Anda di halaman 1dari 5

Pengunaan obat pada lansia

Dr. eman

1. Ketika menggunakan obat kelompok usia harus diperhatikan dokter: lansia, bayi, anak2, ibu
menyusui, wanita hamil, pasien dengan kondisi klinis tertentu
2. Usia lansia: WHO >65 tahun. usia lansia awal dan usia lansia pertengahan (75-90 tahun),
perilansia (>90 th). Respon tubuh thd obat sangat dipengaruhi pada perjalanan usia seseorang.
A. Seiring menurunnya usia tjd penurunan fungsi pd lansia
B. Pada usia balita yang diperhatikan adalah tingkat kematangan organ. Pada lansia yg
diperhatikan adalah degenerasi organ
C. Farmakokinetik: fungsi ADME mampu mengolah obat di dalam tubuh bisa sampe target
organ, tdk menyebabkan kelainan. Pengaruh kondisi lansia thd obat
D. FD: kualitas reseptor baik dari sisi fungsi di masing2 organ maupun dari sisi ketersediaan
reseptor. Ada kuantitas (jmlh reseptor), dan kualitas (fx reseptor). Pengaruh obat thd kondisi
lansia
E. Ada reseptor yg udh resisten (ketika diberi dosis normal akan menyebabkan penurunan
fungsi) dan ada yg hipersensitif (pemberian dosis kecil menyebabkan efek signifikan pd
pasien)
3. Problem di penuaan
A. Aging adalah sesuatu yang normal. Seiring bertambahnya usia ada penurunan fungsi karena
degenerasi>regenerasi di Sebagian besar organ shg bisa ada penurunan fungsi fisiologis
B. Penurunan keseimbangan pada akhirnya akan mempengaruhi respon tubuh thd obat
C. Yang harus diperhatikan ada Sebagian obat ada reaksi toxic pada lansia. Shg pada obat2an
bisa dikontraindikasikan relative/absolut pd lansia
D. Banyak lansia yg punya kondisi sakit shg beda dg kondisi lansia sehat. Ketika banyak
penyakit multiple obat terjadinya drug interaction
E. 2 jenis interaksi: drug interaction dan drug and disease interaction
a. Obat-obat: tau dmn kemungkinan 2 jenis obat diberikan efeknya apa
b. Obat-penyakit: bagaimana obat mempengaruhi penyakit yg diderita pasien kecuali peny
primer. Cth: penderita DM (konsumsi obat) dateng ke dokter dg keluhan hipertensi
diberi obat hipertensi dan obat DM
F. Berbeda antara normal aging dan multiple disease

Pemahaman bagaimana memberikan obat pd lansia

4. Mengapa lansia jd beresiko pd obat


A. Faktor pasien:
a. Usia berhub dengan perubahan farmakokinteik. Pada obat dikasi PO akan menurunkan
absorbsi mempengaruhi bioavailabilitas efektivitas terganggu
b. Berhub dg perubuhan FD: ada reseptor yg mengalami hipersensitivitas (kemungkinan
resiko peningkatan efek pd dosis sama resiko toksik), penurunan sensitivitas (ada tjd
penurunan efek efektivitas tdk tercapai)
c. Komorbiditas kompleks: interaksi drug-disease
d. Polifarmasi: interasi obat-obat
e. Penurunan fisiologin
f. Kerentanan yg dipengaruhi umur
B. Faktor sistem pelayanan
a. Kadang sering terjadi pada lansia mudah berpindah dokter (ingin ada 2 nd opinion). Ada
resiko duplikasi obat jika tdk menelusuri Riwayat pengobatan sebelumnya
b. Pengelolaan practice geriarti dimana tdk semua RS punya pelayanan geriarti walaupun
skrg sudah cukup banyak baik sifatnya screening penyakit dan pelayanan langsung.
Target pengobatan: sembuh pd penyakit, pemulihan quality of life jd harus paham
kondisi lansia baik fisiologi dan patofis
C. Perubahan fisiologis lansia
a. Absorbsi: tjd penurunan kemampuan absorbsi karena penurunan fungsi GI (pd lansia
rata2 mengalami gangguan GI baik yang signifikan dan tdk)
b. Distribusi: ada perubahan komposisi antara massa otot, air, perubahan massa jar lemak,
protein. Khusus pd protein plasma ada perubahan jumlah signifikan shg transport
berkurang
c. Metabolisme: ada perubahan pd massa hepar dan kemampaun enzim. Proses
metabolisme utama pada hepar maka jika hepar mengalami penurunan metabolisme
turun. Harus perhatikan dosis, interval pemberian agar tubuh bisa mengalami
penyesuaian. Penurunan pada fase 1 metabolisme (konjugatif bkn oksidatif)
d. Eliminasi: proses eliminasi mengalami penurunan karena fungsi ginjal menruun shg
butuh adjustment dosis.
5. Perubahan FK
A. Terkait pd fx organ. Kemampuan absorbsi turun karena GI tract bekurang, enzim
pencernaan berkurang obat PO berkurang absorbsi
B. Volume distribusi
a. Perubahan carian, lemak mempengaruhi distribusi
b. Pada lansia akan mengalami proses peningkatan lemak>otot maka akan terjadi
peningkatan volume distribusi pd obat2an larut dalam lemak. Penurunan pada obat2an
larut air.
c. Cth: obat2an psikotropika yg mempengaruhi SSP biasanya lipid soluble akan mengalami
peningkatan vol distribusi menyebabkan pemanjangan waktu paruh. Karena jika ada
leamk ada reaksi deposit di lemak proses redistribusi obat waktu paruh memanjang
d. Konsekuensi: harus diperhatikan frek pemberian jgn sampai akumulasi dosis berlebihan
C. Protein binding
a. Pada kondisi2 tertentu, pada malnutrisi, peny liver (penurunan sintesis), peny ginjal
(ekskresi protein di urin): albumin menurun
b. Mempengaruhi proses transport obat karena albumin merupakan protein yang
berpengaruh pd transport obat
c. Cth obat yg berikatan dg albumin: ceftriaxone,diazepam, fenitoin, warfarin (koagulan)
d. Jika albumin turun transport minimal banyak fraksi bebas di pemb darah resiko
efek toksik tinggi. Shg butuh drug evaluasi yg lebih intens drpd di dewasa muda
D. Eliminasi: perubahan fisiologi
a. Penurunan kemampuan ginjal melakukan eliminasi. Ada penurunan fungsi yg berat tp
jika lansia fisiologis, tdk terlalu berpengaruh.
b. Tp jika penurunan fungsi sangat berat clearence turun resiko terjadinya intoksikasi.
Shg kadang butuh dose adjustment (penurunan dosis/perubahan interval)
E. Metabolisme hepar
a. Penurunan aliran darah 40-45% dibandingkan usia 25 th. Jika tdk ada gangguan peny
hepar, masih bisa dikompensiasi
b. Pada lansia, obat2an yang memang scr FD bisa mempengaruhi fungsi hepar dan efek
hepatotoksik akan berpengaruh pd lansia
c. Cth: obat TB (potensial hepatotoksik) shg butuh monitoring yg lebih ketat, NSAID. Harus
diswitch obatnya atau diperbaiki dulu kondisi heparnya
d. Pada lansia merokok akan mempengaruhi Kesehatan organ tubuh termasuk liver. Di
rokok menyebabkan ekrusakan organ dg terbentuknya ROS dan berujung pd kerusakan
liver
F. Kesimpulan FK di lansia;
a. Penurunan performance ginjal (organ ekskresi): tjd resiko peningkatan konsentrasi obat
di plasma peningkatan waktu paruh peningkatan resiko tosik apalagi jika diberikan
overdose akan menyebabkan dose akumulasi resiko roksik
b. Penurunan fungsi hepar (enzim metabolisme)
Perubahan metabolisme (menurun). Tujuan metabolisme adalah obat dlm tdk aktif. Jika
tdk bisa metabolisme, akan meningkatkan intoksikasi
c. Penurunan plasma binding
Tjd efek liar krn ada fraksi obat bebas yang ketemu dengan molecul like receptor
berikatan ada efek tp bukan efek terapi (efek samping)
G. Ada penurunan BB, massa tubuh, komposisi cairan dan lemak akan berpengaruh pd obat krn
obat punya sifat kimiawai yg berbeda (mudah larut lemak/air) perubahan pola distibusi
obat2an sesuai karakteristik half life meningkat krn ada pola redistribusi peningkatan
resiko intoksikasi
H. Penurunan jumlah reseptor obat walaupun ada perubahan sensitivitas
I. Perlu diperhatikanL pola absorbsi karena penurunan GIT, interaksi, ESO, akumulasi (masuk
ke proses monitoring obat pd lansia)
6. Perubahan FD
A. Pada pasien lansia, ada perubahan sistem reseptor ada kekhasan yaitu pasien lansia lebih
mudah utk mengalami sensitisasi pada sedasi dan hipnotik dibandingkan pd usia muda
karena peningkatan sensitivitas reseptor
B. Kemungkinan lansia mengalami ESO berdasarkan kelompok usia
< 40 th: resiko ESO 10%, 40-50th: 12%, 60-70 th: 15% (pada lansia sehat), 70-80 th: 20%, >80th:
24%
7. Suboptimal prescribing (peresepan yg tdk optimal)
A. Polifarmasi (pemberian obat berlebihan/tdk disesuaikan dg 1 patogenitas): pada obat
multiple disease. akan berhub dg adanya drug interaction. Banyak lansia punya banyak
keluhan shg harus tau mana keluhan yg sesungguhnya dan subjektif
B. Underuse of effective medication (penggunaan obat yg tdk efektif)
a. Pada saat lansia sakit bisa jadi akan mencari sendiri ke apotek dan apoteker
memberikan obat kecuali pd swamedikasi (pemberian obat tdk boleh >2 hari)
b. Memberikan edukasi pd lansia tdk semua keluhan bisa diobati
C. Interaksi obat-obat: jgn ada persepan yg tdk cocok. Malah ada efek samping baru
D. Drug-disease interaction:
a. harus perhatikan suatu disease itu Ki/tdk, jika tdk aka nada peningkatan morbiditas
pasien.
b. Cth: pasien hipertensi dan penderita PPOK jgn diberikan obat yg menyebabkan
gangguan pd PPOK cth obat beta blocker (menyebabkan tjd bronkokonstriksi)
E. Drug monitoring inadekuat
a. Bisa menyebabkan kondisi peningkatan resiko tjd drug drug interaction dan drug disease
interaction
b. Monitoring pd pasien rawat inap dan rawat jalan (menggunakan teknologi dan diberikan
edukasi obat yg diberikan olh dokter dan apoteker)
F. Dosis yg tdk tepat: Ada perubahan fisiologis, FK, FD shg dosis penting utk diperhatikan
supaya gaada ESO dan inefektif
G. Durasi yg tdk tepat: minum obat merupakan hal yg tdk mudah bagi lansia shg jika udah
merasa enak maunya berhenti minum obat shg perlu utk pendamping pasien utk minum
obat dan saat ke dokter (edukasi pada keluarga dan pasien)
H. Obat2an yg harus dihindari (obat KI pd lansia): harus tanya penyakit yg sedang diderita dan
penyakit kronis yg diderita dan Riwayat penyakit terdahulu
I. Tipologi problem quality: overuse (polifarmasi), underuse (dosis direndahkan karena takut
ada overdosis), misuse (kesalahan petugas), eror (kesalahan pembacaan resep salah kasih
obat)
8. Drug-drug interaction
A. Berpotensi memunculkan ada efek yg tdk pernah tjd ketika obat diberikan tunggal. A+B=C
B. Utk tau diliat dr jurnal2, penelitian, autoriset (miniriset thdp pengobatan yg dilakukan.
Caranya: jika ada efek yg muncul dicatat pd catatan medis pasien kemudian dibuat personal
drug bagi pasien meminimalisir efek obat)
9. Peresepan yg tdk tepat
A. Sering berhubungan dg masalah terjadinya efek samping pd pasien lansia
B. Studi di amerika: 20-27% org amerika diidentifikasi menerima obat kurang tepat
C. Beberapa obat yg dianggap tdk tepat menimbulkan peninkatan resiko:
a. jatuh (ggn keseimbangan),
b. fraktur tulang femur biasanya pada colum femoris (kondisi osteoporosis). Pd konsumsi
banyak kortikosteroid meningkatkan resiko osteoporosis. Kortikosteroid sering dipake
utk myalgia, radang sendi
c. ganggguan kognitif: lansia mengalami degenerasi SSP + obat2 depresi SSP akan
memperberat tjd gangguan kognitif. Cth: narkoba, obat penenang, obat tidur
d. penurunan infependence (penurunan ketergantungan)
e. kematian (karena self therapy, penyakit yg dimiliki)
10. antikolinergik
A. berpotensi menimbulkan resiko pd lansia krn mempengaruhi SSP
B. antikolinergik punya efek pada parasimpatis (dominan), simpatis. Efek: mulut kering, retensi
urin, pandangan kabur, bingung
11. waspada pada:
A. obat nefrotoksik
B. oto dan nefrotoxic reaction (aminoglikosid: gentamisin, rifampisin dll)
C. kerusakan SSP (nitrofurantoin pd lansia yg mengalami SK)
D. hipoglikemik pada pengobatan sulfanilurea meningkatkan ekskresi glukosa
E. lactat acidosis (biguanid: obat anti diabet utk meningkatkan sensitivitas reseptor obat)
F. kardiotoxic (digitalis: lebih sensitif efekya pd lansia resiko toksisitas)
12. Apa yang ahrus dilakukan utk meminimalisasi efek toksik pd pemberian obat lansia?
A. Prinsip umum
a. Mempertimbangkan penyakit, Riwayat obat. Harus melengkapi data Riwayat
penggunaan obat pada lansia, termasuk obat bebas/obat bebas terbatas yg biasa
digunakan lansia
b. Mengetahui kebiasaan: ketika diberi obat harus memastikan obat aman pd gangguan
kesimbangan lansia. Misal: lansia suka nyetir, jangan diberikan obat yg bikin ngantuk,
diet
c. Harus menegakan diagnosis scr akurat (diagnosis peny utama dan peny lama sbg peny
kronis) utk menghindari tjdnya drug-disease interaction atau menghindari KI
d. Evaluasi terhadap proses pengobatan dengan obat tsb.
e. Dokter harus paham dengan aspek farmakologis obat yg diresepkan (potensial interaksi
obat, perubahan terkait umur). Pengetahuan farmakologi harus lebih baik
f. Secara umum, dimlai dari dosis minimal dr dosis terapi yg direkomendasikan. Kalopun
tjd penurunan fungsi, dg dosis ini tdk tjd akumulasi obat berlebihan
B. Prinsip:
a. Diberikan scr bertahap. Diberikan dr dosis minimal
b. Menggunakan resep yg tdk rumit: tdk terlalu banyak obat, variasi pemberian sama
(diseragamkan waktu pemberian dan frek pemberiannya)
c. Proses penyiapan obat, penyimpanan diberikan edukasi baik (takaran obat betul2
sesuai, penyimpanan dikasih tau pake wadah apa)
d. Pada lansia terkadang butuh dose adjustment terutama pada fx ginjal yg bermasalah.
Ditentukan berdasarkan pada clearance dan kadar kreatinin
e. Penting utk memperhatikan kemungkinan reaksi dan interaksi obat pada lansia agar
dokter bisa memberikan obat yg tepat jenis dan takaran
f. Penyusunan/ SOP/clinical pathway harus dibuat dg jelas.
C. Manfaat pemberian obat pd lansia
a. Obat dpt menurunkan resiko tjd kematian/penurunan fungsi
b. Memperbaiki kualitas hidup (setelah sembuh bisa hidup spt sblm sakit)
D. Contoh aspek benefit yg didapat
a. Antihipertensi: menurunkan resiko Komplikasi HF dan stroke
b. Beta blocker dan aspirin: menurunkan resiko kematian atau HF pada infark myocard.
Aspirin bisa berkurangnya thrombus pd a. coronaria

Jika sediaan obat tdk sesuai (tdk bisa menelan, tersedak), harus pake sediaan yg sesuai cth:
sirup.

Anda mungkin juga menyukai