PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Derita Pimpinan”
Klinik Dokter Keluarga (KDK) FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya memiliki
1dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi karena beberapa tenaga medis
mengundurkan diri sehingga mutu pelayanan Klinik Dokter Keluarga (KDK) “FK
UMP” dikhawatirkan mengalami penurunan. Baru-baru ini, kepala KDK dituntut
oleh keluarga pasien sehubungan dengan Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD)
berupa kejadian infeksi setelah pengangkatan KB implant.
Kronologisnya pasien wanita usia 35 tahun dating ke KDK karena ingin melepas
implan di lengan kiri atas. Dokter memerintahkan bidan untuk melakukan
tindakan tersebut. Keesokan harinya, pasien tersebut datang kembali mengeluhkan
2
lengan kiri atas bengkak dan biru. Dokter mendiagnosa pasien tersebut dating
kembali humeral dan pasien diberikan obat serta diminta untuk control kembali.
3
1. Klinik Dokter Keluarga (KDK) FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya
memiliki 1 dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi karena beberapa
tenaga medis mengundurkan diri sehingga mutu pelayanan Klinik Dokter
Keluarga (KDK) “FK UMP” dikhawatirkan mengalami penurunan. Baru-
baru ini, kepala KDK dituntut oleh keluarga pasien sehubungan dengan
Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) berupa kejadian infeksi setelah
pengangkatan KB implant.
2. Kronologisnya pasien wanita usia 35 tahun dating ke KDK karena ingin
melepas implan di lengan kiri atas. Dokter memerintahkan bidan untuk
melakukan tindakan tersebut. Keesokan harinya, pasien tersebut dating
kembali mengeluhkan lengan kiri atas bengkak dan biru. Dokter
mendiagnosa pasien tersebut datang kembali humeral dan pasien diberikan
obat serta diminta untuk control kembali.
3. Setelah dilakukan pengecekan oleh dokter, ternyata bidan tidak
menjalankan Standar Operasional Prosedural (SOP) tindakan melepaskan
KB implant yaitu prosedur aseptic. Seharusnya kejadian ini dapat dicegah
jika semua staff KDK menjalankan tugasnya sesuai Standar Operasional
Prosedural (SOP).
1. Klinik Dokter Keluarga (KDK) FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya
memiliki 1dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi karena beberapa
tenaga medis mengundurkan diri sehingga mutu pelayanan klinikDokter
Keluarga (KDK) “FK UMP” dikhawatirkan mengalami penurunan. Baru-
baru ini, kepala KDK dituntut oleh keluarga pasien sehubungan dengan
Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) berupa kejadian infeksi setelah
pengangkatan KB implant.
4
a. Apa makna KDK FK UMP baru berdiri 2 tahun dan hanya memiliki 1
dokter, 1 bidan dan 1 petugas administrasi ?
Jawab:
Maknanya ialah tidak memenuhi persyaratan ketenagaan. Dimana
syarat tenaga pelaksana pada KDK harus terdiri dari (Anggraini,
Novitasari, Setiawan, 2015):
1) Tenaga medis (minimal satu orang dokter keluarga)
2) Tenaga paramedis (diperlukan 2-3 paramedis terlatih)
3) Tenaga non medis (minimal terdiri dari satu orang tenaga
administrasi dan 1 orang pekerja sosial (social worker)).
5
b. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan klinik kedokeran kelurga?
Jawab:
Mutu pelayanan adalah derajat kesempurnaan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan
yang sesuai standar profesi, standar pelayanan profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
secara wajar, efesien dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat konsumen. Mutu pelayanan kesehatan umumnya dikaitkan
dengan pelayanan kesehatan kepada perorangan yang diberikan oleh
suatu institusi atau fasilitas kesehatan seperti rumah sakit (Supriyanto,
S., dan Alfi, F. 2013)
6
sesuai Permenkes adalah dokter atau yang kompeten
75/2014: Kepala dokter gigi yang dan profesional
Puskesmas, Tenaga kompeten
Medis, Tenaga Tersedia tenaga
Kesehatan lain, medis , tenaga
Tenaga Non kesehatan lain,
kesehatan dan tenaga non
(karyawan) kesehatan
(karyawan)
7 Pengorganisasian Memiliki struktur Pemilik Memiliki
organisasi dengan menetapkan dokumen
kejelasan tugas dan struktur organisasi pendoman dan
wewenang dan garis (dan penjelaan prosedur kerja
komunikasi tanggung jawab)
dan melakukan
kajian periodic
untuk
penyempurnaan
struktur
8 Pengelolan Dilakukan secara Dilakukan secara Wajib membuat
keuangan professional sesuai transparan sesuai pembukuan
peraturan peraturan keuangan dan
pemerintah yang perundangan yang melakukan
berlaku berlaku pelaporan pada
asuransi /BPJS
(KemenkesRI, 2016)
7
d. Apa syarat pembangunan Klinik Kedokteran Keluarga ?
Jawab:
Syarat pendirian praktek dokter keluarga:
1. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum (terletak di
tempat strategis)
2. Memiliki bangunan yang memadai
3. Dilengkapi dengan sarana komunikasi
4. Memiliki sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
5. Memiliki sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedic telah
lulus pelatihan khusus pembantu KDK
6. Dapat berbentuk praktek mandiri atau berkelompok
7. Memiliki izin yang berorientasi wilayah
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya parippurna, holistic,
terpadu dan berkesinambungan
9. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
10. Memiliki sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat
klinik yang bersangkutan.
(Wulandari, dkk. 2011)
8
instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan
perusahaan, warga binaan, atau pegawai instansi tersebut.
Pasal 7
1) Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:
a) ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b) ruang konsultasi;
c) ruang administrasi;
d) ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang
melaksanakan pelayanan farmasi;
e) ruang tindakan; ruang/pojok ASI;
f) kamar mandi/wc; dan
g) ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
Prasarana
Pasal 8
1. Prasarana Klinik meliputi:
a) instalasi sanitasi;
b) instalasi listrik;
c) pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
d) ambulans, khusus untuk Klinik yang
menyelenggarakan rawat inap; dan
9
e) sistem gas medis;
f) sistem tata udara;
g) sistem pencahayaan;
h) prasarana lainnya sesuai kebutuhan.
2. Sarana dan Prasarana Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
10
Bagian Ketujuh Laboratorium
Pasal 24
1. Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
2. Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
3. Laboratorium Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) pada klinik pratama merupakan pelayanan
laboratorium klinik umum pratama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium
klinik umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.
5. Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan
6. terintegrasi dengan perizinan Klinik.
7. Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang
memiliki sarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan
pelayanan melebihi kriteria dan persyaratan Klinik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), maka
laboratorium klinik tersebut harus memiliki izin tersendiri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11
1. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
3. Instalasi Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas
menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan
pembinaan teknis kefarmasian di Klinik
4. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah. 6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
12
b) menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko
Keselamatan Pasien dan menekan atau mengurangi insiden
secara proaktif;
c) menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
Keselamatan Pasien;
d) mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan serta meningkatkan Keselamatan Pasien; dan
e) mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi setiap unsur
dalam meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
Keselamatan Pasien.
13
15. Kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang
16. Kesalahan persiapan operasi
14
(Wulandari, dkk. 2011)
Jenis Klinik
1) Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan
dipimpin oleh seorang dokter umum. Berdasarkan perijinannya
klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha ataupun perorangan.
2) Klinik Utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik. Spesialistik berarti mengkhususkan pelayanan pada
satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang
dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis. Berdasarkan
perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha
berupa CV, ataupun PT.
Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah:
a. Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis
dasar, sementara pada klinik utama mencangkup pelayanan
medis dasar dan spesialis;
b. Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi,
sementara pada klinik utama pimpinannya adalah dokter
spesialis atau dokter gigi spesialis;
c. Layanan di dalam klinik utama mencangkup layanan rawat
inap, sementara pada klinik pratama layanan rawat inap hanya
boleh dalam hal klinik berbentuk badan usaha;
d. Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang
dokter atau dokter gigi, sementara dalam klinik utama
diperlukan satu orang spesialis untuk masing-masing jenis
pelayanan (PERMENKES RI No.9, 2014).
15
j. Apa yang harus dilakukan apabila terjadi KTD?
Jawab:
Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien Internal
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah
sakit, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk
mengurangi dampak / akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindak lanjuti, segera membuat laporan insidennya
dengan mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam
kerja/shiftkepadaAtasanlangsung.(Palinglambat2x24jam);
diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada
Atasan langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai
keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/ Instalasi/
Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan
grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa
yang akan dilakukan sebagai berikut : (pembahasan lebih lanjut
lihat BAB III)
a. Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,
waktu maksimal 1 minggu.
b. Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,
waktu maksimal 2 minggu
c. Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
d. Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah / RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45
hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
16
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan
Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan
investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.
8. Untuk grade Kuning/ Merah, Tim KP di RS akan melakukan
Analisis akar masalah / Root Cause Analysis (RCA).
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan
dan Rekomendasi untuk perbaikan serta "Pembelajaran" berupa :
Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada
Direksi
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan
umpan balik kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada
seluruh unit di Rumah Sakit.
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing-
masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
17
Pasien bebas dari harm /cedera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik /
sosial / psikologis, cacat, kematian dll), terkait dengan pelayanan
kesehatan (KKPRS, 2015).
18
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Menteri
Kesehatan RI. 2017).
19
e. Bagaiamana langkah penerapan keselamatan pasien pada kasus?
Jawab:
- Ketepatan identifikasi pasien : Seorang wanita usia 35 tahun ingin
melepaskan KB implan datang ke KDK FK UMP
- Peningkatan komunikasi yang efektif
- Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert
Medication)
- Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien operasi
- Pengurangan risiko infeksi terkait pelyanan kesehatan
- Pengurangan risiko cedera pasien akibat jatuh
Pada kasus, penguragan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
tidak dilakukan.
Tingkat
Deskripsi Dampak
Risiko
1 Tidak Tidak ada cedera
signifikan
2 Minor - Cedera ringan mis. Luka lecet
- Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,
3 Moderat - Cedera sedang mis. Luka robek
- Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/
psikologis
B. Pelaksanaan
Pemasangan kapsul norplant
1. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa
klien telah mencuci lengannya sebersih
mungkin dengan sabun dan air dan
membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
2. Tentukan tempat pemasangan pada bagian
21
dalam lengan atas.
3. Beri tanda pada tempat pemasangan
Langkah/ kegiatan
4. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau
DTT dan kapsul norplant sudah tersedia
22
dari tempat insisi)
16.Tahan kapsul yang telah terpasang dengan
satu jari dan masukan kembali trokar serta
pendorongnya sampai tanda satu
17.Jangan menarik ujung trokar dari tempat
insisi sampai seluruh kapsul terpasang
18.Coba kapsul untuk memastikan kapsul telas
terpasang
19.Coba daerah insisi untuk memastikan seluruh
kapsul berada dari insisi
23
sebelum memperbolehkan klien pulang
(Nurlaeli, 2014)
24
8. SOP memberikan pengawasan yang terus menerus terhadap
pekerjaan yang dilakukan
9. Menggunakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang sebaik baiknya
10. Tiap pekerjaan yang diselesaikan haru smemajukan pekerjaan
dengan memperhatikan tujuan
11. Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai seminimum
mungkin
12. Pergunakan sebaik-baiknya prinsip pengecualian
(Moekijat, 2008).
25
mempertimbangkan kebutuhan pengguna sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada pengguna.
6. Kepatuhan Hukum
Prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
7. Kepastian Hukum
Prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan
sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan
menjadi instrumen untuk melindungi Pegawai dari kemungkinan
tuntutan hukum
(Peraturan Menteri Dan HAM RI, 2012).
d. Apa dampak jika tidak sesuai SOP (sanksi petugas dan pasien)?
Jawab:
Menurut PERMEKES NO 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien:
dampak melakukan tindakan yang tidak sesuai SOP adalah dapat
terjadinya insiden di fasilitas kesehatan. Insiden Keselamatan Pasien
yang selanjutnya disebut Insiden, adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Insiden
Pasal 14
1. Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a) Kondisi Potensial Cedera (KPC);
b) Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
c) Kejadian Tidak Cedera (KTC); dan
d) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
2. Kondisi Potensial Cedera (KPC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
26
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c merupakan insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
5. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d merupakan Insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
g. Apa saja upaya yang dilakukan agar semua staff dapat melaksanakan
semua kegiatan sesuai SOP?
Jawab:
27
Dilakukan pengawasan, apabila SOP diterapkan dengan sistem yang
sesuai dan penerapannya dilaksanakan oleh semua pihak maka kualitas
karyawan yang diharapkan oleh seorang pimpinan akan didapatkan
dan hasil kerja karyawan tersebut dapat berjalan dengan efektif dan
efisien (Tarwiyah, 2018).
Artinya :
”ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
28
2.6 Hipotesis
Tindakan pelepasan KB
implant tidak sesuai SOP
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
Tahun 2014 Tentang Klinik. Jakarta.
31