Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMASI KLINIK METABOLISME PADA GERIATRI

Kelompok 9 Ami Amalia Pratiwi Widya Norma Insani Nurul Fitria Adhyanti Rizki Holis Salma Khairunnisa G Shinta Patika Salma 260110090084 260110090085 260110090086 260110090087 260110090088 260110090089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geriatri adalah cabang kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan pengobatan atau kadang-kadang hanya pengelolaan dari kondisi dan gangguan yang terjadi pada usia tua. Istilah geriatri juga mengacu pada perawatan medis untuk orang tua pada umumnya. Geriatri berbeda, namun terkait, dengan bidang lain yaitu gerontologi (yang melibatkan studi tentang perubahan yang terjadi dalam pikiran dan tubuh selama proses penuaan). Geriatri penting karena orang dewasa tua mungkin bereaksi terhadap penyakit dan kondisi secara berbeda dengan orang dewasa muda. Ada juga beberapa kondisi yang secara khusus terkait dengan penuaan. Misalnya, masalah kesehatan yang biasanya ditemukan di usia tua mencakup inkontinensia, sering terjatuh, masalah memori, dan efek samping yang disebabkan oleh obatobatan. Metabolisme pada geriatri juga penting untuk diketahui karena orang yang sudah lanjut usia, laju metabolisme tubuhnya cenderung menurun. Dengan demikian, tingkat kegiatan tubuh biasanya berkurang, sehingga kebutuhan kalori relatif lebih rendah daripada ketika masih muda atau dewasa. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. 2. 3. Mengetahui faktor anatomi dan fisiologi yang mempengaruhi metabolisme geriatri Mengetahui perbedaan metabolisme, farmakokinetik, dan farmakodinamik pada geriatri Mengetahui asuhan farmasi klinik pada pengobatan geriatri

BAB II

PEMBAHASAN 2.1. Faktor Anatomi dan Fisiologi yang Mempengaruhi Metabolisme Geriatri Semakin bertambah usia seseorang semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada penurunan berbagai fungsi yang salah satunya akan mempengaruhi sistem metabolisme pada geriatri. Menurunnya kapasitas untuk berespons terhadap lingkungan internal yang berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan status fisik dan kimiawi dalam tubuh, atau memelihara homeostasis tubuh. Gangguan terhadap homeostasis tersebut dapat memudahkan terjadinya disfungsi berbagai sistem organ dan turunnya toleransi terhadap obatobatan. Berikut ini perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi geriatri. Pada sistem saraf pusat terjadi pengurangan massa otak, aliran darah otak, densitas koneksi dendritik, reseptor glukokortikoid hipokampal, dan terganggunya autoregulasi perfusi. Timbul proliferasi astrosit dan berubahnya neurotransmiter, termasuk dopamin dan serotonin. Terjadi peningkatan aktivitas monoamin oksidase dan melambatnya proses sentral dan waktu reaksi. Pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan meningkatkan fungsi intelektual; berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi; berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori. Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Pada fungsi penglihatan terjadi gangguan adaptasi gelap; pengeruhan pada lensa; ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat (presbiopia); berkurangnya sensitivitas terhadap kontras dan lakrimasi.

Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral timbul pada fungsi pendengaran. Di samping itu pada usia lanjut terjadi kesulitan untuk membedakan sumber bunyi dan terganggunya kemampuan membedakan target dari noise.

Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel pacu jantung (pacemaker) di nodus SA berkurang; terjadi hipertrofi atrium kiri; kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama; respons inotropik, kronotropik, terhadap stimulasi beta-adrenergik berkurang; menurunnya curah jantung maksimal; peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum dan resistensi vaskular perifer.

Pada fungsi paru-paru terjadi penurunan forced expiration volume 1 second (FEVI) dan forced volume capacity (FVC); berkurangnya efektivitas batuk dan fungsi silia dan meningkatnya volume residual. Adanya ventilationperfusion mismatching yang menyebabkan PaO2 menurun seiring bertambahnya usia : 100 (0,32 x umur).

Pada fungsi gastrointestinal terjadi penururan ukuran dan aliran darah ke hati, terganggunya bersihan (clearance) obat oleh hati sehingga membutuhkan metabolisme fase I yang lebih ekstensif.

Terganggunya respons terhadap cedera pada mukosa lambung, berkurangnya massa pankreas dan cadangan enzimatik, berkurangnya kontraksi kolon yang efektif dan absorpsi kalsium.

Menurunnya bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan laju filtrasi glomerulus (GFR) 10 ml/dekade terjadi dengan semakin bertambahnya usia seseorang.

Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks dengan peningkatan relatif perfusi nefron jukstamedular. Aksentuasi pelepasan anti diuretic hormone (ADH) sebagai respons terhadap dehidrasi berkurang dan

meningkatnya ketergantungan prostaglandin ginjal untuk mempertahankan perfusi. Pada saluran kemih dan kelamin timbul perpanjangan waktu refrakter untuk ereksi pada pria, berkurangnya intensitas orgasme pada pria maupun wanita, berkurangnya sekresi prostat di urin dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna serta peningkatan volume residual urin. Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade; gula darah postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade). Insulin serum meningkat, HbA1C meningkat, IGF-1 berkurang. Penurunan yang bermakna pada dehidroepiandrosteron (DHEA), hormon T3, testosteron bebas maupun yang bioavailable, dan produksi vitamin D oleh kulit serta peningkatan hormon paratiroid (PTH). Ovarian failure disertai menurunnya hormon ovarium. Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor spinal, berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki, berkurangnya sensitivitas termal (hangatdingin), berkurangnya amplitudo aksi potensial yang termielinasi dan meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin. Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot. Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma; berkurangnya sintesis rantai berat miosin, inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per unit otot dan berkurangnya laju basal metabolik (berkurang 4%/dekade setelah usia 50). Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang dimediasi sel, rendahnya produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang; dan meningkatnya IL-6 dalam sirkulasi (Edelberg and Reed, 2003; Samson et.al., 2000; Sussman and Anversa, 2004; Taliaferro and Price, 2001).

2.2. Perbedaan Metabolisme Pada Geriatri Hati berperan penting dalam metabolisme obat, tidak hanya mengaktifkan obat ataupun mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya metabolit terionisasi yang lebih polar yang memungkinkan berlangsungnya mekanisme ekskresi ginjal. Kapasitas hepar untuk memetabolisme obat tidak terbukti berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan aliran darah hepar yang tampaknya sangat mempengaruhi kemampuan metabolisme obat. Pada usia lanjut terjadi pula penurunan kemampuan hepar dalam proses penyembuhan penyakit, misalnya oleh karena virus hepatitis atau alkohol. Oleh sebab itu riwayat penyakit hepar terakhir seorang lanjut usia sangat perlu dipetimbangkan dalam pemberian obat yang terutama dimetabolisme di hepar. Sementara itu beberapa penyakit yang sering pula terjadi pada usia lanjut seperti misalnya kegagalan jantung kongestif, secara menyolok dapat mengubah kemampuan hepar untuk memetabolisme obat dan dapat pula menurunkan aliran darah hepar . Beberapa perbedaan metabolisme pada geriatrik adalah sebagai berikut : 1. Penurunan massa hati Penurunan massa atau ukuran hati akan menyebabkan terganggunya bersihan (clearance) obat oleh hati sehingga dibutuhkan metabolisme fase I yang lebih ekstensif untuk dapat menormalkan kembali bersihan (clearance) obat tersebut. Pengecilan ukuran hati juga menyebabkan terjadi penurunan kapasitas dalam menyimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.

2. Penurunan aliran darah ke hati (massa liver dan aliran darah ke hati menurun sekitar 40 %)

Obat-obatan yang melewati firs-pass metabolisme di hati harus terekstraksi dengan efisien dari darah. Contoh obatnya adalah golongan analgesik nakotik, propanolol, verapamil, antidepresan trisiklik, teofilin, dan beberapa antipsikotik. Obat-obat tersebut sangat berpengaruh pada aliran darah ke hati,yang akan menurun 12 - 40 % pada geriatri. Pada beberapa konsentrasi,kemampuan hati dalam mengekstrak dan memetabolisme obat akan menurun (jenuh). Saat terjadi penjenuhan ini, maka sedikit saja peningkatan pada dosis total obat akan memberikan efek pengingkatan yang besar pada bioavailabilitas obat sistemik. Peningkatan bioavailabilitas terjadi pada geriatri seperti pada obat-obat propanolol,labetalol dan verapamil.Sebaliknya,penurunan kecepatan absorpi sal.cerna akan mengurangi bioavailabilitas obat karena karena sebagian besar telah dimetabolisme pada first pass metabolisme di hati.

3. Menurunnya first pass effect metabolism Penurunan first pass metabolisme di hati disebabkan karena aliran darah ke liver juga menurun.Sehingga,penurunan metabolisme ini menyebabkan obat-obat yang diberikan secara oral akan sulit termetabolisme.

4. Penurunan metabolisme fase I Penelitian metabolisme obat pada kalangan geriatri menyatakan bahwa penurunan metabolisme fase I adalah selektif.Penurunan metabolisme fase I ini ditemukan terjadi pada Lansia yang mengkonsumsi imipramin,amitryptilin dan thioridazin.Metabolisme fasa II relatif tidak berubah pada kalangan geriatrik.penurunan metabolisme fase I antara lain terjadi melalui beberapa reaksi pada sejumlah obat sebagai berikut :

a. Hidroksilasi (fenitoin) b. Dealkilasi (benzodiazepin) c. Oksidasi sulfida (klorpromazine) d. Hidrolisis (aspirin) e. Reduksi nitro (kloramfenikol)

5. Penurunan clearance Penurunan clearance obat dapat disebabkan karena penurunan metabolisme oksidatif oleh sitokrom P450 dan juga disebabkan karena kecepatan filtrasi glomerular yang menurun pada sebagian besar orang lanjut usia. Clearance adalah sejumlah aliran darah yang diekstrak dari obat per satuan waktu.Clearance tidak mengindikasikan seberapa banyak obat yang dikeluarkan,tetapi lebih kepada seberapa banyak volume plasma yang dibutuhkan untuk menghitung eliminasi obat. Penurunan kecepatan filtrasi glomerular disebabkan karena Membrana basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus proksimal berkurang, dan penurunan aliran darah renal. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan menyaring protein dan eritrosit menjadi terganggu serta terjadi nokturia.

Beberapa obat yang bersihan (clearance) nya dipengaruhi oleh metabolisme hepar adalah sebagai berikut :

Farmakologi Geriatri Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta

pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin ditimbulkan. Geriatri juga telah mengalami perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi terkait dengan penurunancardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal. 2.3. Perbedaan Farmakokinetik Dan Farmakodinamik Pada Usia Geriatri 2.3.1. Farmakokinetik Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat untuk mencapai efek terapetik yang didapatkan. Perubahan-perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan penting dalam bioavailabilitas obat tersebut. Proses-proses farmakokinetik obat pada usia lanjut dijelaskan pada uraian di bawah ini. 1. Absorbsi Penundaan pengosongan lambung, reduksi sekresi asam lambung dan aliran darah organ absorbsi secara teoritis berpengaruh pada absorbs itu sendiri. Namun pada kenyataannya perubahan yang terkait pada usia ini tidak berpengaruh secara bermakna terhadap bioavailabilitas total obat yang diabsorbsi. Beberapa pengecualian termasuk pada digoksin dan obat dan substansi lain (misal thiamin, kalsium, besi dan beberapa jenis gula). Perubahan absorpsi pada obat pada geriatri seperti dengan penurunan sekresi asam lambung, yang menyebabkan peningkatan PH lambung, dan penurunan kelarutan obat seperti ketokonazol, siprofloksasin sehingga mengakibatkan penurunan absorpsi.

2. Distribusi Faktor-faktor yang menentukan distribusi obat termasuk komposisi tubuh, ikatan plasma-protein dan aliran darah organ dan lebih spesifik lagi menuju jaringan, semuanya akan mengalami perubahan dengan bertambahnya usia, akibatnya konsentrasi obat akan berbeda pada pasien lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien yang lebih muda pada pemberian dosis obat yang sama.
Tabel 1.Beberapa Perubahan yang Berhubungan dengan Umur yang Mempengaruhi Farmakokinetik Obat

Variable

Young Adults (2030Older Adults (60 years) 80 years) 53 12 3845 3638 3.8 80 5560

Body water (% of body weight) 61 Lean body mass (% of body 19 weight) Body fat (% of body weight) 2633 (women) 1820 (men) Serum albumin (g/dL) adult) Hepatic blood flow (% of young (100) adult) 4.7

Kidney weight (% of young (100)

a. Komposisi Tubuh Pertambahan usia dapat menyebabkan penurunan total air. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan volume distribusi obat yang larut air sehingga

konsentrasi obat dalam plasma meningkat. Pertambahan usia juga akan meningkatkan massa lemak tubuh. Hal ini akan menyebabkan volume distribusi obat larut lemak meningkat dan konsentrasi obat dalam plasma turun namun terjadi peningkatan durasi obat (missal golongan benzodiazepin) dari durasi normalnya. b. Ikatan Plasma Protein Seiring dengan pertambahan usia, albumin manusia juga akan turun. Obatobatan dengan sifat asam akan berikatan dengan protein albumin sehingga menyebabkan obat bentuk bebas akan meningkat pada pasien geriatric. Saat obat bentuk bebas berada dalam jumlah yang banyak maka akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi obat dalam plasma meningkat. Hal ini menyebabkan kadar obat tersebut dapat melampaui konsentrasi toksis minimum (terlebih untuk obatobatan poten). c. Aliran Darah pada Organ Penurunan aliran darah organ pada lansia akan mengakibatkan penurunan perfusi darah. Pada pasien geriatri penurunan perfusi darah terjadi sampai dengan 45%. Hal ini akan menyebabkan penurunan distribusi obat ke jaringan sehingga efek obat akan menurun. d. Eliminasi Metabolisme hati dan eskresi ginjal adalah mekanisme penting yang terlibat dalam proses eliminasi. Efek dosis obat tunggal akan diperpanjang dan pada keadaan steady state akan meningkat jika kedua mekanisme menurun. e. Metabolisme hati Substansi yang larut lemak akan dimetabolisme secara ekstensif di hati, sehingga mengakibatkan adanya penurunan bioavaibilitas sistemik. Oleh karena itu adanya penurunan metabolism akan meningkatkan bioavaibilitas obat. Pada pasien

geriatri adanya gangguan first past metabolism akan meningkatkan biovaibilitaas obat. Tabel 2. Pengaruh Usia terhadap Klirens Hepatik pada Beberapa Obat Age-Related Decrease in No Age-Related Difference Found Ethanol Isoniazid Lidocaine Lorazepam Nitrazepam Oxazepam Prazosin Salicylate Warfarin

Hepatic Clearance Found Alprazolam Barbiturates Carbenoxolone Chlordiazepoxide Chlormethiazole Clobazam Desmethyldiazepam Diazepam Flurazepam Imipramine Meperidine Nortriptyline Phenylbutazone Propranolol Quinidine, quinine Theophylline Tolbutamide 3. Eliminasi Ginjal

Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ, filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler merupakan perubahan yang terjadi dengan tingkat yang berbeda pada pasien geriatri. Kecepatan filtrasi glomerolus menurun kurang lebih 1 % per tahun dimulai pada usia 40 tahun. perubahan tesebut mengakibatkan beberapa obat dieliminasi lebih lambat pada lanjut usia. Beberapa kasus menunjukan bahwa konsentrasi obat dalam jaringan akan meningkat sebanyak 50% akibat penurunan fungsi ginjal (Aslam, et al., 2003). Penurunan klirens kreatinin terjadi pada dua pertiga populasi. Penting untuk diketahui bahwa penuruna klirens kreatinin ini tidak dibarengi dengan peningkatan kadar kreatinin yang setara dalam serum karena produksi kreatinin juga menurun seiring berkurangnya massa tubuh dengan pertambahan usia. Akibat yang segera ditimbulkan oleh perubahan ini adalah pemanjangan waktu-paruh banyak obat dan kemungkinan akumulasinya dalam kadar toksik jika dosis tidak diturunkan dalam hal ukuran atau frekuensi. Rekomendasi pemberian obat untuk para lansia sering kali mencakup batasan dosis untuk klirens ginjal yang menurun. Paru berperan penting pada ekskresi obat volatile. Akibat berkurangnya kapasitas pernapasan dan peningkatan insidens penyakit paru aktif pada lansia, anesthesia inhalasi menjadi lebih jarang digunakan dan agen parenteral menjadi lebih sering digunakan pada kelompok usia ini. 2.3.2. Farmakodinamik Perubahan farmakodinamik pada pasien geriatri berpengaruh pada

kemampuan tubuh menjaga sistem homeostatik, perubahan pada reseptor-reseptor spesifik dan tempat sasaran akan sangat mempengaruhi konsentrasi obat yang berefek.

1. Pengaturan Temperatur

Hipotermia tidak diharapkan terjadi pada pasien geriatri yang mendapat beberapa macam obat. Obat-obatan yang menyebabakan terjadinya hipotermia diantaranya, benzodiazepin, opioid, alkohol, dan anti depresan trisiklik dapat menyebabkan sedasi gangguan kepekaan subjektif terhadap temperature dan penuruna mobilitas maupun aktifitas. 2. Fungsi Usus dan Kandung Kemih Konstipasi sering muncul pada geriatri sebagai akibat penuruan motilitas saluran gastrointestinal. Obat-obat anti-kolinergik dapat menyebabkan retensi urin pada pasien pria lanjut usia terutama pasien dengan hipertropi prostat sedangkan pada wanita sering terjadi disfungsi uretra. 3. Pengaturan Tekanan Darah Pada pasien geriatri terjadi penumpulan reflex takikardia sehingga hipotensi postural merupakan masalah yang sering terjadi pada pasein geriatri. Hal ini mengakibatkan obat-obat dengan efek antihipertensi cenderung menyebabkan masalah pada pasien geriatric.

4. Keseimbangan Cairan atau Elektrolit Pasien geriatri mengalami penuruan kemampuan ekskresi retensi air obat-obat yang mengakibatkan retensi cairan ini diantaranya, kortikosteroid dan antiinflamasi non-steroid. 5. Fungsi Kognitif Pertambahan usia juga akan menurunkan fungsi sistem saraf pusat yang terjadi akibat perubahan struktur dan kimiawi saraf. Aktifitas enzim kolinesterase menurun pada lansia dan berakibat pada menurunnya transmisi kolinergik. Transmisi kolinergik sangat berperan dalam fungsi kognitif normal sehingga obat-obatan

antikolinergik, dan hipnotik dapat memperburuk efek tersebut. Lansia yang mengkonsumsi obat-obat yang tersebut di atas akan mengalami kebingungan. 2.4. Asuhan Klinik Sebagai Solusi Terhadap Permasalahan Metabolisme Obat Pada Pasien Geriatri Sehubungan dengan perubahan fisiologis yang berkaitan dengan penuaan serta masalah yang ditimbulkan dengan penggunaan obat, jelas bahwa intervensi aktif diperlukan untuk mencegah efek samping obat pada proses metabolisme pasien geriatri. Asuhan klinik yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan metabolisme obat pada pasien geriatri : 1. Hindari obat yang dapat membuat reaksi merugikan pada geriat Tabel berikut menunjukan obat-obat yang berpotensial dapat menimbulkan permasalahan dalam penggunaan dan harus dihindari untuk pasien geriatri

2. Hindari overprescribing Untuk mencegah penyakit yang disebabkan polifarmas, penting untuk mempertimbangkan gejala dan efek samping yang mungkin ditimbulkan akibat kemampuan metabolisme yang menurun pada geriatri. mengurangi polifarmasi meliputi: a. Biasakan untuk mengidentifikasi semua obat dengan nama generik dan kelas obat; b. Pastikan obat yang diresepkan memiliki indikasi klinis; c. Mengetahui profil efek samping dari obat yang diresepkan; d. Memahami bagaimana perubahan dalam distribusi obat, metabolisme, dan eliminasi yang berhubungan dengan penuaan meningkatkan risiko kejadian efek samping obat; e. Hentikan obat tanpa manfaat yang dikenal; f. Coba untuk mengganti obat dengan alternatif obat yang kurang toksik; g. Memperhatikan interaksi obat dan drug related problem lainnya. Langkah-langkah untuk

3. Melaksanakan pengobatan dengan dosis sesuai usia Ketika memulai obat baru, mulai dengan dosis rendah dan titrasi perlahan ke efek klinis yang diinginkan. Produsen obat banyak yang tidak menggambarkan rendah dosis rekomendasi yang diperlukan untuk pasien usia lanjut,untuk itu farmasi klinis dpat memberi informasi kepada profesi kesehatan sejawat untuk dengan memulai dengan satu sepertiga sampai setengah dosis yang dianjurkan.

Setelah mengamati bahwa pasien mentolerir obat baru, perlahan-lahan tingkatkan dosis sampai hasil yang diinginkan diperoleh. Pendekatan ini sangat penting dalam meminimalkan efek obat yang potensial berbahaya pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. 4. Mendorong pendekatan multidisiplin Berikut adalah beberapa tips untuk membuat pekerjaan pendekatan multi disiplin untuk pasien geriatri lebih mudah: a. Permintaan rekomendasi obat tidak pantas untuk pasien geriatri (berdasarkan kriteria Beers) dapat direkomendasikan seperti itu oleh apoteker b. Mintalah pilihan dosis geriatri dalam sistem pengobatan berbasis komputer c. Dokumentasikan efek obat merugikan pada pasien dengan nama obat pemicu d. Peringatkan perawat dan pengasuh lainnya untuk memantau efek samping tertentu

BAB III KESIMPULAN Menurunnya kapasitas untuk berespons terhadap lingkungan internal yang berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan status fisik dan kimiawi dalam tubuh, atau memelihara homeostasis tubuh. Gangguan terhadap homeostasis tersebut dapat memudahkan terjadinya disfungsi berbagai sistem organ dan turunnya toleransi terhadap obat-obatan, termasuk pada proses metabolisme. Bagian tua (geriatri) dari populasi berkembang lebih cepat daripada populasi secara keseluruhan, dan pencegahan efek samping obat dalam kelompok ini adalah salah satu masalah yang paling penting dalam sistem efektifitas dan ekonomi kesehatan. Sedangkan besarnya masalah ini menuntut keterlibatan multidisiplin,dapat menjadi pemain kunci dalam membuat perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA Aslam, M., dkk. 2003. Farmasi Klinis, Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. PT Elex Media Komputindo. Jakarta Edelberg JM, Reed MJ. Aging and angiogenesis. Frontiers Bioscience 2003; 8: 1199209. Greenblatt DJ, Sellers EM, Shader RI. Drug therapy: drug disposition in old age. N Engl J Med. 1982;306:1081-1088. Katzung BG. 1986. Basic and Clinical Pharmacology, 3rd edition. Lange Medical Book, California.

Rahmatini. 2011. Farmakoterapi Pada Lansia. Available at: http://id.scribd.com/doc/ 54654382/Farmakologi-pada-Geriatri Rubin Bressler, MD, and Joseph J. Bahl.Principle of Drug Therapy for the Elderly Patient. Mayo Clin Proc. 2003;78:1564-1577. Samson MM, Meeuwsen IBA, Crowe A, Dessens JAG, Duursma SA, Verhaar HJJ. Relatonship between physical performance measures, age, height and body weight in healthy adults. Age Aging 2000; 29: 235-42. Sussman MA, Anversa P. Myocardial aging and senescence. Ann Rev Physiol 2004; 66: 29 48. Taliaferro PM, Price CA. Aging increases risk for medication problems. Senior Series 2001; 127: 1-3.

Anda mungkin juga menyukai