Anda di halaman 1dari 22

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI T

A
LANJUT O
B
N
A
IA
D
SE
N K
A U
U T
L N
U E
H B
A N
D A
N G
N
PE N A
A C
D N
A
R
PENGERTIAN SEDIAAN FARMASI

menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang No.


36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(selanjutnya UU Kesehatan) adalah obat, bahan
obat, obat tradisional, dan kosmetika.
ditemukan Serangkaian
OBAT
pengujian

Keamanan Khasiat Toksisitas


Bentuk Sediaan
yang sesuai
dengan zat aktif
obat

MUTU OBAT
MUTU OBAT
Dipengaruhi oleh:
1. Kualitas bahan dasar, baik bahan berkhasiat maupun eksipien
dalam formula
2. Proses Pengolahan (Manufacturing process)
3. Formulasi yang sesuai
4. Wadah untuk penyimpanan obat jadi
5. Suasana lingkungan untuk pengolahan obat
6. Suhu dan cara penyimpanan
7. Personalia yang terlibat dalam proses produksi dan pengujian
Investigasi mutu sediaan obat diperlukan untuk hal-hal sebagai
brikut:
- Kandungan zat aktif yang harus sama setiap dosis
- Tidak boleh ada zat yang tidak diinginkan
- Efikasi dan efek terapetik harus terjaga sampai tanggal
kadaluarsa

Bentuk awal zat aktif adalah :


- Serbuk kiristalin
- Amorf
- Cairan
Bergantung pada formulasinya, sifat suatu zat
aktif dapat berubah secara drastis, baik itu
dalam penyimpanan dan pada penggunaan.

Sebagai contoh :
Suatu zat aktif sensitif-asam harus
diformulasikan sedemikian sehingga dapat
melewati lambung tanpa mengalami
kerusakan.
ISTILAH-ISTILAH DALAM FORMULASI OBAT
- Zat aktif adalah senyawa yang memiliki efek
farmakologi didalam organisme, mungkin asli alami,
seperti ekstrak dari tanaman atau dari kelenjar
hewan, hormon, sera, atau mineral.
- Zat aktif sintesis adalah zat aktif yang dimodifikasi
secara kimia setelah didapatkan.
- Eksipien adalah zat tambahan atau zat yang
membantu zat aktif.
- Bentuk sediaan obat terdiri dari zat aktif dan
eksipien, yang dapat diformulasi menjadi serbuk,
tablet, suppositoria, ointment dan lain-lain.
- Jika bentuk sediaan obat sudah dikemas dan dijual
dengan nama perdagangan, maka bentuk sediaan
tersebut menjadi sediaan farmasi yang khas.
APLIKASI BENTUK SEDIAAN OBAT
BERDASARKAN SISTEM PENGHANTARAN OBAT
Rute Pemberian Bentuk Sediaan Obat
Oral Tablet
Kapsul
Larutan
Sirup
Eliksir
Suspensi
Bubuk/serbuk/puyer

Sublingual Tablet
Rute Pemberian Bentuk Sediaan Obat
Parenteral Larutan
Suspensi
Mikroemulsi
Nanoemulsi
Epikutan/Transdermal Salep
Krim
Pasta
Plester
Serbuk
Aerosol
Lotion
gel
Intraokular Larutan
Suspensi
Rute Pemberian Bentuk Sediaan Obat
Intranasal Larutan
Semprot
Inhalan
Intrarespiratori Aerosol
Rektal Larutan
Salep
Suppositoria
Vaginal Larutan
Salep
Busa-busa emulsi
Ovula
BENTUK SEDIAAN OBAT BERDASARKAN
KLASIFIKASINYA SECARA FISIK
Wujud Zat Bentuk Sediaan Obat
Padat (Solid) Serbuk
Tablet
Kapsul
Suppositoria
Ovula
Cair (Liquid) Larutan
Suspensi
Sirup
eliksir
Semipadat (Semisolid) Salep
Gel
Krim
Pasta
Gas Aerosol
Spray
RANCANGAN BENTUK SEDIAAN OBAT

Sifat fisikokimia
Faktor pasien
bahan obat

Pemilihan
Bentuk
sediaan

Preformulasi
FAKTOR BAHAN OBAT

1. Sifat fisikokimia bahan obat


2. Hubungan aktivitas /struktur kimia obat
3. Sifat Farmakokinetik bahan obat
4. Bentuk Sediaan yang paling stabil
Sifat Fisikokimia Bahan Obat
1. Bahan obat higroskopis seperti Natrii Bromidum diberikan
dalam bentuk solutio
2. Bahan obat tidak larut dalam air diberikan dalam bentuk
padat, tidak dalam bentuk cair kecuali yang digunakan dalam
bentuk lainnya, seperti bentuk ester pada chloramfenikol yang
sifatnya larut dalam air.
3. Bahan obat yang dirusak oleh getah lambung maka diberi
dalam bentuk injeksi. Contoh penisillin G.
4. Bahan obat yang tidak diabsorbsi bila diberikan melalui oral
maka obat akan diberikan melalui injeksi atau topikal. Contoh
gentamisin.
Hubungan aktivitas/struktur kimia obat.

Contoh:
1. Derivat barbiturat Thiopental diberikan
bentuk injeksi.
2. Derivatbarbiturat Fenobarbital diberikan
melalui oral dalam bentuk tablet, kapsul dan
puyer.
Sifat farmakokinetik bahan obat
Obat yang mengalami ‘first pass effect” pada
hati kurang efektif bila diberikan melalui
oral.

Misal: nitrogliserin dan isosorbid dinitrat maka


diberikan sebagai tablet sublingual.
Bentuk Sediaan yang paling stabil

Contoh: Vitamin C tidak stabil dalam cairan


maka digantikan oleh bentuk padatnya yang
sifatnya lebih stabil.
FAKTOR PASIEN/PENDERITA
1. Penderita
 Bayi kurang dari 1 tahun
Pemberian oral, apabila BSO cair sebaiknya dipilih tetes (guttae oral) karena
volume pemberiaanya kecil, sedangkan BSO padat dipilih pulveres (puyer).
Bentuk sediaan khusus : injeksi atau supositoria
 Anak 1-5 tahun
Pemberian oral, apabila BSO cair dipilih solusio, sirup, suspensi, emulsi, sedangkan
BSO padat dipilih pulveres.
Bentuk sediaan khusus yaitu : injeksi atau supositoria
 Anak 5-12 tahun
Pemberian oral, apabila BSO cair dipilih solusio, suspensi, emulsi sedangkan BSO
padat dipilih pulveres, kapsul atau tablet (apabila dapat menelan).
Bentuk sediaan khusus: injeksi, supositoria, inhalasi/aerosol
 Dewasa Semua BSO yang ada
 Manula Semua BSO yang ada, kecuali apabila tidak dapat menelan tablet/kapsul
maka dipilih BSO cair
2. Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja
- Efek lokal : bentuk sediaan yang dipilih adalah solutio, mixtura,
unguentum, krim, pasta.
- Penyerapan atau penetrasi obat melalui kulit : bentuk sediaan ijeksi,
linimentum, unguentum, krim dengan vehikulum tertentu.
- Efek sistemik: bentuk sediaan injeksi, bentuk sediaan cair atau padat
yang diberikan per oral atau rektal.
3. Kecepatan atau lama kerja obat yang dikehendaki:
- Obat bentuk injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk sediaan per oral atau
per rektal.
Contoh : kecepatan penyerapan aminofillin dari berbagai bentuk sediaan
injeksi>solutio>pulveres>kapsul.
- Obat Sustained Release (kapsul atau tablet) bekerja lebih lama daripada tablet
atau kapsul biasa; pemberian obat cukup satu atau dua kali dalam sehari.

4. Keadaan umum penderita


- Penderita tidak sadar dipilih bentuk sediaan injeksi atau rektal
- Penderita sadar maka lebih baik diberikan bentuk sediaan oral
- Penderita sadar tetapi tidak dapat diberikan pengobatan secara per oral seperti
pada pasien hiper-emesis post operasi saluran cerna maka pilihlah bentuk sediaan
injeksi atau rektal.
5. Bentuk Terapeutik obat yang optimal dan efek samping yang
minimal bagi penderita:
-Emetin HCl, morfin HCl diberikan dalam bentuk injeksi tidak
dalam bentuk oral
- Vitamin C dalam bentuk cair akan lebih mudah terurai maka
diberikan dalam bentuk padat.

6. Bentuk sediaan paling cocok bagi penderita dari segi rasa:


- Sangat pahit (mudah larut) tidak diberikan bentuk obat minum
(cair) atau kecuali bentuk esternya yang tidak pahit seperti
kloramfenikol.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai