Anda di halaman 1dari 24

Referat

PROSES MENDENGAR

Oleh :
Wina
712020056

Pembimbing:
dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH PALEMBANG BARI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2021

I
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Referat dengan judul

PROSES MENDENGAR

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Wina
NIM. 712020056

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Bagian Ilmu Penyakit THT Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari

Palembang, Mei 2021

Dosen Pembimbing
dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL

II
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Proses Mendengar” sebagai salah satu
syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di Bagian Ilmu Penyakit
THT Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
Bari yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama
penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi dan bidan bangsal atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, Mei 2021

III
Penulis

IV
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................2


2.1 Anatomi Telinga.............................................................................2
2.1.1 Telinga Luar...........................................................................3
2.1.2 Telinga Tengah......................................................................3
2.1.3.Telinga Dalam........................................................................4
2.2 Fisiologi Pendengaran.....................................................................9
2.2.1. Mekanisme Pendengaran......................................................11

BAB III. PENUTUP........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

IV
V
BAB I
PENDAHULUAN

Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan


merubah bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan
diteruskan ke otak untuk disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ
pendengaran, telinga dibagi menjadi sistem organ pendengaran perifer dan
sentral.4
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang
suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang
berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor.
Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang
suara yang terdapat di udara.1
Seseorang menerima suara berupa getaran pada gendang telinga dalam
daerah frekuensi pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan dari sejumlah
variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan dirambatkan ke
medium sekitarnya, yang dikenal sebagai medan akustik. Telinga manusia mampu
mendengar suara dengan frekuensi dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Namun yang
paling sensitif adalah antara 1000 – 4.000 Hz. 3
Suara yang di dengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal
akustik yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf
pendengaran ke otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ
pendengaran manusia yakni telinga. 3

1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga bagian luar,
telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Setiap bagian telinga
bekerja dengan tugas khusus untuk mendeteksi dan menginterpretasikan
bunyi.

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.1.1. Telinga Luar


Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membran timpani, terdiri dari auricula, meatus akustikus eksternus (MAE) dan
membran timpani. Auricula merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi
kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang
temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks,
tragus, antitragus dan konka. Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus
acusticus externus:4
1. Auricula
Mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan
getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis

3
yang ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan
ekstrisik, keduanya disarafi oleh nervus facialis.6

2. Meatus acusticus externus


MEA adalah saluran berkelok yang menghubungkan auricula
dengan membrana tympanica. MEA berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari auricula ke membrana tympanica.5
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilago elastis,
dan dua pertiga bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk olh
lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit, dan sepertiga bagian
luarnya mempunyai rambut, glandula sebasea, dan glandula
ceruminosa. Glandula ceruminosa merupakan modifikasi
kelenjar keringat yang menghasilkan secret lilin bewarna coklat
kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang
lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.6
Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang melapisi meatus
berasal dari nervus auriculo temporalis dan ramus auricularis
nervi vagi. Aliran limfen menuju ke nodi paroitidei
superficiales, mastoidei, dan cervicales superficialis.6

2.1.2. Telinga Tengah


Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani atau tympanic
cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial
dibatasi oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba
Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh
tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena.4
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar
ke dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan
berhubungan membentuk artikulasi. Prosesus longus maleus melekat pada
membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang
berhubungan dengan koklea.4

4
Gambar 2. Anatomi telinga

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan
m. stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor
timpani dan berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang
saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah
dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi
resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan
frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan
berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes
kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan resonansi tulang-
tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga
dapat mencegah kerusakan organ koklea.4

2.1.3. Telinga Dalam atau Labyrinthus


Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian
petrosa, di dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur
TD yaitu labirin, merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara
tuba dan rongga TD yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin
membran berisi endolim yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular
dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini
di kelilingi oleh labirin tulang ,di antara labirin tulang dan membran terisi

5
cairan perilim dengan komposisi elektrolit tinggi natrium rendah kalium.
Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars inferior dan pars
intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis,
pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars intermedia
terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus.4
Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ
auditus atau indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat
keseimbangan. Kedua organ tersebut saling berhubungan sehingga apabila
salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain akan
terganggu. TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri
cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.4

1. Koklea
Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah
siput dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang
lebih kurang 3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus
dengan tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai
arteri dari arteri vertebralis.
Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks
membentuk suatu sistem dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala
media dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala tympani berisi cairan
perilim sedangkan skala media berisi endolimf. Skala vestibuli dan skala
media dipisahkan oleh membran reissner, skala media dan skala timpani
dipisahkan oleh membran basilar.
2. Organon Corti
Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke
apeks, yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf
pendengaran perifer OC terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah
sekitar 3 000 dan tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000.
Rambut halus atau silia menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh
atau tertanam pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial. Ujung

6
atas sel-sel rambut terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada
lamina retikularis. Serat kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai
kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi tinggi sedangkan serat
panjang dan lentur dekat helikotrema mempunyai kecenderungan untuk
bergetar pada frekuensi rendah.4
Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah Terdiri dari labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang dan labyrinthus membranaceus, tersusun
dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam labyrinthus osseus.
Untuk deskripsi rinci struktur mikroskopik labyrinthus disarankan
membaca buku histologi.6
 Labyrinthus Osseus6
Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian:
vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea. Ketiganya
merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia
compacta tulang. Mereka dilapisi oleh endosteum dan berisi
cairan bening, perilympha, yang di dalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus. Vestibulum, merupakan bagian
tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap
cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis. Pada
dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi
oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan
fenestra cochleae yang ditutupi oleh membrana tympanica
secundaria. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan
utriculus labyrinthus membranosa. Ketiga canalis
semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,
posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior
vetibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran
diujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara ke dalam
vestibulum melalui lima lubang, salah satunya
dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis

7
terdapat ductus semicircularis. Canalis semicircularis
superior terletak vertikal dan tegak lurus terhadap sumbu
panjang os petrosum. Canalis semicircularis posterior juga
vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os
petrosum. Canalis semicircularis lateralis terletak horizontal
pada dinding medial aditus ad antrum, di atas canalis nervi
facialis. Cochlea berbentuk seperti rumah siput. Cohclea
bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum. Umumnya
terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae, dan
modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit
sebanyak dua setengah putaran. Setiap putaran berikutnya
mempunyai radius yang lebih kecil sehingga bangunan
keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap ke
anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal
pertama dari cochlea inilah yang tampak sebagai
promontorium pada dinding medial cavitas tympani.
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar
meatus acusticus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-
cabang nervus cochlearis. Pinggir spiral, lamina spiralis,
mengelilingi modiolus dan menonjol ke dalam canalis dan
membagi canalis ini. Membrana basilaris terbentang dari
pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang,
sehingga membelah canalis cochlearis menjadi scala
vestibuli di sebelah atas dan scala tympani di sebelah
bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari
cavitas tympani oleh basis stapedis dan ligamentum
annulare pada fenestra vestibuli. Perilympha di dalam scala
tympani dipisahkan dari cavitas tympani oleh membrana
tympanica secundaria pada fenestra cochleae.
 Labyrinthus Membranaceus6

8
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus
osseus. Labyrinthus ini berisi endolympha dan dikelilingi
oleh perilympha. Labyrinthus membranaceus terdiri atas
utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum
osseus; tiga ductus semicircularis, yang terletak di dalam
canalis semicircularis osseus; dan ductus cohclearis yang
terletak di dalam cochlea. Struktur-struktur ini saling
berhubungan dengan bebas. Utriculus adalah yang terbesar
dari dua buah saccus vestibuli yang ada. Utriculus
dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus
endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis. Sacculus
berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti
sudah dijelaskan di atas. Ductus endolymphaticus, setelah
bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir
di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus
endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater
pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor
sensoris khusus yang peka terhadap orientasi kepala akibat
gaya berat atau tenaga percepatan lain. Ductus
semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari
canalis semicircularis mempunyai konfigurasi yang sama.
Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan lainnya,
sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai
atau berhenti bergerak, atau Jika kecepatan gerak kepala
bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolympha di
dalam ductus semicircularis akan berubah sesuai dengan
hal tersebut terhadap dinding ductus semicircularis.
Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensoris di dalam
ampulla ductus semicircularis. Ductus cochlearis berbentuk
segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan

9
sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang
terletak di atas membrana basilaris membentuk organ Corti
dan mengandung receptor receptor sensoris untuk
pendengaran.

2.2. Fisiologi Pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap
pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran,
tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi
tersebut ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke kortek
pendengaran. 5

Gambar 3. Skema Pendengaran

Proses transduksi pendengaran dimulai dengan gelombang suara


memasuki meatus akustik eksternal dan membran timpani, sehingga terjadi
getaran. Getaran ini kemudian ditransfer ke telinga tengah di sepanjang
rantai tulang tulang yang terdiri dari maleus, incus, dan stapes. Pelat kaki
stapes menyentuh jendela oval dalam gerakan seperti piston yang
menghasilkan transmisi getaran ke cairan yang disebut perilimfe di dalam
koklea. Getaran berjalan dari koklea ke puncak melalui tabung tulang
berongga yang dikenal sebagai scala vestibuli. Getaran kemudian bergerak
dari puncak ke dasar melalui tabung tulang berongga lain yang disebut
scala tympani.2

10
Di ujung scala tympani, getaran di dalam perilymph menggantikan
jendela bundar. Duktus koklea terletak di antara scala vestibuli dan scala
tympani. Ini adalah tabung tulang berongga lain yang berisi cairan yang
dikenal sebagai endolimfe yang memiliki potensi positif lebih tinggi
daripada perilimfe di sekitarnya. Potensi positif ini dihasilkan dari
konsentrasi ion kalium yang tinggi dan konsentrasi ion natrium yang
rendah dibandingkan dengan perilimfe di sekitarnya. Membran Reissner
mempertahankan perbedaan konsentrasi ion antara endolimf dan perilimfe.
Membran Reissner memisahkan scala vestibuli dari duktus koklea dan
stria vaskularis, sel khusus yang melapisi dinding lateral duktus koklea.
Struktur yang memisahkan scala tympani dari saluran koklea dikenal
sebagai membran basilar. Membran basilar mengandung struktur khusus
yang dikenal sebagai organ Corti yang memainkan peran kunci dalam
transduksi pendengaran.2
Perbedaan lebar dan ketebalan membran basilar antara alas dan puncak
koklea (BM menyempit di dasar dan lebar di puncak) memungkinkan
untuk persepsi suara dengan rentang frekuensi yang lebar (20 hingga
20.000 Hz). Getaran yang berjalan melalui perilimfe di scala vestibuli
melewati membran Reissner dan masuk ke dalam endolimfe saluran
koklea, yang akhirnya menggetarkan organ Corti. Organ Corti
mengandung sel-sel rambut yang merespons getaran dengan
menggesekkan stereosilia mereka terhadap struktur tetap yang disebut
membran tektorial. Hasil dari sel-sel rambut yang membengkok ke
membran tektorial adalah depolarisasi serabut saraf yang menempel.
Frekuensi getaran yang merambat melalui perilimfe akan sesuai dengan
area di sepanjang koklea yang distimulasi secara maksimal. Hal ini
memungkinkan interpretasi berbagai frekuensi suara berdasarkan area
tonotop di sepanjang koklea (frekuensi tinggi di dasar dan frekuensi
rendah di dekat puncak) yang paling beresonansi dengan getaran.2

11
2.2.1. Mekanisme Pendengaran
1. Mekanisme telinga luar dan tengah
Aurikula berfungsi untuk mengetahui arah dan lokasi suara dan
membedakan tinggi rendah suara. Aurikula bersama MAE
dapat menaikkan tekanan akustik pada MT pada frekuensi 1,5
– 5 kHz yaitu daerah frekuensi yang penting untuk presepsi
bicara, selanjutnya gelombang bunyi ini diarahkan ke MAE
menyebabkan naiknya tekanan akustik sebesar 10-15 dB pada
MT.4
MAE adalah tabung yang terbuka pada satu sisi tertutup pada
sisi yang lain. MAE meresonansi ¼ gelombang. Frekuensi
resonansi ditentukan dari panjang tabung, lengkungan tabung
tidak berpengaruh. Tabung 2,5 cm, frekuensi resonansi kira-
kira 3,5 kHz.4
Fo (frekuensi resonansi) = kecepatan suara (4 x panjang
tabung)
Dimana: Kecepatan suara = 350 m/detik Misal panjang tabung
= 2,5 cm, maka : Fo = 350 (4x2,5) = 3500 Hz = 3,5 kHz.4
Gelombang suara kemudian diteruskan ke MT dimana pars
tensa MT merupakan medium yang ideal untuk transmisi
gelombang suara ke rantai osikular. Hubungan MT dan sistem
osikuler menghantarkan suara sepanjang telinga telinga tengah
ke koklea. Tangkai maleus terikat erat pada pusat membran
timpani, maleus berikatan dengan inkus, inkus berikatan
dengan stapes dan basis stapes berada pada foramen ovale.
Sistem tersebut sebenarnya mengurangi jarak tetapi
meningkatkan tenaga pergerakan 1,3 kali, selain itu luas daerah
permukaan MT 55 milimeter persegi sedangkan daerah
permukaan stapes rata-rata 3,2 milimeter persegi. Rasio
perbedaan 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari dari

12
sistem pengungkit , menyebabkan penekanan sekitar 22 kali
pada cairan koklea. Hal ini diperlukan karena cairan memiliki
inersia yang jauh lebih besar dibandingkan udara, sehingga
dibutuhkan tekanan besar untuk menggetarkan cairan, selain
itu didapatkan mekanisme reflek penguatan, yaitu sebuah
reflek yang timbul apabila ada suara yang keras yang
ditransmisikan melalui sistem osikuler ke dalam sistem saraf
pusat, reflek ini menyebabkan konstraksi pada otot stapedius
dan otot tensor timpani. Otot tensor timpani menarik tangkai
maleus ke arah dalam sedangkan otot stapedius menarik stapes
ke arah luar. Kondisi yang berlawanan ini mengurangi
konduksi osikular dari suara berfrekuensi rendah dibawah
1000 Hz. Fungsi dari mekanisme ini adalah untuk melindungi
koklea dari getaran merusak disebabkan oleh suara yang sangat
keras , menutupi suara berfrekuensi rendah pada lingkungan
suara keras dan menurunkan sensivitas pendengaran pada
suara orang itu sendiri.4
2. Mekanisme telinga dalam
Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi
suara ke suatu bentuk yang sesuai untuk merangsang ujung
saraf auditorius yang dapat memberikan kode parameter
akustik sehingga otak dapat memproses informasi dalam
stimulus suara.
Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik
yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel
bersilia dan proses transduksi yaitu pengubahan pola energi
bunyi pada OC menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius.
Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi
menggetarkan perilim dalam skala vestibuli dan endolim
dalam skala media sehingga menggetarkan membrana
basilaris. Membrana basilaris merupakan suatu kesatuan yang

13
berbentuk lempeng-lempeng getar sehinga bila mendapat
stimuli bunyi akan bergetar seperti gelombang disebut
traveling wave. Proses transduksi terjadi karena perubahan
bentuk membran basilaris. Perubahan tersebut karena
bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial
akibat stimulis bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran
tersebut akan mempengaruhi sel rambut dalam dan sel rambut
luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik. Potensial listrik
ini akan diteruskan oleh serabut saraf aferen yang berhubungan
dengan sel rambut sebagai impuls saraf ke otak untuk disadari
sebagai sensasi mendengar. Koklea di dalamnya terdapat 4
jenis proses bioelektrik, yaitu : potensial endokoklea
(endocochlear potential) , mikrofoni koklea (cochlear
microphonic) , potensial sumasi (summating potensial), dan
potensial seluruh saraf (whole nerve potensial). Potensial
endokoklea selalu ada pada saat istirahat, sedangkan potensial
lainnya hanya muncul apabila ada suara yang merangsang.
Potensial endokoklea terdapat pada skala media bersifat
konstan atau direct current (DC) dengan potensial positif
sebesar 80 – 100 mV. Stria vaskularis merupakan sumber
potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia dan
zat kimia yang berpengaruh terhadap metabolisme oksidasi.
Mikrofoni koklea adalah alternating current (AC) berada di
koklea atau juga di dekat foramen rotundum, dihasilkan area
sel indera bersilia dan membrana tektoria oleh pengaruh listrik
akibat vibrasi suara pada silia atau sel inderanya. Potensial
sumasi termasuk DC tidak mengikuti rangsang suara dengan
spontan, tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan
suara. Potensial sumasi dihasilkan sel-sel indera bersilia dalam
yang efektif pada intensitas suara tinggi. Sedangkan mikrofoni
koklea dihasilkan lebih banyak pada outer hair cell. Bila

14
terdapat rangsangan diatas nilai ambang, serabut saraf akan
bereaksi menghasilkan potensial aksi. Serabut saraf
mempunyai penerimaan terhadap frekuensi optimum rangsang
suara pada nilai ambangnya, dan tidak bereaksi terhadap setiap
intensitas. Potensial seluruh saraf adalah potensial listrik yang
dibangkitkan oleh serabut saraf auditori. Terekam dengan
elektroda di daerah foramen rotundum atau di daerah saraf
auditori, memiliki frekuensi tinggi dan onset yang cepat.
Rangsangan suara dari koklea diteruskan oleh nervus kranialis
VIII ke korteks melalui nukleus koklearis ventralis dan
dorsalis. Jaras tersebut merupakan sistem pendengaran sentral.4

15
16
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara.


Gelombang suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan
terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)
molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah bertekanan
rendah akibat penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran
merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan
respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.1
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap
pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran,
tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi
tersebut ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke kortek
pendengaran.2

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Barrett E.,et al,. Ganong’s Review of Medical Physiology: Hearing &


Equilibrium. 23rded. Singapore : Mc Graw Hill; 2011.p.203-13.
2. Casale J, Kandle PF, Murray I, et al. Physiology, Cochlear Function.
[Updated 2021 Apr 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531483
3. Irawati, L. 2012. Fisika Medik Proses Pendengaran. Majalah Kedokteran
Andalas. 2(36).

4. Nugroho, P.S. & Wiyadi, H.M.S. 2009. Anatomi dan Fisiologi


Pendengaran Perifer. Jurnal THT-KL. 2(2).

5. Sherwood L.bHuman Physiology: From Cells to Systems: 6thed. USA :


The Thomson Corporation.2007.
6. Snell, R.S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai