KONSEP FARMAKOLOGI
A. Farmasetik
B. Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses atau nasib obat di dalam tubuh, juga biasa
diartikan respon tubuh terhadap obat. Secara Farmakokinetik, tubuh
merespon obat melalui 4 proses, yaitu :
C. Farmakodinamik
1|RESUME FARMAKOLOGI
1. Mula, Puncak dan Lama Kerja Obat
Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir
sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC= minimum
effective concentration). Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama kerja adalah
lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat
menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat
memakanwaktu beberapa hari atau jam. Ada 4 kategori kerja obat,
yaitu perangsangan atau penekanan, penggantian, pencegahan atau
membunuh organisme dan iritasi. Kerja obat yang merangsang
akan meningkat kankecepatan aktivitas sel atau meningkatkan sekresi
dari kelenjar. Obat-obat yang menekan akan menurunkan aktivitas sel
dan mengurangi fungsi organ tertentu. Obat-obat pengganti, seperti
insulin, menggantikan senyawa-senyawa tubuh yang esensial. Obat -
obat yang mencegah atau membunuh organisme menghambat
pertumbuhan sel bakteria. Penisilin mengadakan efek bakterisidalnya
dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat-obat juga dapat
bekerja melalui mekanisme iritasi. Laksatif dapat mengiritasi dinding
kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan peristaltik dan defekasi.
Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau
bulan. Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu
paruh merupakan pedoman yang penting untuk menentukan interval
dosis obat. Obat-obat dengan waktu paruh pendek, sepertipenisilin G
(t ½-nya 2 jam), diberikan beberapakali sehari; obat-obat dengan
waktu paruh panjang, seperti digoksin (36 jam), diberikan sekali
sehari. Jika sebuah obat dengan waktu paruh panjang diberikan dua
kali atau lebih dalam sehari, maka terjadi penimbunan obat di dalam
tubuh dan mungkin dapat menimbulkan toksisitas obat. Jika terjadi
gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat.Dalam
hal ini, dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat
menimbulkan toksisitas obat.
2. Efek Terapetik, Efek Samping, Reaksi yang merugikan dan Efek Toksik
Efek terapeutik dari suatu obat disebut juga efek yang diinginkan,
adalah efek yang utama yang dimaksudkan yakni alasan obat diresepkan.
Efek terapeutik obat didefinisikan juga sebagai sebuah konsekuensi dari
suatu penanganan medis, di mana hasilnya dapat dikatakan bermanfaat
atau malah tidak diharapkan. Hasil yang tidak diharapkan ini disebut efek
samping. Paliative ; Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak
2|RESUME FARMAKOLOGI
berpengaruh terhadap penyakit itu sendiri. Contoh: Morphin sulfat atau
Aspirin untuk rasa nyeri. Curative ;Menyembuhkan kondisi atau suatu
penyakit. Contoh: Penicilline untuk infeksi. Supportive ;Mendukung
fungsi tubuh sampai penatalaksaan lain atau respon tubuh ditangani.
Contoh: Norepinephrine bitartrate untuk tekanan darah rendah & aspirin
untuk suhu tubuh tinggi. Substitutive ;Menggantikan cairan atau
substansi yang ada dalam tubuh. Contoh: Thyroxine untuk
hypothryroidism, insulin untuk diabetes mellitus. Chemoterapeutik ;
Merusak sel-sel maligna. Contoh: Busulfan untuk leukemia. Restorative
; Mengembalikan kesehatan tubuh. Contoh: vitamin & suplement
mineral.
Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek
obat yang diinginkan.Semua obat mempunyai efek samping, baik yang
diingini maupun tidak. Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan
kadang dipakai bergantian.Efek samping atau efek sekunder dari suatu
obat adalah hal yang tidak diinginkan. Efek samping biasanya dapat
diprediksikan dan mungkin berbahaya atau kemungkinan berbahaya.
Contoh :Difenhidramin memiliki efek terapeutik berupa pengurangan
sekresi selaput lendir hidung sehingga melegakan hidung, sedangkan
efek sampingnya adalah mengantuk. Namun ketika difenhidramin
digunakan untuk mengatasi masalah sukar tidur, maka efek terapeutik
difenhidramin adalah mengantuk dan efek sampingnya adalah kekeringan
pada selaput lendir. Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit
antara obat dengan sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi. Efek
samping obat bisa terjadi antara lain : Penggunaan lebih dari satu obat
sehingga interaksi antara obat menjadi tumpang tindih pengaruh obat
terhadap organ yang sama Obat-obat tersebut punya efek saling
berlawanan terhadap organ tertentu. Reaksi merugikan merupakan batas
efek yang tidak diinginkan dari obat yang mengakibatkan efek samping
yang ringan sampai berat. Reaksi merugikan selalu tidak diinginkan.Efek
toksik atau toksitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui pemantauan
batas terapetik obat tersebut dalam plasma. Jika kadar obat melebihi
batas terapetik, maka efek toksik kemungkinan besar akan terjadi akibat
dosis yang berlebih atau penumpukan obat
3|RESUME FARMAKOLOGI
BAB II
1. Pengkajian
a. Data subyektif
2. Pengobatan sekarang
4|RESUME FARMAKOLOGI
f.Obat yang dibeli sendiri
a.Anggota keluarga
b. Data Obyektif
2. Diagnosa Keperawatan
2) Keterbatasan kognitif
5|RESUME FARMAKOLOGI
b. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan :
3) Pengaruh budaya
1) Penurunan kekuatan
1) Pandangan kabur
1) Kerusakan neuromuscular
6|RESUME FARMAKOLOGI
2) Dapat diterima (pasien dan perawat)
4) Dikerjakan bersama
6) Evaluasi jelas
Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan
dosis insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan kesehatan
yang dilakukan perawat.
Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
Klien dan keluarga memahami terapi obat.
Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
4. Implementasi
7|RESUME FARMAKOLOGI
penyaluran, dan pemberian obat. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan
kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa yang
telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang
klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang
dilakukan untuk menetralkan obat. Perawat bertanggung jawab melengkapi
laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan
pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi
hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan
ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan
penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian
semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit
yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
8|RESUME FARMAKOLOGI
terjangkit sekurang kurangnya 20 patogen potensial. Perawat beresiko
terkena cedera akibat tusukan jarum suntik melalui salah satu dari cara
berikut ini,
1. Evaluasi
dinyatakan dalam fase evaluasi. Jika tujuan tidak tercapai, perawat perlu
menentukan penyebabnya dan mengkaji ulang sesuai sebabnya. Bila
tujuan terpenuhi maka rencana keperawatan telah selesai.Berikut adalah
contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang
terkait dengan rute pemberian obat :
b. Menanyakan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat
injeksi.
9|RESUME FARMAKOLOGI
a. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat
10 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB III
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan.
Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh dokter-dokter yang
11 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
bersangkutan atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki ijin praktik
dengan wewenang dari pemerintah untuk memberikan pengobatan. Resep
dapat ditulis pada buku resep dan di isi oleh ahli farmasi di apotek di
rumah sakit. Bagi klien yang tinggal di rumah sakit, perintah pengobtan
ditulis pada lembaran intruksi dokter dan ditandatangani oleh orang yang
berwenang. Komponen dari perintah pengobatan adalah;
3. Benar Dosis
4. Benar Rute/Cara
12 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberi peroral, parenteral, tropikal,
rektal, atau melalui inhalasi.
a. Oral
Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual / bucal), misalnya
gliserin trinitrat.
b. Parenteral
Dari bahasa yunani yang berarti samping, enteron berarti usus,
lebih singkatnya berarti diluar usus / diluar saluran pencernaan.
c. Topikal
Termasuk disini adalah krim, salep, losion, liniment, spray,
dan dapat dipakai untuk melumasi, melindungi, atau menyampaikan
obat ke daerah tertentu pada kulit atau membran mukosa.
d. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat
luas dan dengan demikian berguna untuk memberi obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbutamol (Ventolin) atau spray
berklometasol (betocitade, aldecin) untuk asma atau dalam keadaan
darurat, misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Obat harus diberikan pada waktu yang benar. Jika obat itu diminum
sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi 1
jam sebelum makan
Setelah obat itu diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu, dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu
tidak sampai terminum harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
6. Benar Dokumentasi
Pendokumentasi obat yang diberikan kepada pasien kepada perawat
harus segera dicatat informasinya yang sesuai mengenai obat yang
diberikan. Ini meliputi nama obat, dosis, rute (tempat suntikan jika perlu),
waktu dan tanggal, inisial atau tanda tangan perawat. Respon klien
terhadap pengobatan perlu dicatat untuk beberapa macam obat, seperti
narkotik-bagaimana efektifitasnya dalam menggunakan nyeri-atau
analgesik non narkotik, sedativa, anti ametik dan atau relasi yang tidak
diharapkan terhadap pengobatan seperti iritasi gastrointestinal atau tanda-
13 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dalam mengakibatkan
luka untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu
kembali karena ia berfikir obat belum diberikan
Untuk membantu pencatatan tepat dan pada waktunya, banyak
fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.
14 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB IV
Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Anti-Inflamasi dan Anti-
Infeksi
Peringatan:
B. Obat Anti-Gout
15 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
mampu meredakan gejala penyakit asam urat atau Anda tidak diperbolehkan
mengonsumsi obat ini dikarenakan kondisi tertentu, Colchicine jarang
menimbulkan efek samping. Efek samping berupa sakit perut, mual, dan
diare biasanya timbul apabila obat ini dikonsumsi dalam dosis tinggi.
Apabila digunakan dalam dosis rendah dan dalam jangka waktu singkat,
kortikosteroid jarang menimbulkan efek samping. Sebaliknya, jika
digunakan dalam dosis tinggi dan jangka waktu lama, obat ini berisiko
menimbulkan efek samping, seperti otot terasa lemas, kulit mudah memar,
penipisan tulang, dan kenaikan berat badan.
Biasanya obat pencegah asam urat diperuntukkan bagi pasien yang sering
mengalami kambuh atau pasien yang sudah terkena komplikasi penyakit
asam urat. Berikut ini jenis-jenis obat pencegah serangan penyakit asam
urat.
Allopurinol.
Tablet yang diminum sekali dalam sehari ini dapat membantu tubuh
menurunkan jumlah asam urat dengan cara menghambat enzim yang
bertugas mengubah purin menjadi asam urat. Dosis allopurinol harus
disesuaikan untuk memastikan tercapainya penurunan kadar asam urat
sesuai target, yaitu di bawah 360 umol/L atau 6 mg/dl. Dosis obat ini
biasanya akan meningkat tiap 3-4 minggu, tergantung kepada hasil
pemeriksaan darah. Kristal-kristal asam urat di dalam tubuh umumnya
akan hilang secara total dalam waktu 1-2 tahun masa pengobatan.
Probenecid.
Obat ini mampu menurunkan kadar asam urat dengan cara
meningkatkan kemampuan ginjal untuk membuangnya. Efek samping
yang mungkin saja ada setelah menggunakan probenecid adalah sakit
perut, ruam kulit, dan risiko penyakit batu ginjal.
16 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Mencegah penyakit asam urat dengan vitamin C
Menurut sebuah penelitian, vitamin C mampu mencegah penyakit asam
urat dengan cara meningkatkan kinerja ginjal dalam membuang asam
urat yang ada di tubuh kita. Dosis vitamin C yang dianjurkan adalah
500 miligram per hari.
C. Obat Antibiotika
Obat ini difungsikan untuk melawan bakteri dalam tubuh, bukan virus
dalam tubuh. Hati-hati dalam memahami penyebab penyakit yang Anda
alami. Jika penyakit yang menyerang disebabkan oleh virus, obat antibiotik
kurang tepat jika Anda gunakan. Bahkan, dampak negatif obat antibiotik
jika digunakan untuk melawan virus bisa membahayakan tubuh manusia.
1. Penisilin (Penicillins)
2. Antibiotik Sefalosporin
Antibiotik sefalosporin juga terdiri dari dua macam obat yaitu cefixime
dan cefalaxim. Jika anda mengonsumsi obat anti biotik ini, akan ada
beberapa efek samping yang terjadi seperti diare, ruam, perut kejang,
dan demam.
3. Aminoglikosida
17 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
anti biotik ini pada pasien yang menderita penyakit tifus dan pneumonia.
Akan tetapi, antibiotik ini tidak bisa diberikan secara sembarangan. Anda
perlu dokter yang benar-benar ahli untuk menyuntikkan pada tubuh
Anda. Jangan mengonsumsi anti biotik ini secara terus menerus. Jika
Anda mengonsumsi secara terus menurus atau dosis yang digunakan
tidak sesuai, bisa mengganggu fungsi pendengaran dan ginjal.
4. Antibiotik Tetrasiklin
5. Makrolida
6. Antibiotik Sulfonamida
18 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
7. Antibiotik Fluroquinolones
8. Antibiotik Polipeptida
D. Obat Anti-Fungi
19 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
a. Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang
biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
b. Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal.
Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur
pada tubuh
3. Anti Jamur Injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin
adalah obat-obatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
20 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB V
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar. Sistem pencernaan berfungsi :
menerima makanan
memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan)
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
Gastritis / maag
21 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat,
yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera). Obat : jenis
antasida (untuk menetralkan asam lambung) dan anti-ulkus yang kuat
(untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung).
Perdarahan hebat : menutup sumber perdarahan pada tindakan endoskopi.
Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari: bahan iritan seperti
obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya
penyakit Crohn , alkoholik, dll diobati dengan jenis antasida dan antagonis
reseptor H2 misal Cimetidin, Ranitidian
Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap
infestasi cacing gelang. diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid
atau dilakukan pembedahan.
Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Obat : jenis anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam
lambung
22 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Hyoscine, antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi
saluran pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran alat
kelamin wanita.
3. Antispasmodik
Obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang
mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya.
Beberapa contoh :
Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah
kejang otot), Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide
digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini
membantu mengobati kram perut dan abdominal.) , Mebeverine , Papaverine,
(golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu
dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan
mesenterik.) , Timepidium , Pramiverine , Tiemonium
4. Obat Antidiare
23 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Anti diare yang ideal :
Contoh antidiare :
24 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Pencahar Perangsang.
o langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan
mengeluarkan isinya.
o bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi
sering menyebabkan kram perut
o Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses
diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang
disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar
(misalnya narkotik).
Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, misal :
7. Obat Hemoroid
25 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
keluar dari anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa terjadi
karena peregangan berulang selama buang air besar, dan sembelit (kesulitan
buang air besar, konstipasi) bisa membuat peregangannya bertambah buruk.
Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan
kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir.
8. Obat Digestan
Sediaan digestan :
26 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB VI
27 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
3) Abacterial cystitis (urethra syndrome) ialah sindrom yang terdiri
dari:
a. Sakit waktu kencing
b. Sering kencing tanpa disertai bakteri di dalam kandung kemih
b. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan
menjadi 2 macam yaitu infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi
saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih bagian bawah
terdiri dari sistitis (kandung kemih), uretritis (uretra), serta prostatitis
(kelenjar prostat). Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari
pielonefritis yaitu infeksi yang melibatkan ginjal.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara infeksi saluran kemih
terkomplikasi dan tidak terkomplikasi dalam hal kebutuhan
pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis, jenis dan lama
penatalaksanaan, serta resiko terjadinya perburukan dan gejala sisa
infeksi saluran kemih.
c. Gejala klinis
Gejala klinis infeksi saluran kemih sesuai dengan bagian saluran
kemih yang terinfeksi sebagai berikut:
1. Pasien infeksi saluran kemih bagian bawah, keluhan pasien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan
air kemih sedikitsedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
2. Pasien infeksi saluran kemih bagian atas dapat ditemukan gejala
sakit kepala, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau
nyeri di pinggang.
d. Diagnosis
Guna menentukan adanya bakteriuria, artinya infeksi saluran kemih
dengan bakteri, sekarang tersedia beberapa cara diagnosa, yaitu:
1. Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya kuman dan
lekosit di endapan dalam urin.
2. Tes nitrit (Nephur R) menggunakan strip mengandung nitrat yang
dicelupkan ke urin. Praktis semua gram negatif dapat mereduksi
nitrat menjadi nitrit, yang tampil sebagai perubahan warna tertentu
pada strip. Kuman-kuman grampositif tidak terdeteksi.
3. Dip-slide test (Uricult) menggunakan persemaian kuman di kaca
obyek, yang seusai inkubasi ditentukan jumlah koloninya secara
mikroskopis. Tes ini dapat dipercaya dan lebih cepat daripada
pembiakan lengkap dan jauh lebih murah.
4. Pembiakan lengkap terutama dilakukan sesudah terjadinya residif 1-
2 kali, terlebih-lebih pada infeksi saluran kemih anak-anak dan pria.
28 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
5. Tes ABC (Antibody Coated Bacteria) adalah cara imunologi guna
menentukan infeksi saluran kemih yang letaknya lebih tinggi.
e. Tata Laksana
Tujuan dan pengobatan infeksi saluran kemih adalah untuk
menurunkan morbiditas berupa simptom, pengangkatan bakteri
penyebab, mencegah agar tidak terjadi rekurensi dan kerusakan struktur
organ saluran kemih.
Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umum
digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih:
1. Ciprofloxacin
Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA
gyrase sehingga sintesa DNA kuman terganggu. Siprofloksasin
terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella,
Shigella, Kampilobakter, Neiseria, dan Pseudomonas. Obat ini juga
aktif terhadap kuman Gram positif seperti Str. pneumonia dan Str.
faecalis, tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk Pneumonia
streptococcus
2. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk
kombinasi karena sifat sinergisnya. Kombinasi keduanya
menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur asam folat.
Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam
folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam
dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme kerja
trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat.
3. Amoxicillin
Amoxicillin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja
dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba
yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid.
Amoksisillin merupakan turunan ampisillin yang hanya berbeda
pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum antibakteri yang
sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan
menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan
4. Ceftriaxone
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin
generasi ketiga. Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan
kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Seftriakson
29 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosprin
yang lain sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Obat ini
diindikasikan untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan
meningitis.
5. Gentamisin
Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak
digunakan. Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif
tehadap kuman anaerob.
6. Ampicillin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis invasif dan gonore.
Ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba gram -negatif dan
tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral.
30 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Fosfomisin diberikan pada saat perut kosong (2-3 jam setelah
makan), sebelum tidur, setelah kandung kemih kosong. Obat harus
dilarutkan ke dalam segelas air (50-750 mL) diberikan segera setelah
dilarutkan.
b. Nitrofuration
1) Indikasi: infeksi bakteri saluran kemih
2) Peringatan:
a) Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, konsultasikan dengan
dokter sebelum menggunakan nitrofurantoin.
b) Obat ini dikontraindikasikan pada orang dengan hipersensitivitas
terhadap nitrofurantoin, pasien dengan gangguan ginjal serius,
pasien dengan porfiria akut, pasien dengan defisiensi glucose-6-
phosphate dehydrogenase (G6PD), bayi berusia di bawah 3 bulan,
dan wanita hamil yang sudah mendekati waktu persalinan.
c) Hati-hati jika Anda menderita gangguan di hati, ginjal, diabetes
melitus dan saraf kronis (neuropati perifer).
d) Konsultasikan dengan dokter jika Anda pernah memiliki masalah
kesehatan seperti anemia, gangguan di hati, diabetes melitus,
gangguan saraf kronis (neuropati perifer), serta kekurangan asam
folat dan vitamin B.
e) Hindari mengonsumsi nitrofurantoin bersamaan dengan obat-
obatan lainnya (termasuk obat herbal) tanpa petunjuk dari dokter
karena dikhawatirkan dapat menyebabkan reaksi yang merugikan.
Pastikan dokter mengetahui apabila Anda atau anak Anda sedang
dalam pengobatan khusus, perawatan gigi, atau hendak
melakukan vaksin tifoid.
f) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan
nitrofurantoin, segera hentikan pengobatan dan temui dokter.
3) Efek Samping:
Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah menggunakan
obat ini adalah:
a) Sakit kepala f) Demam
b) Perubahan warna g) Gatal-gatal
pada wajah dan kulit h) Rasa sakit pada
menjadi kekuningan persendian atau otot
c) Rasa sakit pada dada i) Nafas pendek hingga
d) Meriang dan merasa kesulitan bernapas
tidak enak badan j) Kesulitan menelan
e) Batuk atau suara
serak
31 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Selain itu, ada juga beberapa kondisi efek samping yang jarang
namun kemungkinan dapat terjadi, seperti:
a) Tinja menjadi kehitaman atau berdarah
b) Darah pada air seni
c) Merasakan sensasi seperti terbakar, mati rasa, geli, hingga sakit
d) Muncul bintik-bintik merah pada kulit
e) Sakit tenggorokan
f) Merasa lelah atau lemas yang tidak biasa, khususnya pada bagian
kaki, pergelangan, lengan, dan tangan
g) Pembengkakan pada wajah, mulut, tangan, atau kaki
Segera ke rumah sakit terdekat atau temui dokter jika mengalami
alergi atau merasakan efek samping ringan ataupun berat setelah
menggunakan obat tersebut.
4) Dosis: Dewasa: 4 tablet/hari; Anak: 3-5 mg/kg bb
c. Heksamin
1) Indikasi: pencegahan dan pengobatan infeksi kronis saluran kemih.
Zat ini bersifat antiseptik akibat aktivitas formaldehidnya
2) Peringatan: Hindari pemberian bersama dengan sulfonamida
(resiko kristaluria) atau zat pembasa urin.
3) Interaksi:
Interaksi Dengan Obat Lain:
a) Penggunaan metenamin dengan antasida, potasium sitrat, natrium
sitrat harus dihindari.
b) Penggunaan metenamin bersama sulfonamid meningkatkan resiko
terjadinya kristaluria.
c) Asetazolamid memberikan efek antagonis terhadap efek
metenamin.
d) Penggunaan metenamin bersama dengan antasida dapat
menyebabkan penurunan efektifitas metenamin.
e) Penggunaan metenamin bersama amfetamin dapat menurunkan
konsentrasi serum Amfetamin.
f) Penggunaan metenamin bersama inhibitor karbonat anhidrase
dapat mengurangi efek terapi Metenamin.
Interaksi Dengan Makanan: Penggunaan metenamin bersama
makanan yang alkali (alkaline food) menyebabkan penurunan efek
metenamin.
4) Kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, dehidrasi, asidosis
metabolik
5) Efek Samping:
a) Gangguan saluran cerna
32 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
b) Kemerahan
c) Iritasi kandung kemih
6) Dosis: 1 gram tiap 12 jam; Anak 6-12 tahun: 500 mg tiap 12 jam
4. Norfloksasin
1) Interaksi:
a) Norfloksasina (norfloxacin) digunakan untuk infeksi saluran
saluran kemih, gonokokus dan infeksi saluran gastrointestinal
yang spesifik disebabkan oleh shigella.
b) Norfloksasina (norfloxacin) juga digunakan untuk prostatitis dan
gonorrhoea tanpa komplikasi akut.
2) Kontraindikasi:
a) Norfloksasina (norfloxacin) harus dihindari pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap norfloksasina (norfloxacin) atau
antibiotik golongan kuinolon lainnya.
b) Jangan memberikan norfloksasina (norfloxacin) untuk anak-anak,
wanita hamil, dan ibu menyusui.
c) Norfloksasina (norfloxacin) juga kontra indikasi pada pasien
dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
d) norfloksasina (norfloxacin) sebaiknya tidak diberikan kepada
pasien dengan riwayat tendon pecah.
3) Efek Samping:
a) Efek samping yang paling umum seperti mual, muntah, diare, tes
fungsi hati yang abnormal, dispepsia, konstipasi, flatulen,
heartburn, mulut kering, nyeri punggung, hiper hidrosis dan ruam
pada kulit.
b) Norfloksasina (norfloxacin) juga meningkatkan risiko tendonitis
dan tendon pecah, terutama pada pasien > 60 tahun, pasien yang
juga menggunakan kortikosteroid, dan pasien dengan
transplantasi ginjal, paru-paru, atau jantung.
c) Norfloksasina (norfloxacin), seperti fluoroquinolones lain,
diketahui juga memicu kejang atau menurunkan ambang kejang,
dan dapat menyebabkan efek samping terhadap sistem pusat
lainnya.
d) Sakit kepala, pusing, dan insomnia juga dilaporkan cukup sering
terjadi.
e) Kejadian yang jauh lebih jarang seperti tremor, psikosis,
kecemasan, halusinasi, paranoia, dan percobaan bunuh diri,
terutama pada dosis yang lebih tinggi.
4) Dosis:
33 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
a) infeksi saluran kemih tanpa komplikasi : 2 x sehari 200 mg,
dengan komplikasi 2 x sehari 400 mg,
b) infeksi saluran pencernaan : 2-3 sehari 400 mg,
c) gonorrhoeae tanpa komplikasi akut : 2 x sehari 600 mg atau 800
mg dalam dosis tunggal
b. Clidinium
Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk
mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati
kram perut dan abdominal.
c. Mebeverine
Obat ini digolongkan sebagai obat antispasmodic. Mebeverine
digunakan untuk mengobati kram dan kejang pada perut dan usus.
Mebeverine khususnya digunakan dalam pengobatan irritable bowel
syndrome (IBS) dan konsisi sejenis. Di Indonesia Mebeverine hanya
tersedia dalam bentuk tablet.
d. Papaverine
Papaverine digunakan untuk meningkatkan peredaran darah pada
pasien dengan masalah sirkulasi darah. Papaverine bekerja dengan
34 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
merelaksasi saluran darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah ke
jantung dan seluruh tubuh. Sediaannya selain tunggal juga ada yang
dikombinasi dengan obat Metamizole
e. Timepidium
Timepidium diindikasikan untuk sakit akibat spasme/kejang otot halus
yang disebabkan oleh gastritis (radang lambung), ulkus peptikum,
pankreatitis, penyakit kandung empedu dan saluran empedu, lithangiuria.
a. Pramiverine
Pramiverine diindikasikan untuk spasme/kejang dan kolik yang
terasa sangat sakit pada saluran pencernaan, saluran empedu, dan
saluran kemih, dismenore (nyeri perut pada saat haid), nyeri setelah
operasi.
b. Tiemonium
Tiemonium Methylsulfate adalah obat antispasmodic antikolinergik
sintetis. Tiemonium mengurangi kejang otot pada usus, bilari,
kandung kemih, dan uterus.
35 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB VII
36 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
B. Pengobatan Angina Pektoris
Angina pektoris (AP) adalah syndrom yang ditandai dengan nyeri
paroksismal didada bagian anterior. Nyeri ini diakibatkan oleh kurangnya
liran darah koroner yang berakibat hipoksia miokard.
Pengobatan serangan akut
1. Terapi oral : terapi oral dengan gliseril trinitrat, sorbid nitrat. Gliseril
trinitrat 600 mcg(anginine) dan isosorbid nitrat 5mg (isordil) paling
sering dipakai untuk mengatasi serangan akut. Keduanya diberi secara
sublingual dan bekerja dalam 2 menit selama sekitar 20 menit. Bila
nyerinya tidak segera mereda, dapat diulangi setelah beberapa menit,
maksimum sampai 3 tablet.
Reaksi merugikan dari agens ini adalah wajah memerah, bersama dengan
itu dapat terjadi sakit kepala pada penggunaan semua nitrat, terutama
pada awal pengobatan. Dapat terjadi hipotensi dan berakibat episode
pusing, lemah, dan perasaan akan pingsan.
a. Implikasi keperawatan.
1) Pengkajian
Jika nyeri angina dipicu oleh kegiatan tertentu, nitrat sublingual
(SL) dapat dipakai untuk mencegah nyeri, selain untuk
mengobatinya. Lamanya episode angina perlu dicatat, karena
infark miokard dapat timbul akibat iskemi miokard
berkepanjangan.
2) Intervensi
Pemberian rute sublingual (SL).Waktu yang berlalu sejak
pemberian obat sampai meredamya nyeri perlu dicatat. Dosis
dapat diulang setelah beberapa menit, sampai maksimal 3 tablet
jika nyeri tak mereda. Pasien harus beristirahat dalam posisis
duduk, kaki tidak boleh tergantung agar aliran balik vena lebih
lancar.Untuk menghindari hipotensi dan pingsan, pasien tidak
boleh dengan cepat mengubah posisi.Bila memakai sorbid
nitrat, pilih yang 5 mg untuk pemberian SL selama serangan
akut.
Pemberian obat rute oral. Tablet sorbid nitrat 10mg, untuk
profilaksis,diberi satu jam sebelum makam. Lama kerjanya 2-3
jam.
Pemberian obat rute topikal. Kapsul nitrolat dipotong dan
isisnya diperas dan dioleskan diatas kulit seluas 7,5 cm2 atau
disebarkan diatas sepotong kertas atau plastik dan lekatkan
pada kulit yang tidak berambut (sering dipilih adalah dada,
lengan atau paha).umumnya dipakai isi satu kapsul, tetapi dapat
37 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
sampai 4 kapsul. Kerjanya berlangsung 3-6 jam, dan sesudah
itu dapat dipakai yang baru.Pemberian salep ini tidak perlu
digosok atau diurut. Perawat hendaknya menjaga agar kulitnya
tidak kontak dengan salep ini.
Pemberian obat rute transdermal. Penutup lempeng
transdermal dilepaskan, pilih daerah tidak berambut (dada atau
lengan atas) dan usuahakan merotasi 4 lekatan ini.Catat waktu
pemberian ini, terutama bila harus diganti kurang dari 24 jam.
Pemberian obat rute intravena. Teknik ini umumnya hanya
dilakukan dikamar oprai atau bagian unit perawatan intensif.
Disarankan menggunakan set polietilen, bukan set PVC.
Gliseril trinitrat jangan diberi melalui suntikan intravena
langsung.
3) Evaluasi
Meredanya nyeri dada harus dicatat dengan waktunya stelah
pemberian dan jumlah tablet yang dipakai.
4) Pendidikan Pasien
Banyak pasien memakai nitrat sendiri, baik dirumah sakit
maupun di rumah. Karenanya amat penting bahwa mereka
mendapat keterangan tentang obat itu, yang meliputi :
a. Metode benar sulingual
b. Perlunya membawa nitrat setiap saat
c. Cara penyimpanan tablet yang benar (jangan dalam kotak
logam atau dekat badan) dan harus diganti yang baru.
d. Metode benar pemakaian salep
e. Perhatian bahwa kapsul nitrolat jangan diminum
f. Metode pemberian diskus transdermal
C. Terapi farmakologi henti jantung dan perawatan kritis
Obat yang dipakai untuk henti jantung dibagi dalam 5 kelompok :
1. Stimulan jantung – agens adrenergik
Jantung dikendalikan oleh sistem simpatis (adrenergik) dan
parasimpatis (kolinergik) istilah umumnya, efek adrenergik adalah
merangsang aktifitas dan efek kolinergik adalah menghambat aktifitas.
Dalam kasus henti jantung, obat adrenergik dipakai untuk merangsang
otot jantung agar aktif. Adrenalin merangsang reseptor alfa dan beta -1
dan :
1) Merangsang jantung agar berkontraksi spontan.
2) Pada fibrilasi ventrikuler, meningkatkan tonus miokard sebelum
defibrilasi.
3) Meningkatkan kecepatan konduksi dan velositas.
38 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
4) Meningkatkan perfusi dengan kompres jantung.
Isoprenalin
Kerja isoprenalin (isuprel) serupa dengan adrenalin, yaitu
merangsang miokard agar berkontraksi spontan. Berbeda
dengan adrenalin, agens ini ternyata efektif pada
asidosis.Agens ini biasanya dipakai pada pasien dengan
bradiaritmia berat, setelah pemberian bolus dengan atropin
intra vena. Dosis intrakardial adalah 20 mcg (0,1 ml) tanpa di
encerkan. Dosis awal suntikan intra vena adalah 20-60 mcg,
sampai total 200 mcg.Kecepatan infus umumnya 5 mcg/menit.
Seperti halnya adrenalin isoprenalin dipengaruhi alkali dan
karnanya jangan dicampur dengan aminofilin, fenitoin atau
nabikarbonat.Isoprenalin dan adrenalin jangan diberi
bersamaan, tetapi boleh diganti-ganti.Isoprenalin jangan
dipakai pada pasien keracunan digoksin.
Dobutamin
Dobutamin ( dobutrex, 250mg suntikan ) adalah agonis
adrenergik selektif beta-1. Kegunaannya untuk
mempertahankan sirkulasi pada pasien dengan payah jantung
atau untuk mendukung sirkulasi setelah henti jantung.
Kecepatan infus umumnya adalah 2,5-10 mcg/kg/mnt. Respon
pasien pada akhirnya yang menentukan kecepatan infus.
Dopamin
Dopamin (intropin, revimin, 200 mg/5ml suntikan) merangsang
reseptor α-, β- dan dopaminergik. Konsentrasi dopamin serum
menentukan reseptor yang di rangsang dan efek klinis yang
ditimbulkan.Pada dosis rendah (2-5mcg/kg/mnt), reseptor
dopaminergik yang ditanggung, dan terjadi fasodilasi renal dan
mesenterik. Pada dosis antara 5-20 mcg/kg/mnt, tahanan perifer
total relatif tidak berubah karna efek alfa dan beta serupa.
Namun jika dosis lebuh besar dari 20 mcg/kg/mnt, efek
vasokonstriksi diakibatkan rangsangan pada reseptor alfa.
Reaksi merugikan dari efek kardiovaskular adalah denyut
ektopik, takikardia, nyeri angina, palpitasi, hipotensi dan
vasokontriksi.; efek pada gastroinetstinal : mual dan muntah;
efek pada sistem saraf pusat: sakit kepala; efek pernafasan:
dipsnea.
Catatan penting : dopamin jangan dicampur dengan pelarut
alkali karena akan menjadi non aktif. Harus hati-hati pada
39 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
pasien dengan panyakit vaskular perifer karna bahaya iskemia
perifer dan akhirnya gangren.
2. Agens anti aritmia
Lignokain (xylocard) yang juga bersifat anestetik lokal, khususnya
efektif mengendalikan aritmia ventrikular, seperti yang terjadi selama
bedah jantung atau sesudah infark miokard akut. Dapat diberi berupa
dosis bolus atau infus, atau secara intramuskular.Lignokain kerjanya
cepat namun lama kerjanya juga singkat (20 menit).
3. Agens anti kolinergik
Atropi sulfatbekerja pada jantung dengan mengurangi hambatan vagus
. dapat dipakai papa pasien dengan infark miokard akut dan
bradikardia dengan hipotensi. Dipakai berupa dosis bolus secara
intravena ( 400/600 mcg).
4. Kalsium glukonat
Kalsium glukonat 10% atau kalsium klorida 10% dapat diberi melalui
suntikan intravena (perlahan) dalam terapi henti jantung . Kerjanya
adalah:
1) Merangsang miokard agar berkontraksi spontan , meskipun
adrenalin gagal
2) Mengoreksi gangguan keseimbangan kalsium/kalium miokard
3) Mengoreksi kelebihan beban antagonis kalsium.
5. Natrium bikarbonat
Dalam hal hipoksia atau anoksia yang berakibat asidosis
Nabikarbonat sering dipkai untuk mengoreksi gangguan
keseimbangan, dengan larutan infus 8, 4% (artinya 1 mmol/ml)
Nabikarbonat. Dosis umumnya adalah 50 mmol, dapat diulangi setiap
10 menit.Kontrol status asam basa agar jangan takar lajak (overdosis).
6. Diuretik
Diuretik adalah substansi yang mempengaruhi ginjal agar
menghasilkan lebih banyak urine. Kegunaan utama diuretik adalah
untuk mengurangi edema.
7. Diuretik Thiazid
Termasuk dalam diuretik thiazid adalah bendrofluazid,
klorothiazid, klortalidon, siklopentiazid, hindrokhlorothiazid,
metiklothiazid, kuinethazon. Reaksi merugikan dari agens ini adalah
dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dan dehidrasi jika diminum
berlebihan, kehabisan kalium, dan peningkatan asam urat plasma dan
glukosa.
8. Diuretik yang lebih protein
40 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Termasuk dalam golongan ini adalah frusemid, bumetamid, asam
etakrinik. Frusemid (Lasix), bumetamid (Burinex), dan asam etakrinit
(edecril) bekerja pada ansa henle selain pada bagian tubulus proximal.
Kerjanya lebih cepat, namun untuk waktu lebih singkat.Frusemid
adalah yang paling banyak dipakai, dengan kekuatan dosis berbeda
berbentuk tablet dan suntikan.Dosis rendah untuk penggunaan umum,
dan dosis tinggi untuk gagal ginjal.
Reaksi Merugikan dari agens ini adalah dapat meningkatkan kadar
asam urat darah, tetapi efek hiperglikemiknya lebih rendah dari
golongan thiazid. Kadang-kadang pendengaran berkurang (sementara),
terutama pada dosis tinggi (>500mg po / >250 mg suntikan).
Kehilangan kalium dengan gejala kelemahan dan kelesuan mungkin
nyata.umumnya diperlukan terapi pengganti kalium.
9. Suplemen kalium
KCL paling sering dipakai dalam berbagai bentuk tablet bersalut
enterik (slow K, span K); tablet efervesen (chlorvercent); dan bentuk
cair ( Kay Ciel) yang dilarutkan dalam segelas air / jus. Dalam hal
kehabisan kalium, diberi suntukan intravena dalam bentuk diencerkan,
tidak pernah melalui bolus intravena.
10. Diuretik penghemat kalium
Termasuk dalam golongan ini adalah spironolakton, amilorit,
triamteren. Tidak semua diuretik memiliki efek mengeluarkan kalium
seperti diuretik yang sudah dibahas.Beberapa yang bekerja pada bagian
distal tubulus distal memiliki efek menghemat kalium, artinya kalium
tidak ikut dikeluarkan namun dipertahankan dalam badan.Salah
satunya adalah, spironolakton (aldactone), antagonis
aldosteron.Aldosteron umumnya menyebabkan retensi natirum
dibagian distal tubulus distal. Obat lain adalah amilorod (midamor)
dan triamteren (dytac).
Reaksi Merugikan dari agens ini adalah kemungkinan hiperkalemia,
pada pasien dengan gagal ginjal atau bila diberi kalium tambahan pad
waktu bersamaan.Pada penggunaan berkepanjangan spironolakton
dapat berakibat ginekomastia, mengantuk dan letargi.
11. Diuretik osmotik
Termasuk dalam golongan ini adalah mannitol, urea dan gliserol.
Mannitol, umumnya diberi secara intravena berupa larutan 10 – 20%
paling banyak dipakai.Diuretik ini menghambat reabsorbsi air.Dipakai
untuk mengurangi edema serebral atau menurunkan tekanan
intraokular.
a. Implikasi keperawatan
41 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Pengkajian
Pengkajian dasar meliputi status kardiovaskuler, derajat edema
paru dan perifer, keluaran urin berat badan dan elektrolit serum.
Pasien diabet yang diberi thiazid dapat menjadi hiperglikemik,
sehingga kadar gula darah harus dikaji. Pasien dengan
kecenderungan rematik yang diberi thiazid dan frusemid harus
dikaji asam urat darahnya.Fungsi pendengaran (telinga) harus
dikaji sebelum mulai diberi frusemid atau asam ethakrinik.
Intervensi
Diuretik sebaiknya diminum dipagi hari. Bila harus diberi
beberapa kali sehari, dosis terakhir sebaiknya pada sore hari,
kecuali pasien kadang dikateterisasi.Jika diuretik thiazid
menggangu lambung, dapat diberi bersama makanan.
Evaluasi
Derajat respon terhadap diuretik dapat diketahui dengan
mencatat masukan cairan dan volume keluaran,atau dengan
catatan berat badan hariannya. Kadar kalium, asam urat dan
glukosa darah harus sering dikaji. Hipo atau hiperkelimia dapat
timbul, tergantung jenis diuretik yang dipakai.
Pendidikan pasien
Pasien harus mengerti bahwa peningkatan keluaran urine itu
adalah yang diharapkan dan diinginkan dari diuretik dan
mereka perlu menentukan saat yang paling nyaman untuk
meminumnya. Pentingnya kalium tambahan dan tanda reaksi
merugikan.
42 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
2) Deuretik Non-Thiazid
Diuretik non-thiazid indapamid (Natrilix) adalah obat anti
hipertensi oral, yang bila dipakai dengan dosis rendah (sampai
2,5 mg per hari) dipakai untuk pengobatan hipertensi esensial.
Obat ini mengurangi sympathetic outflow dari sistem saraf
autonom.
3) Obat penyekat-beta
Obat penyekat-beta non-selektif memblok reseptor beta-1 dan
beta-2. Penyekat-beta kardioselektif terutama memblok
nreseptor beta-1 dan tidak terlalu memblok reseptor beta-2,
yang mengakibatkan bronkodilatasi dalam paru. Agens ini
tidak dianjurkan untuk pasien asma, tetapi lebih cocok untuk
pasien diabetes dan pasien dengan penyakit vaskular perifer.
4) Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium banyak dipakai untuk angina pektoris; kini
juga untuk hipertensi. Mekanisme kerjanya adalah memblok
masuknya ion kalsium ke dalam sel
5) Inhibitor ACE
Inhibitor ACE (angiotensin converting enzyme) diduga
menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron, sehingga
tekanan darah turun. Inhibitor ACE menghambat enzim untuk
mengubah angiostensin I menjadi angiostensin II
(vasokonstriktor kuat).
E. Obat penurunan lipid darah
Hiperlipidemia adalah sekelompok keadaan yang ditandai
peningkatankonsentrasi berbagai lipoprotein plasma, seperti
kilomikron,VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density
lipoprotein).
43 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
indikasi untuk pasien dengan gagal ginjal menahun atau sindrom
nefrotik.
3. Probukol
Mekanisme kerja probukol ( Lursell ) juga belum jelas . Agens ini
terutama dipakai bila pada pasien gagal menurunkan kadar kolestrol
dengan diet dan terapi kolesteramin.
Implikasi keperawatan :
1) Evaluasi
Karena kadar kolestrol dan trigliserida plasma meningkat sesudah
makan , maka pemeriksaan harus pada darah kuasa.Kemajuan dan
efektifnya pengobatan dipantau dari perubahan dalam kadar
kolestrol dan trigliserida .
2) Pendidikan Pasien
Hiperlipidemia sangat meningkatkan resiko terhadap aterosklerosis
dan penyakit jantung lainnya. Pengobatan bertujuan mencegah
komplikasi ini dan idealnya harus dimulai sebelum timbul gejala .
Kepatuhan mengikuti aturan pengobatan sangat penting, Karena itu
pasien harus diyakinkan dan mengerti mengapa mereka harus taat
minum obat sesuai dengan yang ditentukan, termasuknya dietnya.
Terapi obat itu hanya bantuan untuk, dan bukan menggantikan diet
yang tepat. Terapi dengan obat hipolipidemik biasanya untuk
jangka panjang.
44 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB VIII
A. Rhinitis
Menurut Karch, Amy M (2003) rhinitis adalah suatu peradangan
membrane mukosa hidung dan ditandai oleh bersin, gatal pada hidung, ingus
yang cair, dan hidung tersumbat. Suatu serangan mungkin dirangsang oleh
inhalasi alergen (seperti debu, serbuk sari, atau bulu binatang).
1. Antihistamin (penyekat reseptor H1)
Antihistamin merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk
menggobati bersin dan ingus cair yang menyertai rhinitis alergika.
Penyekat reseptor histamin H, seperti difenhidramin, klorfeniramin,
loratadin, terfenadin dan astemizol, berguna dalam mengobati gejala
rinitas alergika yang disebabkan oleh pelepasan histamin. Kombinasi anti
histamine dan dekongestan efektif bila sumbatan hidung merupakan
gejala dari rintis. Obat-obat ini berbeda dalam kemampuan menyebabkan
sedasi dan masa kerjanya.
a. Farmakokinetik
b. Indikasi
45 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Antihistamin generasi pertama digunakan untuk mengatasi
hipersensitifitas, reaksi tipe I yang mencakup rhinitis alergi musiman atau
tahunan, rhinitis vasomotor, alergi konjunktivitas, dan urtikaria. Agen ini
juga bisa digunakan sebagai terapi anafilaksis adjuvan.
46 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Meclizine (bonine,dll) 25-50 12-24 – Sedasi ringan;
aktivitas anti
motion sickness
Alkylamine / + – ++
Bropheniramine 4-8 4-6 + Sedasi ringan
(dimetane,dll)
Chlorpheniramine 4-8 4-6 +++ Sedasi ringan;
(chlortrimeton,dll) tersedia dalam
komponen
perawatan flu
Derivat phenothiazine / +++
Promethazine 10-25 4-6 +++ Sedasi lanjut;
(phenergen,dll) antiemetic
Lain-lain
Cyproheptadine 4 + Sedasi
(periactin,dll) menengah; juga
mengandung
aktivitas
antiserotonin
ANTIHISTAMIN GENERASI KEDUA
Piperidine
Fexofenadine (allegra) 60 – Resiko rendah
dari aritmia
Lain-lain
Loratadine (claritin) 10 12 – Aksi yang lebih
lanjut
Catirizine (Zyrtec) 5-10 –
Mekanisme kerja :
Bekerja memblok reseptor H1 secara kompetitif atau non kompetitif
untuk mengurangi kotraksi otot polos saluran nafas, mengurangi permeabilitas
vaskular, dan mengurangi reflex serabut sensoris yang membebaskan neuro
peptida dari serabut sensoris.
d. Efek Samping
47 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
kadang-kadang efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu
dihentikan.1
1. Efek sedasi
48 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
serta memiliki masa kerja yang panjang, sehingga cukup diberikan
sekali dalam sehari.
2. Gangguan psikomotor
3. Gangguan kognitif
4. Efek kardiotoksisitas
e. Kontraindikasi
49 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
6. Hipertropi prostat simptomatik
7. Bladder neck obstruction
8. Penyumbatan pyloroduodenal
9. Gejala saluran napas atas (termasuk asma)
10. Pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
11. Pasien tua.
f. Interaksi Obat
50 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Inhibitors (SSRIs): pertama object drug
fluoxetine, fluvoxamine,
nefazodone, paroxetine,
sertraline
2. Agonis β-adrenergik
a. Farmakodinamika :
Zat-zat ini bekerja selektif terhadap reseptor beta-2 adrenergik
(bronchospasmolysis) dan praktis tidak terhadap reseptor beta-1
(stimulasi jantung).
b. Indikasi :
Untuk mencegah dan untuk mengatasi bronkospasme.
c. Farmakokinetik :
Diadsorbsi minimal dari saluran cerna,tidak melintasi blood-brain
barier ,dimetabolisme secara ekstensif dalam hepar menjadi metabolit
in aktif,dieksresi secara cepat melaui urin dan feses.
d. Efek samping :
Contoh obat
51 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
1) Dosis : 2mg, 4mg/tab, 2mg/5ml
Anak-anak : 3-4x 1/4-1/2 tab
Dewasa : 3-4x 2 tab
52 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
b. Contoh obat
53 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
9. Steroid yang aktif pada pemberian topikal dan dapat mengontrol
asma tanpa menyebabkan efek sistemik atau suspersi adrenal
adalah beklometason dipropionat, budesonid, triamsinolon
asetat, dan flunisolid.
h. Efek samping
umumnya dari steroid inhalasi adalah kandidiasis orofaringeal
dan disfonia yang dapat dikurangi dengan penggunaan aerosol spacer
dan higiene orofaringeal yang baik. Efek samping trerois per oral
adalah osteoporosis, penambahan berat badan, hipertensi, diabetes,
miopati, gangguan psikiatri, kulit rapuh, katarak, dan supresi adrenal.
B. Bronkodilator/Antiasmatikus
Menurut Mycek, Mery J dkk (1995) bronkodilator adalah obat yang
digunakan untuk memfalisitasi pernapasan dengan cara mendilatasi jalan
napas.
1. Xantin
Xantin termasuk kafein dan teofilin, berasal dari berbagai macam
sumber alami. Obat ini dahulu merupakan obat pilihan untuk mengatasi
asma dan bronkospasme. Namun, obat ini memiliki batas aman yang
relatif sempit dan berinteraksi dengan berbagai macam obat lainnya.
Oleh karena itu, obat ini tidak lagi menjadi obat bronkodilator utama.
Xantin yang digunakan untuk mengatasi penyakit saluran pernapasan
adalah aminofilin (truphyilline), kafein (Caffe-drine dan obat lain),difilin
(Dilor dan obat lain), okstrifilin (Choledyl-SA), dan teofilin (Sto-bid,
Theo-Dur)
54 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Xantin diabsorpsi dengan cepat dalam salurn cerna (GI) dan
mencapai nkadar puncaknya dalam dua jam. Obat ini di distribusikan
secara luas dan di metabolism dalam hati. Ekskresi terjadi melaui urin.
Xantin data menembus plasenta dan masuk ke ASI. Obat ini telah
dikaitkan dengan kondisi janin yang abnormal dan kesulitan bernapas
saat lahir pada penelitihan yang menggunakan binatang. Walaupun
belum terdapat penelitian yang jelas pada kehamilan manusia,
penggunaan obat ini harus dibatasi hanya jika manfaatnya pada ibu
lebih besar daripada resiko potensial pada janin. Karena Xantin masuk
ke ASI dan dapat mempengaruhi bayi, pasie yang menggunakan obat
ini selama menyusui perlu menggunakan metode lain untuk memberi
makan bayinya.
55 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
mengurangi atau menghentikan rokok, karena dapat terjadi keracunan
yang berat akibat xantin.
2. Bronkodilator Antikolinergik
Pasien yang tidak dapat menoleransi efek simpatis dari obat
simpatomimetik dapat berespon terhadap obat antikolinergik
ipratpropium (Atroven). Obat ini seefektif obat simpatomimetik, tetapi
obat ini meredakan beberapa gejala pada pasien yang tidak menoleransi
obat-obatan lain.
b. Farmakokinetik
56 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
d. Efek Merugikan
57 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
dimetabolisme dalam hati dan diekskresikan sedikit melalui urine. Saat
ini diketahui apakah obat ini dapat menebus plasenta atau masuk ke
ASI.
Dornase alfa merupkan mukolitik yang dipersiapkan
menggunakan teknik rekombinan DNA ekstraseluler dari protein.
Obat ini memiliki durasi kerja yang lama dan nasibnya di dalam tubuh
masih belum diketahui. Tidak ada data tentang efek obat ini pada
pasien yang sedang hamil atau menyusui. Obat ini digunakan untuk
mengurangi pembentukan sekret pada penyakit kritis fibrosis,
membantu jalan nafas terbuka dan berfungsi lebih lama.
b. Efek merugikan
Efek merugikan paling umum terjadi terkait dengan
penggunaan obat mukolitik adalah adanya gangguan GL stomatitis,
Rinorea dan terkadang ruang. Efek sampan samping obat mukolitik,
efek ringan biasanya terjadi pada saluran pencernaan seperti mual
c. Interaksi
d. Farmakokinetik
2. Ekspektoran
Menurut Tambayong, Jan (2001) ekspektoran mengencerkan sekret
disaluran nafas bagian bawah, mengurangi kekentalan sekret tersbut
sehingga memudahkan pasien untuk membatukkannya. Ekspektoran
58 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
tersedia dalam berbagai bentuk preparat yang dijual bebas sehingga obat
dapat digunakan oleh masyarakat tanpa harus berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan. Ekspektoran yang tersedia mencangkup guaifenesin (Anti-Tuss
dan lainnya ) dan terpin hidrat ( juga merupakan obat anti tusif, hanya
dalam bentuk generik).
a. Cara kerja obat dan indikasi terapeutik
Guaifenesin meningkatkan keluarnya cairan dari saluran
pernafasan dengan cara mengurangi kelekakatan dan tegangan
permukaan cairan, mempermudah pergerakan sekret yang berkurang
kekentalannya. Hasil dari pengenceran dari kekentalan ini adalah pasien
akan sering mengalami batuk produktif sehingga mengurangi frekuensi
batuk.
b. Efek merugikan
Efek merugikan yang biasa terjadi pada penggunaan ekspektoran
adalah adanya gejala GI ( misalnya: mual,muntah, anoreksia
D. Antitusif
Menurut Karch, Amy M (2003) antitusif merupakan obat yang
menekan refleks batuk. Berbagai gangguan di saluran nafas termasuk
selesma, sinusitis, paringitis, dan pneumonia, disertai dengan batukr yang
tidak nyaman dan tidak produktif.
1. Cara kerja obat dan indikasi terapeutik
Antitusif yang digunakan sejak dahulu, termasuk kodein (hanya
generik), hidrokodon ( hycodan), dan dekstrometorfan (benylin dan jenis
yang lain), bekerja secara langsung pada pusat batuk di medulla otak
untuk menekan refleks batuk. Karena bekerja dipusat, obat ini bukan
obat pilihan bagi mereka yang mengalami cedera kepala atau yang
mengalami kerusakan sistem saraf pusat (SSP). Obat ini diabsopsi
dengan cepat, dimetabolisme dalam hati, dan di ekskresikan melalui urin.
2. Kontraindikasi dan peringatan
Antitusif dikontraindikasikan pada pasien yang memerlukan
59ecret batuk untunk memertahankan jalan nafas ( misalnya pasien pasca
operasi dan pasien yang baru menjalani pembedahan abdomen dan
toraks). Pasien yang mengalami asma dan emfisema disarankan untuk
berhati-hati dalm dalam menggunakan obat ini, karena penekanan reflek
batuk pada pasie dapat mengakibatkan akumulasi 59ecret dan hilangnya
cadangan penafasan.Tindakan kewaspadaan perlu diterapkan pada pasien
yang hipersensitif atau memilik riwayat ketergantungan narkotika
(kodein,hidrokodon). Kodein merupakan narkotika dan berkemungkinan
menimbulkan ketergantungan obat.
59 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB IX
a. Amfetamin
60 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
b. Metilfenidat
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan
depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak.
Dosis pemberian :
Anak : 0.25 mg/kgBB/hr
Dewasa : 10 mg 3x/hr
c. Doksapram
Indikasi : perangsang pernafasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah.
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP.
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV.
d. Kafein
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir
yang cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk
merangsang pernafasan pada apnea bayi premature.
61 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
diabsorbsikan dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7
jam, diekskresikan melalui urin.
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
e. Barbiturat
Pertama kali diperkenalkan tahun 1963. Tiopental sekarang lebih
dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton
Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum
barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat
dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit
tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 – 10
menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali
seperti semula
Mekanisme kerja
Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat
akan menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem
saraf pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler, suatu
jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang
beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa
fungsi vital termasuk kesadaran.
Dosis
Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk
menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan
dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien.
Efek samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga
jangan memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat
alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan
terjadinya reaksi anafilaksis
62 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
2. Obat penekan sistem saraf
A. Obat Anestetik :
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dalam bermacan-macam tindakan operasi.
a. Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible
penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat)
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan
rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Penggunaan : Anestetik lokal umumnya digunakan secara
parenteral misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian
anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik lokal dibagi
menjadi 3 jenis :
1) anestetik permukaan, digunakan secara local untu
melawan rasa nyeri dan gatal
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan
ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya
pada daerah kulit dan gusi.
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan
penyuntikan disuatu tempat dimana banyak saraf
terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas
misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam
kloridanya yang mudah larut dalam air.
Persyaratan anestetik lokal :
Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa
persyaratan sebagai berikut:
a. tidak merangsang jaringan
b. tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap
susunan saraf sentral
c. toksisitas sistemis rendah
d. efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
e. mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka
waktu cukup lama
f. larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang
stabil dan tahan pemanasan
Efek samping : Efek samping dari pengguna anestetik local
terjadi akibat khasiat dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi
jantung ), mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi.
Penggolongan :
Secara kimiawi anestetik lokal dibagi 3 kelompok yaitu :
63 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
a. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain,
tetrakain, dan oksibuprokain
b. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain,
bupivikain,, cinchokain dll.
c. Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping:
1. Bupivikain
Indikasi : anestetik lokal
2. Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
3. Lidokain
Indikasi :anestesi filtrasi dan anestesi permukaan,
antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4. Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa
nyeri dan gatal
5. Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
6. Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
7. Benzilalkohol
Indikasi :menghilangkan rasa gatal, sengatan
matahari, gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
64 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
5) Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu
pembedahan
Efek samping :
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek
samping yang terpenting diantaranya adalah :
Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan
trikloretiken
Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan
metoksifluran yang paling ringan pada eter
Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi
seperti senyawa klor
Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan :
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan
menjadi 2 yaitu:
1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra
short acting ( thiopental dan heksobarbital )
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran
pernafasan. Contohnya eter, dll.
65 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
4. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada
keesokan harinya
5. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka
panjang
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng
mirip dengan morfin antara lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya
flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti
mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau,
contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik
bersifat lipofil.
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital,
siklobarbital, heksobarbital,dll.
2. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam dan triazolam.
3. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan
turunannya serta paraldehida.
4. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium,
natrium, dan ammonium ) dan turunan ure seperti
karbromal dan bromisoval.
5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida
) dan metaqualon.
66 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
3. Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4. Kloral hidrat
Indikasi :hipnotika dan sedatif
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan
ketagihan
5. Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan
strikhnin.
Peringatan penggunaan:
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil,
atau menyusui, dianjurkan berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan atropin.
Harap berhati-hati bagi yang sedang menderita glaukoma,
sindrom down, kerusakan otak, atau paralisis spastik.
Disarankan tidak mengemudikan kendaraan atau
mengoperasikan alat berat, karena atropin bisa mengganggu
indera penglihatan.
67 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Atropin
Dosis atropin yang biasanya diberikan oleh dokter pada pasien
dewasa adalah satu sampai dua tetes pada tiap bola mata, satu jam
sebelum pemeriksaan refraksi
Pengunaan Atropin
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan
mengikuti anjuran dokter dalam menggunakan atropin. Jangan
menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.
b. Skopolamin/scopolamine
Scopolamine adalah obat golongan antikolinergik yang digunakan
untuk mencegah rasa mual dan muntah yang biasanya muncul
setelah efek pemberian anestesi pada prosedur operasi.
Peringatan:
Wanita yang merencanakan kehamilan, wanita yang sedang hamil,
atau wanita menyusui harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
menggunakan obat ini.
Bayi yang berusia di bawah 6 bulan tidak boleh diberikan obat ini.
68 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
riwayat cedera otak atau kepala harus berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan obat ini.
Sulit menelan
Jumlah urine yang sedikit
atau tidak ada sama sekali
Sakit ketika berkemih
Mengantuk
Gelisah
Bingung atau paranoia
Detak jantung yang cepat
Mulut kering yang bisa
meningkatkan rasa haus
Penglihatan mengabur dan
pupil membesar
Mata menjadi sensitif
terhadap cahaya
Kulit kering
69 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
4. Obat yang bekerja terhadap syaraf otonom
1. Cara kerja obat otonom
Obat otonom mempengaruhi transmisi neuro humonal dengan cara
menghambat atau mengintensifkannya. Terhadap beberapa kemungkinan
pengaruh obat pada transmisi sistem kolinergik dan adrenergik, yaitu :
1. Menghambat sintesis (pelepasan transmitor)
2. Menyebabkan pelepasan transmitor
3. Berikatan denagn reseptor
4. Menghambat destuksi transmitor
2. Penggolongan obat berdasarkan efek utamanya
a. Kolinergik atau parasimpatomimetik
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas
susunan saraf para simpatis.
Farmakodinamik kolinergik
Meningkatkan TD
Meningkatkan denyut nadi
Meningkatkan kontraksi saluran kemih
Meningkatkan peristaltik
Konstriksi bronkiolus( kontra indikasi asma bronkiolus)
Konstriksi pupil mata ( miosis)
Antikolinesterase : meningkatkan tonus otot
Efek samping
Indikasi
70 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Efik muskarinik : matahiperemis, miosis kuat, bronkostriksi,
laringgospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat
berlebih.
Efek nikotinik : otot rangka lumpuh
Efek kelainan sentral : ataksia, hilangnya reflek, bingung, sukar
bicara, konvulsi, koma, nafas cheyne stokes, lumpuh nafas.
Pergolongan Adrenergik
Bersifat intropik
Bronkodilator
Hipertensi
Tremor dan gelisah
Efek samping
Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja
non selektif (bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering
timbul pada obat-obat adrenergic adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi,
artimia , tremor, pusing,kesulitan berkemih, mual dan muntah.
Kontra indikasi
71 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB X
Muskuloskeletal meliputi banyak bagian dari tubuh kita, dengan penyebab nyeri
muskuloskeletal yang bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung pada
(1) Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh
yang rusak
(3) Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak
aktif seperti duduk sepanjang hari, dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal
(4) Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.
Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal antara lain Vitamin, Mineral,
Analgetik, Antiinflamasi, Antibiotik, Antineoplastik (sitostatika).
1. Penguat tulang
a. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai
reaksi metabolisme dan mempertahankan kesehatan. Sumber bahan makanan dan obat.
Vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A, D, E, K.
Vitamin D
o Sumber : minyak ikan, ragi, jamurdan provitamin D yang disintesa kulit oleh sinar
ultraviolet sinar matahari (terutama pagi hari) diubah menjadi Vit D
o Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang : penyakit Rakhitis (pada
anak/bayi) dan osteomalasia (pada dewasa)
b. Mineral
o Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa : 7
dalam jumlah banyak dan 6 “trace elements” ( Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn )
o Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal
paha. Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut:
72 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Komsumsi kalsium:
o Bisphosphonate
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa
diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan
memperlambat laju sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa
bisphosphonate berbeda seperti alendronate, etidronate, ibandronate, risedronate, dan
asam zolendronic.
o Strontium ranelate
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air. Obat
ini bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok.
Strontium ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru
(osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang.
2. Penetral zat
o Obat urikosonik
Probenesid Obat yang membantu pengeluaran asam urat lewat urine
73 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Beberapa DMARDs yang bisa digunakan adalah :
hydroxychloroquine,
methotrexate,
sulfasalazine,
leflunomide.
3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa meghalangi kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu
tubuh. Obat analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimia. Obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping.
Untuk mengatasi rasa nyeri, pasien memerlukan obat antinyeri yang cukup kuat. Pereda
nyeri sekelas parasetamol biasanya tidak cukup kuat untuk melawan nyeri akibat asam
urat. Karena cara kerjanya hanya meredakan nyeri dan radang, obat kelompok ini sama
sekali tidak berurusan dengan kristal asam uratnya. Dan karena khasiatnya meredakan
nyeri, obat-obat ini biasa juga diresepkan untuk rematik jenis lain.
o Diklofenak
oPiroksika
m
o Meloksikam
o Ketoprofen
o Tinoridin
o ibuprofen,
o naproxen,
o diclofenac,
4. Antiinflamasi
Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau
pembengkakan. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
o Kolkisin, untuk menghentikan serangan akut yang diberikan setiap jam pada awal
serangan nyeri hebat hilang. Obat ini bukan golongan pereda nyeri melainkan
antiradang. Termasuk obat “sangat keras” karena punya banyak efek buruk misalnya
muntah dan diare. Batas keamanannya juga sangat sempit, kelebihan dosis sedikit saja
bisa berefek fatal. Karena itu, gunakan hanya sesuai petunjuk dokter. Contoh merek
dagang: Recolfar®.
74 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
o Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.
Obat anti inflmasi steroid contohnya adalah Kortikosteroid. Untuk menghilangkan radang,
dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid seperti prednisolon, deksametason, dsb.
Obat ini memiliki banyak efek samping. Karena itu pastikan Anda mengonsumsinya
sesuai dengan petunjuk dokter. Baca juga Bab Kortikosteroid.
5. Antibiotika
segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata
rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Berbeda dengan desinfektan,
desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi
kuman untuk hidup.
o Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
o Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol,
kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
o Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin; dan
Pemberian AB :
o Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai
kadar puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai
dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral.
75 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
o Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka
frekuensi pemberiannya sering.
o Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati
& menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah
gejala penyakit lenyap.
o Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama khususnya
untuk membunuh sel kanker. Mengkombinasikan obat yang memiliki mekanisme aksi yang
berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan pengrusakan dari sel kanker & mungkin dapat
menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
o Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses membelah diri
76 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
77 | R E S U M E F A R M A K O L O G I