Anda di halaman 1dari 20

SISITEM LADMER

KELOMPOK : 3
KELAS : A

BILQIS INAYAH (201800151)


CHANDRA WIGUNA (201800152)
CHATARINA (201800153)
CHYNTIA (201800154)
CLARISA ISAKH (201800155)
SISTEM LADMER

Liberasi, Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Eliminasi, dan


Respon dalam hubungan antara dosis dan efektivitas atau
respon dosis, tidak hanya jumlah obat yang diberikan dan
efek farmakologis dari obat yang penting tetapi banyak faktor
lain yang penting.

• Sistem LADMER bertanggung jawab atas


masuknya obat kedalam tubuh, faktor-faktor ini
didasarkan pada sifat fisik dan kimia dari zat obat
dan dari produk obat
• Selain faktor-faktor ini faktor lainnya tergantung
dari pada disposisi, individu, penyakit dan lain-
lain.
DIAGRAM LADMER

Ritschel W. Handbook of Basic Pharmacokinetics. 3rd ed. Hamilton: Hamilton Press; 1986. 18-23 p.
LIBERASI

Apabila seorang pasien mendapat obat, berarti ia mendapatkan zat aktif


yang diformulasi dalam bentuk sediaan dengan dosis tertentu. Obat pada
mulanya merupakan depot zat aktif yang jika mencapai tempat
penyerapan akan segera diserap. Proses pelepasan zat aktif dari bentuk
sediaan cukup rumit dan tergantung pada jalur pemberian dari bentuk
sediaan, serta dapat terjadi secara cepat dan lengkap. Pelepasan zat aktif
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan biologis dan mekanis pada tempat
pemasukkan obat, misalnya gerak peristaltik usus dan hal ini penting untuk
sediaan yang keras atau yang lunak (tablet, suppositoria, dan lain-lain).
ABSORPSI

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat


dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya
hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

Transport Transport
Pinositosis
Aktif pasif
DISTRIBUSI

Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor


lebih lanjut bersama aliran darah ke dalam sistem sirkulasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi obat dari pembuluh


darah ke dalam jaringan serta distribusinya, yaitu :
1. ukuran molekul,
2. ikatan pada protein plasma dan protein jaringan,
3. kelarutan,
4. sifat kimia,
5. pasokan darah dari organ dan jaringan masing-masing,
6. ketebalan membran dan perbedaan pH antara plasma dan
jaringan.
RUANG DISTRIBUSI

Berdasarkan fungsinya, organisme dapat dibagi dalam ruang distribusi yang


berbeda (kompartemen) yaitu :

1. Ruang intrasel, sekitar 75% dari bobot badan

2. Ruang ekstrasel, sekitar 22% dari bobot badan. Terbagi lagi atas :
a. air plasma (sekitar 4% dari bobot badan)
b. ruang usus (sekitar 16-20% dari bobot badan)
c. cairan transsel (sekitar 1,5% dari bobot badan)
RUANG DISTRIBUSI

Bergantung sifat fisikokimianya berdasarkan distribusi ke dalam berbagai


ruang distribusi, kita membedakan 3 jenis bahan obat :
 obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.
 obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang ekstrasel sisa.
 obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang
intrasel.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI

 Pengaruh sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa
senyawa yang larut baik dalam lemak terkonsentrasi dalam jaringan yang mengandung
banyak lemak, sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak diambil oleh jaringan lemak
dan karena itu ditemukan terutama dalam ekstrasel.
 Sebelum mencapai kesetimbangan distribusi, distribusi sebagian besar ditentukan oleh
pasokan darah dari organ dan jaringan.
 Dari segi terapeutik, diharapkan distribusi dapat diatur, artinya konsentrasi obat pada
tempat kerja lebih besar daripada konsentrasinya di tempat lain pada organisme.
 Satu segi khusus dari cara mempengaruhi distribusi ialah yang disebut pengarahan obat
(drug targeting), artinya membawa bahan obat terarah kepada tempat kerja yang
diinginkan.
 Apabila suatu kerja relatif selektif tercapai juga dengan serangkaian bahan obat tanpa
mempengaruhi distribusi, maka ini dalam banyak hal tidak disebabkan oleh suatu akumulasi
bahan obat pada tempat kerja, melainkan akibat kepekaan yang berbeda dari berbagai
jaringan terhadap obat.
METABOLISME

• Metabolisme obat Reaksi fase I terdiri dari oksidasi,


terutama terjadi dihati, reduksi, dan hidrolisis, yang
yakni dimembran mengubah obat menjadi lebih
endoplasmic reticulum polar, dengan akibat menjadi
(mikrosom) dan di inaktif, lebih aktif atau kurang
cytosol. aktif
• Tempat metabolisme
yang lain (ekstra hepatik) Reaksi fase II merupakan reaksi
adalah: dinding usus, konyugasi dengan subtrat
ginjal, paru, darah, otak, endogen: asam glukoronat,
dan kulit, juga dilumen asam sulfat, asam asetat, atau
kolon (oleh flora usus). asam amino, dan hasilnya
menjadi sangat polar, dengan
demikian hampir selalu tidak
aktif.
ELIMINASI

Biotransformasi atau lebih dikenal dengan


metabolisme obat, adalah perubahan dari
suatu senyawa menjadi senyawa lain yang
lebih polar, lebih mudah larut dalam air, dan
terionisasi sehingga dapat dieliminasi lebih
mudah.

Ekskresi Obat
Obat yang bersifat polar akan diekskresi
melalui organ ekskresi dalam bentuk tidak
berubah dan yang bersifat non-polar
dimetabolisme terlebih dahulu agar menjadi
lebih polar dan kurang larut dalam lipid
sehingga mudah diekskresi.
RESPON

Farmakokinetik klinis berkaitan dengan


adaptasi konsentrasi obat dalam tubuh
terhadap satu atau lebih kondisi fisiologis dan /
atau patologis yang berubah pada masing-
masing pasien untuk mengoptimalkan terapi
obat.
Faktor fisiologi Faktor patologis
• Berat badan • Penyakit kardiovaskular
• Bayi baru lahir dan anak-anak • Penyakit Ginjal
• Usia • Penyakit Hati
• Suhu
• Waktu pengosongan lambung
• Laju aliran darah
• Lingkungan hidup
• Nutrisi
• Kehamilan
• Genetik
REGIMEN DOSIS DAN INTERVAL DOSIS

• Regimen dosis adalah cara, jumlah, dan frekuensi pemberian obat yang
mempengaruhi onset of action dan duration of action kerja obat. Onset of action
adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk mulai bekerja. Durasi
adalah lamanya waktu suatu obat bersifat terapetik. Untuk desain terapi yang sukses
dari regimen dosis ganda yang optimal diperlukan Frekuensi Dosis Interval (kebalikan
dari frekuensi dosis) dihitung berdasarkan paruh waktu obat Jika interval ditingkatkan
dan dosis tidak berubah, Cmax Cmin dan Cav menurun tetapi rasio Cma Cmi
meningkat.
Regimen dosis dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Aktivitas toksisitas
2. Farmakokinetik
3. Faktor klinis
4. Faktor yang lain
APLIKASI FARMAKOKINETIKA KLINIS PADA
PENENTUAN TERAPI OBAT INDIVIDUAL

An asthmatic patient (55 yo, 78 kg) was given aminophyllin


through iv infusion with rate 36 mg/hr. Cav was 12 µg/mL and
clearence was 3 L/hr.
 a. Calculate the oral dosage regimen for this patient ( S for
theophyllin : 0.85 F for theophyllin : 0.9, Ka: 1)?
 b. If Theophylline available in market was 500 mg, how would
you adjust the regimen
APLIKASI FARMAKOKINETIKA KLINIS PADA
PENENTUAN TERAPI OBAT INDIVIDUAL

Dilakukan pemberian pengobatan


 Nama : Tn. X antibiotika gologan aminoglikosida
(Gentamisin), perlu dilakukan penyesuaian
 Usia : 50 tahun dosis pada pasien tersebut dengan data
farmakokinetik sebagai berikut.
 Diagnosa : Pneumonia
 Absorbsi: IM: cepat dan lengkap; oral:
 BB : 70 kg buruk
 Tinggi Badan : 5 kaki 10 inci  Distribusi: Lebih utama ke cairan
ekstraseluler, bersifat hidrofilik
 Kreatinin : 3,5 mg/dL stabil
 Protein binding < 30% , T ½ eliminasi:
dewasa 1,5 – 3 jam; pada ESRD 36 – 70
jam , T maks IM: 30 – 90 menit; IV 30
menit setelah diinfus selama 30 menit
Ekskresi: urin dalam bentuk tidak berubah
Langkah 1 :
Menentukan faktor pasien

Langkah 2 : Mempertimbangkan
penyakit dan keadaan yang
berkaitan dengan terapi

Langkah 3 : Menghitung Vd, Cl, t ½


dan bioavailabilitas obat pada pasien

Langkah 4 :
Menentukan dosis, interval dosis
Jawab :
a. Perhitungan Crcl
• Cockroft-Gault
ClCr = (140-Umur) x BB Kg : 72 x Scr
= (140-50) x 70 Kg : 72 x 3,5 mg/dL
= 90 x 70 Kg 252 ClCr = 25 mL/min
Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal stage IV

b. Perhitungan konstanta eliminasi (Ke) dan waktu paruh (T1/2)


• Ke = 0.00293(CrCl) + 0.014 = 0.00293(25 mL/min) + 0.014 = 0.087 h-1
• t1/2 = 0.693/ke = 0.693/0.087 h-1= 8 jam
Pasien memiliki gangguan ginjal, akan tetapi kondisi tersebut tidak akan mengubah
volume distribusi dari nilai normal 0,26 L / kg, maka:
• Vd = 0.26 L/kg (70 kg) = 18.2 L

c. Interval pemberian dosis yang dibutuhkan (T ) :


• T = [(ln Cssmax - ln Cssmin ) / Ke ] = (ln 9 µg/mL - ln 1 µg/mL ) / 0,087 h-1 = 25 jam

d. Perhitungan dosis
D = Cssmax . Vd ( 1 - e-keT ) D = 9 mg/L . 18,2 L (1 - e-(0,087 h-1)(24 jam)) = 143 mg ≈
145 mg/24 jam
KESIMPULAN

 Sistem LADMER bertanggung jawab atas masuknya obat kedalam tubuh,


faktor-faktor ini didasarkan pada sifat fisik dan kimia dari zat obat dan
dari produk obat
 Pengetahuan dan pemahaman tentang sistem LAD-MER memungkinkan
ilmuwan untuk merancang produk obat yang mengendalikan faktor-
faktor ini. Onset aksi, intensitas efek, dan durasi efek dapat dikontrol
 Rancangan Regimen Dosis Regimen dosis didefinisikan sebagai cara
penggunaan obat Untuk beberapa obat seperti analgesik, hipnotik,
antiemetik, dll
 Respon terapetik dan tokisistas merupakan peristiwa yang ditimbulkan
sebagai akibat proses farmakodinamik dan farmokinetik
PUSTAKA

 Ritschel W. Handbook of Basic Pharmacokinetics. 3rd ed. Hamilton:


Hamilton Press; 1986. 18-23 p.
 Gunawan, Gan, Sulistia. Farmakologi dan Terapan Edisi 5. Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI. 2009
 Shargel, Leon, Andrew Yu, 1999, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 476-477, Fourth Edition, Appleton and Lange, United
States of America
 D.M Brahmankar Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. Nagpur,
Vallabh Prakashan: 1995. h: 307
 Bauer, L. A. 2008. Applied Clinical Pharmacokinetics. United States: Mc
Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai