Anda di halaman 1dari 13

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

PENGARUH OBAT TERHADAP PENYAKIT


DEGENERATIF
(HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS)

A D E D E W I O K T AV I A N I
DEVI MAHDALENA ELMAH
N E TA D W I A G U S T I N A
LATAR BELAKANG
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat
pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh
makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain

Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan


yang bersifat universal berupa kemunduran dari fungsi
biosel, jaringan, organ, bersifat progresif, perubahan secara
bertahap, akumulatif dan intrinsik. Proses penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai organ di
dalam tubuh seperti sistem gastrointestinal, sistem
genitouria, sistem imunologis, sistem serebrovaskular,
sistem saraf pusat dan sebagainya (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2004)
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau
tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung, dan otak (menyebabkan
stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai.
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit
kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari
beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir
sama besar di negara berkembang maupun di negara maju.
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis
yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya
tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer
ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal
kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada
tabel 1
Interaksi Obat terhadap Penyakit Hipertensi

Dalam penelitian tentang kajian resrospektif interaksi


obat di RS pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta
melaporkan bahwa interaksi obat yang terjadi pada
pasien rawat jalan sebesar 69% (47 kasus interaksi obat-
obat)
Interaksi obat antihipertensi yang paling banyak
terdiri adalah kombinasi kaptropil dan furosemid.
Penggunaan kombinasi kaptropil dan furosemid dapat
menyebabkan interaksi farmakodinamik dimana efek
hipotensi meningkat (Fitriani,2007; Rahmiati dan
Supadmi, 2012)
DIABETES MELLITUS
Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes mellitus
bermacam – macam. Akan tetapi, penyakit ini sering dihubungkan
dengan faktor genetik yang autosomal dominan di mana factor
lingkungan memiliki kontribusi pada manifestasinya terutama pada
orang – orang dengan predisposisi genetik
Besarnya resiko terkena DM tipe 2 adalah sebesar 14 % jika
tak satu pun orang tua menderita DM, 25 % jika salah satu orang
tua menderita DM dan 45 % jika kedua orang tua menderita DM
(Darmono,2000).
Selain faktor genetik, patogenesis DM tipe 2 juga dihubungkan
dengan gangguan sekresi insulin. Semua penelitian menunjukkan
bahwa pada fase awal penderita dengan DM tipe 2 memiliki kadar
insulin yang normal atau meningkat, yang kemudian dihubungkan
dengan terjadinya obesitas meski obesitas tidak selalu terjadi.
Peningkatkan kadar insuli ini menunjukkan bahwa pada saat itu
lebih banyak insulin harus disekresikan untuk mempertahankan
kadar glukosa darah dalam batas normal
-Resistensi Insulin

Kadar insulin plasma yang normal atau meningkat


pada penderita DM tipe 2 menunjukkan resistensi insulin
yang muncul sebagai akibat adanya defek pada
beberapa tehapan kerja insulin. Dalam keadaan normal,
insulin terikat pada resepto di membrane sel yang
selanjutnya mentransmisikan second messenger untuk
memulai perubahan metabolism glukosa didalam sel.
Pada DM tipe 2 ddefek pertama adalah adanya
penurunan jumlah respetor insulin, sedangkan defek
kedua adalah adanya defek pada pengiriman sinyal/
pesan intraseluler yang diduga terkait dengan
abnormalitas metabolism karbohidrat
Farmakokinetik

a. Absorpsi
Absorpsi adalah proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam darah. Bergantung dari cara pemberiannya,
tempat pemberian obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan
rectum), kulit, paru, otot, dan lain – lain. Yang terpenting adalah cara
pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama
adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat
luas

Kebanyakan obat merupakan elektolit lemah, yakni asam


lemah atau basa lemah. Dalam air, elektolit lemah ini akan
terionisasi menjadi bentuk ionnya. Derajat ionisasi obat
tergantung pada konstanta ionisasi obat dan pH larutan di mana
obat berada.
b. Distribusi
Obat – obat pada protein plasma akan dibawa oleh darah
ke seluruh tubuh. Komplek obat – protein terdisosiasi dengan
sangat cepat. Obat bebas akan keluar ke jaringan: ke tempat
kerja obat, ke jaringan tempat depotnya, ke hati (dimana obat
mengalami metabolism menjadi metabolit yang dikeluarkan
melalui empedu atau masuk kembali ke darah), dan ke ginjal (
dimana obat/ metabolitnya diekskesi ke dalam urin).
Interaksi pergeseran protein. Obat – obat asam akan
bersaing untuk berikatan dengan albumin di tempat ikatan yang
sama, dan obat - obat akan bersaing untuk berikatan dengan α-
glikoprotein. Karena tempat ikatan pada protein plasma
tersebut terbatas, maka obat yang pada dosis terapi telah
menyebabkan jenuhnya ikatan akan menggeser obat lain yang
terikat pada tempat ikatan yang sama sehingga obat yang
bergeser ini akan lebih banyak yang bebas. Selanjutnya obat
yang bebas ini akan keluar dari pembuluh darah dan
menimbulkan efekfarmakologik atau dieliminasi dari tubuh
c. Metabolisme
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membrane
endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol . tempat
metabolism yang lain (ekstrahepatik) adalah: dinding usus, ginjal,
paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang
nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat
diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umumnya iubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah
menjadi lebih aktif (jika asalnya prodrug), kurang aktif, atau menjadi
toksik.

d. Ekskresi
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya
Mekanisme Kerja obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui
interaksi dengan reseptornya pada sel organism.
Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan
perubahan biokimia dan fisiologi yang merupakan
respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat
merupakan komponen makromolekul fungsional;
hal ini mencakup 2 konsep penting. Pertama, obat
dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh.
Kedua, obat tidak menimbulkan fungsi baru, tetapi
hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.
Terapi Farmakologi
a. Terapi Farmakologi antihipertensi
Terapi Farmakologi Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik,
penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),
penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium
dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri
atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien
dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan
kelas obat ini
b. Terapi Farmakologi Diabetes Militus (Insulin)
Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe I dan
beberapa jenis DM tipe II, tetapi memang masih banyak pasien DM
yang enggan disuntik, kecuali dalam keadaan terpaksa. Karenanya
terapi edukasi pasien DM sangatlah penting, agar pasien sadar akan
perlunya terapi insulin meski diberikan secara suntikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai