Anda di halaman 1dari 62

INDIVIDUALISASI DOSIS

UNTUK PASIEN GERIATRI


PENDAHULUAN
GERIAT
RI Geros= tua Disebut juga ilmu kesehatan usia
lanjut, yaitu ilmu yang mempelajari
Iatrea = penyakit dan masalah kesehatan
pada usia lanjut
merawat

Batasan usia lanjut:


- Menurut Permenkes RI No. 25 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan
Lanjut Usia Tahun 2016-2019:
“Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas”
- Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan usia, yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.
Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan
fungsi organ, psikologi, social, ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan
secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.
• Prevalensi penggunaan resep obat di kalangan lanjut usia (≥ 65 tahun)
– Menggunakan setidaknya 1 obat per minggu → 90%
– Menggunakan setidaknya 5 obat berbeda per minggu → >40%
– Menggunakan ≥ 10 obat per minggu → 12%

Mengapa??
?
SANGAT PENTING untuk
menyediakan terapi pengobatan
yang aman dan efektif untuk
lansia

Lansia menggunakan lebih banyak obat daripada kelompok usia lain, sehingga
meningkatkan resiko efek samping dan interaksi obat serta membuat kepatuhan mereka
terhadap pengobatan menjadi lebih sulit.
Lansia lebih cenderung memiliki gangguan kronis yang dapat diperburuk oleh obat atau
pengaruh respon obat.
Kondisi fisiologis lansia umumnya mengalami penurunan dan dapat lebih dikurangi lagi
oleh gangguang akut dan kronis.
Penuaan dapat mengubah farmakodinamik dan farmakokinetik.
Keterbatasan lansia untuk memperoleh atau membeli sendiri obat-obatannya.
Pendekatan
Menggunakan obat utama untuk
yang tepat sesuai mengoptimalka
Menghindari efek
indikasi untuk n terapi
obat yang merugikan
memaksimalkan pengobatan
efektivitas biaya pada lansia

Karena resiko efek obat yang merugikan lebih tinggi, overprescribing (polifarmasi) telah
dianggap sebagai masalah utama bagi lansia. Namun, peresepan obat yang tidak sesuai juga harus
dihindari.
PERUBAHAN
FARMAKOKINETIK
PADA PASIEN GERIATRI
ABSORBSI
↓ Waktu Pengosongan Lambung

↑ pH Lambung

↓ aliran darah splanknik

↓ permukaan penyerapan

↓ motilitas gastrointestinal
DISTRIBUSI
• Pengaruh Perubahan Komposisi Tubuh Akibat Penuaan
Sesuai pertambahan usia maka akan terjadi perubahan komposisi tubuh.
Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada
komposisi cairan tubuh dan lemak tubuh.
Persentase lemak di usia lanjut meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan
40-50% pada perempuan.
Penurunan jumlah kandungan air total dalam tubuh, massa otot (lean body
mass), dan kadar albumin serum atau protein transporter lainnya (alfa-
glikoprotein) tersebut akan sangat mempengaruhi distribusi obat di dalam
plasma.
• Distribusi obat larut lemak (lipofilik)
Distribusi obat larut lemak (lipofilik) akan meningkat dan distribusi obat larut air (hidrofilik) akan
menurun. Konsentrasi obat hidrofilik di plasma akan meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun.
Obat nonpolar sebaliknya, memiliki Vd lebih besar, seperti diazepam, tiopenton, lignokain, dan
klormetiazole.

• Distribusi obat larut air (hidrofilik)


Dosis obat hidrofilik mungkin harus diturunkan sedangkan interval waktu pemberian obat lipofilik
mungkin harus dijarangkan.
Obat-obat polar memiliki Vd yang lebih kecil sehingga konsentrasinya menjadi lebih besar, seperti
gentamisin, digoksin, ethanol, teofilin, dan cimetidine.

Efek-efek pada tubuh dan respon obat yang mungkin terjadi pada fase distribusi untuk geriatrik adalah:
• Penurunan produksi enzim hati , aliran darah, dan fungsi hati total.
• Waktu paruh dari obat-obat meningkat, dan dapat terjadi akumulasi obat.
• Metabolisme obat menginaktivasi obat dan merupakan persiapan untuk eliminasi oleh ginjal
• Ikatan Obat-Protein dan Distribusi
Obat yang terikat protein merupakan suatu
kompleks besar yg tidak dapat melewati membran
sel dengan mudah, sehingga mempunyai distribusi
yang terbatas
Obat yang terikat protein adalah tidak aktif
secara farmakologik dan tidak tersedia untuk
kegunaan terapeutik
DISTRIBUSI OBAT KESELURUH JARINGAN TUBUH TERGANTUNG PADA :
BESAR MOLEKUL
LIPOPILICITY
UNBOUND DRUG

DOSIS KONSENTRASI

Vd = DOSIS / CONCENTRASI
VOL. DISTRIBUSI

OBAT BANYAK DISERAP OLEH SPONGE


OBAT BANYAK DISISTRIBUSI KE JARI-
NGAN: Vd LEBIH BESAR DARI VOLUME
YANG NYATA

OBAT BANYAK ATAU TERIKAT OLEH


PROTEIN PROTEIN DALAM DARAH
SEHINGA Vd LEBIH KECIL DARI
VOLUME YANG NYATA
Faktor yg mempengaruhi ikatan obat-protein
• Sifat fisikokimia obat
Obat • Konsentrasi total obat dalam tubuh

• Jumlah protein yang tersedia untuk ik. Obat-protein


Protein • Kualitas atau sifat fisikokimia protein yang disentesis

• Kompetisi obat dgn zat lain pd tempat ik. protein

Interaksi obat • Perubahan protein oleh substansi yg memodifikasi afinitas


obat terhadap protein contoh asprin mengasetilasi residu
lisin dr albumin

Afinitas obat • Afinitas antara obat dan protein meliputi besarnya tetapan
asosiasi
dan kondisi • Kondisi patofisiologik dari penderita sebagai contoh ik.
Obat-protein dpt menurun pada penderita uremia dan
pasien penderita dgn penyakit hepatik
• Kadar albumin dan a1-acid glycoprotein juga dapat mempengaruhi distribusi obat dalam
tubuh. Hipoalbuminemia sesungguhnya tidak semata-mata disebabkan oleh proses menjadi
tua namun juga dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita.
• Tinggi rendahnya kadar albumin terutama berpengaruh pada obat-obat yang afinitasnya
terhadap albumin memang cukup kuat seperti naproxen.
• Kadar naproxen bebas dalam plasma sangat dipengaruhi oleh afinitasnya pada albumin.
Pada kadar albumin normal maka kadar obat bebas juga normal; pada kadar albumin yang
rendah maka kadar obat bebas akan sangat meningkat sehingga bahaya efek samping lebih
besar.
• Konsentrasi obat bebas dikompensasi oleh eliminasi yang lebih cepat sehingga tidak
menimbulkan efek yang terlalu bermakna
• Sebagian besar pasien geriatri tidak memiliki perubahan kadar albumin serum, kecuali
pada penyakit kronik stadium lanjut atau malnutrisi berat peningkatan massa lemak.
METABOLISME
Klirens obat hati dimetabolisme oleh reaksi fase I (oksidasi, reduksi,
hidrolisis yang Berinteraksi dengan obat dan enzim Cytochrome P-450)
mungkin berkepanjangan pada orang tua. Biasanya, usia tidak terlalu
mempengaruhi pembersihan obat-obatan yang ada dimetabolisme oleh
konjugasi (reaksi fase II)

Reaksi dalam biotransformasi:
 Reaksi fase 1: oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Reaksi
ini mengubah obat menjadi bentuk lain.
 Reaksi fase 2: konjugasi. Reaksi ini penggabungan
molekul obat dan hasil metabolisme fase 1 dengan
senyawa penkonjugasi endogen tubuh.
Secara keseluruhan metabolisme
hati banyak obat melalui
sitokrom P-450 sistem enzim
menurun seiring bertambahnya
usia. Untuk obat yang di
metabolisme di hati yang
menurun (Dapat dilihat Efek
Penuaan pada Metabolisme dan
Eliminasi Beberapa Obat),
Biasanya menurun 30 hingga
40%. Secara teoritis, dosis obat
pemeliharaan harus dikurangi
dengan persentase ini; Namun,
tingkat metabolisme obat sangat
bervariasi dari orang ke orang,
dan penyesuaian dosis individu
wajib
EKSKRESI
Ekskresi dapat melalui :

• 1. Eliminasi renal Urin


• 2. Eliminasi empedu (billiari) Feses

 Seiring bertambahnya usia akan terdapat perubahan pada ginjal ,


bladder, uretra, dan sistem nervus yang berdampak pada proses
fisiologis terkait eliminasi urine.
 Penuaan dikaitkan dengan hilangnya massa ginjal sekitar 20-25% dari
usia 30-80 tahun dan panjang ginjal menurun 15% dari 17 hingga 85
tahun
 Penuaan juga dikaitkan dengan jumlah nefron telah berkurang menjadi
1 juta nefron. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade
(mulai usia 25 tahun)
• Pada tingkat mikroskopik, ginjal manusia yang menua ditandai dengan:
a. Peningkatan fibrosis
b. Peningkatan atrofi tubular
c. Aterosklerosis
• Perubahan yang terjadi pada sistem renal akibat proses penuaan
1. Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, permukaan glomerulus
mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus proksimal berkurang dan
penurunan aliran darah renal, sehingga secara fisiologis glomerulus yang
mampu menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia
menurun hingga 97 mL/menit atau kurang, dan menyaring protein dan
eritrosit menjadi terganggu.
2. Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh,
penurunan cairan intra sel, penurunan kemampuan untuk memekatkan urine.
implikasi dari hal ini adalah penurunan total cairan tubuh dan resiko
dehidrasi.
3. Penurunan hormon yang penting untuk absorpsi kalsium dari saluran
gastrointestinal. Implikasi dari ini adalah peningkatan resiko osteoporosis
• Perubahan pada sistem urinaria
• Perubahan yang terjadi akibat proses penuaan yaitu penurunan
kapasitas kandung kemih (Normal : 350-400 mL), peningkatan
volume residu (Normal : 50 mL). Implikasi dari ini adalah
peningkatan resiko inkotinensia.
PERUBAHAN
FARMAKODINAMIK
PADA PASIEN GERIATRI
FARMAKODINAMI Respon tubuh terhadap obat yang dipengaruhi oleh pengikatan
K reseptor, efek pascareseptor, dan interaksi kimia (obat-reseptor)

Sensitivitas obat terhadap jaringan mengalami perubahan seiring pertambahan umur seseorang.

Degenerasi reseptor obat


di jaringan → kualitas
Faktor yang reseptor berubah
mempengaruhi perubahan
farmakodinamik
Jumlah reseptor
berkurang

Tidak seperti perubahan farmakokinetik, perubahan farmakodinamik usia lanjut lebih kompleks
karena efek obat pada seseorang sulit dikuantifikasi. Di samping itu, bukti bahwa perubahan
farmakodinamik memang ada, harus dalam keadaan bebas pengaruh efek perubahan
farmakokinetik.
CONTOH PERUBAHAN FARMAKODINAMIK
PADA BEBERAPA OBAT
Obat Perubahan Respon*
Warfarin Sensitivitas meningkat akibat berkurangnya sintesis faktor-faktor pembekuan
pada usia lanjut.

Nitrazepam; Diazepam Pada usia lanjut sensitivitas terhadap nitrazepam meningkat; pemberian
diazepam intravena pada pasien usia lanjut memerlukan dosis yang lebih kecil
dibandingkan pasien dewasa muda, selain itu efek sedasi yang diperoleh lebih
kuat dibandingkan pada usia dewasamuda.

Triazolam Pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapat mengakibatkan postural sway-
nya bertambah besar secara signifikan dibandingkan dewasa muda.

Propranolol Sensitivitas obat terhadap reseptor β1 berkurang; Penurunan frekuensi denyut


nadi setelah pemberian propranolol pada usia 50-65 tahun lebih
rendah dibandingkan mereka yang berusia 25-30 tahun.

* Perubahan sensitivitas menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pasca-reseptor intraselular.


DRUG RELATED PROBLEM (DRP)
PADA PASIEN GERIATRI
DRUG RELATED PROBLEM
• Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah bagian dari
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang menggambarkan suatu
keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya
ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya
(Hepler, 2003)

• DRP dibagi menjadi 2 : actual dan potensial, DRP actual adalah masalah yang
terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll), dan DRP
potensial adalah masalah yang akan terjadi pada saat setelah penggunaan obat
(misalnya kerusakan hati, ginjal, dsb).
ADA 8 JENIS DRUG RELATED PROBLEM, YAITU:
1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication)
2. Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection)
3. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use Without Indication)
4. Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage)
5. Dosis Terlalu Besar (Over Dosage)
6. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (Adverse Drug Reactions)
7. Interaksi Obat (Drug Interactions)
8. Gagal Menerima Obat (Failure to receive medication)
KELEBIHAN DOSIS PADA PASIEN GERIATRI
• Dosis yang berlebihan dari obat yang tepat dapat diresepkan untuk pasien lanjut usia jika
preskriber tidak mempertimbangkan perubahan terkait usia yang mempengaruhi farmakokinetik
dan farmakodinamik. Sebagai contoh, dosis obat-obatan yang dibersihkan secara ginjal harus
disesuaikan pada pasien dengan gangguan ginjal. Umumnya meskipun kebutuhan dosis
bervariasi dari orang ke orang, obat harus dimulai pada dosis terendah pada orang tua. Biasanya,
mulai dosis sekitar sepertiga hingga setengah dosis dewasa biasa diindikasikan ketika obat
memiliki indeks terapeutik yang sempit atau ketika kondisi lain dapat diperberat oleh obat.
Dosis kemudian dititrasi ke atas sebagai ditoleransi dengan efek yang diinginkan. Ketika dosis
ditingkatkan, pasien harus dievaluasi untuk efek yang merugikan, dan tingkat obat harus
dimonitor bila memungkinkan. Overdosis juga dapat terjadi ketika interaksi obat (lihat Masalah
Terkait Obat pada Lansia: Interaksi obat-obat) meningkatkan jumlah obat yang tersedia atau
ketika praktisi yang berbeda meresepkan obat dan tidak menyadari bahwa praktisi lain
meresepkan obat yang sama atau serupa (terapi duplikasi)
CONTOH MASALAH TERKAIT OBAT
• β-Blocker: Pada pasien dengan riwayat MI dan / atau gagal jantung, bahkan pada pasien usia lanjut dengan
risiko tinggi komplikasi (misalnya, mereka dengan gangguan paru atau diabetes), obat ini mengurangi tingkat
kematian dan rawat inap.
• Antihipertensi: Pedoman untuk mengobati hipertensi pada orang tua tersedia, dan pengobatan tampaknya
bermanfaat (mengurangi risiko stroke dan kejadian kardiovaskular utama). Meskipun demikian, penelitian
bahwa hipertensi sering tidak terkontrol pada pasien usia lanjut.
• Obat untuk penyakit Alzheimer: Inhibitor asetilkolinesterase dan antagonis NMDA (N-metil-d-aspartat) telah
terbukti bermanfaat bagi pasien dengan penyakit Alzheimer. Jumlah tunjangan tidak jelas, tetapi pasien dan
anggota keluarga harus diberikan kesempatan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang
penggunaannya
• Antikoagulan: Antikoagulan mengurangi risiko stroke pada pasien dengan fibrilasi atrium. Meskipun ada
peningkatan risiko perdarahan dengan antikoagulasi, beberapa orang dewasa yang lebih tua yang mungkin
mendapat manfaat dari antikoagulasi tidak menerimanya.
• Imunisasi: Orang dewasa yang lebih tua memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar akibat
influenza, infeksi pneumokokus, dan herpes zoster. Tingkat vaksinasi di antara orang dewasa yang lebih tua
masih bisa ditingkatkan.
KATEGORI OBAT YANG
MENJADI PERHATIAN UNTUK
PASIEN GERIATRI
ANALGESIK
Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Tukak dan perdarahan Gunakan parasetamol


pada saluran terlebih dahulu . Pantau
pencernaan, gagal fungsi ginjal, keadaan
AINS & ginjal, retensi cairan, jantung, tekanan darah.
penghambat dan sindrom delirium. Hindari penggunaan
COX-2 Juga mungkin indometasin dan
mengantagonis efek fenilbutazon karena
obat antihipertensi meningkatkan kejadian
efek yang tidak diharapkan
(SSP dan hematologikal)
ANALGESIK
Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Sedasi, depresi Mulai dengan dosis rendah


pernafasan, dan naikkan secara
konstipasi, hipotensi, perlahan.
sindrom delirium Pantau efek yang tidak
Analgesik diharapkan. Cegah
narkotik konstipasi dengan
makanan berserat, cairan
dan/atau menggunakan
pencahar asalkan sesuai
dengan pedoman yang
berlaku
ANTIBIOTIK
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Aminoglikosida (seperti Gagal ginjal, Gunakan dosis lebih rendah.


gentamisin) kehilangan fungsi Hindari jika terjadi kerusakan ginjal
pendengaran yang bermakna, kecuali bila
dilakukan pemantauan kadar obat
dalam darah
(Therapeutic Drug Monitoring=
TDM)

Sulfametoxazol/ Reaksi hipersensitif Trimetoprim tunggal


Trimetoprim yang serius (Steven memberikan efek yang
(cotrimoxazole) Johnson syndrome, sebanding ( dan lebih
blood dyscrasias) aman) untuk infeksi
saluran kemih.
OBAT ANTI-DIABETIK
Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Sulfonilurea Meningkatkan risiko Lebih dianjurkan untuk


oral kerja menggunakan obat
panjang hipoglikemia.
dengan sifat kerja lebih
(seperti Risiko SIADH dengan
klorpropamid, pendek (seperti: gliklazid,
glibenklamid,
Klorpropamid glipizid).
glimepirid ) Klorpropamid sebaiknya
tidak digunakan karena
waktu paruhnya sangat
panjang
OBAT ANTI-DIABETIK
Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Lactic acidosis Metformin lebih dianjurkan


Phenformin, (terutama jika ada (kejadian lactic acidosis
Metformine kerusakan ginjal, lebih jarang). Kurangi
kerusakan hati, atau dosis pada kerusakan
penyakit jantung) dan ginjal. Hindari pada gagal
mungkin berakibat ginjal yang berat.
fatal
OBAT ANTI-PIRAI (ANTI-GOAT)

Allopurinol
• Efek yang tidak diharapkan tetapi bermakna : Ruam kulit dan
gagal ginjal
• Pertimbangan dan rekomendasi : Kurangi dosis sampai 100 -
200 mg per hari
Kolkisin
• Efek yang tidak diharapkan tetapi bermakna : Diare, dehidrasi
• Pertimbangan dan rekomendasi :Tidak direkomendasikan
untuk terapi kronis.
OBAT ANTI PARKINSON
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Amantadine Sindrom delirium, Tidak direkomendasikan.


udem perifer, ruam Jika harus, gunakan dosis
kulit rendah.

Antikoligergik Sindrom delirium, Secara umum tidak


(seperti : benztropin, retensi urin, hipotensi direkomendasikan, kadang-kadang
benzhexol) postural berguna jika tremor sukar
disembuhkan dengan
pengobatan lain.

Levodopa Sindrom delirium,halusinasi, Gunakan dosis terendah


hipotensi postural, mual, yang masih efektif.
gerakan involunter (involuntary
movements)
OBAT KARDIOVASKULER
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Metildopa Depresi, hipotensi postural, Tidak direkomendasikan -


bradikardi Tersedia obat yang lebih
aman

Reserpin Depresi, sedasi, Tidak direkomendasikan -


hipotensi postural Tersedia obat yang lebih
aman

Prazosin Stress incontinence, Bukan obat pilihan untuk


hipotensi postural hipertensi- Tersedia obat
yang lebih aman

Verapamil Konstipasi, bradikardi, Hindari pada gagal


pusing, gagal jantung jantung. Pantau adanya
konstipasi.
OBAT KARDIOVASKULER
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Nitrat & Nicorandil Hipotensi postural, pusing, sakit Mulai dengan dosis lebih
kepala rendah. Pantau tekanan darah

ACE - Inhibitor Hiperkalemia, kerusakan ginjal, Mulai dengan dosis kecil,


hipotensi, batuk. Pantau tekanan darah, fungsi ginjal
dan kadar
kalium dalam darah

Penghambat Beta-Blocker Depresi, keletihan, bronkospasme, Hindari pada pasien asma, dan
bradikardi, hipotensi, memperparah penyakit pembuluh darah tepi.
penyakit pembuluh darah tepi, Propranolol dan timolol tidak
insomnia, mimpi yang hidup (vivid direkomendasikan
dreams) karena tingginya kejadian
efek yang tidak diinginkan
DIURETIIK
Obat Efek Tidak Diharapkan Pertimbangan dan
yang Bermakna Rekomendasi
Loop dan tiazida Dehidrasi, hipotensi, Gunakan dosis terendah
(seperti : furosemid, hiponatremia, hipokalemia, yang masih
hidroklortiazid) hiperglikemia, memungkinkan. Pantau
hiperurisemi, elektrolit dan glukosa.
inkontinensia, sindrom
delirium
Diuretik hemat Hiperkalemia (terutama Pantau kadar kalium
Kalium jika
(Potassiumsparing) digunakan bersama suatu
Seperti amilorid ACE-inhibitor)
OBAT PSIKOTROPIK
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi
Barbiturat (seperti : Sedasi, sindrom delirium, Secara umum tidak direkomendasikan karena
fenobarbital, osteoporosis, waktu paruh yang panjang
pirimido) ketergantungan dan toksisitasnya. Tersedia
obat yang lebih aman untuk insomnia dan
Epilepsi
Benzodiazepin Sindrom delirium, Secara umum tidak direkomendasikan karena
(Seperti mengantuk, gangguan waktu paruh yang panjang
diazepam,oksazepam, ingatan, jatuh, dan toksisitasnya. Tersedia obat yang lebih aman
temazepam, ketergantungan untuk insomnia. Coba dengan langkah tanpa
nitrazepam) obat untuk insomnia dan kecemasan. Hindari
obat dengan waktu paruh panjang (diazepam,
flunitrazepam, klordiazepoksid, nitrazepam)
OBAT PSIKOTROPIK
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi
Phenothiazine Sindrom delirium, mengantuk, efek Yakinkan adanya indikasi yang sesuai.
(seperti : antikolinergik, efek Gunakan dosis terendah yang masih mungkin,
Klorpromazin, ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, hindari penggunaan jangka panjang jika
thioridazin, Akathisia memungkinkan.
proklorperazin)
Butirofenon Sindrom delirium, Yakinkan adanya indikasi yang sesuai.
(seperti mengantuk, efek ekstrapiramidal, Gunakan dosis terendah yang masih mungkin,
haloperidol) tardive dyskinesia, akathisia hindari penggunaan jangka panjang jika
memungkinkan.
Antidepresan Efek entikolinergik, Jangan diberikan antidepresan trisiklik, mulai
trisiklik hipotensi, jatuh. dengan dosis rendah dan secara perlahan
(seperti : ditingkatkan. Berikan sebagai dosis tunggal
amitriptilin, pada malam hari.
imipramin, Selective Serotonin Reuptake inhibitors (SSRI)
doxepine, secara umum lebih
dethiepin) dianjurkan karena ditoleransi lebih baik, tetapi
lebih mahal.
OBAT LAIN DENGAN BERBAGAI FUNGSI
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi
Antihistamin (difenhidramin, Efek antikolinergik Gunakan dosis terkecil dan
klorfeniramin, (pandangan kabur, retensi urin, durasi terpendek yang masih
prometazin) konstipasi, sindrom delirium) serta mungkin.
sedasi.
Gunakan dosis terkecil dan Efek antikolinergik Resiko efek samping
durasi terpendek yang masih (pandangan kabur, retensi urin, seringkali lebih besar dengan
mungkin. konstipasi, sindrom delirium) sedasi. manfaat yang minimal. Hindari
pemakaian jangka panjang
Kortikosteroid Hiperglikemia, osteoporosis, tukak Gunakan dosis terkecil dan
(sistematik) lambung, depresi, durasi terpendek yang masih
atropi kulit, luka lama sembuh, mungkin. Lebih
sindrom delirium. dianjurkan steroid inhalasi
untuk penyakit pernafasan.
OBAT LAIN DENGAN BERBAGAI FUNGSI
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi
Simetidin Sindrom delirium, Lebih dianjurkan
gynaecomastia, interaksi obat yang penggunaan penghambat
bermakna. pompa proton (proton
pump inhibitor)
Digoksin Sindrom delirium, bradikardi, Resiko efek samping
aritmia, dan mual seringkali lebih besar dengan
manfaat yang minimal. Hindarin
pemakaian jangka panjang

Kortikosteroid Hiperglikemia, osteoporosis, tukak Gunakan dosis lebih rendah.


(sistematik) lambung, depresi, Pantau kadar obat dalam darah
atropi kulit, luka lama sembuh, jika tersedia. Hindari keadaan
sindrom delirium. hipokalemia. Bukan terapi pilihan
pertama untuk
gagal jantung (ACE Inhibitor
lebih dianjurkan)
OBAT LAIN DENGAN BERBAGAI FUNGSI
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Disopyramide Antimuskarinik kuat JIka mungkin gunakan


dan efek inotropik negatif obat antiaritmia lain. Gunakan
dengan dosis yang diturunkan

Teofilin Sindrom delirium, Indeks terapi sempit, risiko


mual, aritmia toksisitas meningkat karena
perubahan farmakokinetik dan
bersihan menurun pada gagal
jantung. Secara
umum tidak dipertimbangkan
sebagai
terapi pilihan pertama b-agonis
inhalasi / dan
kortikosteroid inhalasi lebih
dianjurkan.
OBAT LAIN DENGAN BERBAGAI FUNGSI
Obat Efek Tidak Diharapkan yang Pertimbangan dan
Bermakna Rekomendasi

Pentoksifilin Hipotensi, pusing, muka Efikasi terbatas pada


kemerahan. Dapat mempotensiasi penyakit pembuluh darah
efek antihipertensi. tepi. Diragukan kemanjurannya
pada
panyakit pembuluh darah
jantung (cerebrovascular).
Pantau tekanan darah.

Warfarin Respon antikoagulan Mulai dengan dosis yang


meningkat dan risiko lebih rendah. Pantau INR
perdarahan. Adanya interaksi obat secara teratur. Hindari
penggunaan bersama
dengan obat yang
berinteraksi secara
bermakna dengan warfarin
DAFTAR INTERAKSI OBAT
YANG BERPOTENSI
UNTUK TERJADI
LEVEL KEMAKNAAN KLINIK INTERAKSI OBAT
• Hindari kombinasi
Level 1 • Resiko yang dapat merugikan pasien lebih
besar dari manfaat.
• Sebaiknya hindari kombinasi.
• Penggunaan kombinasi hanya dapat dilakukan pada keadaan

Level 2 khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika


memungkinkan. Pasien harus selalu dipantau dengan sebaikbaiknya
jika obat tetap diberikan.

• Minimalkan risiko,
Level 3 • Ambil tindakan yang perlu untuk mengurangi
resiko.

• Tidak dibutuhkan tindakan.

Level 4 • Resiko kerugian yang mungkin timbul relatif kecil.


Potensi bahaya rendah tidak ada tindakan spesifik yang
direkomendasikan.
Obat Level Efek Penanganan

Allopurinol + 1 Efek toksik dan farmakologi Turunkan dosis mercaptopurin 25%


Purinetol Thiopurin meningkat dari dosis lazim. Pantau fungsi
Hematologi

Aminofilin + 3 Aminofilin mengantagonis Tidak perlu tindakan pencegahan


Alprazolam efek sedatif dari Benzodiazepin khusus. Sesuaikan dosis benzodiazepin
bila perlu

Amitriptilin + 2 Kadar amitriptilin meningkat Pantau respons klinik pasien dan


Flukonazol sehingga efek terapi dan efek Konsentrasi amitriptilin ketika
samping juga meningkat Flukonazol dihentikan.
Sesuaikan dosis amitriptilin jika perlu

Asetosal + 2 Dapat meningkatkan Pantau kadar glukosa darah.


Glibenklamid efek hipoglikemia Turunkan dosis glibenklamid jika
dari sulfonylurea terjadi hipoglikemia. Pertimbangkan
untuk menggunakan obat alternatif lain
seperti parasetamol atau AINS
Obat Level Efek Penanganan

Asetosal + Warfarin 1 Dapat meningkatkan Pantau INR. Sesuaikan dosis


aktifitas antikoagulan. antikoagulan

Belladona + 3 Dapat menurunkan kadar serum Sesuaikan dosis amitriptilin


Amitriptilin amitriptilin dan dapat berdasarkan respon pasien. Pisahkan
meningkatkan waktu penggunaan
efek depresi pernafasan untuk mengurangi efek aditif sedatifnya

Bisoprolol 4 Efek farmakologi Pantau fungsi jantung pada pasien yang


Fumarat + Nifedipin kedua obat dapat meningkat memiliki
kemungkinan efek samping
kardiovaskular

Captopril + 4 Meningkatkan resiko reaksi Bila terjadi reaksi hipersensitifitas


Allopurinol hipersensitifitas bila digunakan hentikan
bersama. penggunaan obat secara bersama.
Obat Level Efek Penanganan
Captopril + Asetosal 2 Dapat menurunkan Pantau tekanan darah dan parameter
efek antihipertensi Hemodinamik
dan vasodilatasi
dari captopril
captopril + 2 Aminofilin mengantagonis Pantau tekanan darah. Hentikan
Indometasin efek sedatif dari Benzodiazepin penggunaan indometasin atau
gunakan obat antihipertensi lain
Captopril + Kalium 4 Meningkatkan kadar kalium. Pantau kadar kalium dalam darah secara
Dapat menyebabkan berkala. Sesuaikan
Hiperkalemia akut dosis kalium
Cisapride + 1 Berisiko pada pengobatan Berisiko pada pengobatan
Maprotilin aritmia jantung juga dapat aritmia jantung juga dapat
HCI meningkatkan tordases de Meningkatkan tordases de
Pointes Pointes
Digoksin + 1 Diuretik dapat menyebabkan Pantau kadar kalium dan magnesium
Furosemid hipokalemia. dalam plasma.
Keadaan hipokalemia Gunakan diuretik hemat kalium.
menyebabkan toksisitas
digoksin meningkat
Obat Level Efek Penanganan

Fe Glukonat + 4 Menurunkan efek antiinfeksi Pisahkan waktu penggunaan obat ini


Siprofloksasin minimal 2 jam

Flukonazol + 2 Menaikkan dan Gunakan alprazolam / triazolam dengan


Klordiazepoksid memperpanjang kadar itrakonazol / ketokonazol
Klordiazepoksid dalam darah Pertimbangkan untuk menurunkan dosis
Klordiazepoksid

Flukonazol + 2 Meningkatkan Pantau pasien dengan seksama


Prednison efek kortikosteroid. untuk meilhat kemungkinan efek
Kemungkinan dapat samping yang merugikan.
meningkatkan efek samping Sesuaikan dosis kortikosteroid bila
perlu.

Kloramfenikol + 4 Kloramfenikol secara teoritis Pertimbangkan obat alternative lainnya.


Amoksisilin dapat menurunkan Berikan amoksisilin
aktivitas antibakteri dari beberapa jam sebelum
Amoksisilin kloramfenikol. Pantau respon
pasien
Obat Level Efek Penanganan

Klordiazepoksid + 3 Menurunkan klirens, lama Pantau perpanjangan efek


Omeprazol waktu paruh dan meningkatkan sedasi. Turunkan dosis benzodiazepin
kadar atau lakukan interval dosis bila
Klordiazepoksid dalam darah. diperlukan.
Meningkatkan
efek sedasi dan ataksia

Losartan K + 4 Menurunkan konsentrasi Amati respon pasien ketika obat


Rifampisin plasma losartan, sehingga dimulai dan dihentikan.
menurunkan efek Sesuaikan dosis bila perlu
antihipertensi

Warfarin + 2 Meningkatkan efek Batasi penggunaan asetaminofen.


Parasetamol Hipoprotrombin pada warfarin Pantau parameter
koagulasi. Sesuaikan dosis
warfarin bila perlu

Warfarin + 4 Meningkatkan efek Pantau parameter koagulasi.


Omeprazole Hipoprotrombin pada warfarin Sesuaikan dosis warfarin bila perlu
Obat Level Efek Penanganan

Warfarin + 2 Meningkatkan efek Pantau parameter koagulasi.


Simvastatin antikoagulan pada warfarin Sesuaikan dosis warfarin bila perlu

Prednison + 1 Prednison mengantagonis Gunakan kombinasi kedua macam obat


Mestinon efek dari miastenia gravis tersebut pada
antikolenesterase keadaan tertentu Saja
Ranitidin + 4 Menurunkan bioavailabilitas Untuk mengoptimalkan absorpsi, pasien
Sefuroksim dari Sefuroksim disarankan untuk mengkonsumsi
Asetil makanan

Sertralin + 4 Meningkatkan sindrom Pantau pasien untuk melihat efek


Metoklopramid serotonin, seperti iritasi, ekstrapiramidal yang tidak diinginkan.
tonus otot menggigil dan Gunakan obat antiserotonergik bila
kehilangan kesadaran terjadi efek sindrom serotonin

Ciprofloksasin + 2 Menurunkan efek farmakologi Bila tidak dapat dihindari, berikan


Antasida Ciprofloksasin antasida sedikitnya 2 jam sesudah
pemberian
Ciprofloksasin
Obat Level Efek Penanganan

Ciprofloksasin + 2 Menurunkan efek farmakologi Bila tidak dapat dihindari, berikan


Sukralfat Ciprofloksasin Sukralfat sedikitnya
2 jam sesudah pemberian
Ciprofloksasin
Spironolakton + 1 Kombinasi obat dapat Pantau fungsi ginjal dan kadar kalium
Captopril meningkatkan kadar kalium dalam darah secara
dalam darah pada pasien berkala. Sesuaikan dosis bila perlu
tertentu dengan resiko tinggi

Spironolakton + 2 Mengurangi efek inotropik Sesuaikan dosis digoksin. Pantau


Digoksin positif digoksin. Spironolakton pasien terutama ketika melakukan uji
meningkatkan kadar oksigen kadar digoksin
dalam darah, dan
mengganggu uji kadar
Digoksin

Spironolakton + 1 Penggunaan kedua obat Hindari kombinasi. Pantau kadar kalium


Kalium Dapat meningkatkan secara seksama.
Hiperkalemia akut
HASIL DISKUSI
• Pertanyaan: Megawaty (N012172005)
Hal apa saja yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan farmakoterapi pada pasien geriatri jika melihat ada
perubahan-perubahan yang terjadi, baik dari segi farmakokinetik maupun farmakodinamiknya?
Jawaban: Muzayyidah (N012172002)
Telah kita ketahui bahwa pada pasien geriatri terjadi banyak perubahan (farmakokinetik maupun farmakodinamik) yang
menyebabkan perubahan respon obat-obat terhadap tubuh lansia. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar farmakoterapi yang diterima pasien geriatri lebih maksimal, antara lain:
1. Dosis, keamanan, dan manfaat dari obat.
Dosis umumnya diturunkan hingga 1/5, tetapi berbeda untuk setiap individu. Obat dengan indeks terapi sempit
dimulai dengan 1/3 atau ½ dosis lazim. Untuk obat yang eliminasinya dipengaruhi (menurun), berikan 50% dari dosis
awal yang dianjurkan.
2. Jumlah macam obat yang diberikan
Semakin banyak jumlah obat polifarmasi dengan segala indikasi, semakin besar resiko terjadi interaksi obat yang
dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
3. Kepatuhan pasien
Umumnya pasien geriatri lebih mengalami kesulitan dalam kepatuhan menggunakan obat. Hal ini salah satunya
disebabkan karena penurunan daya ingat pada lansia, sehingga membutuhkan perhatian pihak sekitar untuk mengatur
dan memberikan pengobatan yang tepat sesuai dosis dan waktu pemberian.
• Pertanyaan: Muh Nur Ajwad (N012171015)
Bagaimana mekanisme terjadinya peningkatan dan penghambatan enzim di hati?
Jawaban: Prayitno Setiawan (N012171040)
• Induksi dan Inhibisi Enzim
• Induksi enzim : menaikkan kecepatan biosintesis enzim menyebabkan meningkatnya laju
metabolisme yang umumnya deaktivasi obat, sehingga mengurangi kadarnya dalam plasma
dan memperpendek waktu paro obat. Karena itu intensitas dan durasi efek farmakologinya
berkurang.
• Pertanyaan: Mukhtasyam Zuchrullah (N012171009)
Sebutkan contoh obat masalah terkait obat dikalangan orang tua?
Jawaban: ASTI VEBRIYANTI ASJUR (N012171036)
Antipsikotik dapat menyebabkan gejala yang menyerupai penyakit Parkinson. Pada pasien usia lanjut, gejala-
gejala ini dapat didiagnosis sebagai penyakit Parkinson dan diobati, mungkin menyebabkan efek merugikan dari
obat antiparkinson (misalnya, hipotensi ortostatik, delirium, mual).

• Pertanyaan: Nurjannah (N012171018)


Hal apa saja yang mempengaruhi absorbs obat?
Jawaban: Claudya Zanet (N012171013)
 Kecepatan disolusi
 Ukuran partikel
 Kelarutan zak aktif
 Ionisasi
 Aliran darah pada tempat absorbs
 Kecepatan pengosongan lambung
 Pengaruh makanan
 Cara pemberian
• Pertanyaan: SRIYANTY SADSYAM (N012171025)
Mengapa penggunaan obat AINS untuk mengatasi nyeri pada pasien geriatri tidak direkomendasikan bahkan lebih
dianjurkan untuk menggunakan paracetamol ?
Jawaban: NASRAWATI BASIR (N012171024)

Karena Obat AINS memiliki efek samping yang serius termasuk ulkus peptikum dan perdarahan GI. Resiko ini

bisa meningkat ketika dosis AINS ditingkatkan. Selain itu resiko perdarahan GI bisa meningkat ketika AINS

diberikan dengan warfarin, aspirin, atau obat antiplatelet lainnya (misalnya, clopidogrel).

Efek sampingnya menjadi lebih parah karena hal-hal berikut:

a. NSAID sangat larut dalam lemak, dan karena jaringan adiposa meningkat seiring bertambahnya usia,

distribusi obat-obatannya sangat luas.

b. Protein plasma sering menurun, menghasilkan tingkat obat tidak terikat dan efek farmakologis

berlebihan.

c. Fungsi ginjal berkurang pada banyak orang lanjut usia, mengakibatkan penurunan izin ginjal dan tingkat

obat yang lebih tinggi.


• Pertanyaan: WIDYA SISWARA MADDA ( N012172007)
Jelaskan tentang penggunaan obat digoxin pada pasien geriatri!
Jawaban: NASRAWATI BASIR (N012171024)

Digoksin, merupakan glikosida jantung yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan untu

mengobati aritmia supraventrikular. Namun, harus digunakan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut. Pada pria

dengan gagal jantung dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 45%, kadar digoxin serum> 0,8 ng / mL dikaitkan dengan

peningkatan risiko kematian. Efek-efek merugikan biasanya terkait dengan sifat indeks terapeutik yang sempit. Satu

studi menemukan digoxin bermanfaat pada wanita ketika tingkat serum 0,5-0,9 ng / mL tetapi mungkin berbahaya

ketika tingkat ≥ 1,2 ng / mL. Sejumlah faktor meningkatkan kemungkinan toksisitas digoxin pada lansia. Kerusakan

ginjal, dehidrasi, dapat mengurangi clereans ginjal digoxin. Selanjutnya, pembersihan digoxin menurun rata-rata 50%

pada pasien lansia dengan kadar kreatinin serum normal. Juga, jika massa tubuh tanpa lemak berkurang, yang

mungkin terjadi dengan penuaan, volume distribusi untuk digoxin berkurang. Oleh karena itu, dosis awal harus

rendah (0,125 mg / hari) dan disesuaikan dengan respon dan kadar serum digoxin kisaran normal 0,8 hingga 2,0 ng /

mL). Namun, kadar serum digoxin tidak selalu berkorelasi dengan kemungkinan toksisitas.
• Pertanyaan: Yuyun Sriwahyuni N012171008
Perubahan pada sistem urinaria : implikasi sari ini adalah peningkatan resiko inkotinensia. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan peningkatan inkotinensia ?
Jawaban: Rezky Yanuarty N012171017
Inkotinensia adalah kondisi dimana urin keluar tanpa kontrol, tingkat keparahannya pun bervariasi, mulai dari urin
yang merembes saat batuk atu bersin.
Jadi dengan bertambahnya usia, otot pada kandung kemih dan uretra akan semakin melemah, dan menyebabkan
pengeluaran urin yang keluar tanpa control

• Pertanyaan: Ayun Dwi Astuti (N012171028)


Adakah pengaruh lain pada distribusi obat untuk geriatrik?
Jawaban: Ika Lismayani Ilyas (N012171026)
Pada distribusi obat terdapat hubungan antara penyebaran obat dalam cairan tubuh dan ikatannya dengan protein
plasma (biasanya dengan albumin, tetapi pada beberapa obat dengan protein lain seperti asam alfa 1 protein), dengan
sel darah merah dan jaringan tubuh termasuk organ target. Pada usia lanjut terdapat penurunan yang berarti pada massa
tubuh tanpa lemak dan cairan tubuh total, penambahan lemak tubuh dan penurunan albumin plasma. Penurunan
albumin sedikit sekali terjadi pada lansia yang sehat dapat lebih menjadi berarti bila terjadi pada lansia yang sakit,
bergizi buruk atau sangat lemah. Selain itu juga dapat menyebabkan meningkatnya fraksi obat bebas dan aktif pada
beberapa obat dan kadang-kadang membuat efek obat lebih nyata tetapi eliminasi lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai