Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 2 INKONTINENSIA URIN


BLOK GERIATRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : FARADIBA TENRI SETIAWATI SALMAN


STAMBUK : 16 777 018
KELOMPOK : I ( SATU )
TUTOR : dr. MUHAMMAD RAFLI SUWANDI, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAT PALU
2019
SKENARIO
Perempuan 68 tahun dibawa ke Rumah sakit oleh keluarganya dengan keluhan selalu mengompol.
Keadaan ini dialami sudah sejak 3 bulan lalu dimana penderita sama sekali tidak dapat menahan bila
ingin buang air kcil, sehingga kadang air seninya berceceran di lantai. Tidak ada keluhan sakt saat
berkemih.

Sejak seminggu lalu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas, serta nafsu makannya
berkurang, tetapi tidak demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/70 mmHg,
nadi 92x/menit, suhu aksiler 37 oC, pernapasan 24x/menit. Pada pau-paru ditemukan adanya ronkhi
basah kasar pada bagian medial. Jantung, hati dan limpa kesan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan laboratorium GDS 209 mg/dl. Penderita sejak 6 tahun terakhir ini penderita mengidap
dan berobat teratur penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi.

KALIMAT KUNCI
- Perempuan 68 tahun
- Selalu mengompol yang tidak bisa ditahan sejak 3 bulan lalu
- Tidak nyeri saat berkemih
- Sejak seminggu lalu batuk-batuk dan agak sesak napas, nafsu makan kurang dan tidak
demam
- Pem.fisis : TD 160/70 mmHg, Nadi 92xmenit, suhu 37 oC, pernapasan 24x/menit
- Ditemukan ronkhi basah pada bagian medial paru
- Jantung, hati dan limpa normal
- GDS 209 mg/dl
- Riwayat penyakit dan konsumsi obat diabetes dan hipertensi sejak 6 tahun lalu

PERTANYAAN
1. Jelaskan perubahan anatomi dan fisiologi organ saluran kemih bagian bawah pada lansia !
2. Jelaskan mekanisme diuresis normal !
3. Apa yang dimaksud dengan inkontinensia urin ?
4. Tuliskan faktor resiko inkontinensia urin dan tipe-tipenya !
5. Jelaskan mekanisme inkontinensia urin !
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dan penatalaksaan pada skenario !
7. Bagaimana hubungan DM dan inkontinensia urin ?
8. Bagaimana hubungan riwayat berobat dengan inkontinensia urin ?
9. Bagaimana hubugan batuk dengan keluhan utama ?
1. Perubahan anatomi dan fisiologi organ saluran kemih bagian bawah pada
lansia
 Pada usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya perubahan anatomis dan fisiologis
dari sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut akan berkaitan dengan
menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita dan hormon androgen pada pria.
Perubahan yang terjadi ini berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen pada
dinding kandung kemih yang dapat mengakibatkan fungsi kontraktil dari kandung
kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra dapat terjadi perubahan vaskularisasi pada
lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. Dengan keadaan ini
menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar panggul juga dapat
mengalami perubahan serupa melemahnya fungsi dan kekuatan otot.

2. Mekanisme diuresis normal


 Dalam proses berkemih yang normal dikendalikan oleh mekanisme volunter dan
volunter. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul yang berada dibawah
kontrol mekanisme volunter. Sedangkan pada otot detrusor kandung kemih dan
sfingter uretra internal berada pada bawah kontrol sistem saraf otonom. Ketika otot
detrusor berelaksasi maka terjadinya proses pengisian kandung kemih dan
sebaliknya jika otot ini berkontraksi maka proses berkemih (pengosongan kandung
kemih) akan berlangsung. Dengan kontraksi otot detrusor kandung kemih
disebabkan dengan aktivitas saraf parasimpatis, dimana aktivitas itu dapat terjadi
karena dipicu oleh asetilkoline. Ketika terjadi perubahan - perubahan pada
mekanisme normal ini maka dapat menyebabkan proses berkemih terganggu. Pada
usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya perubahan anatomis dan fisiologis dari
sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut akan berkaitan dengan
menurunnya kadar hormone estrogen pada wanita dan hormone androgen pada
pria. Perubahan yang terjadi ini berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen
pada dinding kandung kemih yang dapat mengakibatkan fungsi kontraktil dari
kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra dapat terjadi perubahan
vaskularisasi pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot uretra.
Dengan keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar
panggul juga dapat mengalami perubahan merupakan melemahnya fungsi dan
kekuatan otot. Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital
bagian bawah akibat dari proses menua sebagai faktor kontributor terjadinya
Inkontinensia urin.

3. Definisi inkontinensia urin


 Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali dan tidak diinginkan
dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial
dan/atau kesehatan.

4. Faktor resiko inkontinensia urin dan tipe-tipenya


 Faktor resiko terjadinya inkontinensia urin :
- Obesitas
Meningkatnya tekanan bladder akibat lemak yang menumpuk
- Merokok
Penyakit PPOK menyebabkan stress inkontinensia menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdomen
- Jenis kelamin
Lebih banyak dialami perempuan karena urethra yang lebih pendek dari laki-laki
- Riwayat multipara
Karena bisa terdapat fistula saat melahirkan
- Usia lanjut
Fungsi otot spinter uretra dan bladder menurun
- Kopi
Karena kopi bersifat diuretic

Tipe-tipe inkontinensia urin


1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence) :
Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya
berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika
kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium,
infeksi dan inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin
production (produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction.
2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten) :
Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama (lebih dari
6 bulan ). Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang melatar belakangi Inkontinensia urin
kronik (persisten)yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena
kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor.
Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge,
overflow, mixed). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tipe Inkontinensia urin
kronik atau persisten :

Tipe Definisi Penyebab


Stress Keluarnya urin sedikit- - Kelemahan otot dasar panggul dan
sedikit tatkala terjadi hipermobilitas uretra.
peningkatan tekanan - Kelemahan sfingter uretra atau pintu
intraabdominal (batuk, keluar kandung kemih.
tertawa, olahraga dll) - Kelemahan sfingter uretra pasca
prostatektomi.

Urgensi Keluarnya urin akibat - Hiperaktivitas detrusor, atau berkaitan


ketidak mampuan dengan satu atau lebih kondisi berikut :
menunda berkemih tatkala - Kondisi genitourinarius lokal seperti
timbul sensasi keinginan tumor, batu, divertikel atau obstruksi
untuk berkemih. aliran keluar.
- Ggn SSP à strok, demensia,
parkinsonisme, trauma medulla spinalis.

Overflow Keluarnya urin sedikit- - Obstruksi anatomik akibat prostat,


sedikit akibat kekuatan striktur, sistokel.
mekanik pada kandung - Kandung kemih yang tidak berkontraksi
kemih yang overdistensi pd DM atau trauma medulla spinalis.
atau faktor lain yang - Neurogenik (disinergi detrusor sfingter)
berefek pada retensi urin terkait dgn sklerosis multipel dan lesi
dan fungsi sfingter. medulla spinalis suprasakral lainnya.
- Efek samping obat.
Fungsional Keluarnya urin yang - Demensia berat dan kelainan neurologis
berkaitandengan lain.
ketidakmampuan untuk ke - Faktor psikologis à depresi.
toilet akibat gangguan
kognitif dan/atau fungsi
fisik, ketidakmampuan
psikologis, atau hambatan
lingkungan.

5. Mekanisme inkontinensia urin


 Proses berkemih normal dikendalikan oleh mekanisme volunter dan involunter.
Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada di bawah kontrol
mekanisme volunter. Sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra
internal berada di bawah kontrol sistem saraf otonom. Ketika otot detrusor
berelaksasi maka akan terjadi proses pengisian kandung kemih sebaliknya jika otot
ini berkontraksi maka proses berkemih ( pengosongan kandung kemih ) akan
berlangsung. Kontraksi otot detrusor kandung kemih disebabkan oleh aktivitas saraf
parasimpatis, dimana aktivitas ini dapat terjadi karena dipicu oleh asetilkoline.
Jika terjadi perubahan-perubahan pada mekanisme normal ini maka akan
menyebabkan proses berkemih terganggu. Pada usia lanjut baik wanita maupun pria
terjadi perubahan anatomis dan fisiologis dari sistem urogenital bagian bawah.
Perubahan tersebut berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen pada wanita dan
hormon androgen pada pria. Perubahan yang terjadi ini dapat berupa peningkatan
fibrosis dan kandungan kolagen pada dinding kandung kemih yang mengakibatkan
fungsi kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra terjadi
perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot
uretra. Keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar
panggul juga mengalami perubahan berupa melemahnya fungsi dan kekuatan otot.
Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian bawah
akibat proses menua merupakan faktor kontributor terjadinyaInkontinensia urin.

6. Langkah-langkah diagnosis dan penatalaksaan pada skenario


Langkah-langkah diagnosis :
1. Anamnesis
 Apakah ada faktor pencetus (batuk, bersin)
 Micturation diary
 Apakah ada diare, konstipasi
 Riwayat penyakit DM, ISK, atrofi genitourinaria
 Riwayat melahirkan
2. Pemeriksaan fisik
 Tanda vital
 Pemeriksaan abdomen
 Pemeriksaan daerah urogenitalia
3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
- Urinalisis
- Kultur urin
 Pemeriksaan lainnya
- Pemeriksaan Urodinamik
- IVU
- USG
Pentalaksanaan

Tipe IU Terapi
Urgensi Lini pertama - Intervensi perilaku : Bladder training
Lini kedua - Obat-obatan : Tolterodin, Solifenacin, Oxybutynin
dll.
Lini ketiga - Pembedahan (sangat jarang dilakukan).

Stress Lini pertama - Intervensi perilaku : Kegel’s exercise, Bladder


training.
Lini kedua - Obat-obatan : Agonis adrenergic alfa, dan/atau
estrogen.
Lini ketiga - Injeksi periuretra, pembedahan (bladder neck
suspension).

Overflow Lini pertama - Kateterisasi intermiten, pembedahan untuk


menghilangkan obstruksi.
Lini kedua - Kateterisasi menetap jangka panjang.
Lini ketiga - Kateterisasi suprapubik.

Fungsional Lini pertama - Intervensi perilaku (tergantung pramurawat).


Lini kedua - Manipulasi lingkungan.
Lini ketiga - Pemakaian alas ompol

7. Hubungan diabetes melitus dan inkontinensia urin


 Diabetes Mellitus dengan inkontinensia urin Diabetes mellitus (DM) merupakan
salah satu penyakit degenerative pada lansia, pada analisis nomor satu didapatkan
pasien mengalami inkontinensia overflow. Dengan kata lain pasien mengalami
penumpukan urin yang berlebih  pada vesika urinaria dan sukar untuk dikeluarkan
oleh sebab adanya obstruksi. Gambaran klinik yang didapatkan adalah pasien buang
air kecil sedikit-sedikit dan tidak merasa puas.
DM yang dialami pasien berdasarkan umur diduga adalah DM tipe 2, pada skenario
didapatkan riwayat mengkonsumsi obat selama 6 tahun terakhir, hal ini
menandakan telah terjadi DM yang cukup lama (berlangsung kronis).
8. Hubungan riwayat berobat dengan inkontinensia urin
a. Obat antihipertensi
Obat-obatan antihipertensi memiliki efek inkontinensia urin sesuai dengan cara
kerja masing-masing:
1. Diuretik dapat menyebabkan poliuria, frekuensi, dan urgensi.
2. Ca-channel Blocker menurunkan tonus smooth muscle dan menurunkan kontraksi otot
detrussor yang akan menimbulkan retensi urine sehingga terjadi inkontinensia
overflow.
b. Obat diabetes mellitus
Salah satu obat yang sering diberikan pada penderita DM yaitu golongan
sulfonylurea, dimana efek samping golongan tersebut adalah hipoglikemia akibat
kerja yang meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Namun hipoglikemia
pada orang tua tidak mudah dikenali akibat tidak adanya reflex simpatis. Namun
pada umumnya, hipoglikemia cenderung menyebabkan relaksasi otot-otot termasuk
otot detrusor. Dan hal ini dapat menyebabkan inkontinensia urin.

9. Hubungan batuk dengan keluhan utama


 Pada saat batuk terjadi peningkatan tekanan intraabdomen yang menyebabkan
tekanan hidrostatik vesika urinaria meningkat. Pada lansia spinter uretra sudah
mengalami kelemahan sehingga otot spinter tidak mampu lagi menutup sehingga
urin pasien mudah keluar.

DAFTAR PUSTAKA
- Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Inkontinensia urin. Dalam : Buku ajar Geriatri
kesehatan usia lanjut Ed. 5 Edit R. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2015. Hal: 246-262
- Slide kuliah dr. Wasis Udaya, Sp.PD, FINASIM. Inkontinensia Urin Pada Usia Lanjut.
2017
- Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Aspek Fisiologik dan Patologik akibat Proses
Menua. Dalam: Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2015

Anda mungkin juga menyukai