Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMAKOKINETIKA KLINIK

RANGKUMAN TENTANG HUBUNGAN POPULASI KHUSUS DENGAN


FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT

OLEH :
NAMA : JUMARNI
NIM : O1A117026
KELAS :A

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
FARMAKOKINETIKA KLINIK

A. Populasi Farmakokinetik
Farmakokinetika populasi adalah studi farmakokinetika pada tingkatan
populasi atau studi tentang variabilitas konsentrasi obat dalam plasma dan
dalam populasi pasien yang menerima dosis terapeutik suatu obat. Populasi
farmakokinetik terdiri dari:
1. Pediatrik
Pediatrik adalah pasien dalam rentang anak-anak. Pasien ini memiliki
faktor khusus dalam proses farmakokinetik. Faktor tersebut adalah
pengosongan lambung yang panjang, volume distribusi yang berbeda dari
pasien dewasa, jalur metabolism 1 dan 2 yang berbeda serta jalur filtrasi di
glomelurus yang berbeda. Pasien pediatrik yang masih dalam tahap
pertumbuhan mengharuskan adanya penentuan dosis yang harus
disesuaikan.
2. Geriatrik
Lansia dan geriatrik adalah pasien yang berusia diatas 60 tahun. Biasanya
pasien geriatric memiliki penyakit lebih dari dua. Perawatan penyakit pada
pasien geriatric membutuhkan perawatan yang khusus karena biasanya
gejala penyakit tidak khas dan fungsi organ yang menurun. Misalnya
infeksi paru pada usia muda gejalanya adalah batuk, sesak dan demam.
Sedangkan pada lansia menunjukkan gejala tidak mau makan, jatuh,
mengantuk, dan seringkali tidak demam. Kondisi pasien geriatric biasanya
jaringan lemak naik sehingga obat-obat yang larut lemak dapat mengalami
kenaikan volume, kemudian proses metabolismenya melambat, laju filtrasi
glomelurus berkurang, dan t½ naik.
3. Pasien dengan gangguan hepatik dan ginjal
Hampir semua obat dimetabolisme di hepar dan diekskresi oleh ginjal.
Apabila ada gangguan pada kedua organ tersebut, maka akan berpengaruh
pada absorbsi, distribusi, metabolisme, bioavailabilitas dan klirens.
Pengawasan terhadap parameter laboratorium dan penyesuaian dosis obat
menggunakan jalur metabolisme dan ekskresi ini dapat mencegah
terjadinya efek samping obat. Perubahan fisiologi pada pasien dengan
gangguan fungsi hepatic dapat mempengaruhi dosis. Sebagai contoh,
pasien dengan ascites (tanda sirosis, penurunan fungsi hepar) akan
mengalami perubahan volume distribusi, mengubah bioavailabilitas dan
eliminasi beberapa obat sehingga berpotensi menimbulkan efek samping
obat. Selain itu, obat yang memiliki karakteristik mengalami metabolisme
hepatic yang ekstensif yang harus digunakan secara hati-hati karena
bioavailabilitasnya dapat meningkat 2-3 kali dibandingkan populasi
normal. Sebagai contoh, bioavailabilitas propafenone meningkat 2-3 kali
lipat dan dapat menimbulkan aritmia ventrikel dan berpotensi
menyebabkan kematian.
4. Wanita hamil
Pemakaian obat-obat bebas dan obat resep perlu diperhatikan sepanjang
kehamilan sampai masa nifas. Pemakaian fisiologik pada ibu yang terjadi
selama masa kehamilan mempengaruhi kerja obat dan pemakaianya.
Termasuk pengaruh dari hormon-hormon steroid yang beredar dalam
sirkulasi pada metabolisme obat dalam hati, ekskresi obat melalui ginjal
yang lebih cepat karena peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan
perfusi ginjal, pengenceran obat karena jumlah darah dalam sirkulasi ibu
yang meningkat, dan perubahan-perubahan dalam klirens obat pada akhir
kehamilan menyebabkan penurunan kadar serum dan konsentrasi obat
dalam jaringan dengan demikian obat yang diresepkan secara 6 terapetik
tidak dapat diberikan dengan dosis yang lebih rendah. Selama kehamilan
dosis obat yang diberikan harus diusahkan serendah mungkin untuk
meminimalkan potensi efek toksik terhadap janin. Bila pengobatan harus
diberikan, maka penting untuk menurunkan sampai kadar terendah yang
masih efektif sesaat sebelum terjadi konsepsi pada kehamilan yang
direncanakan, atau selama trimester pertama. Bila obat berpotensi
menyebabkan efek putus obat pada janin, dosis dapat diturunkan mencapai
akhir masa kehamilan, contohnya pengobatan dengan anti psikotik dan
antidepresan. Namun, perubahan farmakokinetika selama kehamilan
mungkin memerlukan peningkatan dosis bagi obat-obat tertentu.
Pemahaman yang baik terhadap perubahan ini penting untuk menetukan
dosis yang paling tepat bagi pasien yang sedang hamil.
5. Pasien Obesitas
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh
yang sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih
banyak dibanding aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang
berlebih menumpuk dalam bentuk lemak. Apanila kondisi tersebut terjadi
dalam waktu yang lama, makan akan menambah berat badan hingga
mengalami obesitas. Kelebihan lemak tubuh meningkatkan resiko dan
komorbiditas utama seperti DM tipe 2, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, osteoarthritis, hipertensi dan lain sebagainya. Seorang
pasien obesitas memiliki akumulasi jaringan lemak yang lebih besar
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal. Jaringan adiposa
memiliki proporsi air yang lebih kecil dibandingkan jaringan otot. Dengan
demikian, pasien obesitas memiliki proporsi total air tubuh/total berat
badan yang lebih kecil dibandingkan pasien yang berat badannya ideal,
yang dapat berpengaruh pada volume distribusi obat.
6. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal
 Farmakokinetik
 Absorbsi dan Bioavailabilitas
Bagian obat yang terpakai dan kecepatan obat memasuki sirkulasi
merupakan hal penting pada pemakaian obat. Pemberian obat secara
parenteral akan segera memasuki pembuluh darah dan masa kerjanya
menjadi lebih cepat. Gagal ginjal akan menurunkan absorbsi dan
mengganggu bioavailabilitas obat yang diberikan secara oral, hal ini
terjadi karena waktu pengosongan lambung yang memanjang,
perubahan pH lambung, berkurangnya absorbsi usus dan gangguan
metabolisme di hati. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai
upaya antara lain mengganti cara pemberian, memberikan obat yang
merangsang motilitas lambung dan menghindari pemberian bersama
dengan obat yang mengganggu absorbsi dan motilitas.
 Volume Distribusi
Volume distribusi merupakan rasio antara dosis obat yang
diberikan dan konsentrasi obat dalam plasma. Obat dengan konsentrasi
plasma rendah, volume distribusinya hampir sama dengan cairan tubuh
total, sedangkan obat dengan ikatan protein yang kuat mempunyai
volume distribusi lebih rendah. Gangguan fungsi ginjal tidak
berpengaruh banyak terhadap volume distribusi ini. Akan tetapi untuk
obat yang sangat kuat berikatan dengan albumin, oleh karena terjadi
gangguan pengikatan albumin, menyebabkan peningkatan jumlah obat
bebas sehingga terjadi perubahan volume distribusi.
Metabolisme
Ginjal merupakan tempat untuk metabolisme dalam tubuh, tetapi
efek gangguan ginjal hanya bermakna secara klinis pada dua kasus
saja, yaitu ginjal bertanggung jawab terhadap tahap akhir aktivitas
vitamin D dan kebutuhan insulin pada pasien diabetes yang mengalami
gagal ginjal akut sering menjadi berkurang. Pada gagal ginjal kronik
terjadi juga perubahan kapasitas metabolisme di hati, dan organ
eliminasi selain ginjal. Jadi pada keadaan ini bukan hanya obat obat
yang sebagian besar tereliminasi oleh ginjal saja yang terpengaruh,
namun obat obat yang sebagian besar termetabolisme juga mengalami
perubahan klirens.
Ekskresi
Ginjal Fungsi ekskresi ginjal rata rata berkurang 6 – 10% tiap
sepuluh tahun, ketika seseorang mulai menginjak usia 40 tahun.
Akibatnya, karena terjadi perlambatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerular, maka obat dan metabolitnya cenderung terakumulasi
didalam darah, sehingga dapat memperlama waktu paruh eliminasi dan
durasi efek obat. Dilaporkan bahwa kecepatan aliran darah ginjal
berkurang dari 618 – 689 mL/menit pada usia dewasa menjadi 349 –
485 mL/menit pada usia lanjut. Ginjal merupakan rute eliminasi utama
untuk berbagai obat dan metabolitnya. Ekskresinya dapat melalui
filtrasi glomeruler, sekresi tubulus atau reabsorpsi. Ekskresi
merupakan parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh oleh
gangguan ginjal. LFG atau klirens kreatinin dapat digunakan sebagai
perkiraan jumlah nefron yang berfungsi. Apabila filtrasi glomerular
terganggu oleh penyakit ginjal, maka klirens obat tereliminasi terutama
melalui mekanisme ini menjadi lebih panjang. Gagal ginjal juga akan
mengubah reabsorpsi pasif secara tidak langsung, dengan cara
mengubah laju aliran urin dan pH.

B. Hubungan Variabilitas Subjek terhadap Profil Farmakokinetik dan


Farmakodinamik
Variabilitas farmakokinetik variasi antar individu dari parameter
farmakokinetik , yang menghasilkan perbedaan pada konsentrasi plasma-profil
waktu setelah pemberian dalam dosis yang sama, pada pasien berbeda.
Faktor variabilitas farmakokinetik yaitu, genetic, penyakit, usia &
ukuran tubuh, obat-obatan, lingkungan dan lainnya : Komplikasi, kehamilan,
konsumsi alkohol, jenis kelamin dan kondisi pengobatan tertentu.

 Aspek Farmakokinetik & Farmakodinamik

 Farmakokinetik Bayi & Anak-Anak


a. ABSORPSI
• Jaringan otot masih sedikit, perfusi darah rendah
• Produksi HCl belum maksimal
• Pengosongan lambung ditunda, gerak peristaltik usus tidak teratur
• Enzim-enzim pencernaan belum bekerja sempurna
b. DISTRIBUSI
 Kadar air sebesar 45 %, obat-obatan yang bersifat larut air
(Sulfonamid, digoxin) akan rendah kadarnya dalam plasma ->
dosis harus ditingkatkan
 Pengikatan obat oleh albumin rendah
 Distribusi obat-obatan larut lemak lebih rendah (kadar lemak 10-
18%)
c. METABOLISME
• Kadar enzim metabolisme hati masih rendah
• Klirens obat rendah, eliminasi rendah
• Enzim metabolisme dapat meningkat oleh obat-obat yang bersifat
inducer
d. ELIMINASI
• Penurunan eliminasi melalui empedu, karena kadar empedu yang
masih rendah
• Eliminasi dari ginjal rendah, laju GFR rendah
• Sekresi Asam Lambung pada Bayi
a. Bayi full-term : sekresi asam lambung segera setelah kelahiran,
meningkat dalam beberapa jam
b. Bayi pre-term : sekresi asam lambung lebih lambat, konsentrasi
tertinggi pada usia 4 hari.
• Komposisi Cairan Tubuh Neonatus

• Perbedaan Klirens Bayi dengan Orang Dewasa


• Perubahan Metabolisme Obat dan Efektivitas pada Anak-Anak
• Farmakokinetik pada Lansia
Definisi Lansia :
• Kelompok umur lanjut (>85 tahun)
• Problem psiko-sosial lebih tinggi
• Status : cenderung lebih inaktif dan istirahat.
• Kebanyakan memiliki penyakit tertentu

a. ABSORPSI
Penurunan produksi HCl, penurunan motilitas usus Gangguan pada
penyerapan jarang memberikan implikasi klinis.
b. DISTRIBUSI
Kandungan lemak dalam tubuh tinggi, sehingga eliminasi dan
kelarutan lemak diperpanjang. Kandungan air dalam tubuh rendah,
sehingga kandungan senyawa mudah larut air mempertahankan kadar
plasma darah yang tinggi. Penurunan kadar albumin, pengikatan obat
berkurang
c. METABOLISME
Penurunan aliran darah ke hati , Penurunan aktivitas enzim
metabolisme di hati.
d. ELIMINASI
Penurunan aliran darah ke ginjal, Penurunan laju filtrasi glomerulur
(GFR), Penurunan aktivitas tubular.
 Farmakodinamik Terhadap Usia
a. Pada Bayi dan anak-anak
• Pengikatan pada protein plasma yang lebih sedikit->terdapat obat
bebas lebih, toksisitas obat mudah tercapai, dosis antibiotik harus
diturunkan
• Aktivitas enzim hati yang lebih rendah ->waktu paruh lebih
panjang, ada kemungkinan akumulasi obat
• Jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat pada bayi dan anak-
anak dapat lebih peka terhadap obat tertentu -> terapi
kortikosteroid yang menghambat pertumbuhan pada bayi dan anak-
anak
b. Pada Lansia
 Pasien usia lanjut relaif lebih sensitif terhadap aksi dari beberapa
obat
 Peningkatan sensitivitas reseptor, terutama reseptor di otak
(terhadap obat-obat yang bekerja sentral)
 Penurunan mekanisme homeostatik, misalnya homeostatik
kardiovaskular (terhadap obat-obat antihipertensi)
CONTOH

 Tujuan: Untuk membandingkan anak-anak dalam berbagai tahap


perkembangan dengan orang dewasa dalam hal penanganan PK dari
xenobiotics
 Metode:
 Identifikasi terhadap obat-obatan yang memiliki keterkaitan data PK untuk
anak-anak dan orang dewasa
 mendapatkan dan mengevaluasi studi utama untuk mengekstrak data kunci
 pengorganisasian data ke dalam database
 menganalisis data rata-rata di seluruh kelompok umur (analisis rata-rata)
 menganalisis variabilitas interindividual dalam kelompok usia (variabilitas
analisis)
 Waktu paruh Klirens Volume distribusi Puncak konsentrasi AUC pada data
darah
Data Kunci: Jumlah, Jenis Kelamin dan Usia, Rute dan jumlah dosis, Data
Farmakokinetik
 Hasil Dari Perbandingan Pk Anak-Anak/Dewasa
Penelusuran database menunjukkan bahwa untuk banyak senyawa kimia,
kehidupan awal tahap (neonatus prematur, neonatus penuh panjang, bayi yang
baru lahir 1 minggu sampai 2 bulan) tampak berbeda daripada orang dewasa
dalam hal klirens, waktu paruh, dan volume distribusi.
 Kesimpulan
Hasil menunjukkan bahwa kelompok usia memiliki dampak signifikan
pada waktu paruh dan kliriens obat dengan ketidakmatangan system
metabolisme dan klirens yang terlihat jelas selama minggu pertama hingga
berbulan-bulan kehidupan pada semua jalur yang dianalisis Mengetahui
perbedaan pada fungsi PK antara anak/orang dewasa berpotensi penting dalam
mempengaruhi cara pemahaman resiko yang akan dihadapi anak-anak dalam
penentuan dosis terapi.

Anda mungkin juga menyukai