KEPENATAAN
PERI ANESTESI
PADA LANSIA
– Sistem Kardiovaskuler
– Sistem Pernapasan
– Sistem Endokrin
– Sistem Saraf
– Fungsi Ginjal
– Fungsi Hepar
Sistem Kardiovaskuler
– Aliran darah serebral dan massa otak menurun sebanding dengan kehilangan jaringan saraf.
Autoregulasi aliran darah serebral tetap terjaga.
– Aktifitas fisik tampaknya mempunyai pengaruh yang positif terhadap terjaganya fungsi kognitif.
– Degenerasi sel saraf perifer menyebabkan kecepatan konduksi memanjang dan atrofi otot skelet.
– Penuaan dihubungkan dengan peningkatan ambang rangsang hampir semua rangsang sensoris
misalnya: raba, sensasi suhu, proprioseptif, pendengaran dan penglihatan.
– Volume anestetik epidural yang diberikan cenderung mengakibatkan penyebaran yang lebih luas ke arah
kranial, tetapi dengan durasi analgesia dan blok motoris yang singkat. Sebaliknya, lama kerja yang lebih
panjang dapat diharapkan dari anestetik spinal.
– Pasien usia lanjut sering kali memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih secara sempurna dari efek
SSP anestetik umum, terutama jika mereka mengalami kebingungan atau disorientasi preoperatif.
Fungsi Ginjal
– Aliran darah ginjal dan massa ginjal menurun. (massa korteks diganti oleh lemak dan jaringan
fibrotik). Laju filtrasi glomerulus dan bersihan kreatinin (creatinin clearance) menurun
– Gangguan penanganan natrium, kemampuan konsentrasi, dan kapasitas pengenceran
memberi kecenderungan pasien usia lanjut untuk mengalami dehidrasi atau overload cairan.
– Fungsi ginjal menurun, mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan obat.
– Penurunan kemampuan ginjal untuk menangani air dan elektrolit membuat penatalaksanaan
cairan yang tepat menjadi lebih sulit; pasien usia tua lebih cenderung untuk mengalami
hipokalemia dan hiperkalmeia. Hal ini diperparah oleh penggunaan diuretik yang sering pada
populasi usia lanjut.
Fungsi Hepar
Respons Klinik terhadap obat anestesi pada pasien usia lanjut mungkin
disebabkan karena adanya gangguan sensitivitas pada target organ
(farmakodinamik). Bentuk sediaan obat yang diberikan dan gangguan jumlah
reseptor atau sensivitas menentukan pengaruh gangguan farmakodinamik
efek anestesi pada pasien usia lanjut. Umumnya, pasien berusia lanjut akan
lebih sensitive terhadap obat anestesi. Jumlah obat yang diperlukan lebih
sedikit dan efek obat yang diberikan bisa lebih lama.
Respon hemodinamik terhadap anestesi intravena bisa menjadi berat karena adanya
interaksi dengan jantung dan vaskuler yang telah mengalami penuaan. Kompensasi
yang diharapkan sering tidak terjadi karena perubahan fisiologis berhubungan dengan
proses penuaan normal dan penyakit yang berhubungan dengan usia. Adapun
penyebab efek farmakologik yang terganggu, pasien berusia lanjut biasanya
memerlukan penurunan dosis pengobatan yang secukupnya
Obat yang digunakan untuk anestesi pada lansia:
Anestesi Inhalasi
Tidak ada perubahan sensitivitas otak terhadap thiopental yang berhubungan dengan usia. Namun,
dosis thiopental yang diperlukan untuk mencapai anestesi menurun sejalan dengan pertambahan usia.
Namun, dosis thiopental sehubungan dengan usia disebabkan karena penurunan volume distribusi
inisial obat tersebut. Penurunan volume distribusi inisial terjadi pada kadar obat dalam serum yang
lebih tinggi setelah pemberian thiopental dalam dosis tertentu pada pasien berusia lanjut. Sama seperti
pada kasus etomidate, perubahan farmakokinetik sesuai usia (disebabkan karena penurunan klirens
dan volume distribusi inisial), bukan gangguan responsif otak yang terganggu, bertanggung jawab
terhadap penurunan dosis etomidate yang diperlukan pada pasien berusia lanjut.
Otak menjadi lebih sensitive terhadap efek propofol, pada usia lanjut.
Selain itu, klirens propofol juga mengalami penurunan. Efek penambahan
ini berhubungan dengan peningkatan sensitivitas terhadap propofol
sebesar 30-50% pada pasien dengan usia lanjut. Dosis yang diperlukan
midazolam untuk menghasilkan efek sedasi selama endoskopi
gastrointestinal atas mengalami penurunan sebesar 75% pada pasien
berusia lanjut. Perubahan ini berhubungan dengan peningkatan sensitivitas
otak dan penurunan klirens obat.
Opiat
Usia merupakan predictor penting perlu tidaknya penggunaan morfin post operatif, pasien
berusia lanjut hanya memerlukan sedikit obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Morfin dan
metabolitnya morphine-6-glucuronide mempunyai sifat analgetik. Klirens morfin akan
menurun pada pasien berusia lanjut. Morphine-6-glucuronide tergantung pada eksresi renal.
Pasien dengan insufisiensi ginjal mungkin menderita gangguan eliminasi morfin
glucuronidesm dan hal ini bertanggung jawab terhadap peningkatan analgesia dari dosis
morfin yang diberikan pada pasien berusia lanjut.
Sufentanil, alfentanil dan fentanyl kurang lebih dua kali lebih poten pada pasien berusia lanjut.
Penemuan ini berhubungan dengan peningkatan sensitivitas otak terhadap opoid sejalan
dengan usia, bukan karena gangguan farmakokinetik. Penambahan usia berhubungan dengan
perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dan remifentanil. Pada usia lanjut terjadi
peningkatan sensitivitas otak terhadap remifentanil. Remifentanil kurang lebih dua kali lebih
poten pada lanjut usia dan dosisi yang diperlukan adalah satu setengah kali bolus. Akibat
volume kompartemen pusat VI dan penurunan klirens pada usia lanjut, maka diperlakukan
kurang lebih sepertiga jumlah infus.
Pelumpuh Otot
Umumnya, usia tidak mempengaruhi farmakodinamik pelumpuh otot.
Durasi kerja mungkin akan memanjang, bila obat tersebut tergantung
pada metabolism ginjal atau hati. Diperkirakan terjadi penurunan
pancuonium pada pasien berusia lanjut, karena ketergantungan
pancuronium terhadap ekskresi ginjal. Perubahan klirens pancuronium
pada usia lanjut masih kontroversial.
Atracurium bergantung pada sebagian kecil metabolism hati dan ekskresi
dan waktu eliminasinya akan memanjang pada pasien usia lanjut. Tidak
terjadi perubahan klirens dengan bertambahnya usia, yang menunjukan
adanya jalur eliminasi alternative (hidrolisis eter dan eliminasi Hoffmann)
penting pada pasien bersusia lanjut. Klirens vecuronium plasma lebih rendah
pada pasien berusia lanjut. Durasi memanjang yang berhubungan dengan
usia terhadap kerja vecuronium menggambarkan penurunan reverse ginjal
atau hepar.
Anestesi neuraksial dan blok saraf perifer
Presentase obat anesthesia tidak berdampak terhadap durasi blockade motoric dengan
pemberian anestesi bupivacaine. Waktu onset akan menurun, bagaimanapun juga penyebaran
anestesi akan lebih baik dengan pemberian cairan bupivacaine hiperbarik. Dampak usia
terhadap durasi anesthesia epidural tidak terlihat pada pemberian bupivacaine 0,5%. Waktu
onset akan memendek dan kedalaman blok anesthesia akan bertambah besar. Terlihat klirens
plasma lokal anestesi yang menurun pada pasien berusia lanjut . Hal ini dapat menjadi factor
yang mengurangi penambahan dosis dan jumlah infus selama pemberian dosisi berulang dan
teknik infus berkesinambungan.
Keuntungan obat-obat spesifik pada usia lanjut:
BERSAMBUNG KE
PERTEMUAN 2