REACTION
KELOMPOK 7:
Dahlilul Khairati (22340188)
Nisaurrahmah (22340191)
Rodlotul Jannah (22340199)
Yuni Lestari (22340209)
Ferdinandus (22340203)
Insiden reaksi yang merugikan yang dilaporkan bervariasi, tergantung pada metode
pengumpulan data yang digunakan
Antibiotik Heparin
Aspirin Insulin
Digoksin Prednison
Deuretik Wafarin
Epidemiologi
6. Waktu Reaksi
Reaksi merugikan obat dapat terjadi
5. Dosis Obat pada setiap tahap selama pengobatan 7. Reaksi Obat Ganda
Reaksi obat idiosinkrasi atau setelah selesai. Reaksi Semakin banyak obat
tidak berhubungan dengan anafilaksis terjadi saat pemberian yang diberikan, semakin
dosis, tetapi banyak hal obat pertama kali ketika pasien tinggi kejadian efek
lain, yang terkait dengan sebelumnya pernah terpapar, samping karena jumlah
perubahan penanganan sementara yang lain mungkin tidak interaksi obat akan
obat oleh tubuh diamati selama berbulan-bulan semakin besar
setelah obat ditarik. (Peritonitis
dengan praktikolol)
Jenis Reaksi Obat Yang Merugikan
Reaksi ini dimediasi oleh antibodi IgE dan terjadi sangat cepat,
setelah pemberian obat.
Terjadi bisa di Kulit (urtikaria akut), saluran pernafasan (asma),
atau di saluran pencernaan (nyeri perut dan muntah)
Reaksi ini umumnya tidak mengancam
Reaksi ini biasanya terjadi di awal pengobatan, dimana pasien
sebelumnya pernah terpapar
Reaksi yang kurang akut, disebabkan oleh kerusakan sirkulasi imun yang kompleks.
Terjadi ketika antigen tetap berada dalam sirkulasi untuk waktu yang lama. Ketika antibodi
(IgG dan IgM) terbentuk, antigen yang bersirkulasi bereaksi dengannya, membentuk
kompleks antigen-antibodi. Jika antibodi relatif berlebihan, kompleksnya kecil, mungkin
tersangkut di pembuluh darah, menyebabkan peradangan lokal dan respon sistemik
umum.
Reaksi ini bisa dalam berbagai bentuk dan mungkin melibatkan mekanisme lain selain dua
mekanisme diatas.
Uji Klinis Obat Baru
Tujuan dari studi klinis awal adalah untuk melihat apakah efek yang terlihat pada hewan
juga dapat terlihat pada manusia.
Studi Klinis Penelitian awal ini biasanya dilakukan pada sukarelawan tetapi dengan beberapa agen seperti
Awal obat sitotoksik, dan dilakukan pada pasien dengan penyakit yang dirancang untuk obat
tersebut.
Setelah studi awal pada manusia, tahap selanjutnya dilakukan uji klinis.
Merupakan uji yang paling ampuh untuk penyelidikan obat baru, tapi dalam beberapa
situasi, jenis penelitian ini terlalu kaku dan tidak sesuai, misalnya bila tingkat onset efek obat
sedang dipelajari
Uji Klinis Sebelum uji klinis dipasang, terlebih dahulu tetapkan tujuan sebenarnya. Agar dapat
Baru menjawab satu pertanyaan yang dibingkai dengan tepat, yaitu “apakah obat efektif? pada
pasien apa harus digunakan? apa dosis yang paling tepat? bagaimana bila dibading dengan
obat lain?, dll
Percobaan ini dilakukan pada kelompok pasien yang setara yang sangat cocok untuk variabel
penting (usia, jenis kelamin, keparahan penyakit,dll). Menggunakan observasi kontrol, jadi
Uji Klinis pasien yang menerima obat baru yang sedang diuji, dibandingkan dengan pasien yang tidak
Komparatif menerima pengobatan atau menerima placebo yang cocok
Contoh obat penghambat beta-adrenoseptor baru dibandingkan dengan placebo untuk
menunjukkan bahwa obat ini dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
Studi Buta Ganda
Pasien akan dipilih untuk penelitian berdasarkan kriteria yang telah
dituliskan dan akan dialokasikan untuk kontrol atau kelompok pengobatan
aktif secara acak.
Pasien dan dokter sendiri tidak tau pasti bagaimana efek dari terapi yang
akan terjadi terhadap pasien. Ada pihak ke tiga (contohnya: apoteker)
memiliki pengetahuan yang dapat membantu memecahkan kasus jika
terjadi efek secara klinis sehingga mampu untuk mengidentifikasi
pengobatan pasien secara individu.
Pasien menerima tablet A dan placebo B aktif atau tablet B aktif dan
placebo A.
Contoh : obat penghambat beta-adrenoseptor sedang dipelajari, detak
jantung yang lambat dapat menunjukkan pasien mana yang menjalani
terapi aktif. Dalam keadaan seperti ini sebaiknya membandingkan satu
obat penghambat beta –adrenoseptor dengan obat lain yang serupa.
Penilaian Klinis Obat
Uji klinis obat dilakukan, penting untuk mendapatkan penilaian yang akurat
mengenai efek terapeutiknya.
Lysosomes
Di area tertentu obat memiliki efek yang hanya dapat dinilai dengan tindakan
subjektif, penilaian klinis kurang dapat diandalkan
Pada penilaian obat aktif SSP seperti antidepresan dan obat penenang, skala peringkat
telah dikembangkan dan membutuhkan personil terampil untuk melakukannya. Skala
analog visual bisa berguna untuk menilai efek dari tindakan subjektif seperti nyeri
dan kantuk. Pasien memberi tanda pada garis yang sesuai dengan penilaian nyeri
yang diderita, danVacuoles
diulangi pada setiap pemeriksaan skor diukur.
Metoda penilaian ini sangat akurat, dapat diulang dan relatif bebas dari kesalahan
pengamat. Juga dapat diterapkan untuk melihat efek samping
Pertimbangan Statistik & Etika
Dalam merancang uji klinis, hipotesis awal tidak ada perbedaan antara kedua perlakuan tersebut.
Kemudian diputuskan hasil yang didapat bisa jadi karena kebetulan atau ada kemungkinan nyata
dari dua perbedaan perlakuan aspek statistik dari uji klinis.
Dalam kebanyakan kasus, dapat diasumsikan bahwa data terdistribusi secara normal tetapi tidak
selalu terjadi, adapun metode statistik sederhana tidak dapat diterapkan.
Pertimbangan statistik akan sering membantu dalam desain uji coba, terutama untuk mengetahui
berapa banyak pasien yang akan disertakan.
Semakin kecil perbedaan yang diharapkan antara kedua perlakuan tersebut, maka semakin banyak
pasien yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang signifikan.
Dalam pelaksanaan uji klinis apapun, aspek etika sangat penting. Saat ini semua protokol uji coba
harus diteliti dengan cermat oleh badan peninjau independen. Setiap peserta dalam penelitian ini
harus menjelaskan rincian uji coba dan mereka harus memberikan persetujuan tertulis untuk
mengambil bagian dalam penelitian tersebut
Persetujuan harus disaksikan oleh pihak ketiga.
Setiap pasien yang memasuki studi klinis, tentu saja harus bebas meninggalkan studi kapan saja.
Thanks!