Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun social yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lanjut usia. Masalah kesehatan jiwa lanjut usia termasuk juga dalam masalah
kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi,
yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lanjut usia, meliputi aspek fisiologis,
psikologis, social, cultural, ekonomi dan lain-lain.

Perkembangan kesehatan seorang lanjut usia antara yang satu dengan lainnya sangat
bervariasi. Untuk itu menyajikan suatu tulisan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan
bagi usia lanjut. Untuk masalah perawatan kesehatan bagi usia lanjut perlu mendapat
perhatian khusus karena bagi usia lanjut kesehatan sudah tidak dapat dihindarkan karena
keadaan fisik dan psikologis yang sudah menurun. Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas
maka kita perlu mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan usia lanjut dan bagaimana
cara perawatan kesehatan bagi usia lanjut.

Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia memang menghasilkan banyak masalah
karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut,
cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien
yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan
interaksi obat yang merugikan.

Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat
sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang
pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang
diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang
sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian
ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih
dari satu penyakit.

Perlu penetapan terapi yang tepat bagi pasien dengan usia lanjut. Komplikasi yang
banyak terjadi pada pasien usia lanjut yang disertai dengan menurunnya kemampuan fungsi
organ inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengetahui terapi pengobatan yang paling
tepat bagi pasien usia lanjut.
1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan geriatri?

2. Bagaimana prinsip umum penggunaan obat pada geriatri.

3. Apa yang dimaksud dengan algoritme naranjo?

4. Bagaimana monitoring efek samping obat pada geriatri menurut beers criteria?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu geriatri.

2. Untuk mengetahui prinsip umum penggunaan obat pada geriatri.

3. Untuk mengetahui apa itu algoritme naranjo.

4. Untuk mengetahui monitoring efek samping obat pada geriatri menurut beers criteria.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Geriatri

2
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada
lanjut usia yang menyangkut aspek Promotof, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif serta
Psikososial yang menyertai kehidupan lanjut usia. Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk
lanjut usia (lansia) yang mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua.
Menurut UU RI No. 13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60
tahun ke atas.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014, jumlah
lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia
sehingga termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua atau ageing population. Hal
ini juga mempengaruhi angka harapan hidup yang meningkat mencapai 70,7 tahun.
Diperkirakan persentase lansia di Indonesia akan mencapai 11,34% pada tahun 2020 dan
Indonesia akan menjadi negara ke-5 yang paling banyak jumlah lansianya pada tahun 2025.
Perubahan struktur demografi ini mengakibatkan perubahan juga dalam strategi pelayanan
kesehatan di Indonesia, yaitu dengan lebih memperhatikan penyakit yang terjadi pada lansia.

Sebenarnya tidak ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak maupun menurunnya. Beberapa pendapat mengenai batasan usia sebagai
berikut:

 Batasan usia menurut WHO meliputi :


 usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
 lanjut usia (elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun - lanjut usia tua (old),
antara 75 sampai 90 tahun
 usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun.
 Menurut UU no. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “seorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini
berlaku uu no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai
berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2.2 Prinsip Umum Penggunaan Obat Pada Geriatri

Pada usia lanjut banyak hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat,
karena berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistema tubuh akan mempengaruhi
tanggapan tubuh terhadap obat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut:
3
1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi yang
tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya.
2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkandan tidak
berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya.
3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa diberikan
pada orang dewasa yang masih muda.
4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan
memonitor kadar plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat umumnya lebih rendah.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk
memelihara kepatuhan pasien.
6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat yang tidak
diperlukan lagi.
Penggunaan obat pada geriatri dipengaruhi oleh:
 kemampuan metabolisme hati
 fungsi ginjal
 protein plasma
 berat badan, lemak dan cairan tubuh
 sensitivitas reseptor
 penurunan produksi asam lambung
 penurunan motilitas usus
 multidrug therapy

Contoh obat yang sering digunakan pada pasien geriatri dengan beberapa pertimbangan
sesuai respons yang bisa berbeda:

 Warfarin: perubahan farmakokinetik tak ada, maka perubahan respon yang ada adalah
akibat perubahan farmakodinamik. Sensitivitas yang meningkat adalah akibat
berkurangnya sintesis faktor-faktor pembekuan pada usia lanjut.
 Nitrazepam: perubahan respons juga terjadi tanpa perubahan farmakokinetik yang
berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut sensitivitas terhadap nitrazepam
memang meningkat. Lebih lanjut data menunjukkan bahwa pemberian diazepam
intravena pada pasien usia lanjut memerlukan dosis yang lebih kecil dibandingkan
pasien dewasa muda, selain itu efek sedasi yang diperoleh memang lebih kuat
dibandingkan pada usia dewasa muda.

4
 Triazolam: pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapat mengakibatkan postural
sway-nya bertambah besar secara signifikan dibandingkan dewasa muda.

2.3 Algoritma Naranjo

Algoritma atau skala Naranjo dapat digunakan untuk mengidentifikasi ROTD secara
lebih kuantitatif. Algoritma Naranjo terdiri dari 10 pertanyaan sederhana. Setiap pilihan
jawaban atas pertanyaan tersebut memiliki skor nilai yang berbeda. Setiap kolom dijumlahkan
ke bawah dan hasil penjumlahan kolom dijumlahkan. Nilai total dari hasil pengisian algoritma
tersebut akan membantu menggolongkan ROTD ke dalam beberapa kemungkinan, yaitu pasti,
lebih mungkin, mungkin dan meragukan.

No Pertanyaan Ya Tidak Tidak Tahu


1. Apakah terdapat laporan lengkap tentang +1 0 0
reaksi tersebut sebelumnya?
2. Apakah kejadian yang tidak dikehendaki +2 -1 0
muncul setelah obat yang dicurigai
digunakan?
3. Apakah ROTD membaik ketika obat +1 -1 0
diberhentikan atau setelah pemberian
suatu antagonis yang spesifik?
4. Apakah ROTD muncul kembali setelah +2 -1 0
obatnya digunakan kembali?
5. Adakah penyebab lain yang dapat -1 +2 0
menyebabkan reaksi dengan sendirinya?
6. Apakah reaksi muncul kembali setelah -1 0 0
pemberian plasebo?
7. Apakah kadar obat dalam darah berada dalam +1 0 0
rentang yang dianggap toksik?
8. Apakah reaksi menjadi lebih parah ketika +1 0 0
dosis obat ditingkatkan atau menjadi
kurang parah ketika dosis obat diturunkan?
9. Apakah pasien memiliki reaksi serupa +1 0 0
terhadap obat-obatan yang sama atau
serupa pada paparan sebelumnya?
10. Apakah ROTD telah dipastikan dengan suatu +1 0 0
5
bukti yang obyektif (misal: hasil uji
laboratorium, dsb)?

Hasil akhir penjumlahan dinilai berdasarkan kategori berikut:

 suatu reaksi dikatakan ‘pasti’ ROTD jika dari hasil penilaian didapatkan skor > 9.
 ‘lebih mungkin’ jika didapatkan skor 5-8.
 ‘mungkin’ jika memiliki skor 1-4.
 ‘meragukan’ jika didapatkan skor < 0.

2.4 Monitoring Efek Samping Obat Pada Geriatri Menurut Beers Criteria

Beers Criteria merupakan salah satu kriteria eksplisit yang dapat mengidentifikasi
potensi ketidaktepatan penggunaan obat dengan jelas pada pasien geriatri. Beers Criteria
memiliki kelebihan, yaitu penerapannya yang sederhana, mudah diikuti, data yang diperoleh
bersifat reprodusibel, memiliki bukti yang kuat, dan murah.

6
III. PENUTUP

7
4.1 Kesimpulan

1. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada
lanjut usia yang menyangkut aspek Promotof, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif serta
Psikososial yang menyertai kehidupan lanjut usia.

2. Prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut yaitu pemberian obat hanya yang
betul-betul diperlukan, pemilihan obat yang memberikan rasio manfaat yang paling
menguntungkan dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya,
mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa diberikan
pada orang dewasa yang masih muda, penyesuaian dosis obat berdasarkan dosis klinik
pasien, dan bila perlu dengan memonitor kadar plasma pasien, dosis penunjang yang
tepat umumnya lebih rendah.

3. Algoritma atau skala Naranjo dapat digunakan untuk mengidentifikasi ROTD secara
lebih kuantitatif.
4. Beers Criteria merupakan salah satu kriteria eksplisit yang dapat mengidentifikasi
potensi ketidaktepatan penggunaan obat dengan jelas pada pasien geriatri. Tujuan dari
Beers Criteria untuk meningkatkan perawatan dan mengurangi kejadian efek samping
obat pada pasien lanjut usia.

3.2 Saran

Diharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam materi tentang “monitoring efek
samping obat pada geriatri” untuk menambah pengetahuan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

8
Darmojo, Boedhi, dkk. 2009. Buku ajar geriatri. Semarang: BalaiPenerbitFK-UI.

Neal, MJ. 2006. Farmakologi Medis At a Glance. Jakarta: Erlangga.

Pudjiastuti, Sri dan Utomo B. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC.

Kuswardhani, RAT. 2011. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai