Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOTERAPI 1

Farmakoterapi pada kondisi khusus [usia lanjut (geriatri),

usia dini (pediatri), gangguan fungsi hasi dan gangguan

fungsi ginjal]

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
a. Farmakoterapi geriatri
Geriatri adalah sebutan bagi kau lansia, yaitu orang berusia diatas 60 tahun.
Dalam dunia medis, kesehatan geriatri adalah cabang ilmu kesehatan yang
berfokus pada diagnosis, penanganan, serta pencegahan penyakit dan
gangguan kesehatan tertentu akibat penuaan. Kategori lansia di Indonesia
yaitu berusia atas 60 tahun. Lanjut usia (Lansia) adalah kelompok orang yang
sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu
beberapa dekade dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Secara umum dikatakan lanjut usia apabila usia yang mencapai 60 tahun ke
atas, hal ini berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia.
b. Farmakoterapi pediatri
British pediatric association membagi masa pediatri berdasarkan perubahan
biologis :
• Neonatus : 0-1 bulan
• Bayi : 1-24 bulan
• Anak : 2-12 tahun
• Remaja : 12-18 tahun

• Pediatri atau ilmu kesehatan anak ialah spesialisasi kedokteran yang berkaitan


dengan bayi dan anak. Kata pediatri diambil dari dua kata Yunani
kuno, paidi (παιδί) yang berarti "anak" dan iatros (ιατρός) yang berarti
"dokter". Praktisi medis yang memiliki spesialisasi dalam pediatri
dinamakan dokter anak. Sebagian besar dokter anak merupakan anggota dari
badan nasional seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia, American Academy of
Pediatrics, Canadian Pediatric Society, dan lainnya. Abraham Jacobi adalah
bapak dari pediatri.
• Pediatri berbeda dengan kedokteran dewasa. Perbedaan fisik tubuh yang jelas
dan kematangan pertumbuhannya menjadikan kesehatan anak berdiri sebagai
spesialisasis tersendiri. Tubuh yang lebih kecil dari bayi memiliki aspek
fisiologis yang berbeda dari orang dewasa. Aspek kedokteran lainnya ikut
terpengaruh seperti defek kongenital, onkologi, dan immunologi.
Sederhananya, menangani pasien anak bukan seperti menangani pasien
dewasa "versi kecil".

c. Farmakoterapi ganguan hati

Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati akut atau
kronis. Dikatakan akut apabila kelianan-kelainan yang terjadi berlangsung
sampai dengan 6 bulan, sedangkan penyakit hati kronis berarti gangguan yang
terjadi sedah berlangsung lebih dari 6 bulan. Penyebab penyakit hati anatara
lain:

a. Infeksi virus hepatitis

b. Zat-zat toksik

c. Genetic atau keturunan

d. Gangguan imunologis
e. Kanker

d. Farmakoterapi gagal ginjal

Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan struktur dan penurunan fungsi


ginjal yang dapat berpengaruh pada ketidakmampuan ginjal untuk
mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang terjadi secara
bertahap hingga mencapai fase penurunan fungsi ginjal tahap akhir atau
merupakan penurunan semua fungsi ginjal secara bertahap disertai
penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

Tujuan makalah

Mengetahui farmakoterapi geriatri, pediatri, gangguan hati, dan gagal ginjal

Rumusan masalah

1. Bagaimana farmakoterapi geriatri ?


2. Bagaimana farmakoterapi pediatri?
3. Bagaimana farmakoterapi gangguan hati ?
4. Bagaimana farmakoterapi pada pasien gagal ginjal ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 faemakoterapi geriatri
Farmakokinetik pada pasien geriatri, Mencakup 4 proses :
a. Absorpsi
Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi.
Absorpsi pada usia lanjut :
A. Perlambatan aliran darah
B. Kenaikan pH lambung
C. Penundaan pengosongan lambung
sejak 60 tahun yang lalu vanzant dkk (1932) telah melaporkan
terjadinya akiorhidra ( berkurangnya prouksi asam lambung ) dengan
bertambahnya usia seseorang.
akiohidra terdapat pada 20-25% yang berusia 80 tahunan dan 5% yang
berusia 30 tahunan.
obat-obat yang dapat dipengaruhi oleh asam lambung yaitu :
ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin dan siprofloksasin.
• Kenaikan ph lambung akan mempengaruhi jumlah obat yang terabsorpsi, cth :
tetrasiklin dan ketokonazol.
• Penundaan pengosongan lambung juga menyebabkan obat terteunda masuk ke
usus halus sehingga absorpsin akan tertunda, cth : metoprotol dan propranolol.
b. Distribusi
• distribusi juga ditentukan oleh komposisi tubuh, ikatan protein plasma dan
aliran darah organ. Dengan bertambahnya usia, presentase air total dan masa
tubuh yang tidak mengandung lemak menjadi lebih sedikit. Komposisi protein
total pada usia lanjut praktis tidak berubah, tetapi biasanya terjadi perubahan
rasio albumin globulin. Penurunan albumin pada usia lanjutumumnya
disebabkan olaeh menurunya aktivitas fisik. Sehingga obat-obat yang terikat
pada albuminakan lebih banyak berada dalam bentuk bebas, maka kadar obat-
obat tersebut akan meningkat dalam plasma. Molekul obat yang terikat pada
albumin bersifat asam lemah.
c. Metabolisme
1. Pengurangan eliminasi hepatitik pada usia lanjut.
2. Perlambatan percepatan perfusi hati akan menyebabkan lambatnya
klirens metabolisme oleh hati untuk obat-obat rasio ekstraksi hepatitik
tinggi, spt ; mrtoprolol, verapamil, morfin.
3. Menyebabkan kenaikan kadar obat dalam darah jika dosis obat tidak
diturunkan atau jika interval permberian obat tidak diperpanjang.
4. Pengurangan volume hati juga mengurangi kapasitas metabolisme oleh
hati
5. Menyebabkan kenaikan kadar obat dalam darah jika dosis obat tidak
diturubnkan atau interval pemberian obat tidk diperpanjang.
6. Obat yang mengalami perlambatan klirens hepati jika diberikan dosis
yg sama kadarnya didalam darah akan tinggi, cth ; amplisilin ,
kloramfenikol, simeetidin, diazepam, flurosemid, prednison, ranitidin,
teofilin.
d. Ekskresi
Fungsi ekskresi ginjal rata-rata berkurang 6-10% ketika menginjak usia 40
tahun. Pemberiaan obat pda pasien geriatri tanpa memperhitungkan faal
ginjal sebagai organ yang akan mengsekresikan sisa obat akan berdampak
pada kemungkinan terjadinya akumulasi obt yang dapat menimbulkan
efek toksik.
Farmakodinamik geriatri
• Perubahan farmakodinamik dipegaruhi oleh denegerasi reseptor obat di
jaringan yang mengakibatkan kualitas reseptor berubah atau jumlah
reseptornya berkurang.
Warfarin
• Perubahan farmakokinetik tidak terlihat, maka perubahan respon yang ada
adalah akibat perubahan farmakodinamik.
• Sensitivitas yang meningkat adalah akibat kurangnya sintesitas faktor-faktor
pembekuan pada usia lanjut.
Triazolam
• Pemberian obat ini pada usia lanjut dapat mengakibatkan postural sway-nya
bertambah besar secara signifikan dibandingkan dewasa muda.
Propanolol
• Penurunan denyut nadi setelah pemberian propanolol pada usia 50-65 tahun
ternya lebih rendah dindingkan mereka yang berusia 25-30 tahun.

2.2 Pediatri
British pediatric association membagi masa pediatri berdasarkan perubahan
biologis :
• Neonatus : 0-1 bulan
• Bayi : 1-24 bulan
• Anak : 2-12 tahun
• Remaja : 12-18 tahun
Farmakokinetika dan farmakodinamika pada usia dini ( pediatri )
Absorpsi
• Bayi baru lahir pH lambung meningkat , waktu pengosongan lambung lambat,
waktu makanan lebih lama maka absorpsi ampisilin dan penisilin G
meningkat .
• Salisilat absorpsi di lambung sedangkan fenobarbital absorpsinya meningkat
di usus halus atau usus besar.
• Pemberian perkutan meningkat maka terjadi efek toksisk pada kortikosteroid,
asam bborat, aminoglikosida.
• Pemberian injeksi pada malnutrisi menyebabkan konsentrasi obat lebih tinggi
dalam sirkulasi.
• Peristaltik usus bayi baru lahir belum teratur, umumnya lambat maka jumlah
obat diabsorpsi tinggi.
Distribusi
• Distribusi obat dipengaruhi oleh total cairan dalam tubuh, dapat dilihat pada
tabel berikut :

Usia TBW (%) ECF (%)

Preterm 85 50
Neonatus

Neonatus 75 45

3 bulan 75 30

1 tahun 60 25

Dewasa 60 20

• Obat lipofilik Vd misalnya sulfonamid dua kali lipat.


• sawar darah otak bayi baru lahir lebih permiabel maka mudah ditembus obat
dan mikroorganisme
• Ikatan obat protein plasma rendah pada neonatus maka kadar obat bebas
lebioh tinggi
Terjadi interaksi dengan bilirubin kernikterus. Misalnya sulfonamid,
diazoksida, vitamin k.
Metabolisme
• Hepar merupakan organ terpenting untuk metabolisme obat
• Perbandingan relatif volume hepar terhadap berat badan menurun dengan
bertambahnya umur, dengan perbandingan relatif ini, volume hepar pada bayi
baru lahir +2 kali dibandingkan anak usia 10 tahun.
• Fase I (oksidasi) = CYP450
• eksresi enzim CYP450 berubah-ubah kadarnya selama beberapa jam, minggu
dm bulan setelah kelahiran, misalnya : usia <24 jam, ekspresi enzim CYP3A4
dan CYP2D6, usia 8 hari mulai diekspresikan enzim CYP1A2.
• Fase II = glukoromidase, sulfatase
• Pada masa neonatus sampai bayi, enzim sulfatase jumlahnya dominan, setelah
beberapa bulan glukoronidase meningkat dan jumlahnya menjadi dominan.
Ekskresi
• Fungsi ginjal saat lahir dan perkembangannya berhubungan dengan
kematangan nefron.
• GFR pada neonatus dan bayi umumnya lebih rendah dibandingkan dewasa
(30-40%) ginjal belum berkembang dengan baik
• Pada neonatus GFR akan meningkat dengan cepat dalam 2 minggu
• Fungsi tubuluh renal dan glomelurar medekati deasa pada usia 8-12 bulan.
Efikasi dan toksisitas obat harus dipertimbangkan perencanaan pasien
pediatri.
• Beberapa obat berkurang toksisitasnya pada pasien pediatri dibanding pasien
dewasa, misal aminoglikosida.
• Aminoglikosida lebih rendah toksisitasnya pada bayi daripada orang dewasa,
pada pasien deawasa toksisitas aminoglikosida berhubung langsung dengan
akumulasi pada kompartemen perifer dan sensitifitaas pasien yang bersifat
permanen terhadap konsetrasi aminoglikosisda jaribgan.

2.3 farmakotearapi gangguan hati


Gangguan hati atau disfungsi hati mencerminkan ketidakmampuan hati
menjalankan fungsinya dalam eksresi bilirubin dan garam metabolisme lemak,
karbohidrat dan netralisasi racun serta sintesis proterin yang terdiri atas
albumin immunoglobulin, antitripsin,ceruloplasma dan faktor koagulasi.
• Menurut penyebabnya disfungsi hati dapat diklasifikasikan menjadi :
• Disfungsi sel hati yaitu pada kelainan hepatoseliler, misalnya serosis dan
hepatitis,
• Disfungsi hati karena gangguan aliran empedu dari menuju saluran empedu,
misalnya terjadi batu empedu.
Klasifikasi ganguan hati
• Hepatitis
• Sirosis hati
• Kanker hati
• Perlemakan hati
• Kolestatis jaundice
• Hemochromatosis
• Abses hati
Patofiologi gangguan hati yakni terjadinya nekrosis dan apoptasis yang
menyebabkan aktivasi kaskade dan semakin meningkatnya komponen strees
oksidatif sehingga kematian hepatosit meningkat.
Etiologi turut berperan dalam perkembangan gangguan hati yakni obat-obat
tertentu salah satunya everdosis paracetamol, bahan toksik, infeksi virus
hepatitis maupun non- hepatitis iskemik, wilson diasease, infliltrasi keganasan
dan kehamilan.
Diagnosis
• Diagnosis gangguan hati memerliukan anamnesis yang terkuat terkait gejala,
faktor resiko dan etiologi. Pemeriksaan fisik dan penunjang diperlukan untuk
memberikan informasi tambahan terkait etiologi, seghingga dapat dilakukanm
lpenatalaksaan yang tept.
• Secara umum manajemen gangguan hati meliputi tatalaksana non
medikamentosa.
Faktor resiko
• Infeksi virus hepaptitis
• Penularan virus hepatitios
• Kelinan genetika
• Kanker
• Penimbunan lemak atau perlemakan hati
• Gangguan sistem imun
Terapi non farmakologi
• Diet seimbang, bila bertambah parah diperlukan diet rendah protein
• Segera beristirahat bila merasa lelah
• Menghindari mkinuman beralkohol
Terapi farmakologi
• Terapi abses bekteri
• Aminoglikosida, diberikan 3X sehari selama 7 hari
• Terapi abses hati yang disebebkan oleh amuba
• Antiamuba : dehydrocetamine, diloxanide furoate, emetine, metronidazole,
secnidazole, teclozan
• Klorokuin ( anti malaria)
• Terapi hepatitis yang disebabkan virus
• Terapi dengan vaksinasi
• Terapi transplantasi hati
Interaksi obat
• Pasien ganguan hati mencakup sirosis hepatik, abses hepar dan hapatitis. Obat
berpotensi untuk mengalami interaksi obat dengan makanan, yaitu
furosemide, spironolakton, omeprazole, lanzoprazole, paracetamol,
ondansetron dan aspirin.
2.4 farmakoterapi galgal ginjal
Gagal ginjal adalah keadaan kerusakan nefron(unit fungsional terkecil ginjal )
yang sifanya kronik, progresif, bilateral, mengakibatkan uremia dan kematian.
Kerusakan nefron 50-70% dari sekuruh nefron akan menifes sebagai gejala
dan tanda.
Klasifikasi gagal ginjal
• Stadium I
• Stadium ini dinamakan prnurunan cadangan ginjal.
• Stadium II
• Infusiensi ginjal
• Satadium III
• Gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Patofisologi penyakit gagal ginjal berupa kerusakan ginjal yang
direpresentasikab oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada
komplikasi.
Etiologi penyakit gagal ginjal dibedakan menjadi sistemik dan vaskular,
gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstsial, diabetes dan hipertensi
dapat menyebabkan komplikasi berupa nefropti yang bisa menjadi etiologi
penyakit gagal ginjal.
Terapi non-farmakologi meliputi pengelolaan nutrisi tubuh seperti
pengurangan asupan protein.
Terapi farmakologi
• Mengintrol gula darah secara intensif dengan terapi insulin untuk penderita
DM tipe 1
• Mengontrol tekanan darah
• Mengurangi proteinuria
• Koreksi anemia
• Kontrol displidemia
• Kontrol hiperklemi
• Terapi ginjal gantian
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Geriatri adalah sebutan bagi kau lansia, yaitu orang berusia diatas 60
tahun.
b. British pediatric association membagi masa pediatri berdasarkan
perubahan biologis :
Neonatus : 0-1 bulan
Bayi : 1-24 bulan
Anak : 2-12 tahun
Remaja : 12-18 tahun
c. Gangguan hati atau disfungsi hati mencerminkan ketidakmampuan hati
menjalankan fungsinya dalam eksresi bilirubin dan garam metabolisme
lemak, karbohidrat dan netralisasi racun serta sintesis proterin yang
terdiri atas albumin immunoglobulin, antitripsin,ceruloplasma dan
faktor koagulasi.
d. Gagal ginjal adalah keadaan kerusakan nefron(unit fungsional terkecil
ginjal ) yang sifanya kronik, progresif, bilateral, mengakibatkan uremia
dan kematian. Kerusakan nefron 50-70% dari sekuruh nefron akan
menifes sebagai gejala dan tanda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman SA (2012). Penyakit hati akibat obat. Dalam Sulaiman A, Akbar N,
Lesmana, LA, Noer S (eds). Buku ajar ilmu penyakit hati. Jakarta: Sagung
Seto, pp: 283-285.
Anonimc , 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) untuk
Pasien Geriatri, Depkes RI, Jakarta.
Cahyaningsih, Niken. 2011. Hemodialisis : Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal.
Jogjakarta : Mitra Cendekia Press
Hidayat, N., Widyaningsih, W. dan Muhlis, M., 2004, Studi Interaksi Obat Pada
Pasien Pediatrik Periode Februari-Mei 2003, Seminar Nasional Farmakoterapi
Farmasi UAD, 4 September 2004

Anda mungkin juga menyukai