Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

Oleh:

Nama : ELIZABETH SIAHAYA

NIRM : 12114201190058

Kelas : B

Semester : II

Dosen : Ibu Meivi Lilipory

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2020
INTERAKSI OBAT

1. FARMAKOKINETIK
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam  tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi
(A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses
eliminasi obat.
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat
absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang
sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tub
uh, melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level
seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport
aktif dantransport pasif.
Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat

b. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaring
an dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
- Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera 
terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ
denganaliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan ototlebih lambat
- Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
- Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat
terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
c. Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi
obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
- Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
- Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan  kulit, juga
di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah  menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
- Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit
hepar seperti sirosis.
- Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
- Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok,
Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
- Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs
orang tua.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat
dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi
dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui
ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus,
sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12
bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua
penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses.
Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik
umum (Gunawan, 2009).

Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:


- Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat
dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah
absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk
menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
- Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya.
Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di
dalam tubuh semakin meningkat
2. FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons
yang terjadi (Gunawan, 2009).
a. Mekanisme Kerja Obat
kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya
pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan
perubahan dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut.
Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang
tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan
menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.
b. Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga
dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan
obat-reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau
kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan
stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat
farmakologinya.
c. Transmisi Sinyal Biologis
penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi
ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik.
Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk
enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan
biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic
lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka
akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.
d. Interaksi Obat-Reseptor
ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah
(ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract
dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
e. Antagonisme Farmakodinamik
- Antagonis fisiologi
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
- Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu
menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik
f. Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
- Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
- Perubahan sifat osmotic
- Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas
filtrate glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal
dengan akibat terjadi efek diuretic
- Perubahan sifat asam/basa. Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam
menetralkan asam lambung.
- Kerusakan nonspesifik. Artinya Zat perusak nonspesifik digunakan
sebagai antiseptik dan disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen
merusak intregitas membrane lipoprotein.
- Gangguan fungsi membrane. Anestetik umum yang mudah menguap
misalnya eter,, halotan, enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan
melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga eksitabilitasnya
menurun.
- Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion. Kerja ini diperlihatkan oleh
kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang mengikat Pb2+
bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
- Masuk ke dalam komponen sel.
OBAT-OBATAN

1. PARACETAMOL
a) Indikasi : meredakan sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, menurunkan demam
yang menyertai flu dan pasca vaksinasi
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas atau aleri dan penderita gangguan fungsi hati
berat
c) Rute pemberian : injeksi dan oral
d) Dosis
Dewasa : 325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1000 mg tiap 6-8 jam
Anak < 2 bulan : 10-15 mg/kg BB tiap 6-8 jam atau sesuai dengan anjuran
dokter
Anak 2 bulan-12 tahun : 325-650 mg per 4-6 jam atau 1000 tiap 6-8 jam
untuk paracetamol infus dosis akan disesuaikan dengan anjuran dokter
e) Efek samping : demam, muncul ruam kulit yang terasa gatal, sakit
tenggorokan, muncul sariawan, nyeri punggung, tubuh terasa lemah, kulit atau
mata berwarna kekuningan, timbul lebam pada kulit, urine berwarna keruh
atau berdarah, tinja berwarna hitam atau BAB berdarah.
f) Golongan : obat penurun panas dan pereda nyeri (analgesic dan antipiretik)
2. CEFTRIAXONE
a) Indikasi : infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis,
meningitis, infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap antibiotic cephalosporin, neonates
c) Rute pemberian obat : injeksi dan oral
d) Dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 1-2 gram satu kali sehari
Dosis dapat diberikan sampai 4 gram satu kali sehari.
Anak : 30-50 mg/kg BB/hari
e) Efek samping : feses encer atau diare, mual, muntah, stomatitis, glositic,
pruritis, urtikaria, dermatitis alergi, udema, eritema multiforma
f) Golongan : antibiotic
3. KALNEX
a) Indikasi : perdarahan setelah operasi, perdarahan pada ekstraksi gigi pada
pasien hemophilia
b) Kontraindikasi : gangguan ginjal yang berat
c) Rute pemberian obat : injeksi dan oral
d) Dosis
- Kalnex 250 mg kapsul
Dewasa : 1-2 kapsul diberikan 3-4 kali sehari
Anak : 10-25 mg/kg BB diberikan 2-3 kali sehari
- Kalnex 500 mg tablet
Dewasa : 1 tablet diberikan 3-4 kali sehari
Anak : 10-25 mg/kg BB diberikan 2-3 kali sehari
- Kalnex 50 mg injeksi
Dewasa : 5-10 ml (1-2 ampul) disuntikkan secara intravena atau
intramuscular dan diberikan sekaligus atau dibagi menjadi dua dosis.
Dosis bisa ditingkatkan hingga maksimal 10 ampul
Anak : 25-50 mg/kg BB untuk 24 jam
e) Efek samping
Injeksi : pusing dan sakit kepala, hipotensi
Oral : mual, muntah, gangguan nafsu makan, anoreksia, sakit kepala dan
pusing, gangguan penglihatan
f) Golongan : obat keras
4. CEFOTAXIME
a) Indikasi : infeksi bakteri
b) Kontaindikasi : hipersensitifitas terhadap antibiotic cephalosporin
c) Rute pemberian obat : injeksi dan oral
d) Dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 gram setiap 12 jam
Pada infeksi berat dosis 2x 2 gram/ hari
Interval pemberian obat dapat diperpendek menjadi setiap 6-8 jam
e) Efek samping : colitis, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, sakit kepala,
pusing
f) Golongan : antibiotic cephalosporin
5. RANITIDIN
a) Indikasi : untuk penyakit asam lambung atau GERD
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas atau alergi
c) Rute pemberian obat : tablet, kaplet, injeksi
d) Dosis
Dewasa : 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari, dikonsumsi selama 8
minggu. Pada kasus GERD berat, dapat diberikan dosis 150 mg 4 kali sehari
selama 12 minggu
Anak (1 bulan-12 tahun) : 5 -10 mg/kg BB per hari, dibagi 2 kali pemberian.
Dosis maksimal 300 mg per hari
e) Efek samping : mual dan muntah, sakit kepala, insomnia, vertigo, ruam,
konstipasi, diare
f) Golongan : histamine H2- receptor antagonist
6. COMBIVENT
a) Indikasi : meredakan dan mencegah munculnya gejala akibat penyempitan
saluran pernapasan, untuk mengendalikan reversible bronkospasme yang
disebabkan oleh penyakit jantung maupun asma akut
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap salbutamol atau obat agonis
adrenereseptor beta-2 lainnya
c) Rute pemberian obat : diuapkan menggunakan alat nebulizer kemudian
dihirup
d) Dosis
Serangan akut : 1 unit botol/hari, dapat ditingkatkan menjadi 2 unit botol/hari
dalam kasus yang parah
Pemeliharaan : 3-4 kali unit botol/hari
e) Efek samping : sakit kepala, iritasi tenggorokan, batuk, mulut kering,
sembelit, diare, muntah, mual, pusing
f) Golongan :
7. FLIXOTIDE
a) Indikasi : meredakan gejala dan eksaserbasi asma pada pasien yang
sebelumnya diterapi dengan bronkodilator saja atau dengan terapi penceghan
lain. Pencegahan asma berat pada pasien > 16 tahun, terapi eksaserbasi akut
asma ringan sampai sedang pada anak dan remaja
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas
c) Rute pemberian obat : obat dimasukkan dalam alat nebulizer kemudian
diuapkan samapai cairan obat dalam alat habis
d) Dosis
Dosis awal adalah 0,5-2,0 mg (500-2000 mikrogram) dua kali perhari.
Flixotide nubules 0,5 mg/2ml memberikan dosis sebesar 500 mikrogram.
Flixotide 2 mg/2 ml memberikan dosis sebesar 2000 mikrogram.
e) Efek samping : ruam, kesulitan bernafas, pembengkakan wajah, bibir, lidah
atau tenggorokan, mimisan yang parah atau berkelanjutan, pernapasan yang
berbunyi, hidung meler, atau pengerasan kulit disekitar hidung, kemerah-
merahan, luka atau bercak putih dimulut atau tenggorokan, demam,
kedinginan, kelemasan, mual, muntah, gejala flu, luka yang tidak sembuh,
penglihatan yang kabur, nyeri mata.
f) Golongan :
8. SALBUTAMOL
a) Indikasi : mengatasi sesak nafas akibat menyempitnya saluran pernafasan,
bronkospasme ada pada semua jenis asma bronkial, bronchitis kronik,
emfisema
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas salbutamol
c) Rute pemberian : injeksi dan oral
d) Dosis
Dewasa : 304 kali sehari 1-2 tablet
Anak-anak berusia 6-12 tahun : 3 kali sehari 1 tablet
Anak berusia 2-6 tahun : 3 kali sehari ½ tablet
e) Efek samping : pembengkakan pada wajah, bibir, tenggorokan atau lidah,
muncul ruam atau kemerahan, gatal-gatal, kesulitan bernafas, hipotensi,
kesadaran menurun
f) Golongan : bronkodilator(beta2-agonist dengan reaksi cepat)
9. SANADRYL
a) Indikasi : meredakan mengobati batuk kering, gejala alergi dan flu
b) Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap komponen obat ini, hamil dan
menyusui
c) Rute pemberian obat : sirup (oral)
d) Dosis
Dewasa : 3 kali sehari (10 ml)
Anak-anak (6-12 tahun) : 3 kali sehari (5 ml)
e) Efek samping : mengantuk, pusing, sekresi saluran nafas yang mengental,
mulut kering
f) Golongan :
10. Lacto B
a) Indikasi : diare dan pencegahan intoleransi lactose
b) Kontraindikasi : -
c) Rute pemberian : dapat dikonsumsi langsung dengan melarutkannya bersama
air putih atau dikonsumsi bersama makanan untuk mengurangi
ketidaknyamanan pencernaan
d) Dosis
Anak 1-12 tahun : 3 sascet/hari
e) Efek samping : pusing, kelelahan, kram perut, mual dan muntah, reaksi alergi,
pembentukan batu ginjal
f) Golongan : prebiotik

Anda mungkin juga menyukai