BAB I
PENDAHULUAN
Proses penuaan adalah suatu proses fisiologis yang berjalan dengan
waktu, bersifat universal dan progresif yang bermanifestasi berupa penurunan
kapasitas fungsioal, cadangan fisiologis serta kemampuan homeostasis. 1
Dengan perbaikan pelayanan kesehatan baik dalam segi pencegahan
maupun pengobatan, harapan hidup manusia menjadi semakin panjang, sehingga
jumlah manusia berusia lanjut (manula) akan bertambah besar. Di Indonesia,
persentase orang yang berumur >50 tahun adalah 9,64% dari jumlah penduduk.
Para manula ini mempunyai kekhususan yang perlu diperhatikan dalam anestesia
dan pembedahan, karena terdapat kemunduran sistem fisiologis dan farmakologi
sejalan dengan penambahan usia. Kemunduran ini mulai jelas terlihat setelah usia
40 tahun. Dalam suatu penelitian di Amerika, diduga, setelah usia 70 tahun,
mortalitas akibat tindakan bedah menjadi 3 kali lipat (dibandingkan dengan usia
18-40 tahun) dan 2% dari mortalitas ini disebabkan oleh anestesia. Batas usia
seseorang disebut manula tidak pasti, karena kecepatan proses menjadi tua setiap
individu tidak sama. Akan tetapi biasanya kita sudah harus waspada terhadap
kelainan akibat proses petuaan pada pasien yang berumur 50-60 tahun. Di atas
usia 65 tahun biasanya sudah mulai jelas kelainan fisiologi akibat proses
penuaan.1
Pendekatan dan pengelolaan operasi dan anestesi pada pasien geriatri
berbeda dan sering lebih kompleks dibandingkan pada pasien yang berusia lebih
muda. Kapasitas fungsional organ berkurang seiring dengan proses penuaan,
sehingga ketahanan terhadap stres menurun.1
Tujuan dari referat ini yaitu untuk memahami pemilihan obat dan dosis obat
anestesi pada geriatri sehingga diharapkan adanya perbaikan dalam bidang
anestesi dalam menurunkan angka mortalitas terkait dengan tindakan anestesi
pada pasien berusia lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. DEFINISI GERIATRI
Geriatri atau lanjut usia adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek
klinis dan penyakit yang berkaitan dengan orang tua. Dikatakan pasien geriatri
apabila :
1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya
usia
2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
bertambah akibat adanya penyakit penyerta. Faktor risiko tambahan pada usia
lanjut ditunjukkan pada tabel 1.1,2,3
Frekuensi kelainan fisiologis yang serius pada pasien usia lanjut relatif
tinggi menuntut evaluasi pra operatif yang sangat hati-hati. Ahli anestesi harus
memahami bahwa terdapat perbedaan yang luar biasa akibat proses penuaan, baik
tubuh secara keseluruhan maupun dalam sistem tertentu.3,4
Table 1. Faktor resiko mortalitas pasca operasi pada pasien bedah usia lanjut
Status fisik ASA
Prosedur bedah
Penyakit penyerta
III atau IV
Bedha mayor dan atau darurat
Penyakit jantung, paru, diabetes
Status fungsional
Status gizi buruk
Tempat tinggal
Status amnulatorik
1. Sistem Kardiovaskular
Jantung
Penuaan berkaitan dengan berbagai perubahan molekul, ion, biofisik dan
biokimia pada jantung. Perubahan ini mempengaruhi fungsi protein, fosforilasi
oksidatif mitokondria, kinetika Ca2+, coupling eksitasi-kontraksi, aktivasi
miofilamen, respon kontraktil, komposisi dan regenerasi matriks, pertumbuhan
dan ukuran sel, serta apoptosis. 5
cadangan
kardiovaskular
menurun,
sejalan
dengan
Fungsi
intima
oleh -adrenoseptor
low-dependent
endotelium-dependent
kolagenolitik
natriuretic-peptide
penurunan produksi / efek nitrat oksida
kenaikan impedansi pembuluh darah,
vascular
perubahan matriks dinding pembuluh
dan
atrial
darah.
Gambar 1. Perubahan morfologi dan fungsi jantung yang berkaitan dengan pertambahan
umur.5
2. Sistem Respirasi
Pada paru dan sistem pernafasan elastisitas jaringan paru berkurang,
kontraktilitas dinding dada menurun, meningkatnya ketidakserasian antara
ventilasi dan perfusi, sehingga mengganggu mekanisme ventilasi, dengan akibat
menurunnya kapasitas vital dan cadangan paru, meningkatnya pernafasan
diafragma, jalan nafas menyempit dan terjadilah hipoksemia. Menurunnya
respons terhadap hiperkapnia, sehingga dapat terjadi gagal nafas. Proteksi jalan
nafas yaitu batuk, pembersihan mucociliary berkurang, refleks laring dan faring
juga menurun sehingga berisiko terjadi infeksi dan kemungkinan aspirasi isi
lambung lebih besar.9
Penurunan elastisitas paru-paru diakibatkan oleh penurunan sebesar 15%
dari fungsi alveolar pada usia 70 tahun, sehingga keadaan ini tampak seperti pada
emfisema. Kehilangan fungsi alveoli pada daerah lapangan paru tertentu
menyebabkan
peningkatan
volume
dead
space
yang
meningkatkan
ketidaksesuaian ventilasi-perfusi (V/Q). Hal ini meningkatkan gradien O2 alveoliarterial dan mengurangi PaO2 istirahat.8,9
Penurunan pengembangan dinding dada akibat kalsifikasi vertebra
thorakalis dan tulang iga, diafragma lebih datar dan berkuragnya masa otot rangka
meningkatkan kerja pernapasan dan mengurangi ventilasi maksimal permenit.
Karena penurunan recoil elastis paru-paru, volume akhir respirasi meningkat
sedemikian rupa sehingga melebihi kapasitas residual fungsional pada usia > 65
tahun.8,9
Respon pernapasan terhadap hipoksia menurun seiring dengan pertambahan
usia. Selain itu, fungsi silia dan refleks batuk juga menurun. Sehingga sensasi
faring, pita suara dan fungsi motorik yang diperlukan untuk menelan berkurang
pada pasien usia lanjut sehingga aspirasi lebih mungkin terjadi. 8,9
Pencegahan terjadinya hipoksia perioperatif meliputi, periode preoksigenasi
yang lebih panjang, pemberian konsentrasi oksigen inspirasi yang lebih tinggi
selama anastesi, kenaikan kecil pada tekanan positive end expiratory dan toilet
pulmoner yang agresif. Aspirasi pneumonia adalah komplikasi yang umum dan
berpotensial untuk membahayakan nyawa. Predisposisi dari terjadi nya aspirasi
pneumonia adalah adanya penurunan protektic laryngeal reflek yang terjadi
seiring dengan penuaan.2
Nyeri pasca operasi, posisi telentang, golongan narkotika, serta operasi dada
dan perut bagian atas dapat mengganggu fungsi paru-paru, menyebabkan
atelektasis, embolisme, infeksi paru-paru serta depresi pernapasan. Aktivitas
mukosiliar
yang
efektif
diperburuk
oleh
kebiasaan
merokok
sehingga
Gambar 2. Perubahan morfologi dan fungsi paru yang berkaitan dengan pertambahan
umur 7
cairan
pasien usia lanjut yang mendapatkan anestesi umum mengalami penurunan fungsi
kognitif yang signifikan pada pasca operasi hari pertama. Fungsi kognitif ini
secara signifikan membaik pada pasca operasi hari ketiga, tetapi masih jauh lebih
rendah daripada tingkat fungsi kognitif sebelum operasi.2,8,11
Etiologi POCD kemungkinan multifaktorial, termasuk efek obat, nyeri,
gangguan kognitif sebelumnya, hipotermia, status gizi buruk, usia lanjut, dan
gangguan metabolik. Rendahnya kadar neurotransmiter tertentu seperti asetilkolin
mungkin ikut berperan. Pasien usia lanjut sangat sensitif teradap obat-obatan
antikolinergik kerja sentral seperti skopolamin dan atropin. Beberapa pasien
mengalami POCD yang berkepanjangan atau permanen setelah tindakan operasi
dan anestesi. Beberapa metode sederhana untuk mengevaluasi fungsi kognitif usia
lanjut seperti tes Folstein Mini Mental atau three item recall test. 1,2
4. Sistem Renal
Pada ginjal jumlah nefron berkurang, sehingga laju filtrasi glomerulus
( LFG) menurun, dengan akibat mudah terjadi intoksikasi obat. Hal ini
disebabkan karena glomerulus dan tubular di ginjal di gantikan oleh lemak dan
jaringan fibrotik. Respon terhadap hormon diuretik dan hormon aldosteron
berkurang Respons terhadap kekurangan Na juga menurun, sehingga berisiko
terjadi dehidrasi. Kemampuan mengeluar kan garam dan air berkurang, dapat
terjadi over load cairan dan juga menyebabkan kadar hiponatremia.
Ambang
Nekrosis tubular akut adalah penyebab paling umum dari gagal ginjal akut
perioperatif. Mortalitas pada pasien dengan gagal ginjal akut lebih dari 50%, dan
sedikitnya seperlima dari seluruh kematian perioperatif pada pasien bedah geriatri
disebabkan oleh gagal ginjal akut. Sebesar 50% pasien dengan gagal ginjal
perioperatif membutuhkan dialisis segera. Gagal ginjal akut pada pasien usia
lanjut meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta membebani sistem
perawatan kesehatan dengan biaya tambahan. 4
5. Sistem Hepatobilier dan Gastrointestinal
Hepar juga dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Karena beberapa obat
anestesi dan nyeri seperti opioid dan tranquilizer disaring dari plasma oleh hepar,
sehingga durasi efek obat tersebut dapat memanjang pada pasien geriatri. Obat
yang tergantung pada hepatosit seperti warfarin, dapat menghasilkan efek
berlebihan karena terjadi peningkatan sensitivitas sel. Dilaporkan peningkatan
insiden kolelitiasis pada pasien yang berusia di atas 90 tahun.1
Perubahan makroskopis hepar akibat proses penuaan diantaranya gambaran
"atrofi cokelat." Perubahan warna ini dikaitkan dengan akumulasi pigmen
lipofusin pada hepatosit, tetapi tidak jelas apakah perubahan morfologi ini
berhubungan dengan perubahan dalam fungsi hepar.10
Aliran darah hepar menurun seiring dengan pertambahan usia. Sebagian
besar penurunan ini dikaitkan dengan penurunan 35% massa hepar. Penurunan
aliran darah hepar mungkin sedikit lebih besar daripada penurunan massa hepar,
yang mengakibatkan penurunan aliran darah sebesar 10% per unit massa hepar.
Namun pada usia lanjut, ukuran hepar yang cukup besar memberikan cadangan
fungsional yang besar pula sehingga fungsi pemeliharaan relatif baik10
Penurunan massa dan aliran darah hepar (penurunan metabolisme first pass)
Fungsi preservasi hepatoseluler
Kemungkinan penurunan produksi albumin (yang berkaitan dengan nutrisi)
Peningkatan konsentrasi asam -1-glikoprotei
Kemungkinan penurunan produksi kolinesterase plasma
Tingkat keasaman lambung cenderung meningkat, meski masa pengosongan
lambung
diperpanjang.
Akibat
menurunnya
fungsi
persarafan
sistem
Pemeriksaan Fisik
Meskipun pasien usia lanjut memiliki riwayat medis yang panjang, mereka
biasanya tidak memberikan rincian penyakit mereka, ini merupakan konsekuensi
yang tidak dapat dihindari akibat usia tua. Pemeriksaan fisik harus mencakup
informasi yang mendetail tentang status hidrasi, gizi, tekanan darah, nadi dan
kondisi sistemik.6
Penilaian status mental pra operasi sangat penting karena biasanya
mencerminkan status kognitif pasca operasi. Demensia pra operasi merupakan
prediktor yang penting dari outcome bedah yang buruk.6
Pemeriksaan Penunjang Pra-operasi
Pasien usia lanjut harus menjalani berbagai tes yang akan membantu
menentukan parameter kesehatan pasien, bahkan pada mereka yang sehat dan
termasuk diantaranya:
atau tidak.
Rontgen dada dan tes fungsi paru pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis.
2. Manajemen Perioperatif
Tidak ada istilah "terlalu tua" untuk tindakan operasi. Pada umumnya hal
yang harus dipikirkan adalah bahwa komorbiditas meningkat dengan pertambahan
usia lebih penting dari usia pasien itu sendiri. Penelitian Forrest terhadap 17.201
pasien menunjukkan bahwa, risiko outcome yang berat menurun dari 3% menjadi
2% dari umur 20-an ke umur 40-an, namun meningkat secara linear setelahnya
(dari 2% pada umur 40-an sampai 6% pada umur 80-an).8
Penyakit yang umumnya ditemukan pada usia lanjut memiliki dampak yang
signifikan terhadap tindakan anestesi dan memerlukan perawatan khusus,
sehinggan Penting untuk menentukan status fisik pasien dan memperkirakan
cadangan fisiologis dalam evaluasi preanestesi. Jika kondisi dapat dioptimalkan
sebelum operasi, maka operasi dapat dilakukan tanpa penundaan. Penundaan
operasi yang lama dapat meningkatkan morbiditas. Diabetes mellitus dan penyakit
kardiovaskular adalah penyakit yang paling sering dialami oleh pasien geriatri.
Komplikasi paru adalah salah satu penyebab utama morbiditas pascabedah pada
pasien usia lanjut. Untuk pasien ini diperlukan optimasi paru-paru. Riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
sangat penting.8
Masalah yang yang harus selalu dipikirkan pada pasien geriatri adalah
kemungkinan terjadinya depresi, malnutrisi, imobilitas dan dehidrasi. Sehingga
penting untuk menentukan status kognitif seorang pasien usia lanjut. Defisit
kognitif berkaitan dengan outcome yang buruk dan morbiditas perioperatif yang
lebih tinggi. Namun masih kontroversial apakah anestesi umum dapat
mempercepat perkembangan demensia senilis. 5,7
Farmakologi Klinis Obat-Obatan Anestesi pada Pasien Geriatri
dan
menyebabkan
bukanlah
faktor
predominan
yang
menentukan bagaimana
dan
menyebabkan
bukanlah
faktor
predominan
yang
menentukan bagaimana
3. Metabolisme Obat
Gangguan hepar
dapat
terjadi
sesuai
dengan
atau
sensitivitas
menentukan
pengaruh
gangguan
menurunkan
kebutuhan
propofol.
Faktor
farmakokinetik
dan
perubahan
farmakodinamik.
Farmakokinetik
untuk
opioid
tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh usia. Kebutuhan dosis fentanil dan alfentanil
untuk mencapai titik akhir EEG yang sama adalah 50% lebih rendah pada pasien
usia lanjut. 1,2
Penuaan
meningkatkan
jumlah
volume
pemberian
untuk
semua
Berikut adalah daftar yang harus diisi yang direkomendasikan oleh WHO
Surgical Safety Checklist sebelum melakukan induksi anestesi dan sebelum insisi
pembedahan.
2.
Induksi Anestesi
Pada pasien usia lanjut, preoksigenasi agresif yang setara untuk anestesi
inhalasi menurun secara linear dengan pertambahan usia, oleh karena itu dosis
obat yang mempengaruhi SSP perlu dikurangi untuk mengantisipasi efek sinergi
obat. Penggunaan bersama propofol, midazolam, opioid dapat meningkatkan
kedalaman anestesi. Hipotensi adalah kejadian yang umum didapatkan sehingga
dosis obat-obatan ini harus dititrasi. Dipilih obat yang bekerja singkat. Stimulasi
intubasi trakea tidak memberikan efek hipotensi pada pasien usia lanjut.2
Efek puncak obat mengalami penundaan, diantaranya: midazolam 5 menit,
fentanil 6-8 menit, dan propofol 10 menit. Untuk meminimalkan kedalaman dan
durasi hipotensi, dosis propofol tanpa suplementasi opioid disesuaikan dengan
cara dikurangi 1,0-1,5 mg / kg lean body weight (LBW) dan 0.5-1.0mg/kg jika
diberikan opioid secara bersamaan khususnya jika disertai juga dengan pemberian
ketamin dosis rendah dan midazolam.9
Penggunaan profilaksis aspirasi dan rapid sequence intubation (RSI) harus
dilakukan secara rutin, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus atau
penyakit refluks dan prosedur darurat. Antisipasi pemanjangan durasi obat
neuromuskuler yang bersifat organ based klirens. Dosis antikolinesterase inhibitor
juga harus dikurangi dan pasien dipantau dengan ketat di unit perawatan pascaanestesi (PACU) untuk tanda-tanda rekurarisasi.1,2
Obat-obatan
non-steroid
anti-inflammatory
drug
(NSAID)
untuk
menghilangkan rasa sakit pasca operasi harus diberikan dengan dosis dikurangi
untuk menghindari komplikasi seperti gastritis, gagal ginjal akut. NSAID harus
dihindari pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal preoperatif
(peningkatan kadar urea / kreatinin) atau jika pasien mengalami hipovolemia.1,2
3. Sedasi dan Monitoring
Populasi usia lanjut adalah kelompok yang heterogen, dan kronologis
pertambahan usia tidak selalu paralel dengan kondisi fisiologis. Pasien yang
berusia lebih tua menunjukkan sejumlah komorbiditas, riwayat pengobatan yang
banyak, dan kurangnya cadangan fisiologis. Pasien usia lanjut lebih sensitif
terhadap efek sedatif dan depresan dari obat-obatan yang digunakan untuk sedasi
dan juga mengalami peningkatan risiko untuk efek samping aditif ika diberikan
obat-obatan kombinasi. Jika episode singkat dari hipotensi atau desaturasi
mungkin tidak bermakna pada pasien muda, episode yang sama pada pasien usia
lanjut dapat mengakibatkan konsekuensi serius, seperti aritmia dan iskemia
jantung.4
Pemantauan klinis pada pasien usia lanjut mungkin lebih dituntut
dibandingkan pasien yang lebih muda. Selama prosedur, individu yang bertugas
harus dapat mengawasi pasien. Individu ini tidaklah melakukan prosedur
melainkan harus terus memantau respon, kerjasama, dan tanda-tanda vital pasien.
Karena pasien yang tersedasi harus responsif setiap saat, maka komunikasi dengan
pasien adalah salah satu metode pemantauan yang paling berharga.4
Pertimbangan untuk sedasi pada orang tua :
6. Manajemen Cairan
Mengelola volume intravaskular yang tepat sangat penting dengan
menghindari kelebihan dan kekurangan pemberian cairan. Karena adanya
peningkatan afterload, penurunan respon inotropik atau chronotoropic serta
gangguan respon vasokonstriksi menyebabkan pasien usia lanjut sangat
tergantung pada preload yang memadai. Pasien usia lanjut juga rentan terhadap
dehidrasi karena penyakit, penggunaan diuretik, puasa pra operasi dan penurunan
respon haus. Asupan cairan oral hingga 2 - 3 jam sebelum operasi, dan terapi
pemeliharaan cairan yang cukup serta menghindari terapi diuretik sebelum operasi
dapat menghindarkan kejadian hipotensi mendadak segera setelah induksi
anestesia. Hidrasi yang berlebihan juga harus dihindari pada usia lanjut dengan
ganggaun jantung karena mereka lebih rentan untuk terjadinya kegagalan sistolik,
perfusi organ yang jelek dan penurunan GFR.1,2
Penting pula untuk melakukan pemantauan kateter vena sentralis atau arteri
pulmonalis intraoperatif untuk mengukur volume darah sentral khusus pada
pasien usia lanjut yang cenderung memiliki penurunan volume darah dalam
jumlah besar atau pergeseran cairan. Penting untuk menaga tekanan vena sentral
pada kisaran 8-10 mmHg dan tekanan arteri pulmonalis 14-18 mmHg untuk
mempertahankan output jantung yang memadai.1,2
7. End-of-surgery Checklist
Berikut adalah daftar yang harus diisi yang direkomendasikan oleh WHO
Surgical Safety Checklist setelah operasi selesai : 2
Ateletaksis
Pneumonia
Masalah neurologis
MCI
Gagal jantung
Delirium
Bronkitis akut
BAB III
KESIMPULAN
Usia lanjut bukan merupakan kontraindiksi untuk anestesi umum maupun
regional. Pasien usia lanjut sangat rentan dan sangat sensitif terhadap stres akibat
trauma, operasi, hospitalisasi, dan anestesi dengan mekanisme yang hanya
sebagian dipahami. Penyakit yang umumnya ditemukan pada usia lanjut memiliki
dampak yang signifikan terhadap tindakan anestesi dan memerlukan perawatan
khusus, sehinggan penting untuk menentukan status fisik pasien dan
memperkirakan cadangan fisiologis dalam evaluasi preanestesi. Oleh karena itu,
meminimalkan risiko perioperatif pada pasien geriatri memerlukan suatu penilaian
preoperatif yang bijaksana terhadap fungsi organ, manajemen intraoperatif yang
teliti untuk gangguan yang menyertai, dan kontrol nyeri pasca operasi yang
optimal.
Perubahan fisiologis pada pasien geriatri yaitu seperti :
Sistem kardiovaskular
Elastisitas pembuluh darah berkuraang,
Compliance arteri menurun & menyebabkan tekanan darah sistolik
meningkat
Tonus vagal meningkat
Sistem respirasi
Elastisitas jaringan paru berkurang, kontraktilitas dinding dada
menurun
Sistem metabolik dan endokrin
Produksi panas menurun, kehilangan panas meningkat, dan pusat
pengatur temperatur hipotalamik mungkin kembali ke tingkat yang
lebih rendah.
Sistem renalis
GFR dan creatinin clerance menurun 1% mulai umur 40 th
Serum kreatinin tidak berubah karena massa otot juga ikut berkurang
Homeostasis terhadap cairan menurun
Sistem hepatobilier
Berkurangnya massa hati berhubungan dengan penurunan aliran darah
hepatik, menyebabkan Fungsi hepatik juga menurun sebanding dengan
penu-runan massa hati.
litotomi)
atau
anestesi
regional
(misalnya,
blok
subarakhnoid).
Dosis
kebutuhan
obat-obatan
anestesi
lokal
(minimum
anesthetic
DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Geriatric Anesthesia. Dalam: Clinical
Anesthesiology, 5th Edition. Philadelphia, 2013. Lange Medical Books/
McGraw-Hill, hal: 951-8
2. Kumra VP. Issues in geriatric anaesthesia. SAARC J. Anesthesia. New Delhi,
2008. Hal:39 49
3. Darmojo B. Geriatri ed 4. Jakarta; Balai Penertbit FKUI. 2009. Hal 3-4; 5666.
4. Jin F, Chung F. minimizing perioperative adverse events in the elderly. Brit J
Anaesth. 2001; 87 (4): 608-24
5. Priebe HJ. The aged cardiovascular risk patient. British Journal of
Anaesthesia 85 (5): 76378 (2000) [cited 2011 December 06]. Available
from: http://www.bja.oxfordjournals.org/content/85/5/763.long
6. Kanonidou Z, Krystianou G. Anesthesia for Elderly. Hippokratia 2007, 11, 4:
175-177.
[cited
2011
December
06].
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC255979/
7. Stoelting RK, Hillier SC. Physiology of the newborn and elderly. Dalam:
Handbook of pharmacology and physiology in anesthetic practice, 2nd ed.
Philadelphia, 2006. Lippincott Williams & Wilkins, hal: 871-81
8. Anonym. Geriatrics (Anesthesia Text) [cited 2011 December 06]. Available
from: http://www.OpenAnesthesia.org
9. Kelly F. Anesthesia for the erderly patient. [cited 2011 December 06].
Available from: http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/15/u15513_01.htm
10. Ceba RC, Sprung J, Gajic O, Warner DO. The aging respiratory system:
anesthetic strategies to minimize perioperative pulmonary complications.
Dalam: Silverstein JH, Rooke GA, Reves JG, Mcleskey CH. Geriatric
anesthesiology 2nd Edition. New York. 2008. Springer, hal: 149- 163
11. Anwer HM. Postoperative cognitive dysfunction in adult and elderly patients.
M.E.J. Anseth 18 (6), 2006
12. Lewis MC. Alterations in metabolic functions and electrolytes. Dalam:
Silverstein JH, Rooke GA, Reves JG, Mcleskey CH. Geriatric anesthesiology
2nd Edition. New York. 2008. Springer, hal: 97- 105
13. Hazen SE, Larsen PD, Martin L. General anesthesia and elderly surgical
patients.[cited
2011
December
06].
from:http://www.fidarticles/p/articles/mi_m0FSL/is_n4_v65/ai..
Available