Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat adalah


blok XXIII pada semester 7 dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial
merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning
(PBL) tersebut. Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor atau
dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Proses tutorial juga merupakan bagian dari evaluasi mahasiswa pada
bagian evaluasi formatif dengan tujuan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Proses tutorial juga merupakan syarat untuk
mengikuti ujian OSOCA (Objective Structure Oral Case Analysis) yang
merupakan bagian dari evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif bertujuan untuk
menilai hasil pencapaian peserta didik agar dapat ditentukan tingkatan
kompetensi yang telah dicapai. Penilaian sumatif dilakukan dengan merujuk
kepada taksonomi pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom yang terdiri
dari penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.

1.1 Maksud dan Tujuan


1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : drg. Putri Erlyn
Moderator : Resy Shafira Pratiwi
Sekretaris Papan : Aisyah Sawwalia
Sekretaris Meja : Usman Primawijaya
Waktu : 1. Selasa, 3 Desember 2019
Pukul : 08.00-10.30 WIB
2. Kamis, 05 Desember 2019
Pukul : 08.00-10.30 WIB

Aturan tutorial : 1. Dilarang mengaktifkan ponsel.


2. Dilarang makan di dalam ruangan.
3. Dilarang keluar tanpa izin tutor.
4. Boleh menjawab/mengajukan pertanyaan
setelah ditunjuk oleh moderator.

2.2 Skenario Kasus

“Derita Pimpinan”

Klinik Dokter Keluarga (KDK) FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya memiliki
1dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi karena beberapa tenaga medis
mengundurkan diri sehingga mutu pelayanan Klinik Dokter Keluarga (KDK) “FK
UMP” dikhawatirkan mengalami penurunan. Baru-baru ini, kepala KDK dituntut
oleh keluarga pasien sehubungan dengan Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD)
berupa kejadian infeksi setelah pengangkatan KB implant.

Kronologisnya pasien wanita usia 35 tahun dating ke KDK karena ingin melepas
implan di lengan kiri atas. Dokter memerintahkan bidan untuk melakukan
tindakan tersebut. Keesokan harinya, pasien tersebut datang kembali mengeluhkan

2
lengan kiri atas bengkak dan biru. Dokter mendiagnosa pasien tersebut dating
kembali humeral dan pasien diberikan obat serta diminta untuk control kembali.

Setelah dilakukan pengecekan oleh dokter, ternyata bidan tidak menjalankan


Standar Operasional Prosedural (SOP) tindakan melepaskan KB implant yaitu
prosedur aseptic. Seharusnya kejadian ini dapat dicegah jika semua staff KDK
menjalankan tugasnya sesuai Standar Operasional Prosedural (SOP).

2.3 Klarifikasi Istilah

No. Istilah Klarifikasi


1. SOP Dokumen yang berkaitan dengan prosedur
yang berkaitan secara kronologis untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan
memperoleh hasil kerja yang efektif
2. KDK Pelayanan tingkat 1, menyeluruh dan
berkesinambungan kepada pasien berkaitan
dengan keluarga , komunitas serta lingkungan
3. KB implant (KB Tabung pelastik fleksibel berukuran kecil
susuk) seukuran korek api yang didalamnya terdapat
hormone yang mencegah kehamilan
4. Hematoma Pengumpulan setempat ekstravasasi darah
biasanya membeku didalam ruang organ /
jaringan
5. Kronologis Catatan peristiwa yang dimulai dari awal
sampai akhir yang mengikuti waktu dimana hal
tersebut terjadi
6. KTD Suatu kejadian yang diakibatkan cedera yang
tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan / tidak bertindak dan bukan karena
kondisi pasien

2.4 Identifikasi Masalah

3
1. Klinik Dokter Keluarga (KDK) FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya
memiliki 1 dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi karena beberapa
tenaga medis mengundurkan diri sehingga mutu pelayanan Klinik Dokter
Keluarga (KDK) “FK UMP” dikhawatirkan mengalami penurunan. Baru-
baru ini, kepala KDK dituntut oleh keluarga pasien sehubungan dengan
Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) berupa kejadian infeksi setelah
pengangkatan KB implant.
2. Kronologisnya pasien wanita usia 35 tahun dating ke KDK karena ingin
melepas implan di lengan kiri atas. Dokter memerintahkan bidan untuk
melakukan tindakan tersebut. Keesokan harinya, pasien tersebut dating
kembali mengeluhkan lengan kiri atas bengkak dan biru. Dokter
mendiagnosa pasien tersebut datang kembali humeral dan pasien diberikan
obat serta diminta untuk control kembali.
3. Setelah dilakukan pengecekan oleh dokter, ternyata bidan tidak
menjalankan Standar Operasional Prosedural (SOP) tindakan melepaskan
KB implant yaitu prosedur aseptic. Seharusnya kejadian ini dapat dicegah
jika semua staff KDK menjalankan tugasnya sesuai Standar Operasional
Prosedural (SOP).

2.5 Analisis Masalah

1. Klinik Dokter Keluarga (KDK) FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya
memiliki 1dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi karena beberapa
tenaga medis mengundurkan diri sehingga mutu pelayanan klinikDokter
Keluarga (KDK) “FK UMP” dikhawatirkan mengalami penurunan. Baru-
baru ini, kepala KDK dituntut oleh keluarga pasien sehubungan dengan
Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) berupa kejadian infeksi setelah
pengangkatan KB implant.

4
a. Apa makna KDK FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya memiliki 1
dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi ?
Jawab:
Maknanya ialah tidak memenuhi persyaratan ketenagaan. Dimana
syarat tenaga pelaksana pada KDK harus terdiri dari (Anggraini,
Novitasari, Setiawan, 2015):
1) Tenaga medis (minimal satu orang dokter keluarga)
2) Tenaga paramedis (diperlukan 2-3 paramedis terlatih)
3) Tenaga non medis (minimal terdiri dari satu orang tenaga
administrasi dan 1 orang pekerja sosial (social worker)).

Berdasarkan PerMenKes (2014) No.9 Pasal 12, persyaratan


ketenagaan untuk klinik terdiri-dari:
1. Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter
dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
2. Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter
spesialis dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan.
3. Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter
gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi
pelayanan.
(PerMenKes, 2014).

Makna berdasarkan jumlah dokter ialah solo practice, praktek


dokter keluarga yang diselenggarakan hanya oleh satu dokter keluarga
(Anggraini, Novitasari, Setiawan, 2015).

5
b. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan klinik kedokeran kelurga?
Jawab:
Mutu pelayanan adalah derajat kesempurnaan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan
yang sesuai standar profesi, standar pelayanan profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
secara wajar, efesien dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat konsumen. Mutu pelayanan kesehatan umumnya dikaitkan
dengan pelayanan kesehatan kepada perorangan yang diberikan oleh
suatu institusi atau fasilitas kesehatan seperti rumah sakit (Supriyanto,
S., dan Alfi, F. 2013)

c. Apa kriteria mutu pelayanan KDK?


Jawab:

No Standar mutu Puskesmas Klinik Klinik Mandiri


. Dokter/ Dokter
Gigi
1 Lokasi Disetiap kecamatan Sesuai tata ruang, Sesuai dengan
mudah dijangkau, rasio penduduk, lokasi yang
sesuai rasio dan memiliki tertera di Surt
penduduk dan tata perizinan Izin Praktik
ruang daerah
2 Bangunan Permanen dan terpisah dari tempat Permanen
tinggal atau unit kerja lain
3 Ruang Tersedia ruangan sesuai jenis pelayanan yang diberikan
4 Prasarana Tersedia, terpelihara, dan berfungsinya sarana untuk
kelancaran pelayanan kesehatan
5 Peralatan Tersedia, terpelihara dan berfungsinya peralatan medis
maupun non medis untuk kelancaran pemberian pelayanan
kesehatan.
6 Ketenagaan Memenuhi jenis dan Penanggung Dilakukan oleh
jumlah tenaga jawab klinik tenaga medis

6
sesuai Permenkes adalah dokter atau yang kompeten
75/2014: Kepala dokter gigi yang dan profesional
Puskesmas, Tenaga kompeten
Medis, Tenaga Tersedia tenaga
Kesehatan lain, medis , tenaga
Tenaga Non kesehatan lain,
kesehatan dan tenaga non
(karyawan) kesehatan
(karyawan)
7 Pengorganisasian Memiliki struktur Pemilik Memiliki
organisasi dengan menetapkan dokumen
kejelasan tugas dan struktur organisasi pendoman dan
wewenang dan garis (dan penjelaan prosedur kerja
komunikasi tanggung jawab)
dan melakukan
kajian periodic
untuk
penyempurnaan
struktur
8 Pengelolan Dilakukan secara Dilakukan secara Wajib membuat
keuangan professional sesuai transparan sesuai pembukuan
peraturan peraturan keuangan dan
pemerintah yang perundangan yang melakukan
berlaku berlaku pelaporan pada
asuransi /BPJS
(KemenkesRI, 2016)

7
d. Apa syarat pembangunan Klinik Kedokteran Keluarga ?
Jawab:
Syarat pendirian praktek dokter keluarga:
1. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum (terletak di
tempat strategis)
2. Memiliki bangunan yang memadai
3. Dilengkapi dengan sarana komunikasi
4. Memiliki sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
5. Memiliki sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedic telah
lulus pelatihan khusus pembantu KDK
6. Dapat berbentuk praktek mandiri atau berkelompok
7. Memiliki izin yang berorientasi wilayah
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya parippurna, holistic,
terpadu dan berkesinambungan
9. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
10. Memiliki sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat
klinik yang bersangkutan.
(Wulandari, dkk. 2011)

Persyaratan Klinik menurut PERMENKES No 028 tahun 2011:


Bagian Kesatu Lokasi
Pasal 5
1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik
yang diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan
memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah
penduduk.
2) Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3) Ketentuan mengenai persebaran Klinik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak berlaku untuk Klinik perusahaan atau Klinik

8
instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan
perusahaan, warga binaan, atau pegawai instansi tersebut.

Bagian Kedua Bangunan


Pasal 6
1) Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung
fisik bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.
2) Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
3) Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

Pasal 7
1) Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:
a) ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b) ruang konsultasi;
c) ruang administrasi;
d) ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang
melaksanakan pelayanan farmasi;
e) ruang tindakan; ruang/pojok ASI;
f) kamar mandi/wc; dan
g) ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

Prasarana
Pasal 8
1. Prasarana Klinik meliputi:
a) instalasi sanitasi;
b) instalasi listrik;
c) pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
d) ambulans, khusus untuk Klinik yang
menyelenggarakan rawat inap; dan

9
e) sistem gas medis;
f) sistem tata udara;
g) sistem pencahayaan;
h) prasarana lainnya sesuai kebutuhan.
2. Sarana dan Prasarana Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.

Bagian Keempat Ketenagaan


Pasal 9
1. Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis.
2. Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik
tersebut, dan dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan.

Bagian Kelima Peralatan


Pasal 17
1. Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis
yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
2. Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan
keselamatan.
3. Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam Kefarmasian


Pasal 21
1. Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan
farmasi.
2. Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung jawab atau
pendamping.

10
Bagian Ketujuh Laboratorium
Pasal 24
1. Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
2. Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
3. Laboratorium Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) pada klinik pratama merupakan pelayanan
laboratorium klinik umum pratama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium
klinik umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.
5. Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan
6. terintegrasi dengan perizinan Klinik.
7. Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang
memiliki sarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan
pelayanan melebihi kriteria dan persyaratan Klinik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), maka
laboratorium klinik tersebut harus memiliki izin tersendiri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Mengapa kepala KDK ditutut oleh keluarga pasien?


Jawab:
Karena kepala KDK bertanggung jawab atas semua staffnya.

f. Apa landasan hukum yang mengatur tentang KDK?


Jawab:
Permenkes No. 9 tahun 2014 tentaang Klinik
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

11
1. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
3. Instalasi Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas
menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan
pembinaan teknis kefarmasian di Klinik
4. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah. 6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

g. Apa saja tugas dan tanggung jawab kepala KDK?


Jawab:
Peran pimpinan menurut PERMENKES RI no 11 tahun 2017:
Pasal 10
Standar peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan
Pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf e
merupakan kegiatan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dalam:
a) mendorong dan menjamin implementasi Keselamatan Pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan tujuh
langkah menuju Keselamatan Pasien;

12
b) menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko
Keselamatan Pasien dan menekan atau mengurangi insiden
secara proaktif;
c) menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
Keselamatan Pasien;
d) mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan serta meningkatkan Keselamatan Pasien; dan
e) mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi setiap unsur
dalam meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
Keselamatan Pasien.

h. Apa saja yang termasuk kedalam KTD?


Jawab:
KTD dapat berasal dari kesalahan dalam asuahan pasien. Yang
termasuk KTD yaitu:
1. Pasien jatuh
2. Infus blong
3. Infeksi nosokomial
4. Dekubitus
5. Infeksi kateter
6. Trauma elekttrik (tersetrum peralaatn)
7. Kesalahan pemberian obat
8. Kesalahan pemberian informasi dari perawat/petugas kepada
dokter
9. Kesalahan cara pemberian obat
10. Kesalahan dosis obat
11. Kesalahan pencampuran obat
12. Kesalahan pembacaan resep
13. Kesalahan pemyerahan obat pulang kepada pasien
14. Kesalahan identifikasi pasien saat pengambilan sampel lab

13
15. Kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang
16. Kesalahan persiapan operasi

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan


pada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak
bertindak (“omission”), bukan karena “underlying disease” atau
kondisi pasien.
1. Penyakit/Disease
Disfungsi fisik atau psikis
2. Cedera/Injury
Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent / keadaan
3. Penderitaan/Suffering
Pengalaman/ gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri,
mal-aise, mual, muntah, depresi, agitasi,dan ketakutan
4. Cacat/Disability
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan
aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan sosial yang
berhubungan dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat ini.
(KKPRS, 2015)

i. Apa saja macam macam klinik keluarga?


Jawab:

14
(Wulandari, dkk. 2011)

Jenis Klinik
1) Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan
dipimpin oleh seorang dokter umum. Berdasarkan perijinannya
klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha ataupun perorangan.
2) Klinik Utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik. Spesialistik berarti mengkhususkan pelayanan pada
satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang
dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis. Berdasarkan
perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha
berupa CV, ataupun PT.
Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah:
a. Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis
dasar, sementara pada klinik utama mencangkup pelayanan
medis dasar dan spesialis;
b. Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi,
sementara pada klinik utama pimpinannya adalah dokter
spesialis atau dokter gigi spesialis;
c. Layanan di dalam klinik utama mencangkup layanan rawat
inap, sementara pada klinik pratama layanan rawat inap hanya
boleh dalam hal klinik berbentuk badan usaha;
d. Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang
dokter atau dokter gigi, sementara dalam klinik utama
diperlukan satu orang spesialis untuk masing-masing jenis
pelayanan (PERMENKES RI No.9, 2014).

15
j. Apa yang harus dilakukan apabila terjadi KTD?
Jawab:
Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien Internal
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah
sakit, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk
mengurangi dampak / akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindak lanjuti, segera membuat laporan insidennya
dengan mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam
kerja/shiftkepadaAtasanlangsung.(Palinglambat2x24jam);
diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada
Atasan langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai
keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/ Instalasi/
Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan
grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa
yang akan dilakukan sebagai berikut : (pembahasan lebih lanjut
lihat BAB III)
a. Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,
waktu maksimal 1 minggu.
b. Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,
waktu maksimal 2 minggu
c. Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
d. Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah / RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45
hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.

16
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan
Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan
investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.
8. Untuk grade Kuning/ Merah, Tim KP di RS akan melakukan
Analisis akar masalah / Root Cause Analysis (RCA).
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan
dan Rekomendasi untuk perbaikan serta "Pembelajaran" berupa :
Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada
Direksi
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan
umpan balik kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada
seluruh unit di Rumah Sakit.
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing-
masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.

2. Kronologisnya pasien wanita usia 35 tahun dating ke KDK karena ingin


melepas implan di lengan kiri atas. Dokter memerintahkan bidan untuk
melakukan tindakan tersebut. Keesokan harinya, pasien tersebut datang
kembali mengeluhkan lengan kiri atas bengkak dan biru. Dokter
mendiagnosa pasien tersebut dating kembali humeral dan pasien diberikan
obat serta diminta untuk control kembali.
a. Apa makna pasien mengalami bokongnya bengkak dan biru ?
Jawab:
Terjadinya kasus KTD yang disebabkan oleh petugas yang tidak
menjalankan SOP dengan baik dan tidak melakukan prosedur
keselamatan pasien dengan baik

b. Apa yang dimaksud dengan keselamat pasien?


Jawab:

17
Pasien bebas dari harm /cedera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik /
sosial / psikologis, cacat, kematian dll), terkait dengan pelayanan
kesehatan (KKPRS, 2015).

Menurut National Health Performance Committee (NHPC, 2001,


dikutip dari Australian Institute Health and Welfare (AIHW, 2009)
mendefinisikan keselamatan pasien adalah menghindari atau
mengurangi hingga ketingkat yang dapat diterima dari bahaya aktual
atau risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan di mana
pelayanan kesehatan diberikan. Fokus dari definisi ini adalah untuk
mencegah hasil pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau yang
tidak diinginkan.

c. Apa saja prinsip keselamat pasien/ patien safety?


Jawab:
1. Kesadaran (awarness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit
2. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patient
safety
3. Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden
terkait patient safety
4. Kepatuhan pelaoran insiden terkait patient safety
5. Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang
faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety
6. Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab insiden
terkait patient safety
7. Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang
terjadi untuk mencegah kejadian berulang

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien


lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

18
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Menteri
Kesehatan RI. 2017).

d. Bagaimana langkah prosedur keselamatan pasien?


Jawab:
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien. Ciptakan
budaya adil dan terbuka
2. Memimpin dan mendukung staf. Tegakkan fokus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien diseluruh Fasilitas pelayanan
Kesehatan anda.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Bangun system
dan proses untuk mengelola risiko dan mengindentifikasi
kemungkinan terjadinya kesalahan
4. Mengembangkan sistem pelaporan Pastikan staf anda mudah
untuk melaporkan insiden secara internal (lokal ) maupun
eksternal (nasional).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien Kembangkan cara-
cara berkomunikasi cara terbuka dan mendengarkan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien.
Dorong staf untuk menggunakan analisa akar masalah guna
pembelajaran tentang bagaimana dan mengapa terjadi insiden.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan
Pasien Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam
praktek, proses atau sistem. Untuk sistem yang sangat komplek
seperti Fasilitas pelayanan Kesehatan untuk mencapai hal-hal
diatas dibutuhkan perubahan budaya dan komitmen yang tinggi
bagi seluruh staf dalam waktu yang cukup lama.
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017)

19
e. Bagaiamana langkah penerapan keselamatan pasien pada kasus?
Jawab:
- Ketepatan identifikasi pasien : Seorang wanita usia 35 tahun ingin
melepaskan KB implan datang ke KDK FK UMP
- Peningkatan komunikasi yang efektif
- Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert
Medication)
- Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien operasi
- Pengurangan risiko infeksi terkait pelyanan kesehatan
- Pengurangan risiko cedera pasien akibat jatuh
Pada kasus, penguragan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
tidak dilakukan.

f. Apa saja level keselamatan pasien dan bagaimana pada kasus?


Jawab:

Tingkat
Deskripsi Dampak
Risiko
1 Tidak Tidak ada cedera
signifikan
2 Minor - Cedera ringan mis. Luka lecet
- Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,
3 Moderat  -  Cedera sedang mis. Luka robek
 -  Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/
psikologis

atau intelektual (reversibel), tidak


berhubungan dengan penyakit.

 -  Setiap kasus yang memperpanjang


perawatan

4 Mayor - Cedera luas / berat misal cacat, lumpuh


- Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau

intelektual (irreversibel), tidak berhubungan


dengan penyakit.
5 Katastropik 20Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit
(KKPRS, 2015).

3. Setelah dilakukan pengecekan oleh dokter, ternyata bidan tidak


menjalankan Standar Operasional Prosedural (SOP) tindakan melepaskan
KB implant yaitu prosedur aseptic. Seharusnya kejadian ini dapat dicegah
jika semua staff KDK menjalankan tugasnya sesuai Standar Operasional
Prosedural (SOP).
a. Bagaimana standar operasional prosedur pada kasus (melepas KB
implant) ?
Jawab:

Pengertian Suatu tindakan pemasangan alat kontrasepsi


yang dipasang dibawah kulit yang mengandung
levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul
silastic silicon yang berisi hormone progesterone
Tujuan Untuk menjarangkan kehamilan selama 3-5
tahun.
Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Prosedur A.       Persiapan alat
Tensi, stetoskop, APD (sepatu but, matela,
masker, kaca mata goggle, handuk pribadi) Bak
instrument berisi (trokar dan pendorong, duk
steril, spuit 5 cc berisi lidocain, kapsul implant,
bisturi, kasa, pinset anatomis, hend skun, kom
kecil) kom berisi cairan betadin, larutan clorin
0,5 %, alcohol 70 %, kapas, plaster, ban aid/
handsaplas, perlak dan alas, bengkok, busur dan
pulpen.

B.        Pelaksanaan
Pemasangan kapsul norplant
1. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa
klien telah mencuci lengannya sebersih
mungkin dengan sabun dan air dan
membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
2. Tentukan tempat pemasangan pada bagian

21
dalam lengan atas.
3.  Beri tanda pada tempat pemasangan

Langkah/ kegiatan
4. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau
DTT dan kapsul norplant sudah tersedia

Tindakan pra pemasangan


5. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
dengan kain bersih.
6. Pakai sarung tangan steril atau DTT.
7. Usap tempat pemasangan dengan larutan
antiseptic.
8. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT
disekeliling lengan klien

Pemasangan kapsul norplant


9. Suntikan anastesi local tepat dibawah kulit
sampai kulit sedikit menggelembung.
10.Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4
cm, dan suntikan masing masing 1 cc
diantara pola pemasangan nomer 1 dan 2, 3
dan 4,5 dan 6
11.Uji efek anastesi sebelum melakukan insisi
pada kulit
12.Saat insisi dangkal selebar 2 mm dengan
skapel alternative lain tusukan trokar
langsung kelapisan dibawah kulit/subdermal).
13.Sambil mengungkit kulit, masukan terus
ujung trokar yang berisi implant dan
pendorongnya sampai atas tanda satu (pada
pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi
14.Keluarkan pendorong dan tekan dan masukan
kapsul kearah ujung
15.Tarik trokar dan pendorongnya secara
bersama sama sampai batas tanda terlihat
pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokar

22
dari tempat insisi)
16.Tahan kapsul yang telah terpasang dengan
satu jari dan masukan kembali trokar serta
pendorongnya sampai tanda satu
17.Jangan menarik ujung trokar dari tempat
insisi sampai seluruh kapsul terpasang
18.Coba kapsul untuk memastikan kapsul telas
terpasang
19.Coba daerah insisi untuk memastikan seluruh
kapsul berada dari insisi

Tindakan pasca pemasangan


20. Dekatkan ujung ujung insisi dan tutup
dengan band aid
21.  Beri pembalut tekan untuk mencegah
perdarahan dan mengurangi memar
22. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan
letakan semua peralatan dalam larutan
klorin untuk dekontaminasi
23. Buang peralatan yang sudah tidak terpakai
lagi ketempatnya (kasa, kapas, sarung
tangan, atau alat suntik sekali pakai)
24. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam
larutan clorin
25. Cuci tangan dengan sabun dan air,
kemudian keringkan dengan air bersih

Konseling pasca pemasangan


26. Gambar letak kapsul pada rekam medic dan
catat bila ada hal khusus
27. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka
dan kapan klien harus datang kembali ke
klinik untuk control
28. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang
ke klinik setiap saat bila menginginkan
untuk mencabut kembali implant
29. Lakukan observasi selama lima menit

23
sebelum memperbolehkan klien pulang

C.       Hal yang harus diperhatikan


1. Peserta KB implant sebaiknya menjaga agar
daerah sayatan tetap kering minimal selama 3
hari untuk mempercepat penyembuhan dan
mengurangi kemungkinan infeksi.
2. Bila lengan akseptor terasa membengkak dan
berwarna kebiru-biruan. Hal tersebut
biasanya akibat tindakan suntikan atau
pemasangan implant dan akan menghilang
dalam 3-5 hari.
3. Setelah 5 tahun atau 3 tahun untuk implanon
pemakaian, implant dapat dilepas

(Nurlaeli, 2014)

b. Apa yang dimaksud dengan SOP?


Jawab:
Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai
proses penyelenggaraan aktfitas organisasi atau pemberi layanan
publik. Di sana dipaparkan bagaimana dan kapan sebuah aktifitas
harus dilakukan, dimana dan dilakukan oleh siapa (Agnes, dkk. 2017)

c. Apa saja prinsip SOP?


Jawab:
1. Sederhana, sehingga dapat mempermudah pengawasan
2. Spesialisasi dipergunakan sebaik-baiknya
3. Pencegahan penulisan, gerakan, atau kegiatan yang tidak perlu
4. Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya dan
mencegah adanya rintangan
5. Mencegah kekembaran (duplikasi) pekerjaan (terutama formulir)
6. Ada pengecualian yang seminim-minimnya terhadap peraturan
7. Mencegah pemeriksaan yang tidak perlu

24
8. SOP memberikan pengawasan yang terus menerus terhadap
pekerjaan yang dilakukan
9. Menggunakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang sebaik baiknya
10. Tiap pekerjaan yang diselesaikan haru smemajukan pekerjaan
dengan memperhatikan tujuan
11. Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai seminimum
mungkin
12. Pergunakan sebaik-baiknya prinsip pengecualian
(Moekijat, 2008).

1. Kemudahan dan Kejelasan


Prosedur yang distandarkan harus dapat dengan mudah
dimengerti dan diterapkan oleh semua Pegawai bahkan oleh
seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya.
SOP harus dibuat secara jelas dan sederhana sehingga mudah
dipahami dan diterapkan.
2. Efisiensi dan Efektifitas
Prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang
paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas.
3. Keselarasan
Prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur
standar lain yang terkait.
4. Keterukuran
Output dari prosedur yang distandarkan mengandung standar
kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur pencapaian dan
keberhasilannya.
5. Dinamis
Prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat
disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
yang berkembang pemerintahan. Dalam penyelenggaraan
administrasi. Prosedur yang distandarkan harus

25
mempertimbangkan kebutuhan pengguna sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada pengguna.
6. Kepatuhan Hukum
Prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
7. Kepastian Hukum
Prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan
sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan
menjadi instrumen untuk melindungi Pegawai dari kemungkinan
tuntutan hukum
(Peraturan Menteri Dan HAM RI, 2012).

d. Apa dampak jika tidak sesuai SOP (sanksi petugas dan pasien)?
Jawab:
Menurut PERMEKES NO 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien:
dampak melakukan tindakan yang tidak sesuai SOP adalah dapat
terjadinya insiden di fasilitas kesehatan. Insiden Keselamatan Pasien
yang selanjutnya disebut Insiden, adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Insiden
Pasal 14
1. Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a) Kondisi Potensial Cedera (KPC);
b) Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
c) Kejadian Tidak Cedera (KTC); dan
d) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
2. Kondisi Potensial Cedera (KPC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

26
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c merupakan insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
5. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d merupakan Insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.

e. Mengapa KDK harus memiliki SOP?


Jawab:
SOP dibuat untuk menyederhanakan suatu pekerjaan supaya berfokus
pada intinya, tetapi cepat dan tepat. Dengan cara ini, keuntungan
mudah diraih, pemborosan diminimalisasi dan kebocoran keuangan
dapat dicegah. Hal ini biasa diterapkan pada perusahaan yang
kompetitif yakni perusahaan yang semua pekerjaan bisa diselesaikan
secara tepat waktu.
SOP (Standard Operating Procedure) pada dasarnya adalah pedoman
yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam
suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua
keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses
yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi yang merupakan
anggota organisasi agar berjalan efektif dan efisien, konsisten, standar
dan sistematis (Tambunan, 2013: 86).

f. Bagaimana prosedur aseptic yang benar secara umum?


Jawab:

g. Apa saja upaya yang dilakukan agar semua staff dapat melaksanakan
semua kegiatan sesuai SOP?
Jawab:

27
Dilakukan pengawasan, apabila SOP diterapkan dengan sistem yang
sesuai dan penerapannya dilaksanakan oleh semua pihak maka kualitas
karyawan yang diharapkan oleh seorang pimpinan akan didapatkan
dan hasil kerja karyawan tersebut dapat berjalan dengan efektif dan
efisien (Tarwiyah, 2018).

4. Bagaimana pandangan islam pada kasus?


Jawab:
Surat Al-Mujadalah ayat 11:
ٍ ‫يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫ت‬
Artinya :
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan”.

Surat Shod ayat 29:


ِ ‫ك لِّيَ َّدبَّرُوا َءايَاتِ ِه َولِيَتَ َذ َّك َر أُوْ لُوا ْاألَ ْلبَا‬
‫ب‬ َ ‫ِكتَابٌ أَن َز ْلنَاهُ إِلَ ْي‬
ٌ ‫ك ُمبَا َر‬

Artinya :
”ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”

28
2.6 Hipotesis

Mutu pelayanan KDK FKUMP dikhawatirkan mengalami penurunan karena


bidan tidak menjalankan tindakan pelepasan KB implant yang sesuai dengan
Standar Operasional Pelayanan (SOP)

2.7 Kerangka Konsep

Tindakan pelepasan KB
implant tidak sesuai SOP

Hematom regio humeral

Kejadian Tidak Diinginkan


(KTD)

Mutu pelayanan KDK FK


UMP dikhawatirkan
mengalami penurunan

29
DAFTAR PUSTAKA

Agnes, dkk. 2017. Modul Penyusunan Standar Operasional Prosedur –


Kesehatan. Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan Untuk
Kesejahteraan Kemitraan Pemerintah Australia-Indonesia
Anggraini, Novitasari, Setiawan. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga.
Semarang.

Australian Institute of Health and Welfare. (2009). Towards national


indicators of safety and quality in health care. © Australian Institute
of Health and Welfare, PO Box 570 Canberra ACT 2601, Phone: (02)
6244 1058, E-mail: Earl.Dudley@aihw.gov.au

KKPRS. 2015. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)


(Patient Safety Incident Report). Jakarta

Meteri Kesehatan RI. 2011. PERMENKES No 028 2011 Tentang Klinik.

Menteri Kesehatan RI. 2016. Pendoman Pengendalian dan Peningkatan


Mutu di fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Direktorat Jendral
Pelayanan Kesehatan

Menteri Kesehatan RI. 2017. PERMENKES RI No 11 tahun 2017 Tentang


Keselamatan Pasien.

Moekijat. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BFFE

Nurlaeli, 2014. Standar Operasional Pelayanan KB Implant.


https://kupdf.net/download/sop-pemasangan
implan_59104478dc0d60e016959ec9_pdf (diakses 04 desember
2019).

Peraturan Menteri Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2012.


Peraturan Menteri Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar
Operasional Prosedur. Jakarta.

30
Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
Tahun 2014 Tentang Klinik. Jakarta.

Supriyanto, S., dan Alfi, F. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan Berdasarkan


Dimensi Dabholkar Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam. Surabaya:
Universitas Airlangga

Tambunan, Rudi M. (2013) Pedoman Penyusunan Standard Operating


Procedures (SOP). Edisi kedua,. Jakarta: Maiestas Publishing.

Tarwiyah. 2018. Penerapan SOP Untuk Meningkatkan Kualitas Kerja Pada


Suatu Kantor. Bandung: Politeknik Negeri Bandung

Wulandari, dkk. 2011. Klinik Dokter Keluarga.


https://id.scribd.com/doc/272171015/klinik-dokter-keluarga (diakses
04 Desember 2019).

31

Anda mungkin juga menyukai