana
setiap k elemen dalam frame dipilih, di mana k, sampling interval
(kadang-kadang dikenal sebagai lompat)

B. Saran
Materi yang kami sajikan dalam makalah ini sangatlah terbatas, jadi
kritikan dan saran dari para pembaca sangat kami perlukan untuk
memperluas pengetahuan kami dan pembaca juga. Materi systematic
sampling ini sangat penting dipelajari untuk bagaimana pengambilan
sampel dalam populasi.

10

Anda mungkin juga menyukai