Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sarana untuk menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian adalah


industri farmasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, yang dimaksud
dengan industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan baku obat
(Menkes RI, 2010).
Industri Farmasi dalam seluruh aspek kegiatan pembuatan obat dan/ atau
bahan obat wajib menerapkan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak, kualifikasi dan validasi (Badan POM RI, 2012).
Personalia, yang salah satunya adalah apoteker dalam industri farmasi
memegang peranan penting untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan.
Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam
pedoman CPOB, yaitu memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang
Apoteker Warga Indonesa yang masing-masing berperan sebagai penanggung
jawab (Kepala Bagian) produksi, penanggung jawab (Kepala Bagian) pengawasan
mutu dan penanggung jawab (Kepala Bagian) manajemen mutu (pemastian mutu).
Untuk menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Badan POM RI, 2012).

1.2 Tujuan

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri Farmasi ini bertujuan:


a. Mempersiapkan Apoteker secara professional, handal, dan mandiri serta
mampu menghadapi tantangan dimasa yang akan datang.

1
b. Memberikan gambaran tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi
Apoteker, situasi dan kondisi di Industri farmasi.
c. Mempelajari, memahami, mengetahui, tugas dan tanggung jawab Apoteker
di Industri farmasi baik dibidang managereal dan penerapan CPOB.
d. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
1.3 Manfaat

Manfaat dari Praktik Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi antara lain:
a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
industri farmasi.
c. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.
1.4 Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal
04 Maret – 28 Maret 2019 di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang
berlokasi di Jalan Sisingamangaraja XII, Km. 9 No. 59, Kel. Timbang Deli, Kec.
Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Farmasi

2.1.1 Pengertian Industri Farmasi

Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri
kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri
Farmasi harus membuat obat sesuai aturan CPOB agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan konsumen, baik
karena ketidakamanan, ketidakefektifan, maupun mutu obat yang substandar
(Kemenkes RI, 2010).
2.1.2 Persyaratan Industri Farmasi

Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
Industri Farmasi. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh Izin
Industri Farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah
Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang bertugas dan bertanggung
jawab dalam pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan (Kemenkes RI, 2010).
Persyaratan untuk memperoleh Izin Industri Farmasi tercantum dalam
Permenkes RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi,
adalah sebagai berikut :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.

3
2.2 Sistem Mutu Industri Farmasi

Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji
Klinik, jika diperlukan, dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
pasien pengguna disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak
memadai. Industri farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan
tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau pabrik untuk
mencapai kepatuhan terhadap regulasi.
Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran mutu, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada semua tingkat
diberbagai departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan distributor. Untuk
mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu yang didesain
secara komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup Cara Pembuatan
Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah
didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya. Semua bagian
Sistem Mutu hendaklah didukung ketersediaan personel yang kompeten,
bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.Tambahan
tanggung jawab legal diberikan kepada pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) dan
kepada Pemastian Mutu (Badan POM RI, 2018).
2.2.1 Menejemen Mutu

Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang


menentukan dan mengimplementasikan kebijakan mutu, yang merupakan
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi dan menyatakan
arahan serta komitmen terhadap mutu produk (Badan POM RI, 2013).
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya, dan
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Badan
POM RI, 2012).

4
2.2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat
bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan
mutu obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya (Badan POM RI, 2012).
2.2.3 Pemastian Mutu

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya (Badan POM RI, 2012).
Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Pemastian Mutu (QA):
1. Pengkajian semua dokumen yang digunakan dalam produksi pengemasan
termasuk penyimpangan yang terjadi dalam produksi.
2. Memastikan pemeriksaan sudah dilakukan dengan metoda analisa yang benar
dan telah tervalidasi.
3. Memastikan produksi sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
tervalidasi.
4. Memastikan obat yang diproduksi aman selama dalam masa edarnya.
5. Memastikan semua mesin, sarana penunjang beroperasi menghasil produk
sesuai spesifikasi dan telah terkualifikasi.
2.2.4 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan


sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya (Badan POM RI, 2012).

5
2.2.5 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,


kontruksi, letak yang memadai dan kondisi yang sesuai, serta perawatan yang
dilakukan dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil
terjadinya resiko kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat (Badan POM RI, 2012).
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah
diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan sesuai Tabel 1.
Tabel 1. Kelas kebersihan ruangan

Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan


produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
non-steril (Badan POM RI, 2012).
2.2.6 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan


konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke-
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

6
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk (Badan POM RI, 2012).
Rancangan bangunan dan kontruksi peralatan hendaklah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,
produk jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi atau mengasorbsi, yang dapat
mengubah identitas, mutu atau kemurniannya di luar batas yang ditentukan.
b. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap
produk.
c. Bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus, seperti pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah.
d. Peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam
maupun bagian luar.
e. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan
mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi
menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
f. Peralatan hendaknya dirawat sesuai jadwal yang tepat.
g. Alat-alat harus dikalibrasi dan divalidasi untuk menjamin kelancaran kerja.
h. Daerah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan yang mudah
terbakar hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap
eksplosi serta dibumikan dengan sempurna (Badan POM RI, 2012).
2.2.7 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada


setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup meliputi personalia, bangunan,
peralatan dan kelengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang
dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh serta
terpadu. Prosedur pembersihan, sanitasi dan hygiene hendaklah divalidasi serta
dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur dan selalu
memenuhi persyaratan (Badan POM RI, 2012).
2.2.8 Produksi

7
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (Badan POM RI, 2012).
Selain itu, produksi baiknya dilakukan dan diawasi oleh personil yang
kompeten, mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap
produk akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia,
bangunan, peralatan, kebersihan dan higienitas sampai dengan pengemasan.
Prinsip utama produksi adalah:
a. Adanya keseragaman atau homogenitas dari bets ke bets.
b. Proses produksi dan pengemasan senantiasa menghasilkan produk yang
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
diproduksi maupun yang akan diproduksi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam produksi antara lain:
(i) Pembelian Bahan Awal
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan
jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan
mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan,
dan tanggal daluarsa.
(ii) Pencegahan Pencemaran Silang
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Resiko pencemaran silang ini
dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, uap, percikan atau organisme
dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada
alat dan pakaian kerja operator. Pencemaran silang hendaklah dihindari
dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, antara lain:
a. Produksi di dalam gedung yang terpisah (diperlukan untuk produk seperti
penisilin, hormon, sitotoksik, dan produk biologi).
b. Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara.
c. Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area dimana produk yang
beresiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses.

8
d. Melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang efektif.
(iii) Penimbangan dan Penyerahan
Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara
dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan
memerlukan dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh
pengawasan mutu dan masih belum kadaluarsa yang boleh diserahkan.
(iv) Pengembalian
Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang
penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar.
(v) Pengolahan produk antara dan produk ruahan
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
dipakai. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti
prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dilaporkan. Semua
produk antara dan ruahan diberi label.
(vi) Kegiatan Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.
Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi
yang diberikan dan menggunakan bahan pengemasan yang tercantum dalam
prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan hendaklah dicatat dalam
catatan pengemasan bets.
(vii) Pengawasan Selama Proses
Pengawasan selama proses hendaklah mencakup :
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada saat
awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.
b. Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu
yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam
prosedur pengemasan induk.
(viii) Karantina Produk Jadi

9
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengolahan bets
memenuhi spesifikasi yang ditentukan (Badan POM RI, 2012).
2.2.9 Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk


memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk (Badan POM
RI, 2012).
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan mempunyai tanggung
jawab, antara lain:
a. Membuat dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
b. Menyimpan sampel pembanding dari bahan,
c. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk,
d. Ikut serta pada investigasi/ pengkajian dari keluhan yang terkait dengan mutu
produk.
Personil, bangunan dan fasilitas serta peralatan laboratorium hendaklah
sesuai untuk jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.
Kegiatan bagian Pengawasan Mutu yang dipersyaratkan dalam CPOB adalah
sebagai berikut:
a. Penanganan baku pembanding
b. Penyusunan spesifikasi dan prosedur pengujian
c. Penanganan contoh pertinggal
d. Validasi
e. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi
meliputi spesifikasi, pengambilan contoh, pengujian untuk bahan-bahan
tersebut, serta in process control
f. Pengujian ulang bahan yang diluluskan
g. Pengujian stabilitas
h. Penanganan terhadap keluhan produk dan produk kembalian.

10
Bagian Pengawasan Mutu memiliki wewenang khusus untuk
memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku,
produk obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat. Dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang diterapkan bagian Pengawasan Mutu hendaklah
menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan
digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan (Badan
POM RI, 2012).
2.2.10 Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali
Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedurtertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif (Badan POM RI, 2012).
Keluhan dapat ditangani dengan:
a. Menunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan
memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai
untuk membantunya.
b. Tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut
yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam
menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat.
c. Memberikan perhatian khusus untuk menetapkan apakah keluhan disebabkan
oleh pemalsuan.
d. Mencatat tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk mencakup rincian
mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam.
Pelaksanaan penarikan kembali produk:
a. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan.
b. Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah
dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali
dengan segera.
c. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat,
efektif dan tuntas.

11
d. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan
cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi. Produk yang ditarik
kembali diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area yang aman sementara
menunggu keputusan terhadap produk tersebut (Badan POM RI, 2012).
2.2.11 Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi


manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang sangat penting
dari pemastian mutu. Sistem dokumentasi yang dirancang/digunakan hendaklah
mengutamakan tujuannya, yaitu menentukan, memantau dan mencatat seluruh
aspek produksi serta pengendalian dan pengawasan mutu (Badan POM RI, 2012).
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa tiap personil
menerima uraian tugas secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko
terjadinya kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan
komunikasi lisan. Dokumen Produksi Induk/Formula pembuatan, prosedur,
metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia
secara tertulis (Badan POM RI, 2012).
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas


atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja
sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Kualifikasi peralatan
merupakan identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan
fungsinya, serta pemberian batasan nilai tertentu terhadap identitas atau sifat
tersebut.
Kualifikasi terdiri dari 4 tingkatan, yaitu:
1. Kualifikasi Desain
Untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau
bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangunan) sesuai
dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang berlaku. Jadi kualifikasi desain
dilaksanakan sebelum mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang

12
(termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli atau dipasang atau
dibangun.
2. Kualifikasi Instalasi
Untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang
diinstalasi atau dipasang sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen
pembelian, buku manual alat yang bersangkutan dan pemasangannya
dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Jadi, kualifikasi
instalasi dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi peralatan produksi
atau sarana penunjang.
3. Kualifikasi Operasional
Untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang
telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Jadi, Kualifikasi Operasional dilaksanakan setelah pemasangan
atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan
digunakan sebagai mesin atau peralatan percobaan.
4. Kualifikasi Kinerja
Untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang
telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan.
Pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara berurutan dan
berkesinambungan. Maka, pelaksanaan kualifikasi dimulai dari kualifikasi desain,
kemudian kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan yang terakhir
kualifikasi kinerja, tidak bisa dibolak-balik.
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian yang didokumentasi dengan
cara-cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan
perlengkapan yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu mencapai
hasil yang diinginkan. Cara-cara pelaksanaan validasi terbagi empat yaitu:
1. Validasi Prospektif (Prospective Validation).
Validasi ini dilakukan berdasarkan pada perolehan data pertama sesuai protokol
validasi yang direncanakan. Validasi ini berlaku untuk produk yang belum
beredar.
2. Validasi Konkuren (Concurrent Validation).

13
Validasi Konkuren adalah validasi yang dilakukan berdasarkan data otentik
yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sedang dilaksanakan.
Validasi ini berlaku pada produk yang sedang beredar.
3. Validasi Retrospektif (Retrospective Validation).
Validasi Retrospektif adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang
diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai
menurut prinsip statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah beredar.
4. Validasi Ulang (Revalidation).
Validasi Ulang adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan baku,
proses pembuatan, dan mesin.

2.3 Registrasi Sediaan Farmasi

Dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak


memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan mutu perlu dilakukan registrasi
obat sebelum diedarkan. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi Obat
untuk mendapatkan persetujuan. (Badan POM RI, 2017).
2.3.1 Persyaratan Obat yang Beredar di Indonesia

Persyaratan obat yang beredar di Indonesia adalah:


a. Obat yang akan diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Edar.
b. Untuk memperoleh Izin Edar harus dilakukan Registrasi.
c. Registrasi diajukan oleh Pendaftar kepada Kepala Badan (Badan POM RI,
2017).
2.3.2 Kategori Registrasi

Registrasi terdiri atas:


a. Registrasi Baru;
Registrasi Baru adalah Registrasi untuk Obat yang belum mendapatkan Izin
Edar di Indonesia.
b.Registrasi Variasi;
Registrasi Variasi adalah Registrasi perubahan pada aspek administratif,
khasiat, keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang
telah memiliki Izin Edar di Indonesia.
c. Registrasi Ulang.

14
Registrasi Ulang adalah Registrasi perpanjangan masa berlaku Izin Edar
(Badan POM RI, 2017).
2.3.3 Masa Berlaku Izin Edar

Masa berlaku izin edar yaitu :


a. Izin edar dan persetujuan khusus ekspor berlaku paling lama 5 (lima) tahun
selama memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Dalam hal izin edar tidak diregistrasi ulang, obat tidak dapat diproduksi
dan/atau diedarkan, dan yang sudah beredar wajib dilakukan penarikan
kembali.
c. Dikecualikan dari ketentuan, untuk registrasi obat berdasarkan perjanjian/
penunjukan dengan masa kerja sama kurang dari 5 (lima) tahun, masa berlaku
izin edar sesuai dengan masa berlaku kerja sama dalam dokumen perjanjian.
d. Obat yang telah habis masa berlaku Izin Edarnya dapat diperpanjang selama
memenuhi kriteria (Badan POM RI, 2017).

15
BAB III
PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk.

3.1 Tinjauan Umum PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

3.1.1 Sejarah Perusahaan

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia


yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
keputusan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan,
pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah
perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia
Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF
diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi
PT. Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan terbuka, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

3.1.2.1 Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan Health care pilihan utama yang terintegrasi dan


menghasilkan nilai yang berkesinambungan.

3.1.2.2 Misi Perusahaan

16
a. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmasi dan layanan kesehatan serta
optimalisasi aset.
b. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Goverments dan Operational
Excellent didukung oleh SDM profesional.
c. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh Stakeholder.
3.1.2.3 Budaya Perusahaan

Untuk mewujudkan visi dan misi PT. Kimia Farma Diagnostika sebagai
perusahaan jasa diperlukan budaya kerja yang mengacu pada tata nilai dengan
motto I CARE yang bermakna “Saya Peduli ”yaitu:
Innovative :Think without the box.
Collaborative :Working together is the key to success.
Agile :Adapt and Move Quickly.
Responsible :Commited to Excellence.
Enthusiastic :Be Energetic.
Makna Logo adalah Logo menyerupai kincir angin yang artinya selalu
berputar, bergerak, mencari peluang baru, dan terus bersemangat tanpa henti serta
bersama saling menguatkan, bersinergi 5 kincir yang menjadi 1 akan memberi
manfaat untuk semua stakeholder dan memberikan energi positif ke seluruh
elemen dari masing-masing perputaran kincir.
Kincir dibuat menyerupai lingkaran di maksudkan agar berputar dan
mengembangkan perusahaan ke seluruh penjuru dunia.

17
3.2 Tinjauan Khusus PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

3.2.1 Personalia

Personalia pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri dari
berbagai tingkat pendidikan sesuai dengan kualifikasi/kompetensi yang telah
ditetapkan dalam jobdes masing-masing bagian. Struktur organisasi PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dapat dilihat pada lampiran 1.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dipimpin oleh seorang
Plant Manager yang merupakan Apoteker dan membawahi dua Assisten Manager
yang juga Apoteker yaitu Assisten Manager Produksi dan Assisten Manager
Pemastian Mutu (QA), dan satu orang Apoteker sebagai Supervisor Pengawasan
Mutu.
3.2.2 Bangunan dan Fasilitas

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dengan luas 18.313 m2
yang terdiri dari fasilitas:
a. Ruang perkantoran
b. Ruang laboratorium pengawasan mutu
c. Ruang produksi
d. Ruang pengemasan sekunder
e. Gudang bahan baku
f. Gudang bahan kemas
g. Gudang obat jadi
h. Ruang reject bahan baku, bahan kemas dan obat jadi
i. Sarana Penunjang seperti: HVAC, Udara bertekanan, SPA
PT. Kimia Farma Plant (Persero) Tbk. Plant Medan juga memiliki
Gudang masih berada di area produksi tetapi tidak berhubungan langsung dengan
bagian produksi. Di gudang terbagi atas beberapa ruangan dimana ruangan
tersebut saling berhubungan dan dilengkapi AC untuk menjaga suhu dan
kelembaban
ruangan. Adapun ruangan di gudang antara lain:
a. Ruang karantina bahan baku obat

18
Bahan baku yang datang dari vendor diletakkan diruang karantina terlebih
dahulu, disusun berdasarkan nomor bets dan diberi label kuning, setelah
dilakukan sampling oleh QC diberi label hijau jika dinyatakan lulus atau label
merah jika tidak sesuai persyaratan.
b. Ruang penyimpanan bahan baku yang telah diluluskan bagian pengawasan
mutu.
Gudang bahan baku mempunyai beberapa ruang penyimpanan dengan suhu
ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C), ruang AC/
cool room (20-25°C). Bahan baku ditimbang dan disediakan dengan sistem
First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
c. Ruang penyimpanan bahan pengemas dan etiket
Kemasan sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama seperti
bahan baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian
kualitas kemasan tersebut. Sistem FIFO dan FEFO juga diterapkan untuk
pengiriman kemasan sekunder untuk produksi.
d. Ruang penyimpanan produk jadi
Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk jadi adalah sebagai
berikut:
 Menerima, memeriksa produk dan dokumen
 Menata dan menyimpan produk
 Mengirimkan produk
 Menerima, memeriksa dan memasukkan data produk retur
e. Ruang Barang Reject
Bahan baku, kemas maupun produk jadi yang tidak sesuai persyaratan mutu
yang diharapkan akan diberi label merah dan di masukkan ke ruang barang
reject lalu dikunci.
f. Penerimaan barang
Bahan pesanan yang masuk dari pemasok kebagian gudang akan diperiksa
kesesuaian nomor pesanan, jenis, jumlah bahan sesuai dengan surat pesanan
oleh petugas gudang dan dikarantina terlebih dahulu dan diberi label kuning,
kemudian bagian gudang membuat surat permohonan periksa kebagian
pengawas mutu untuk melakukan pemeriksaan terhadap bahan tersebut. Bila

19
bahan tersebut memenuhi syarat akan diberi label hijau disertai Inspection
Report jika tidak memenuhi syarat akan diberi label merah serta dikembalikan
ke pihak pemasok dan gudang menerbitkan bukti retur. Bahan baku yang telah
diluluskan oleh bagian pengawasan mutu akan disimpan di ruang penyimpanan
bahan baku dan dicatat ke dalam kartu stok, begitu juga dengan bahan
pembantu.
g. Pengeluaran Barang
Bahan-bahan akan dikeluarkan bagian gudang kebagian produksi untuk
ditimbang setelah adanya surat perintah pengeluaran bahan baku dan bahan
pengemasan dari PPPI. Setelah obat jadi selesai diproduksi dan dikemas,
bagian gudang akan menyimpan obat jadi di ruang penyimpanan obat jadi dan
akan mengeluarkannya untuk dikirim. Bahan-bahan yang ada di gudang
akan dilakukan pemeriksaan ulang sesuai dengan jenis bahan dan telah
dicantumkan dalam Inpection Report dan Sistem SAP.
3.2.3 Sanitasi dan Hygiene

Sanitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap mesin/peralatan dan


lingkungan guna mendapatkan derajat kebersihan yang diinginkan, sedangkan
hygiene adalah upaya yang dilakukan terhadap karyawan guna mendapatkan
derajat kebersihan yang baik bagi kesehatan hidup karyawan.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan sudah menerapkan
prosedur sanitasi dan hygiene dengan cukup baik. Personil membersihkan diri
sebelum masuk ruang produksi, kemudian memakai pakaian yang sesuai
dilengkapi dengan sarung tangan, masker, penutup kepala serta alas kaki khusus
untuk keselamatan kerja dan mencegah kontaminasi terhadap obat yang sedang
diproduksi. Kesadaran tiap personil untuk menjaga kebersihan dirinya sangat
penting saat melakukan produksi.
Bangunan produksi dilengkapi dengan toilet yang dilengkapi dengan
ventilasi yang baik dan lokeruntuk menyimpan pakaian petugas serta tersedianya
tempat sampah bertutup dalam jumlah yang memadai. Selain itu, sebelum
produksi obat dimulai maka dilakukan line clearance supaya tidak terjadi
kontaminasi silang. Setiap kali sebelum dipakai, kebersihan alat diperiksa untuk

20
memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dibersihkan.
3.2.4 Pengendalian Proses Produksi (PP)

Tugas dan fungsi dari PP yaitu :


a. Melakukan evaluasi dan konfirmasi pesannan dari
marketing, PP akan mengadakan perencanaan bahan dan proses produksi
sesuai pesanan dari bagian
marketing tiap perode triwulan.
b. Menghitung dan merencanakan kebutuhan bahan baku
berdasarkan buffer stock.
c. Mengendalikan stok bahan baku agar efektif dan efisien.
d. Melakukan perencanaan jadwal per triwulan untuk
seluruh item.
e. Mengendalikan proses produksi agar efektif, efisien dan
sesuai jadwal.
Dasar perencanaan adalah pesanan marketing kantor pusat di Jakarta per
triwulan. PP menghitung kebutuhan bahan baku dan kemasan yang dibutuhkan
dengan memperhatikan stok bahan yang ada persediaan gudang, stok produk
ruahan atau produk setengah jadi dan stok produk jadi sehingga diketahui bahan
yang akan dipesan, selanjutnya PP mengeluarkan Surat Permintaan Pembelian
Bahan (SPPB) ditujukan kepada supervisor pembelian.
Supervisor pembelian membuat pesanan ke pengadaan kantor pusat di
Jakarta ataupengadaan langsung dari supplierdi Medan. Bagian pembeliaan akan
memilih pemasok yang paling murah tetapi memenuhi spesifikasi bahan yang
diminta.
Barang pesanan yang datang diterima oleh bagian gudang diarea
penerimaan barang disini dilakukan pemeriksaan kecocokan nomor pesanan
dengan barang yang datang, jumlah, spesifikasi bahan yang diminta sesuai arsip
pesanan. Bahan tersebut kemudian disimpan di gudang karantina ada bukti
penerimaan barang sementara dan diberi label status label kuning.
Selanjutnya petugas penyimpanan membuat surat permohonan periksa ke
bagian pengawasan mutu untuk melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap

21
bahan tersebut. Bila barang tersebut memenuhi spesifikasi akan diberi label hijau
kemudian masuk kegudang bahan baku, jika tidak memenuhi spesifikasi diberi
label merah dan dikembalikan ke pihak pemasok.
Setelah semua bahan yang dipesan lengkap, maka PP membuat Surat
perintah Kerja (SPK) ke bagian produksi yang ditandatangani pimpinan. SPK
dilampiri Catatan pengolahan batch, catatan pengemasan batch, Surat Perintah
Pengeluaran Bahan Baku (SPPBB) dan bahan pengemasan (SPPBK) . SPK dibuat
rangkap 4 dengan distribusi ke produksi, penyimpanan, laboratorium dan arsip.
Obat jadi yang selesai dikemas kemudian dikirim ke gudang karantina
untuk dilakukan finished pack analysis oleh petugas pengawasan mutu kemudian
bersamaan dengan itu bagian pemastian mutu akan memeriksa kebenaran
dokumen kemudian masuk kegudang obat jadi.
3.2.5 Produksi

Produksi adalah semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan


awal, pengolahan sampai menghasilkan obat jadi. Kegiatan produksi ini dilakukan
di area tertutup dan tidak berhubungan langsung dengan bagian gudang ataupun
perkantoran.
Tugas dari bagian produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan:
1. Melaksanakan pembuatan obat sesuai dengan surat perintah kerja (SPK) dari
bagian PP, mulai dari permintaan bahan baku ke gudang, penimbangan,
pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat jadi ke gudang obat jadi
sesuai dengan prosedur yang tertulis pada prosedur tetap (Protap).
2. Melaksanakan dokumentasi atas semua tindakan yang dilakukan selama proses
pengolahan dan pengemasan dengan berpedoman pada Protap.
Sebelum dimulainya kegiatan produksi, petugas yang terlibat dalam
kegiatan produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian
bersih, penutup kepala, mulut, dan mendesinfeksi tangan dengan desinfektan yang
tersedia sebelum memakai sarung tangan. Juga dilakukan pemeriksaan oleh
bagian pengawasan mutu meliputi kebersihan alat dan ruangan (line clearance)
yaitu :
a. Pemeriksaan kebersihan dan kesiapan alat/mesin
1. Label kalibrasi

22
2. Label alat/mesin sudah dibersihkan
b. Kebersihan dan kesiapan ruangan
1. Tidak ada produk sebelumnya
2. Label ruangan sudah dibersihkan
c. Kesesuaian dokumen
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi:
1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, di mana kegiatan
pembersihan dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegitan produksi dan
sesudah selesai kegiatan produksi.
2. Peralatan yang digunakan dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum
dan sesudah dilakukan kegiatan produksi.
3. Suhu dan kelembaban serta tekanan ruangan produksi telah sesuai dengan
kualifikasi ruangan.
4. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang
cukup agar kegiatan produksi berjalan lancar.
5. Pelaksana produksi harus memberi label dan status yang jelas pada produk
yang diproses serta menempel label apabila telah selesai produksi.
6. Dokumen produksi seperti Catatan Pengolahan Bets (CPB) harus selalu
mengikuti produk yang diolah.
Pengambilan bahan ke penyimpanan menggunakan CPB dan material
request, petugas melakukan penimbangan dan menyerahan bahan sesuai dengan
yang ditulis pada material request tersebut. Selama produksi berlangsung
pelaksana produksi mencatat setiap tahapan produksi dalam Catatan Pengolahan
Bets atau Catatan Pengemasan Bets serta setiap kendala yang ditemui selama
produksi harus selalu dicatat yang bertujuan untuk dokumentasi produksi,
sehingga bila terjadi kekeliruan ataupun kesalahan pada proses produksi, dapat
segera diketahui pada proses mana kesalahan tersebut terjadi dan diambil tindakan
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Laporan proses produksi membuat nama sediaan, nomor bets, besar bets,
tahapan proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu bets

23
sediaan. Laporan proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu
tahapan proses produksi dan diketahui oleh supervisor produksi.
Obat yang telah selesai diproduksi akan dilakukan pengemasan primer
dibagian produksi yang selanjutnya diserahkan kebagian pengemasan melalui
pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi.
Area produksi di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri dari:
(i) Area Produksi Krim
Area ini telah memperoleh sertifikat CPOB.Area produksi ini terdiri dari
beberapa ruangan dimana setiap ruangan diatur suhu, kelembaban dan tekanan
udara dan pertukaran udara perjam sesuai dengan kualifikasi ruangan dan sistem
tata udara yang disyaratkan dalam CPOB.
Adapun ruangan yang termasuk area produksi krim terdiri dari:
a. Ruang Penimbangan Bahan
Fungsi untuk menimbang bahan baku dan bahan tambahan sesuai dengan
material request. Pada ruangan ini dilengkapi weighing booth, timbangan
digital yang terkalibrasi, dilengkapi dust collector. Tekanan udara di desain
negatif dari ruangan koridor. Ruang penimbangan ini dipakai untuk
menimbang bahan sediaan krim, tablet dan kapsul.
b. Ruang Penyimpanan Bahan Baku Sisa Penimbangan
Bahan baku sisa penimbangan tidak boleh dikembalikan ke ruang
penyimpanan tapi harus ditempatkan dalam area penyimpanan khusus di area
produksi. Tekanan udara ruang penyimpanan bahan baku sisa penimbangan
didesain negatif dari ruangan koridor.
c. Ruang Staging untuk Bahan Baku Setelah Penimbangan
Bahan-bahan yang telah ditimbang ditempatkan di staging area kemudian
diambil oleh petugas produksi untuk dilakukan proses produksi selanjutnya.
Tekanan udara Ruang staging untuk bahan baku setelah penimbangan didesain
negatif dari ruangan koridor.
d. Ruang Pencampuran Krim
Berfungsi untuk pembuatan massa krim, pada ruangan ini dilengkapi dengan
mesin vacuum homogenizer kapasitas 150 kg, tangki double jacket kapasitas
100 liter dan oil tank kapasitas 40 kg, ruangan dilengkapi dust collector. Setiap

24
tahapan dilakukan IPC meliputi pemeriksaan pemerian, pH, stabilitas,
homogenitas dan pemeriksaan kadar zat berkhasiat massa krim. Tekanan udara
ruang pencampuran krim di desain positif dari ruangan koridor.
e. Ruang Karantina Produk Antara
Untuk penyimpanan sementara produk antara menunggu pemeriksaan mutu
oleh
Pengawasan mutu. Tekanan udara ruang karantina produk antara negatif
dibanding koridor.
f. Ruang Pengisian Krim
Terdapat 3 ruangan pengisian krim dilengkapi mesin pengisian krim dengan
kapasitas 3000-4000 tube/jam dan timbangan digital untuk IPC. Tekanan udara
ruang pengisian krim didesain positif dari ruangan koridor. Pada awal
pengisian krim bagian pengawasan mutu melakukan pemeriksaan/pengujian
terhadap hasil pengisian krim yang meliputi: pemerian, bobot rata-rata, dan
simpangan baku relatif. Apabila memenuhi spesifikasi maka pengisian boleh
dilanjutkan.
g. Ruang Karantina Produk Ruahan
Pada ruang ini disimpan produk ruahan untuk menunggu pemeriksaan
laboratorium yang meliputi: pemerian, bobot rata-rata, simpangan baku relatif
dan kadar zat berkhasiat. Produk ruahan yang telah selesai diperiksa oleh
bagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder.
(ii) Area Produksi Tablet
Area produksi ini telah memiliki sertifikat CPOB produksi tablet. Area
produksi tablet terletak terpisah dari area produksi krim dan kapsul untuk
menghindari terjadinya pencemaran silang. Pada area produksi tablet juga terdapat
beberapa ruangan dimana setiap ruangan diatur suhu, kelembaban dan tekanan
udara dan pertukaran udara perjam sesuai dengan kualifikasi ruangan dan sistem
tata udara yang disyaratkan dalam CPOB dengan Air Handling Unit (AHU).
Pengaturan tekanan pada sediaan solid non betalaktam (tablet/kapsul) non
steril yaitu tekanan pada koridor lebih tinggi daripada tekanan ruang proses,
dengan tekanan udara lebih tinggi pada koridor, maka kotoran seperti debu- debu

25
yang berada dari ruang proses tidak akan masuk ke koridor sehingga disebut
clean coridor/koridor bersih.
Adapun ruangan pada area produksi tablet terdiri dari :
a. Ruang Granulasi
Berfungsi untuk proses serbuk menjadi granul. Diruang ini dilengkapi tangki
double jacket untuk membuat pengikat, mesin super mixer untuk granulasi
basah dan Fluid Bed Dryer (FBD) untuk pengeringan granul. Ruangan
dilengkapi dust collector. Setelah granul kering dilakukan pemeriksaan IPC
berupa pemeriksaan LOD dan selanjutnya dipindahkan ke ruangan staging
granul kering. Tekanan udara ruang granulasi basah didesain negatif dari
ruangan koridor.
b. Ruang Staging Granul Kering
Massa granul yang telah dikeringkan disimpan di ruang staging. Tekanan udara
ruang staging granul kering didesain negatif dari ruangan koridor.
c. Ruang Pengayakan Granul
Untuk mengubah granul kasar menjadi granul halus yang seragam sesuai
spesifikasi produk. Massa granul yang telah dikeringkan dan telah memenuhi
spesifikasi kemudian diayak dengan communiting fitz mill, ruangan dilengkapi
dust collector. Tekanan udara ruang pengayakan granul didesain negatif dari
ruangan koridor.
d. Ruang Pencampuran Akhir
Berfungsi untuk penambahan bahan pelicin, pengkilat dan bahan penghancur
luar atau bahan perasa. Massa granul yang telah diayakdicampur dengan bahan
pelicin, pengkilat dan bahan penghancur luar atau bahan perasa dimasukkan ke
dalam alat poli-mixer. Ruangan dilengkapi dust collector. Tekanan udara ruang
pencampuran akhir didesain negatif dari ruangan koridor.
e. Ruang Karantina Produk Antara Tablet
Tempat penyimpanan sementara massa cetak (produk antara) menunggu
pemeriksaan QC meliputi: pemerian, LOD, kadar zat berkhasiat. Tekanan
udara ruang karantina produk antara tablet didesain negatif dari koridor.
f. Ruang Pencetakan Tablet

26
Berfungsi untuk mencetak tablet. Terdapat 4 ruang cetak, masing-masing
ruangan terdapat 1 mesin cetak tablet dilengkapi timbangan digital untuk in
process control oleh operator. Ruangan dilengkapi dust collector, untuk
menghisap debu selama pencetakan. Setiap 15 menit operator harus memeriksa
keseragaman bobot. Pada awal pencetakan tablet bagian pengawasan
melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap hasil pencetakan yang meliputi:
pemerian, keseragaman bobot, friabilitas, waktu hancur, dan kekerasan tablet.
Apabila memenuhi spesifikasi maka pencetakan boleh dilanjutkan. Tekanan
udara ruang cetak tablet didesain negatif dari ruangan koridor.
g. Ruang Sortir Tablet
Tablet yang dihasilkan disortir dari debu dan juga bentuk tablet yang tidak
bagus/ pecah. Ruangan dilengkapi dust collector. Tekanan udara ruang sortir
tablet didesain negatif dari ruangan koridor.
h. Ruang Karantina Produk Ruahan Tablet
Tempat penyimpanan sementara produk ruahan menunggu pemeriksaan QC
meliputi: pemerian, keseragaman bobot, friabilitas, waktu hancur, kekerasan
tablet, kadar zat aktif dan disolusi. Tekanan udara ruang karantina produk
ruahan tablet didesain negatif dari ruangan koridor.
i. Ruang Penyetripan
Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dilakukan
penyetripan. Ruang ini dilengkapi mesin strip, mesin Ink Jet Print untuk
penandaan, dan alat pemeriksaan kebocoran strip. Ruangan dilengkapi dust
collector. Setiap 15 menit operator memeriksa kebocoran hasil stripping dan
kerapian penandaan. Tekanan udara ruang penyetripan didesain negatif dari
ruangan koridor.
Kegagalan dalam penyetripan tablet :

1. Tablet tersangkut dimesin dan tidak terisi pada proses penyetripan

2. Dalam 1 strip ada tablet yang double

3. Penyetripan yang terlalu panas akibatnya strip berkerut

4. Tidak ada nomor batch pada strip

27
(iii) Area Produksi Kapsul
Area produksi ini telah memiliki sertifikat CPOB produksi kapsul.
Sediaan kapsul yang produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan
adalah kloramfenikol kapsul. Seperti area produksi krim dan tablet, area produksi
kapsul juga terletak terpisah untuk menghindari terjadinya mix up. Pada area
produksi kapsul juga terdapat beberapa ruangan yang telah diatur suhu,
kelembaban dan tekanan udara dan pertukaran udara perjam sesuai dengan
kualifikasi ruangan yang disyaratkan dalam CPOB.
Adapun ruangan pada unit kapsul terdiri dari :
a. Ruang Pengeringan
Berfungsi untuk pengeringan bahan pengisi, dilengkapi oven pengering, dust
collector. Tekanan udara ruang pengeringan didesain negatif dari ruangan
koridor.
b. Ruang Pencampuran
Pada ruang ini dilakukan pencampuran bahan aktif, bahan pengisi dan bahan
tambahan lainnya dengan menggunakan alat V-mixer. Setelah massa homogen,
dilakukaan pemeriksaan oleh pengawasan mutu dan kemudian dipindahkan ke
ruang karantina produk antara. Ruangan dilengkapi dust collector dan tekanan
udara ruang pencampuran didesain negatif dari ruang koridor.
c. Ruang Karantina Produk Antara Kapsul
Untuk penempatan sementara produk antara menunggu pemeriksaan
pengawasan mutu. Tekanan udara ruang karantina produk antara kapsul
didesain negatif dari ruangan koridor.
d. Ruang Pengisian Kapsul
Berfungsi untuk pengisian massa kapsul kedalam cangkang kapsul. Diruang ini
terdapat mesin filling kapsul dilengkapi dengan timbangan digital untuk in
process control selama pengisian oleh operator. Juga dilengkapi dust collector.
Setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot oleh operator. Pada
awal pengisian kapsul bagian pengawasan mutu melakukan pemeriksaan/
pengujian terhadap hasil pengisian kapsul yang meliputi: pemerian,
keseragaman bobot, dan waktu hancur. Apabila memenuhi spesifikasi maka

28
pengisian kapsul boleh dilanjutkan. Tekanan udara ruang pengisian kapsul di
desain negatif dari ruangan koridor.
e. Ruang Pengemasan Primer
Kapsul yang telah diluluskan oleh bagian pemastian mutu disetrip diruang
pengemasan primer.
(iv) Area Pengemasan Sekunder
Semua produk yang telah dikemas primer kemudian dikirim ke
pengemasan sekunder melalui pass box yang menghubungkan antara jalur
produksi dengan jalur pengemasan sekunder.
Sebelum memulai pengemasan, dilakukan pemeriksaan oleh bagian
pengawasan mutu meliputi kebersihan jalur pengemasan atau line clearance yaitu:
a. Pemeriksaan kesesuaian produk yang dikemas dengan kemasannya.
b. Pemeriksaan kebenaran penulisan penomoran batch, tanggal kadaluarsa
c. Pembersihan jalur pengemasan dari sisa bahan kemasan batch sebelumnya.
Setelah pengemasan, dilaksanakan pemeriksaan:
a. Kesesuaian jumlah dalam kotaknya dengan cara ditimbang
b. Kerapian pengemasan.
Selesai pengemasan petugas pengemasan membuat permohonan good
Receipt kepada petugas pemeriksaan finished pack analysis bagian pengawasan
mutu. Sediaan obat jadi yang telah dikemas dan diluluskan oleh bagian
pengawasan mutu selanjutnya dikirim ke gudang penyimpanan.
3.2.6 Pengawasan Selama Proses (In Process Control)

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses


pengolahan, yaitu untuk mencegah terjadinyaproduksi obat yang tidak memenuhi
spesifikasi. Laboratorium pengujian IPC terletak di area produksi. Pengawasan ini
dilakukan dengan cara mengambil contoh dan mengadakan pemeriksaan dan
pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses
pengolahan.
Pengawasan dalam proses pengolahan dilaksanakan oleh 2 pihak, yaitu:
a. Bagian produksi, yang menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta
proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan.

29
b. Bagian pengawasan mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan
pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum
dilanjutkan proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu menentukan apakah
tahap lanjutan dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil
pengujian yang dilakukan.
Pengawasan dalam proses pengolahan oleh pengawasan mutu meliputi
pengujian parameter kualitas antara lain:
(i). Tablet:
a. Granul tablet meliputi pemeriksaan pemerian, kadar air, LOD, kadar
bahan aktif.
b. Tablet meliputi pemeriksaan pemerian, kadar air, bobot rata-rata, bobot
satuan, kekerasan, friabilitas, waktu hancur, kadar bahan aktif dan disolusi.
(ii). Kapsul:
a. Massa kapsul meliputi pemeriksaan pemerian, kadar air, LOD, kadar
bahan aktif.
b. Kapsul meliputi pemeriksaan pemerian, bobot rata-rata, waktu hancur,
kadar bahan aktif dan disolusi.
(iii). Krim:
a. Basis krim meliputi pemeriksaan pemerian, pH, bobot rata-rata, stabilitas,
dan homogenitas.
b. Massa krim sebelum difilling meliputi pemeriksaan pemerian, pH,
homogenitas, stabilitas dan kadar bahan aktif.
c. Krim setelah difilling meliputi pemeriksaan pemeriaan, bobot rata-rata,
simpangan baku relatif, pH, homogenitas, kadar zat berkhasiat.
(iii). Salep:
a. Basis salep meliputi pemeriksaan pemerian, pH, bobot rata-rata, stabilitas,
dan homogenitas.
b. Massa salep sebelum difilling meliputi pemeriksaan pemerian, pH,
homogenitas, stabilitas dan kadar bahan aktif.
c. Salep setelah difilling meliputi pemeriksaan pemeriaan, bobot rata-rata,
simpangan baku relatif, pH, homogenitas, kadar zat berkhasiat.
3.2.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama


pembuatan dan diranccang untuk menjamin agar produk obat yang dihasilkan

30
senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kekuatan kemurnian dan
karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu merupakan bagian
yang paling penting dari Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) agar tiap obat
yang dibuat memunuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Tanggung jawab bagian pengawasan mutu antara lain:
a. Memeriksa bahan awal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk
identitas, kadar, kemurnian, kualitas, dan keamanan.
b. Memeriksa setiap tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai
prosedur yang ditetapkan.
c. Memeriksa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan selama
proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu bets obat telah
dilaksanakan dan bets tersebut memilki spesifikasi yang ditetapkan sebelum
didistribusi.
d. Memastikan suatu bets obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu
peredaran yang ditetapkan.Setiap bahan baku yang dikarantina dilakukan
pengujian oleh bagian pengawasan mutu yang mencakup: spesifikasi identitas,
kualitas, kadar dan persyaratan lain yang ditentukan.
e. Melakukan inspeksi diri atau audit mutu.
f. Menangani keluhan.
g. Melaksanakan validasi, kualifikasi dan kalibrasi.
h. Melaksanakan uji stabilitas.
i. Membuat dokumentasi.
3.2.8 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku dan bahan pengemas datang dari pemasok ke bagian gudang,
kemudian petugas laboratorium melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap:
(i) Bahan baku dan bahan tambahan
a. Pemeriksaan organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.
b. Pemeriksaan kimia, meliputi pemeriksaan kualitatif, kuantitatif dan pH.
c. Pemeriksaan fisika, meliputi titik lebur, kelarutan dan berat jenis.
(ii) Bahan Pengemas
a. Pemeriksaan kemasan, meliputi ukuran dan kebocoran wadah.

31
b. Pemeriksaan etiket, meliputi ukuran, kebenaran tulisan dan labeling, desain
dan warna.
3.2.9 Pemastian Mutu

Tanggung jawab bagian pemastian mutu antara lain:


a. Pengkajian semua dokumen yang digunakan dalam produksi pengemasan
termasuk penyimpangan yang terjadi dalam produksi.
b. Memastikan pemeriksaan sudah dilakukan dengan metoda analisa yang benar
dan telah tervalidasi.
c. Memastikan produksi sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
tervalidasi.
d. Memastikan obat yang diproduksi aman selama dalam masa edarnya.
e. Memastikan semua mesin, sarana penunjang beroperasi menghasil produk
sesuai spesifikasi dan telah terkualifikasi.
Bagian pemastian mutu telah melaksanakan validasi proses dan validasi
metoda analisa untuk semua produk, untuk alat ukur telah dikalibrasi sesuai
jadwal dan mesin telah dikualifikasi. Dokumentasi produksi telah dilaksanakan
sejak kedatangan bahan sampai produk jadi.
3.3 Pengolahan Limbah

Limbah terdiri dari limbah cair, limbah padat, limbah suara dan limbah
udara. Pengolahan limbah di industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Medan terdiri dari limbah cair, sedangkan pengolahan limbah bahan beracun dan
berbahaya ( B3) dilakukan oleh pihak ketiga. Limbah suara dan limbah udara
dilakukan pemeriksaan rutin setiap tahun oleh laboratorium yang telah
terakreditasi oleh KAN.
3.3.1 Pengolahan Limbah Cair

Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air
cucian alat – alat di laboratorium, SPA, toilet, laundry. Limbah cair yang langsung
dibuang akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

32
Gambar 1. Denah Instalasi Pengolahan Limbah Cair PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Medan
Proses pengolahan limbah cair, yaitu:
- Limbah cair yang dikeluarkan ditampung dalam bak sedimentasi selanjutnya
dipompakan dengan mesin pompa ke bak equalisasi (netralisasi).
- Bak prasedimetasi dilengkapi dengan alat dosing pump yag berfugsi utuk
menginjeksi garam fero sulfat (FeSO4) agar beban effluent ringan pada bak.
Selanjutnya limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak anaerob.
- Pada bak anaerob ditambahkan bakteri anaerob yang berfungsi untuk
menguraikanzat-zat organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut.
- Dari bak anaerob limbah akan mengalir ke bak aerob.
- Pada bak aerob dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan
untuk menginjeksikan oksigen ke dalam bak tersebut supaya oksigen yang
diinjeksikan tersebut dapat melakukan penguraian dan pengoksidasian bahan-
bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut .
- Dari bak aerob limbah mengalir ke bak sedimentasi akhir, limbah cair
diendapkan dan selanjutnya mengalir ke bak biokontrol.
- Air yang keluar dari outlet bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil
pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai Biological Oxygen Demand
(BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS),
dan pH secara periodik.
- Dari bak biokontrol limbah cair dibuang ke saluran pembuangan.
Selain pemeriksaan internal, limbah cair diperiksa oleh laboratorium yag
telah terkareditasi oleh KAN, dengan contoh uji air limbah outlet instalasi

33
pengolahan air limbah, dengan parameter pH, BOD, COD, dan TSS sesuai
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 5 tahun 2014 lampiran
xxxix.
3.3.2 Pengolahan Limbah Padat

Sumber limbah padat berasal dari:

a. Debu yang pada dust collector di ruang produksi.

b. Debu yang berasal dari vacum cleaner yang digunakan untuk membersihkan

ruangan produksi, dan alat produksi.

c. Wadah, etiket yang rusak dari bagian pengemasan. Untuk tube sebelum

dimusnahkan digunting terlebih dahulu.

d. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah rusak yang

berasal dari bagian gudang.

3.3.3 Pengolahan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

Sumber limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) berasal dari limbah
cair dari hasil cucia laboratorium dan limbah padat seperti debu yang ada pada
dust collector dan vacuum cleaner, wadah plastik bekas atau tube yangrusak,
bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi pada bagian QA/prduksi ataupun
yang telah rusak . Semua limbah padat B3 disimpan di Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) B3 dengan masa simpan selama 0 hariaa kemudian dikirim ke
perusahaan pengolahan limbah B3.

3.4 Sistem Pengolahan Air

Sumber air yang digunakan di PT Kimia Farma Plant Medan berasal dari
air sumur dengan kedalaman 5 m (pH=6) dari permukaan tanah. Air tersebut
kemudian ditampung kedalam tangki dengan kapasitas 11.000 L. Pengolahan air
selanjutnya sebagai berikut:
a. Air disaring dengan menggunakan filter 25 µm, lalu dialirkan kedalam
sand filter, tujuannya adalah untuk menyaring partikel yang terdapat didalam

34
ubah warna air apabila keruh berubah menjadi jerni (bersih) air difilter selama
10 menit dengan pH 5,8-5,9.
b. Kemudian air akan masuk kedalam carbon filter, tujuanya adalah untuk
menghilangkan bau yang terdapat di air di filter selama 5 menit, air ini berupa
air baku.
c. Kemudian air akan masuk kedalam resin kation, tujuannya adalah
untuk menghilangkan ion-ion positif yang terdapat di dalam air.
d. Tahap selanjutnya air masuk kedalam resin anion, tujuanya untuk
menghilangan ion-ion negatif yang terdapat didalam air.
e. Kemudian air akan masuk kedalam mixbed, tujuanya adalah untuk
menyaring kembali kation anion yang masih mungkin terdapat di dalam air,
air yang keluar dari mixbed ini merupakan air baku dengan konduktivitas
maksimal 20 µs.
f. Tahap selanjutnya air dimurnikan menggunakan sistem Reverse
Osmosis (RO) yang merupakan suatu metoda penyaringan berbagai molekul
dan ion dari suatu larutan dengan menggunakan membran semipermiabel,
tahap pemurnian ini dimulai dari :
a. Air dari penampungan akan masuk kedalam membran RO untuk
menyaring ion-ion yang mungkin masih ada di dalam air.
b. Kemudian air akan masuk kedalam mixbed untuk tahap polising anion dan
kation.
c. Setelah itu air akan masuk kedalam filter untuk polising untuk partikel
partikel yang masih ada terdapat pada air.
d. Air akan melewati sinar Ultraviolet (UV) untuk polishing mikroba.
e. Terakhir air muni akan masuk pada tangki
produksi dengan konduktivitas antara 0-1,3µs.

3.5 Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

Sistem Tata Udara atau lebih sering dikenal dengan Air Handling Unit
(AHU) atau Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), merupakan
cerminan penerapan CPOB dan merupakan salah satu sarana penunjang kritis

35
yang membedakan antara industri farmasi dengan industri lainnya. Memegang
peran penting dalam industri farmasi karena:
a. Untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk.
b. Memastikan produksi obat yang bermutu,
c. Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi personil.
d. Memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana terdapat bahan
berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan udara yang efektif dan aman
dari bahan tersebut.

3.6 Produk-Produk

3.6.1 Produk-Produk PT. Kimia Farma

Produk-produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah:


a. Produk Etikal
b. Produk Over The Counter (OTC)
c. Produk Generik Berlogo
d. Produk lisensi dari beberapa perusahaan asing yaitu: Sankyo (Jepang),
Heinrich (Jerman), dan Solvay Duphar (Belanda)
e. Produk kontrasepsi
f. Produk-produk penugasan pemerintah (narkotika)
g. Produk Fitofarmaka
3.6.2 Produk-Produk PT. Kimia Farma Plant Medan

Produk-produk yang dihasilkan oleh Kimia Farma Plant Medan adalah:


a. Produk Semisolid
Tabel 2. Produk Krim PT. Kimia Farma Plant Medan
Generik Bermerek
Gentamycin salep kulit Betason-N
Betametason krim 0,1% Betason
Ketoconazole krim 2%
Hydrocortison krim 2,5%

b.Produk Tablet dan Kapsul Generik


Tabel 3.Produk Tablet dan Kapsul Generik PT. Kimia Farma Plant Medan
Tablet Kapsul

36
Vitamin B kompleks Chloramfenicol 250 mg
Paracetamol 500 mg
Glyceryl Guaiacolate 100 mg
Calsium Lactat 500 mg
Antalgin 500 mg
BAB IV

PEMBAHASAN

PT. Kimia Farma telah menerapkan sistem manajemen mutu, tersedia


kebijakan mutu, sasaran mutu sampai ke struktur paling bawah yang menjadi
komitmen bagi seluruh pegawai, pemasok dan distributor.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki 3 Apoteker
penanggung jawab sebagai personil kunci di bidang produksi, pengawasan mutu
(QC) dan pemastian mutu (QA) sesuai aturan CPOB yang memiliki peran sebagai
berikut:
Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Produksi:
1. Memastikan bahwa obat di produksi dan di simpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan. Mutu yang di tetapkan.
2. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja di terapkan secara tepat.
3. Memastikan bahwa catatan produksi telah di evaluasi dan ditanda tangani oleh
kepala bagian produksi sebelum di serahkan kepada kepala menejemen mutu
(pemastian mutu).
4. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi.
5. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah di laksanakan.
6. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil dan
depertemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan (BPOM, 2006).
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memproduksi sediaan tablet,
kapsul, krim dan salep. Dari hasil resertifikasi oleh BPOM telah mendapat
sertifikat untuk produk tablet, kapsul, krim dan salep.
- Produksi dilaksanakan oleh tenaga yang telah dilatih dan diberikan penyegaran
CPOB secara rutin.

37
- Produksi obat dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap atau Catatan
Pengolahan Bets (CPB) agar selalu diperoleh obat jadi yang memenuhi
spesifikasi yang ditentukan dari bets ke bets.
- Selama pengolahan dilakukan In Process Control (IPC) baik oleh operator
produksi ataupun oleh petugas laboratorium.
- Produksi dilaksanakan dengan mesin produksi yang telah dikualifikasi.
- Semua kegiatan pembuatan obat mulai dari penimbangan, pengolahan,
pengemasan, pengendalian dan evaluasi, diarsipkan pada dokumen produksi.
Obat yang telah selesai diproduksi dan dilakukan pengemasan primer dari
Bagian Produksi dikirimkan melalui kotak hantar (passing box) ke bagian
pengemasan sekunder untuk dikemas. Pada bagian pengemasan sekunder ini,
kemasan karton dilakukan pelabelan (labelling) secara manual dan ada yang telah
diproses secara komputerisasi.
Pelaksanaan pengawasan mutu di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Medan dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu (QC). Pengawasan mutu
bertujuan untuk memastikan bahwa tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Pengawasan Mutu (QC):
1. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
2. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
3. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan contoh,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
4. Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.
5. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan dibagian
pengawasan mutu.
6. Memastikan bahwa validasi metoda analisa yang sesuai telah dilaksanakan.
7. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan (BPOM, 2006).
Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari
bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga
menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan

38
Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, bahan kemas, produk ruahan, dan produk
jadi. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan
baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh
bagian Analytical Development, departemen R&D, serta melakukan pemeriksaan
bahan kemas dan wadah menggunakan metode analisis tertentu yang ditetapkan
oleh bagian Packaging Development.
. Selain itu, bagian Pengawasan Mutu juga memonitoring instrumen atau
alat-alat laboratorium pada masing-masing ruang bagian pengawasan mutu,
seperti mencatat nama-nama alat yang ada, merk alat, label kalibrasi alat, jadwal
terakhir dilakukan kalibrasi pada alat, ada atau tidaknya protap untuk alat tersebut,
dan log book untuk pencatatan penggunaan instrumen. Peralatan yang digunakan
untuk analisis harus sudah dalam keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum
dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh digunakan. Pada setiap alat ditempel label
yang menandakan kondisi alat, tanggal kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi
selanjutnya. Adanya label tersebut dapat mencegah penggunaan alat yang tidak
terkalibrasi. Kalibrasi peralatan dilakukan sesuai jadwal untuk menjamin agar
peralatan yang digunakan memberikan hasil pengukuran yang tepat. Prosedur
Tetap (protap) disediakan untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu
dan diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personil lain dalam
menggunakan alat yang bersangkutan.
Bagian pengawasan mutu telah melakukan pengujian terhadap bahan
awal sesuai spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.
Selama proses produksi berlangsung, dilakukan In Proses Control pada setiap
tahapan proses produksi. Kemudian setelah proses produksi selesai, dilakukan
pengujian terhadap obat jadi serta pengemasan akhir.
a. Pemeriksaan bahan baku
Supervisor pengawasan mutu mengawasi kegiatan sampling. Pengambilan
sampel diambil dari atas, tengah, bawah wadah bahan baku, kemudian
dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya bagian pengawasan mutu memberikan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HPL). Jika HPL menyatakan bahwa bahan
baku diluluskan maka diberi label hijau dan jika ditolak diberi label merah.

39
b. Pemeriksaan bahan pengemas
Pemeriksaan bahan pengemas yang akan masuk gudang juga dilakukan
berdasarkan surat permohonan pemeriksaan dari bagian penyimpanan bahan
kemas.
c. Pemeriksaan produk antara dan produk ruahan
Setiap unit proses produksi dilakukan pemeriksaan laboratorium oleh QC
berdasarkan surat permohonan periksa laboratorium akan dilakukan sampling
terhadap produk antara atau ruahan dari KIP. Pemeriksaan yang dilakukan pada
produk antara dan produk ruahan, meliputi:
- Masa cetak granul, diperiksa Loss On Drying (LOD), sifat alir, bobot jenis.
- Tablet, diperiksa visual, keseragaman bentuk dan ukuran, waktu hancur,
keregasan, keragaman bobot, keseragaman kandungan, uji disolusi dan
penetapan kadar.
- Kapsul, diperiksa LOD, keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
- Krim, diperiksa visual, pH, homogenitas, viskositas, keseragaman bobot,
kadar dan stabilitas krim.
- Salep, diperiksa visual, pH, homogenitas, viskositas, keragaman bobot,
kadar dan stabilitas salep.
d. Pemeriksaan mikrobiologi
Pengawasan mutu (QC) juga melakukan uji mikrobiologi pada sediaan obat
antibiotik dengan uji potensi antibiotik, uji batas mikroba, uji angka kapang
khamir (AKK) dan angka lempeng total (ALT) pada sediaan obat, serta
dilakukan pengujian growth promotion test (GPT).
e. Pemeriksaan produk jadi
Setelah menjadi produk jadi, produk tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikan kembali mutu produk. Pemeriksaan meliputi visual,
keseragaman kandungan dan penetapan kadar.
f. Pengawasan proses produksi
Sebelum melakukan proses produksi, QC harus memeriksa terlebih dahulu
hasil produksi awal untuk memastikan alat menghasilkan produk yang sesuai
spesifikasi. Contohnya, QC memeriksa ketebalan, diameter, dan kekerasan
tablet saat awal dicetak. Setelah lulus pemeriksaan, QC memutuskan proses

40
produksi boleh berjalan. Jika belum memenuhi syarat, proses produksi akan di
setting hingga menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi.
Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu
berdasarkan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain
ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang
terpisah dengan ruang produksi.
Bagian pemastian mutu telah melaksanakan validasi proses dan validasi
metoda analisa untuk semua produk, kualifikasi dan kalibrasi untuk setiap
peralatan. Kualifikasi di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan
dilaksanakan untuk alat baru atau pergantian bahan baku. Kalibrasi dilakukan
setiap 6 bulan sekali atau setiap 1 tahun sekali (terukur dan terjadwal). Kalibrasi
terbagi atas 2 bagian, yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi eksternal. Kalibrasi
internal biasanya pada alat ukur, seperti Thermo-hygrometer Magnehelic,
Termometer air raksa, Digital Balance dan Inkubator, sedangkan untuk kalibrasi
eksternal biasanya pada alat, sperti Spektrofotometer UV-vis yang dilakukan unit
kerja yang lebih tersertifikasi.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

e.1 Kesimpulan

a. Tugas dan fungsi apoteker di industri farmasi yakni di bagian produksi, bidang
pemastian mutu,dan pengawasan mutu.
b. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah menerapkan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam pelaksanaan kegiatan dan telah
memiliki sertifikat CPOB untuk produk tablet, kapsul dan krim.

e.2 Saran

Untuk menjaga mutu produk jadi, bahan baku dan bahan pengemas yang
ada di gudang penyimpanan, diharapkan memperluas gudang penyimpanan serta
menambah jumlah rak dan pallet.

42
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.

Badan POM RI. (2018). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.

Badan POM RI. (2013). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik. Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Halaman 2-
506.

Badan POM RI, (2017). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2017 tentang Kriteria dan
Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Dirjen Binfar dan Alkes RI. (2011a). Pedoman Pembinaan Industri Farmasi.
Jakarta: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Halaman 5-24.

Dirjen Binfar dan Alkes RI. (2011b). Pedoman Pelayanan Perizinan Industri
Farmasi. Jakarta: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. Halaman 1-13.

Kemenkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Kimia Farma. (2015). Visi dan Misi PT. Kimia Farma. Diakses 23 April 2018
https://www.kimiafarma.co.id/profil/visi-misi.html.

Kimia Farma. (2015). Sejarah Kimia Farma. Diakses 23 April 2018


https://www.kimiafarma.co.id/profil/profil-perusahaan/sejarah.html.

43
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

` Manager
Plant Medan

ASMAN ASMAN
Produksi Pemastian
Mutu (QA)
SPV. SPV
Ahli Umum & Pengadaan
SPV.
Madya Pengawasan SDM
SPV Pemasti Mutu (QC)
SPV SPV SPV Sistem an
Pengolahan Pengolahan Pengemasan Mutu
Krim & Mutu SPV Teknik & SPV
Tablet dan Sekunder
Pengemasan Pemeliharaan Akuntansi
kapsul
Primer

SPV SPV
Teknologi Penyimpanan
Informasi

Gambar 5. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

44
Lampiran 2. Bagan Proses Pembuatan Kapsul

Penimbangan

IPC: Pengeringan
Pemerian
LOD

Pencampuran

QC:
- Pemerian Karantina produk antara
- Kadar zat berkhasiat
- LOD

Pengisian ke cangkang Kelembaban maks. 50%


kapsul
IPC:
QC:
- Pemerian
- Pemerian
Karantina produk ruahan - Ukuran
- Bobot rata-rata
- Bobot 50 kapsul
- Identifikasi
kosong
- Waktu hancur
- Warna
- Disolusi Seleksi - Bobot rata-rata 10
- Kadar zat berkhasiat
kapsul
- Waktu hancur
- Disolusi
Pengemasan - Kadar zat berkhasiat

Finished pack Karantina produk


Analysis

Gudang Obat

Gambar 6. Bagan Proses Pembuatan Kapsul

Lampiran 3. Bagan Proses Pembuatan Krim

Penimbangan
45
Peleburan bahan Pencampuran dengan Pelarutan fase air zat
dasar krim vacum homogenizer aktif, pengawetan

IPC
- Pemerian
- pH
Pelarutan zat aktif, Pencampuran zat - Stabilitas krim
basis krim berkhasiat dengan mikser

QC Karantina produk
- Pemerian antara
- Identifikasi
- pH IPC
- Kadar zat berkhasiat - Pemerian
Pengisian ke tube
- Homogenitas - Bobot rata-rata
- Stabilitas - Simpangan baku
relatif
Karantina produk
ruahan
QC
- Pemerian
- Homogenitas
Pengemasan
- pH
- Identifikasi
- Kadar zat berkhasiat
Karantina produk jadi - Simpangan baku
Finished Pack relatif
Analysis
Gudang obat jadi

Gambar 7. Bagan Proses Pembuatan Krim

Lampiran 4. Bagan Proses Pembuatan Salep

Penimbangan

46
Peleburan bahan
dasar salep

IPC
Pencampuran dengan - Pemerian
vacum homogenizer - pH
- Stabilitas
salep
Pencampuran zat
berkhasiat dengan mikser

QC Karantina produk
- Pemerian antara
- Identifikasi
- pH IPC
- Kadar zat berkhasiat - Pemerian
Pengisian ke tube
- Homogenitas - Bobot rata-rata
- Stabilitas - Simpangan baku
relatif
Karantina produk
ruahan
QC
- Pemerian
- Homogenitas
Pengemasan
- pH
- Identifikasi
- Kadar zat berkhasiat
Karantina produk jadi - Simpangan baku
Finished Pack relatif
Analysis
Gudang obat jadi

Gambar 8. Bagan Proses Pembuatan Salep

Lampiran 5. Bagan Proses Pembuatan Tablet

Penimbangan

47
Granulasi

Pengeringan Ruang
dengan FBD Staging

Pengayakan

IPC :LOD
Lubrikasi/
Pencampuran akhir
QC :
- Kadar zat
berkhasiat Karantina Produk Antara
- LOD
- Pemerian
IPC :
Pencetakan - Pemerian
- Diameter
QC : - Keseragaman
- Pemerian bobot
Karantina Produk Ruahan - Waktu hancur
- Friabilitas
- Keseragaman bobot - Kekerasan
- Waktu hancur - Ketebalan
- Kekerasan - Friabilitas
Pengemasan
- Kadar zat berkhasiat

Karantina Obat Jadi


Finished Pack
Analysis
Gudang Obat Jadi

Gambar 9. Bagan Proses Pembuatan Tablet

48

Anda mungkin juga menyukai