Anda di halaman 1dari 31

BIOFARMASETIKA

KEBERAGAMAN DALAM FARMAKOKINETIKA

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S.Farm.,M.Sc.,Apt


Program Studi Farmasi
2019
Sumber Keberagaman
a. Ketidaksesuaian penggunaan obat
b. Genetik
c. Toleransi
d. Keberadaan Penyakit
e. Umur dan Berat Badan
f. Jenis kelamin
g. Formulasi
h. Rute Pemberian
i. Interaksi obat
Ketidaksesuaian Penggunaan Obat
Misalnya ;
a. Penggunaan obat pada waktu yang tidak tepat
b. Meniadakan obat yang diperlukan
c. Menggunakan obat yang tidak diperlukan
d. Menghentikan terapi sebagai akibat karena pasien telah
merasa sembuh atau efek samping yang tidak diterima oleh
pasien

Solusi :
Konseling tentang akibat negatif apabila obat digunakan tidak
benar
Genetik
• Ilmu yang mempelajari pengaruh faktor genetik terhadap
respon obat  farmakogenomik
• Faktor genetik penyebab keberagaman respon obat adalah
polimorfism enzim pemetabolisme
• N-asetiltransferase (enzim hati) yang berperan dalam proses
konjugasi mengkatalisis N-asetilasi (biasanya deaktivasi) dan
O-asetilasi (umumnya aktivasi) karsinogen arilamin dan amin
heterosiklik
• Individu (penotype slow asetilator)  INH, sulfonamid,
Procainamid, hidralazin  efek toksik
• Individu (penotype fast asetilator)  tidak ada hasil terapi -- >
dosis diperbesar
Toleransi (Ketergantungan)
• Suatu kondisi yang mana efektivitas obat berkurang apabila
diminum terus menerus
• Penyeybab : 1. Penurunan konsentrasi obat pada dosis tertentu
2. Konsentrasi obat sama pada reseptor
menunjukan penurunan efek akibat dikonsumsi
terus menerus
Patologi Penyakit
• PGK, gangguan hati dan gangguan sirkulasi darah,
gangguan tiroid, dan gastrointestinal serta keberadaan
penyakit lebih dari satu
• Untuk memperoleh respon sesuai dengan harapan
diperlukan dosis lazim perlu dimodifikasi
1. Penyakit saluran cerna
 Kecepatan dan atau jumlah obat yang diabsorpsi peroral ↓ karena:
• Perlambatan pengosongan lambung
• Percepatan waktu transit saluran cerna
• Malabsorpsi
• Metabolisme dalam saluran cerna

Prinsip Pemberian Obat:


1. Hindarkan obat iritan pada keadaan stasis/ hipomotilitas
saluran cerna (KCl, aspirin, NSAID)
2. Hindarkan sediaan lepas lambat & sediaan salut enterik
pada keadaan hiper/hipomotilitas saluran cerna.
3. Berikan levodopa kombinasi dengan karbidopa
4. Sesuaikan dosis dengan respon klinik atau bila perlu
periksa kadar obat dalam plasma
2. Penyakit kardiovaskular
 Pe↓ distribusi obat & aliran darah ke hepar & ginjal utk
eliminasi obat  kadar ↑↑ dlm darah  efek toksik

Prinsip umum pemberian obat:


1. Turunkan dosis awal & dosis penunjang
2. Sesuaikan dosis dengan respon klinik.
3. Penyakit hati
Pe↓ metabolisme obat di hati & sintesis protein plasma 
kadar ↑↑ dalam darah & jaringan  efek toksik
Pe↑ sensitivitas reseptor di otak terhadap:
• Hipnotik-sedatif, analgesik-narkotik
• Diuretik  hipokalemi
• Obat dengan ES konstipasi
Encephalopathy hepatic
Pe↓ sintesis faktor2 pembekuan darah  pe↑ respon
terhadap antikoagulan oral.
Prinsip umum penggunaan obat:
1. Pilih obat yang eliminasi melalui ekskresi ginjal
2. Hindarkan penggunaan obat:
• mendepresi SSP : morfin
• Diuretik tiazid & diuretik kuat
• Obat  konstipasi
• Antikoagulan oral
• Kontrasepsi oral
• Obat2 hepatotoksik
(sedatif paling aman : oksazepam, lorazepam)

3. Gunakan dosis lebih rendah dari normal.


4. Penyakit Ginjal
 Pe↓ ekskresi obat aktif/metabolit aktif melalui ginjal  kadar
↑↑ dlm darah & jar.  efek toksik
Pe↓ kadar protein plasma (sindr nefrotik) atau mengurangi
ikatan protein plasma
Ubah keseimbangan elektrolit
↑ kadar obat bebas dalam darah
↑ sensitivitas jaringan terhadap bbrp obat
↓ efektivitas obat
Prinsip umum penggunaan obat:
1. Pilih obat yang eliminasi  metab. Hati
2. Hindarkan penggunaan :
• Tetrasiklin
(kec Doksisiklin & Minoksiklin  monitor ginjal)
• Diuretik hemat K, Thiazid
• ADO
• Aspirin
3. Gunakan dosis lbh rendah dari normal

faktor penyesuaian dosis Giusti-Hayton (G)


Usia dan Berat badan
• Perubahan farmakokinetika termasuk penurunan Cl renal dan
hepatik, peningkatan volume distribusi obat bersifat hidrofob,
dapat memperpanjang waktu paruh oabt
• Berat badan meningkat cepat dari usia anak-anak sampai
pancaroba, selanjutnya setelah usia 50 tahun berat badan
akan menurun secara perlahan.
• Vd, Cl dan regimen dosis berhubungan erat dengan berat
badan.
• Bila terjadi penyimpangan, penyesuaian dosis hanya
diperlukan bila berat badan menyimpang 30% lebih dari berat
normal
• Bayi Baru Lahir (Neonate) yaitu usia di bawah 2 bulan
Bayi baru lahir dengan berat badan 3,18 kg umumnya hanya membutuhkan dosis
sebanyak 12,5 % dari dosis dewasa, karena organ-organ tubuh masih dalam
pertumbuhan.
• Bayi (Infant) yaitu usia antara 2 bulan sampai dengan 1 tahun dengan berat badan
4,54 – 9,98 kg dengan alasan yang sama seperti point 1) membutuhkan dosis
sekitar 15-25 % dari dosis dewasa.
• Anak-anak yaitu usia antara 1 sampai dengan 12 tahun dengan berat badan 9,98-
35,52 kg membutuhkan dosis sebanyak 25-75 % juga disebabkan karena fungsi
organ belum sempurna.
• Pancaroba (Adolescent) yaitu usia antara 12 sampai dengan 20 tahun. Dosis obat
untuk kelompok usia ini adalah sebesar perbandingan antara usia dengan dewasa
(n/20) dikalikan dengan dosis dewasa
• Dewasa (Adult) yaitu usia 20 tahun ke atas. Untuk kelompok pasien ini, regimen
dosis obat sesuai dengan yang direkomendasikan di literatur, kecuali terdapat
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika
obat.
• Usia lanjut (Elderly) yaitu usia 60 tahun ke atas
NEONATUS DAN BAYI PREMATUR
Fs Farmakokinetik belum sempurna
1. Fs. Biotransformasi hati
(Glukuronidasi, hidroksilasi)
2. Fs. Ekskresi ginjal
(filtrasi glomerulus, sekresi tubuh = 60-70%)
3. Kapasitas ikatan Protein ↓↓
4. Sawar darah otak & sawar kulit belum
sempurna
5. Pe↑ sensitivitas reseptor thd beberapa obat.

- kadar obat ↑↑ dalam darah & jaringan


- respon berlebihan/efek toksis.
Prinsip umum penggunaan obat:
1. Hindarkan Sulfonamid. Aspirin, heksaklorofen, morfin,
barbiturat IV, kloramfenikol, aminoglikosida, oksigen.
2. Gunakan dosis < dari dosis yang dihitung berdasarkan
luas permukaan tubuh.
2. USIA LANJUT
Perubahan respon  faktor-faktor:
1. Perubahan fs farmakokinetik
- Pe↓ fungsi ginjal
( 65 th  filtrasi ↓ ± 30%)
- Pe↓ kapasitas metabolisme beberapa obat
- Pe↓ kadar albumin plasma
- BB ↓
- Lemak tubuh ↑
- Pe↓ absorpsi aktif
Kadar obat ↑↑ & lama dlm darah & jar
2. Perubahan fs farmakodinamik
- Pe↑ sensitivitas reseptor, t.u di otak
(obat yang bekerja sentral)
- Pe↓ mekanisme homeostatik
(obat antihipertensi)
- Adanya berbagai penyakit
- Penggunaan banyak obat  me↑ interaksi
obat

Respon berlebihan/ efek toksis/ efek samping


Prinsip umum penggunaan obat:
• Berikan obat sesuai indikasi yang tepat
• Berikan obat dengan rasio manfaat-risiko paling
menguntungkan
• Mulai obat-obatan dengan dosis ½ < dosis biasa.
• Sesuaikan dosis dengan respon klinik
• Berikan regimen dosis sederhana & sediaan obat yang
mudah ditelan
• Periksa berkala obat-obatan, stop obat yang tidak perlu.
Formulasi
• Formulasi dan proses yang digunakan untuk memproduksi
obat dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan zat aktif,
sehingga mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang
masuk ke sirkulasi sistemik
• Produksi sesuai CPOB  obat yang seragam  pelepasan
dan absorbsi seragam  efek farmakologi seragam pula
Rute Pemberian
• Perbedaan rute pemberian bukan hanya mempengaruhi
konsentrasi lokal dan sistemik tetapi juga dapat
mempengaruhi konsentrasi metabolit sistemik.
Interaksi Obat
• Polifarmasi  pengobatan pasien yang menderita lebih dari
satu penyakit atau meningkatkan efek terapi
• Namun, kombinasi obat sering menimbulkan interaksi secara
FK dan FD
Faktor penyesuaian dosis Giusti-Hayton (G)
Clcr, F
G = 1 – fr ( 1 – )
Clcr, N

fr = fraksi obat yang diekskresi utuh dalam urin


(individu normal)
ClCr F = Bersihan kreatinin penderita dengan ggn
fs ginjal (diketahui)
ClCr N = Bersihan kreatinin penderita dengan fs ginjal
N adalah 100 ml/mnt
Utk menghitung bersihan Kreatinin pd pendr dg ggn fs ginjal,
digunakan persamaan Cockroft-Gault:
ClCr F = (140 – umur (th)) x BB (kg)
72 x kdr serum kreatinin pasien (mg%)

Utk wanita dikalikan dengan correction factor 0,85


CONTOH KASUS:
Seorang penderita dengan gangguan fs ginjal
mendapat th/ vankomisin.
Fr vankomisin = 0,79
ClCr F = 25 ml/mnt per 70 kgBB
G = 1 – 0,79 ( 1- 25/100)
= 1 – 0,79 ( 1 – 0,25) = 0,41
Mis th/ vankomisin penderita dengan fs ginjal N 1000
mg IV per infus 2 kali /hr
G = 0,41  0,41 X 1000 mg = 410 mg
Jd 410 mg IV per infus 2 kali/hr (dosis Vankomisin untuk
pendr dengan ggn fs ginjal)
Contoh obat2 yag sering menimbulkan masalah
bioavailabilitas
• Digoxin
• Fenitoin
• Dikumarol
• Tolbutamid
• Eritromisin
• Amfoterisin B
• Nitrofurantoin
EFEK PLASEBO
Respon th/ obat : - efek farmakologik obat
- efek plasebo
• Berbeda scr individual
• Berubah dari waktu ke waktu
• Menguntungkan/merugikan

PENGARUH LINGKUNGAN
Mempengaruhi respon penderita
 kebiasaan (rokok, alkohol)
 sos-bud (pekerjaan, tempat tinggal)

Anda mungkin juga menyukai