Anda di halaman 1dari 9

UNDANG-UNDANG DAN ETIKA KESEHATAN

“STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAAN


DI RUMAH SAKIT”

OLEH:

NAMA : JUMARNI
NIM : O1A1 17 026
KELAS : B
DOSEN : apt. PARAWANSYAH, S.Farm., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAAN
DI RUMAH SAKIT

Soal :
1. Uraikan pasal 3 ayat 2 pmk n0 72/2016 ( tentang pengelolaan sediaan farmasi,
alkes dll dan pada penyimpanan masukkan metode FIFO, FEFO, LIFO dan
LASA!
2. Uraikan pasal 5 ayat 1 pmk no 72/2016 (tentang mana yang termasuk monitoring
dan yang mana evaluasi)?
3. Jelaskan pengertian sistem satu pintu!
4. Uraikan klasifikasi rumah sakit menurut SNARS!

Jawab :
1. Pasal 3 ayat 2 pmk no 72/2016 tentang pengelolaan sediaan farmasi, alkes, dll.
Pada penyimpanan masukkan metode FIFO, FEFO, LIFO dan LASA. yaitu:

Perencanaan dan
peramalan kebutuhan

Penganggaran
penghapusan
Penegendalian
persediaan Pengadaan

Pemeliharaan dan
pendistribusian
penyimpanan

1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
berdasarkan:
• formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
• standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah ditetapkan;
• pola penyakit;
• efektifitas dan keamanan;
• pengobatan berbasis bukti;
• mutu;
• harga;
• ketersediaan di pasaran.
2. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dan
menenmpatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan. Metode
penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk
sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FIFO, FEFO dan LIFO dan
disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai dengan kebutuhan.
a. First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
datang lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.
b. First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat
yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.
c. Last In First Out (LIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
terakhir masuk dikeluarkan terlebih dahulu.
d. Look alike sound alike (Obat LASA) adalah obat yang Nampak mirip
dalam hal bentuk, tulisan, warna dan pengucapan.

Prosedur penyimpanan obat di gudang instalasi rumah sakit yaitu


menggunakan metode FIFO (First in First out) dan FEFO (First expired First
out), obat disimpan dalam gudang/ruangan khusus obat yang tidak tercampur
dengan peralatan lain, obat diletakkan di atas rak/lemari dan tidak diletakkan
langsung di lantai untuk mencegah kerusakan obat, obat LASA tidak
ditempatkan berdekatan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan , obat
tidak diletakkan menempel di dinding. Penyimpanan obat berdasarkan bentuk
sediaan namun belum di simpan berdasarkan kelas terapi atau khasiat,
tujuannya untuk mudah dalam pengembalian dan penyimpanan obat. Obat
disimpan berdasarkan abjad dan jenis obat, agar mudah untuk mencari obat.
Obat rusak dan kadarluwasa diletakkan terpisah dengan obat yang masih baik,
untuk mencegah kesalahan pengambilan obat. Lemari obat psikotropika dan
narkotika selalu terkunci dan diletakkan di lemari terpisah. Diberikan
pelabelan nama obat pad arak, namun seperti sediaan sirup dan cairan infus di
berikan pelabelan. Terkhususnya untuk obat-obatan yang penampilan dan
penamaan mirip LASA ditempatkan tidak berdekatan dan diberi penandaan
khusus berupa ditandai dengan pemberiaan kode dan penempatan obat bukan
LASA ditengah diantara obat LASA , hal ini untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan obat.

6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
7. Pemusnahan & penarikan
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
2. Pasal 5 ayat 1tentang penjaminan mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
harus dilakukan Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi
monitoring dan evaluasi dimana:
a. Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran
kemajuan atas objektif program/memantau perubahan yang fokus pada
proses masuk dan keluar.
• Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
• Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita
berikan 
b. Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis
menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi program
terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan,
kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi)
• Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,
• Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok
pembanding,
• Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu,
• Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus.

Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil


dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program monitoring
bersifat spesifik, sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh
program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari luar. Tujuan dari
Evaluasi adalah evalausi efektifitas dan cost effectiveness. Tujuannya
untuk meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di
rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum 
3. Sistem Pelayanan Satu Pintu ialah proses yang merupakan siklus kegiatan dimulai
dari pemilihan, perencanaan, peng-adaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, monitoring, pengendalian, pelaporan dan evaluasi yg
dilaksanakan Instalasi Farmasi RS. Sistem satu pintu adalah suatu kebijakan
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian, perencanaan, pengadaan dan
pendistribusian obat, alat kesehatan, bahan medis dan alat habis pakai, alat pacu
jantung, implant/pen dan stent dan pembuatan Formularium dilaksanakan oleh
Instalasi farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Perbekalan
Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dilaksanakan selain
oleh instalasi farmasi Rumah Sakit.
4. Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan SNARS
a. Rumah Sakit kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 5 pelayanan spesialis
penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik
sub spesialis. Mempunyai tempat tidur minimal 400 tempat tidur.
b. Rumah Sakit kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis
penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lain dan 2 pelayanan medik
sub spesialis. Mempunyai tempat tidur minimal 200 tempat tidur.
c. Rumah Sakit kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis
penunjang medik. Mempunyai tempat tidur minimal 100 tempat tidur.
d. Rumah Sakit kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar, Mempunyai tempat
tidur minimal 50 tempat tidur.

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 pasal 24, klasifikasi rumah sakit
yaitu:
1. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
2. Klasifikasi Rumah Sakit umum dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.
3. Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 56 tahun 2014 tentang
klasifikasi rumah sakit, yaitu diatur dalam pasl 11 dan pasal 12 :
Pasal 11
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Pasal 12
(1) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C; dan
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
(2) Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas D; dan
b. Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.
(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diklasifikasikan
menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; dan
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.

Anda mungkin juga menyukai