Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 1 JATUH
BLOK GERIATRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : FARADIBA TENRI SETIAWATI SALMAN


STAMBUK : 16 777 018
KELOMPOK : I ( SATU )
TUTOR : dr. MUHAMMAD FANDY RAHMATU

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAT PALU
2019
SKENARIO
Seorang perempuan umur 73 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha
kanan terutama bila digerakkan sehingga mengganggu aktivitas dan tidak bisa berjalan. Keadaan ini
dialami sejak 3 hari yang lalu setelah penderita jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Postur tubuh
penderita bungkuk ke depan sejak beberapa tahun terakhir ini. Beberapa hari terakhir ini penderita
kedengaran batuk-batuk tetapi sulit sekali mengeluarkan lendirnya terutama malam hari dan juga
nafsu makan beberapa minggu ini sangat menurun. Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah 170/90
mmHg, nadi 92x/menit, pernapasan 30x/menit dan suhu 37,1 ̊C. Pemeriksaan auskultasi terdengar
bunyi tambahan ronkhi basah kasar di seluruh lapangan kedua paru. Penderita juga selama ini mium
obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi dan rematik.

KALIMAT KUNCI
1. Perempuan umur 73 tahun
2. Nyeri pada pangkal paha kanan terutama bila digerakkan
3. Mengganggu aktivitas dan tidak bisa berjalan
4. Dialami sejak 3 hari yang lalu setelah penderita jatuh terduduk di dalam kamar mandi
5. Postur tubuh penderita bungkuk ke depan sejak beberapa tahun terakhir
6. Beberapa hari terakhir penderita kedengaran batuk-batuk tetapi sulit sekali mengeluarkan
lendirnya terutama malam hari
7. Nafsu makan beberapa minggu ini sangat menurun
8. Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 92x/menit, pernapasan
30x/menit dan suhu 37,1 ̊C
9. Pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi tambahan ronkhi basah kasar di seluruh lapangan
kedua paru
10. Riwayat konsumsi obat kencing manis, tekanan darah tinggi dan rematik

PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan menua beserta teori-teorinya ?
2. Apa yang dimaksud dengan jatuh ?
3. Jelaskan efek penuaan pada anatomi dan fisiologi sistem organ !
4. Tuliskan faktor resiko terjadinya jatuh pada lansia !
5. Tuliskan penyebab jatuh pada lansia !
6. Tuliskan langkah-langkah diagnosis sesuai dengan skenario !
7. Bagaimana hubungan riwayat penyakit pada skenario dengan jatuh ?
8. Tuliskan penatalaksanaan dan pencegahan agar penderit tidak jatuh berulang !
9. Tuliskan komplikasi dari jatuh ?
1. Definisi menua beserta teori-teorinya
 Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.

Teori Menua
Teori genetik clock
proses menjadi tua (Lansia) telah terprogram secara genetik untuk spesis-spesis
tertentu. Tiap spesis mempunyai di dalam nuclei (inti sel)nya suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu umur seseorang sudah ditentukan oleh
sel genetik telah dirancang untuk tahan hidup dalam waktu tertentu.

Teori Error Catastrophe (Mutasi somatik)


Terjadi mutasi yang progresif pada DNA sel somatik menyebabkan penurunan
kemampuan fungsional sel. Error Catastrophe: terjadinya kesalahan RNA baik dalm
proses tranlasi maupun transkripsi sehingga terbentuk enzim yang salah menyebabkan
reaksi metabolisme yang salah sehingga mengurangi funsional sel.

Teori Imunitas
Fungsi sistem imun daya tahan , daya serangnya terhadap sel kankerpun sehingga sel
kanker leluasa membela diri dan inilah yang menyebabkan meningkatnya kanker pada
usia lanjut.

Teori Radikal Bebas (RB)


RB sifatnya merusak karena sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
asam lemak tidak jenuh. Dalam tubuh sendiri mempunyai kemampuan untuk menangkal
RB, dalam bentuk enzim, di samping itu RB juga dapat dinetralkan menggunakan
senyawa non enzimatik seperti vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta Karoten)
dan Vitamin E (Tocopherol). Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian RB
tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga pengrusakan
terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama makin banyak akhirnya sel mati.

2. Definisi jatuh
 Jatuh dapat didefinisikan sebagai kejadian yang tak diharapkan dimana seseorang jatuh
dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah atau sama tingginya

3. Efek penuaan pada anatomi dan fisiologi sistem organ


 Sel : Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan
extra seluler
 Persarafan : Cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu
untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
 Sistem penglihatan : Spinkter pupil timbul sklerosis  dan hilangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk sferis, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
 Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, tekanan darah meninggi.
 Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
 Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin.
 Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesica urinaria sulit diturunkan pada pria
lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria
diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.
 Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
 Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak, kulit
kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan
hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
 Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi
lamban  bergerak. otot kam dan tremor.

4. Faktor resiko terjadinya jatuh pada lansia


 Faktor Intrinsik
- Kondisi fisik dan neuropsikiatri
- Penurunan visus dan pendengaran
- Perubahan neuro muskular, gaya berjalan, dan refleks postural karena proses
menua
 Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum
- Alat-alat bantu berjalan
- Lingkungan yang tidak mendukung ( berbahaya )
5. Penyebab jatuh pada lansia

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh lansia).
- Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung
- Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses
menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak,
lalu jatuh.
b. Nyeri kepala dan atau vertigo
c. Hipertensi othostatik :
- Hipovolemia/curah jantung rendah
- Disfunfsi otonom
- Penurunan kembali darah vena ke jantung
- Terlalu lama berbaring
- Pengaruh obat-obat hipotensi
- Hipotensi sesudah makan
d. Obat-obatan
- Diuretik/antihipertensi
- Antidepressan trisiklik
- Sedativa
- Antipsikotik
- Obat-obat hipoglikemik
- Alkohol
e. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut seerti :
Kardiovaskuler :
- Aritmia
- Stenosis aorta
- Sinkope sinus carotis
Neurologi :
- TIA
- Stroke
- Serangan kejang
- Parkinson
- Kompressi saraf spinal karena spondilosis
- Penyakit serebellum
f. Idiopatik : tak jelas sebabnya
g. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
- Drop attack (serangan roboh)
- Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba
- Terbakar matahari

6. Langkah-langkah diagnosis
1. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)
Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya.
Anamnesis ini meliputi
 Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa karena terpeleset,
tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok atau
sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang
menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas lainnya.
 Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-tiba,
vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.
 Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes mellitus,
stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik,
depresi, deficit rematik dll
 Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non spesifik),
diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik,
ACE inhibitor dll
 Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat dan tidak
datar, pencahayaannya dll
2. Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran pasien (bisa dengan GCS)
 tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan)
 tanda nyeri dan fraktur serta pemeriksaan ekstremitas(edema dan sebagainya)
 keadaan jantung: apakah ada pembesaran dan bunyi jantung abnormal
 pemeriksaan neurologis untuk menetukan lesi pada otak atau juga sensorik dan
motorik
 pemeriksaan status fungsional dan kognitif, memperhatikan apakah pasien
menderita demensia terutama demensia vascular
 pemeriksaan mobilitas pasien: status fungsional cara berlajan
3. Pemeriksaan Penunjang
 pemeriksaan laboratorium tergantung dari sifat permasalahan dan keadaannya.
 Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, kadar kalsium, elektroforesis protein
serum
 Mengukur kadar alkali fosfatase serum, bone-Gla-protein plasma (osteocalcin),untuk
mengetahui adanya pembentukan tulang pada osteoporosis.
 Pemeriksaan foto roentgen bagian panggul dalam bidang anteroposterior, lateral,
dan oblique, harus dilakukan pada setiap pasien yang menderita nyeri pada pangkal
paha dan juga pada sendi lutut.
4. Assasement Fungsional
Seyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien dan
aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk mencegah
terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan observasi atau pencarian
terhadap :

 Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk dikursi,
ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah
dll.
 Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu ( kursi
roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya. Aktifitas kehidupan
sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Terutama kehidupannya
dalam keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga apakah terdapat
depresi dll.

7. Hubungan riwayat penyakit pada skenario dengan jatuh


Kencing manis
Kencing manis dapat didefinisikan sebagai kadar gula yang tinggi dalam urin. Penyebab dari
kencing manis adalah penyakit Diabetes mellitus (DM). Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang
dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau
reseptor insulin tidak berfungsi baik. Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut
DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin
tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah
kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa
menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam
hati dan otot. Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena
reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa
yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa
menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah
dan menimbulkan berbagai komplikasi. Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang
penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi akibat gangguan pembuluh darah.
Gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan
penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal
(gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Gangguan
tersebut dapat berakibat dengan faktor penyebab jatuh pada pasien.
Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Hipertensi dapat disebabkan karena adanya gangguan pada curah jantung dan vaskular
perifer. Faktor di atas banyak ditentukan sistem saraf simpatis, parasimpatis, SRAA dan
faktor lokal. Hipertensi yang berlangsung lama dapat menyebabkan sakit kepala yang
intermitten dan kerusakan organ pada jantung, otak dan ginjal.
Penyakit Jantung
Gangguan pada jantung mempunyai banyak faktor dan penyebab. Seperti gagal jantung dan
PJK. Adanya gangguan pada jantung dapat menyebabkan gangguan pada kontraksi dan
curah jantung. Hubungan yang sangat berhubungan dengan faktor jatuh adalah karena
adanya high output dan gangguan kontraksi. High output disebabkan karena curah jantung
yang meningkat namun di atas normal tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
pada otak, sedangkan gangguan kontraksi disebabkan karena adanya hipertrofi dinding
ventrikel dan ekspansi volume ventrikel jika gangguan berlangsung lama dan dapat berakibat
apoptosis sel jantung dan proliferasi jaringan ikat. Sehingga distribusi darah dan oksigen
dapat terganggu. Kurangnya distribusi darah dan oksigen dapat berakibat buruk pada organ
tubuh khususnya pada otak, sehingga dapat menyebabkan sinkop dan jatuh mendadak.
Rematik
Rematik dapat didefinisikan sebagai berbagai kelainan yg ditandai oleh peradangan,
degenerasi, atau kekacauan metabolik struktur jaringan ikat terutama sendi dan struktur yg
berhubungan, dan disertai oleh rasa nyeri, kekakuan atau pembatasan gerak. Rematik
banyak dialami oleh orang yang lanjut usia dengan berbagai macam kelainan. Seperti
osteoporosis, osteoarthritis, rematoid artritis, gout dan pseudogout. Adanya gangguan-
gangguan tersebut dapat menyebabkan Sakit / nyeri hilang timbul, Nyeri setelah melakukan
suatu aktifitas, rasa kaku pada persendian, dan Kelemahan otot / tulang. Akibatnya pasien
sulit berjalan dan tertatih-tatih dan mempunyai resiko jatuh jika cara berjalan kurang baik.

8. Penatalaksanaan dan pencegahan agar penderita tidak jatuh berulang


Penatalaksanaan awal
Nyeri
 paracetamol 500 mg/ hr dosis max 3000 mg
kodein 10 mg
 Pantau perkembangan nyeri dengan VAS ( visual analgesik scale)
 Tahapan pemberian anlgesik pada lansia :
a. analgesik
b. analgesik + opioid tinggi
c. analgesik + opioid tinggi + anti anxietas

Fraktur

Terapi operatif pada FRAKTUR-nya. Terapi operatif hampir selalu dilakukan pada
penderita fraktur leher femur baik orang dewasa muda maupun pada orang tua karena :

 Perlu reduksi yang akurat dan stabil


 Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi
 Tindakan operatif : dilakukan pemasangan prostesis Moore.

Osteoporosis
Untuk nyeri tulang yang disebabkan oleh osteoporosis, prinsip pengobatannya adalah:
 Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obat yang dapat meningkatkan
pembentukan tulang adalah:Na-flurida dan steroid anabolic.
 Menghambat resorbsi tulang,obat-obat yang dapat menghambat resorbsi tulang
adalah; kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat. Disamping itu juga diberikan
obat anti nyeri.
Diabetes
Obat Diabetik Oral:
a. Biguanide : metformin
b. Alpha- glucoside inhibitor
c. PPAR- gamma agonis/thiazolidinedions: pioglitazon
d. Sulphonylureas
Hipertensi dan Jantung
 Diet Jantung I-IV ( 835 – 2023 kkal)
 Diet rendah garam (untuk hipertensi)
 Medika mentosa
e. ACE inhibitors : Catopril
f. Angiotensin II receptor blockers :
g. Beta-blockers: propanolol,asebutolol
h. Calcium antagonists : Dihidropitridin (Nifedipin), Benzodtiazepin (Diltiazem),
Difenalkilamin (Verapamil)
i. Central Sympatolitic : methyldopa,clonidine
j. Direct vasodilators : Hydrolazine, Na-Nitroprusside)
k. Diuretics: Thiazide (Hydrochlorothiazide, Chlorthalidon,Indapamide), Loop
(Furosemide,Bumetadine), K sparing (spirolactone, amilorita)
Rekomendasi untuk Hipertensi dengan komplikasi penyakit lain
 DM: ACE-I
 Dislipidemia : α bloker
 Isolated sistolik HT : Diuretik, Ca++ antagonis
 Osteoporosis: Thiazide
Rematik
 Dukungan psikologis
 Istirahat
 Medika mentosa:
 Penggunaan asetaminofen (hingga 4 g/hari).
 NSAID oral selektif dan non-selektif COX-2 yang digunakan dengan dosis
terendah yang efektif untuk penanganan OA, dan hindari penggunaannya dalam
jangka panjang.
 Preparat topikal NSAID dan capsaicin.
 Injeksi intraartikular kortikosteroid dan hialuronat.
 Suplementasi menggunakan glucosamine dan chondroitin sulfat untuk
meringankan gejala-gejala simtomatik.
 Structure-modifying effects dengan
penggunaan glucosamine sulfat, chondroitin sulfat dan diacerein.
 Indikasi penggunaan golongan opioid dan analgesik narkotik lemah untuk
penanganan nyeri yang refrakter.
 Garam emas dan penisilamin
 Injeksi hidrokortison intraartikular

9. Komplikasi dari jatuh

Beberapa kemungkinan yang dapat ditegakkan :


Daerah kaki kanan pasien masih bisa digerakkan, namun karena adanya sensasi nyeri yang
hebat (seperti fraktur/dislokasi pada tulang) sehingga pasien sulit untuk berjalan.

Trauma (jatuh terduduk) yang terjadi menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang pada
pangkal paha, yang selanjutnya dapat mengarah pada komplikasi fraktur pada femur.
Fraktur femur dapat menyebabkan sensasi nyeri yang sangat hebat yang mengakibatkan
pasien sulit untuk menggerakkan kakinya. Kemungkinan yang lain adalah trauma yang
menyebabkan robekan pada otot-otot di daerah pangkal paha sehingga kaki pasien sulit
digerakkan. Namun melihat dari kondisi lingkungan dan tempat jatuh pasien, maka
kemungkinan robekan pada paha bisa dibilang kecil sekali. Karena trauma yang terjadi
bersifat trauma tumpul yang komplikasinya hanya dapat menyebabkan memar dan
perdarahan pada otot-otot paha. Sedangkan jika yang mengalami kerusakan adalah sistem
persyarafan, khususnya daerah sensorik, hingga seharusnya sensasi nyeri sudah tidak dapat
dirasakan. Maka kepastian yang paling mungkin terjadi adalah fraktur femur yang
disebabkan oleh jatuh terduduk.
DAFTAR PUSTAKA
H. Hadi Martono (2010), Buku ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta : Penerbit : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rahardjo HE. 2012. Panduan tatalaksana inkontinensia urin. Perkina : Jakarta.

Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME et al. Pneumonia Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology.
6th edition. New York. McGraw-Hill, 2009

Anda mungkin juga menyukai