Anda di halaman 1dari 77

BAB I

KONSEP FARMAKOLOGI

A. Farmasetik

Farmasetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-


obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.

B. Farmakokinetik

Farmakokinetik adalah proses atau nasib obat di dalam tubuh, juga biasa
diartikan respon tubuh terhadap obat. Secara Farmakokinetik, tubuh
merespon obat melalui 4 proses, yaitu :

 Arbsopsi (A), merupakan proses diserapnya obat oleh tubuh. Proses


penyerapan ini tergantung dengan cara apa obat diberikan.
 Distribusi (D), merupakan proses pembagian obat oleh tubuh kepada
bagian atau jaringan yang membutuhkan obat tersebut, proses ini terjadi
setelah arbsopsi.
 Metabolisme (M), merupakan proses pengubahan struktur kimiawi obat
oleh tubuh untuk menyesuaikan terhadap fungsinya dan agar lebih mudah
deksresi.
 Eksresi (E), merupakan proses dikeluarkannya obat keluar tubuh,
kebanyakan obat akan dibuang melalui urin dan yang berperan penting
disini adalah organ ginjal.

C. Farmakodinamik

Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia


selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat dapat menyebabkan efek
fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek
yang diinginkan dan efek sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan.
Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder adalah
difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin. Efek primer dari
difenhidramin adalah untuk mengatasi gejala-gejala alergi dan efek
sekundernya adalah penekanan susunan saraf pusat yang menyebabkan
rasa kantuk. Efek sekunder ini tidak diinginkan jika pemakai obat sedang
mengendarai mobil atau beraktivitas lain, tetapi pada saat tidur, efek ini
menjadi diinginkankarena menimbulkan sedasi ringan.

1|RESUME FARMAKOLOGI
1. Mula, Puncak dan Lama Kerja Obat

Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir
sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC= minimum
effective concentration). Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama kerja adalah
lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat
menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat
memakanwaktu beberapa hari atau jam. Ada 4 kategori kerja obat,
yaitu perangsangan atau penekanan, penggantian, pencegahan atau
membunuh organisme dan iritasi. Kerja obat yang merangsang
akan meningkat kankecepatan aktivitas sel atau meningkatkan sekresi
dari kelenjar. Obat-obat yang menekan akan menurunkan aktivitas sel
dan mengurangi fungsi organ tertentu. Obat-obat pengganti, seperti
insulin, menggantikan senyawa-senyawa tubuh yang esensial. Obat -
obat yang mencegah atau membunuh organisme menghambat
pertumbuhan sel bakteria. Penisilin mengadakan efek bakterisidalnya
dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat-obat juga dapat
bekerja melalui mekanisme iritasi. Laksatif dapat mengiritasi dinding
kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan peristaltik dan defekasi.
Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau
bulan. Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu
paruh merupakan pedoman yang penting untuk menentukan interval
dosis obat. Obat-obat dengan waktu paruh pendek, sepertipenisilin G
(t ½-nya 2 jam), diberikan beberapakali sehari; obat-obat dengan
waktu paruh panjang, seperti digoksin (36 jam), diberikan sekali
sehari. Jika sebuah obat dengan waktu paruh panjang diberikan dua
kali atau lebih dalam sehari, maka terjadi penimbunan obat di dalam
tubuh dan mungkin dapat menimbulkan toksisitas obat. Jika terjadi
gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat.Dalam
hal ini, dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat
menimbulkan toksisitas obat.

2. Efek Terapetik, Efek Samping, Reaksi yang merugikan dan Efek Toksik

Efek terapeutik dari suatu obat disebut juga efek yang diinginkan,
adalah efek yang utama yang dimaksudkan yakni alasan obat diresepkan.
Efek terapeutik obat didefinisikan juga sebagai sebuah konsekuensi dari
suatu penanganan medis, di mana hasilnya dapat dikatakan bermanfaat
atau malah tidak diharapkan. Hasil yang tidak diharapkan ini disebut efek
samping. Paliative ; Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak

2|RESUME FARMAKOLOGI
berpengaruh terhadap penyakit itu sendiri. Contoh: Morphin sulfat atau
Aspirin untuk rasa nyeri. Curative ;Menyembuhkan kondisi atau suatu
penyakit. Contoh: Penicilline untuk infeksi. Supportive ;Mendukung
fungsi tubuh sampai penatalaksaan lain atau respon tubuh ditangani.
Contoh: Norepinephrine bitartrate untuk tekanan darah rendah & aspirin
untuk suhu tubuh tinggi. Substitutive ;Menggantikan cairan atau
substansi yang ada dalam tubuh. Contoh: Thyroxine untuk
hypothryroidism, insulin untuk diabetes mellitus. Chemoterapeutik ;
Merusak sel-sel maligna. Contoh: Busulfan untuk leukemia. Restorative
; Mengembalikan kesehatan tubuh. Contoh: vitamin & suplement
mineral.

Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek
obat yang diinginkan.Semua obat mempunyai efek samping, baik yang
diingini maupun tidak. Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan
kadang dipakai bergantian.Efek samping atau efek sekunder dari suatu
obat adalah hal yang tidak diinginkan. Efek samping biasanya dapat
diprediksikan dan mungkin berbahaya atau kemungkinan berbahaya.
Contoh :Difenhidramin memiliki efek terapeutik berupa pengurangan
sekresi selaput lendir hidung sehingga melegakan hidung, sedangkan
efek sampingnya adalah mengantuk. Namun ketika difenhidramin
digunakan untuk mengatasi masalah sukar tidur, maka efek terapeutik
difenhidramin adalah mengantuk dan efek sampingnya adalah kekeringan
pada selaput lendir. Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit
antara obat dengan sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi. Efek
samping obat bisa terjadi antara lain : Penggunaan lebih dari satu obat
sehingga interaksi antara obat menjadi tumpang tindih pengaruh obat
terhadap organ yang sama Obat-obat tersebut punya efek saling
berlawanan terhadap organ tertentu. Reaksi merugikan merupakan batas
efek yang tidak diinginkan dari obat yang mengakibatkan efek samping
yang ringan sampai berat. Reaksi merugikan selalu tidak diinginkan.Efek
toksik atau toksitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui pemantauan
batas terapetik obat tersebut dalam plasma. Jika kadar obat melebihi
batas terapetik, maka efek toksik kemungkinan besar akan terjadi akibat
dosis yang berlebih atau penumpukan obat

3|RESUME FARMAKOLOGI
BAB II

PERAN PERAWAT DAN HAK PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT

A. Peran perawat dalam pemberian obat kepada pasien

Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan


proses keperawatan dengan memperhatikan 7 hal benar dalam
pemberian obat, yaitu benar pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu,
dokumentasi dan benar dalam informasi

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah pasien (Doenges, 2000). Untuk
menetapkan kebutuhan terhadap terapi obat dan respon potensial
terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.Adapun data
hasil pengkajian dapat dikelompokkan ke dalam data subyektif dan data
obyektif.

a. Data subyektif

1.Riwayat kesehatan sekarang

Perawat mengkaji tentang Gejala-gejala yang dirasakan klien.

2. Pengobatan sekarang

Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan,


dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi
keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa sumber
harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang
dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak
mungkin informasi tentang obat yang diberikan.

a. Dosis, rute, frekuensi, dokter yang meresepkan, jika ada

b.Pengetahuan klien mengenai obat dan efek sampingnya

c.Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat

d.Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan ketidakpatuhan

e.Alergi dan reaksi terhadap obat

4|RESUME FARMAKOLOGI
f.Obat yang dibeli sendiri

3 Riwayat kesehatan dahulu, meliputi

a.Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien

b.Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau

c.Obat yang dibeli sendiri /OTC

4. Sikap dan Lingkungan klien

Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada


obat. Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,
khususnya jika klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji
sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang mendukung
bukti ketergantungan obat

a.Anggota keluarga

b.Kemampuan menjalankan Activity of Daily Living (ADL)

c.Pola makan, pengaruh budaya klien

d.Sumber keuangan klien

b. Data Obyektif

Dapat diketahui dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan


pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan
laboratorium. Jangan lupa, anda harus memusatkan perhatian pada
gejala-gejala dan organ-organ yang kemungkinan besar terpengaruh
oleh obat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan hasil pengkajian. Dibawah ini


beberapa contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.

a. Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :

1) Kurang informasi dan pengalaman

2) Keterbatasan kognitif

3) Tidak mengenal sumber informasi

5|RESUME FARMAKOLOGI
b. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan :

1) Sumber ekonomi yang terbatas

2) Keyakinan tentang kesehatan

3) Pengaruh budaya

c. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :

1) Penurunan kekuatan

2) Nyeri dan ketidaknyamanan

d. Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :

1) Pandangan kabur

e. Ansietas yang berhubungan dengan

1) Status kesehatan yang berubah atau terancam

2) Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam

3) Pola interaksi yang berubah atau terancam

f. Gangguan menelan yang berhubungan dengan :

1) Kerusakan neuromuscular

2) Iritasi rongga mulut

3) Kesadaran yang terbatas

g. Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif yang berhubungan


dengan :

1) Terapi obat yang kompleks

2) Pengetahuan yang kurang

3. Perencanaan Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau


hasil yang diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini :

1) Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang


diharapkan.

6|RESUME FARMAKOLOGI
2) Dapat diterima (pasien dan perawat)

3) Realistik dan dapat diukur

4) Dikerjakan bersama

5) Batas waktu jelas

6) Evaluasi jelas

Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan
dosis insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan kesehatan
yang dilakukan perawat.

Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik


pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan
waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar menggunakan obat
secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan semua
sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat
penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian instruksi sampai hari
kepulangan klien.

Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun


perawat yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus
dicapai :

 Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
 Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
 Klien dan keluarga memahami terapi obat.
 Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

4. Implementasi

Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai tujuan


yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini merupakan
tanggung jawab perawat. Dalam beberapa ruang lingkup praktek, pemberian
obat dan pengkajian efek obat juga merupakan tanggung jawab keperawatan
yang penting. Selain itu dalam...(?) perawat harus mampu mencegah resiko
kesalahan dalam pemberian obat. Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian
yang dapat membuat klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat
terapi obat yang tepat Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap
individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan,

7|RESUME FARMAKOLOGI
penyaluran, dan pemberian obat. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan
kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa yang
telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang
klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang
dilakukan untuk menetralkan obat. Perawat bertanggung jawab melengkapi
laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan
pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi
hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan
ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan
penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian
semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit
yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.

B. Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat

Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,perawat


harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

 Baca label obat dengan teliti


 Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal
 Waspadai obat-obatan bernama sama
 Cermati angka di belakang koma
 Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan
 Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan,
konsultasi kepada sumbernya
 Jangan beri obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau
singkatan tidak resmi
 Jangan berupaya atau mencoba menguraikan dan mengartikan tulisan
yang tidak dapat dibaca
 Kenali klien yang memiliki nama akhir sama. Juga minta klien
menyebutkan nama lengkapnya. Cermati nama yang tertera pada tanda
pengenal
 Cermati ekuivalen

C. Keamanan dalam pemberian obat melalui injeksi

Cedera akibat tusukan jarum pada perawat merupakan masalah yang


signifikan dalam institusi pelayanan kesehatan dewasa ini. Ketika perawat
tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri dengan jarum suntik yang
sebelumnya masuk dalam jaringan tubuh klien, perawat beresiko

8|RESUME FARMAKOLOGI
terjangkit sekurang kurangnya 20 patogen potensial. Perawat beresiko
terkena cedera akibat tusukan jarum suntik melalui salah satu dari cara
berikut ini,

1. Meleset ketika mencoba kembali menutup jarum dan menusuk


tangan anda yang sebelah.

2. Anda kembali menutup jarum dan jarum menembus tutup itu.

3. Tutup jarum yang sudah dipasang lepas

4. Mencederai diri anda sendiri saat mengumpulkan kotoran yang


ternyata berisi instrumen tajam. Mengingat resiko tertular penyakit akibat
needle stick injury, ada cara untuk melindungi diri agar aman saat
menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan.

1. Evaluasi

Efektivitas pendidikan kesehatan mengenai terapi obat dan pencapaian


tujuan

dinyatakan dalam fase evaluasi. Jika tujuan tidak tercapai, perawat perlu
menentukan penyebabnya dan mengkaji ulang sesuai sebabnya. Bila
tujuan terpenuhi maka rencana keperawatan telah selesai.Berikut adalah
contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang
terkait dengan rute pemberian obat :

a. Mengobservasi adanya memar, implamasi, nyeri setempat atau perdarahan


di tempat injeksi.

b. Menanyakan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat
injeksi.

c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah,


dan diare pada klien.

d. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis,


termasuk demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat

2. Hak Klien dalam Pemberian Obat

Hak merupakan kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau


suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Terkait dengan pemberian obat-obatan, pasien memiliki hak sebagai berikut,

9|RESUME FARMAKOLOGI
a. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan


informasi (informed concent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat suatu keputusan.

b. Hak klien untuk menolak pengobatan

obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan


ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang
memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar
mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

10 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB III

Prinsip Pemberian Obat Kepada Pasien

A. Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka


pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat
adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal ini harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (bentuk kapsul), pasien ini harus
diperhatikan. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik,
yang mungkin membuat pasien sukar memakan obat, harus dipertimbangkan.

B. Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat

Rencana perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung


pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek
samping, lama kerja dan program dokter. Harus diperhatikan, prinsip 6 benar;

1. Benar Pasien

Dapat dipastikan dengan memeriksa gelang idenifikasi klien, dan


meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan
menjawab dengan nama yng sebarang atu tidak dapat berespon, maka
gelang identifikasi harus diperiksa pada setip klen tiap kali pengobatan
diberikan. Pada keadaan dimana gelang identiikasi hilang, perawat harus
memastikan identias klien sebelum setiap obat diberikan. Implikasi dalam
keperawatan mencakupi:

a. Memastikan klien dengan memeriksa gelang indektifikasi.


b. Membedakn dua klien dengn nama belakang yang sama.

Perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepan mengidentifikasi


setap orang pda saat memberikan obat.

2. Benar Obat

Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan.
Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh dokter-dokter yang

11 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
bersangkutan atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki ijin praktik
dengan wewenang dari pemerintah untuk memberikan pengobatan. Resep
dapat ditulis pada buku resep dan di isi oleh ahli farmasi di apotek di
rumah sakit. Bagi klien yang tinggal di rumah sakit, perintah pengobtan
ditulis pada lembaran intruksi dokter dan ditandatangani oleh orang yang
berwenang. Komponen dari perintah pengobatan adalah;

a. Tanggal dan saat perintah ditulis


b. Nama obat
c. Dosis obat
d. Rute pemberian
e. Frekuensi pemberian
f. Tanda tangan dokter

Meskipun merupakan tanggung jawab seorang perawat untuk


mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika slaah satu komponen tidak ada,
perintah pengobatan tidak lengkap maka obat tidak boleh diberikan. Harus
diperoleh perintah yang jelas, dan biasanya dengan menghubungi dokter
atau pemberi asuhan kesehatan.

3. Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika


ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep
sebelum dilanjutkan. Jika pasien meragukan dosisnya, harus diperiksa lagi.
Jika setelah menanyakan kepada apoteker atau penulis resepnya, perawat
masih ragu, ia tidak boleh melanjutkan pemberian obat itu dan
memberitahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resepnya
serta alasan nya.

Secara khusus perhatikan titik desimalya dalam dosis dan beda


antara singkatan mg dan mcg bila ditulis tangan. Ada obat dalam bentuk
tablet lepas berkala (ada yang berlapis-lapis, ada pula yang matriksnya
khusus), tablet demikian tidak boleh dibelah atau digerus karena ciri lepas
berkalanya hilang. Ada tablet bersalut enteric untuk melindungi terhadap
asam lambun. Aspirin terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam dosis
tinggi untuk waktu lama.

4. Benar Rute/Cara

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda. Faktor yang


menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, dan tempat

12 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberi peroral, parenteral, tropikal,
rektal, atau melalui inhalasi.

a. Oral
Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual / bucal), misalnya
gliserin trinitrat.
b. Parenteral
Dari bahasa yunani yang berarti samping, enteron berarti usus,
lebih singkatnya berarti diluar usus / diluar saluran pencernaan.
c. Topikal
Termasuk disini adalah krim, salep, losion, liniment, spray,
dan dapat dipakai untuk melumasi, melindungi, atau menyampaikan
obat ke daerah tertentu pada kulit atau membran mukosa.

d. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat
luas dan dengan demikian berguna untuk memberi obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbutamol (Ventolin) atau spray
berklometasol (betocitade, aldecin) untuk asma atau dalam keadaan
darurat, misalnya terapi oksigen.

5. Benar Waktu
Obat harus diberikan pada waktu yang benar. Jika obat itu diminum
sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi 1
jam sebelum makan
Setelah obat itu diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu, dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu
tidak sampai terminum harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

6. Benar Dokumentasi
Pendokumentasi obat yang diberikan kepada pasien kepada perawat
harus segera dicatat informasinya yang sesuai mengenai obat yang
diberikan. Ini meliputi nama obat, dosis, rute (tempat suntikan jika perlu),
waktu dan tanggal, inisial atau tanda tangan perawat. Respon klien
terhadap pengobatan perlu dicatat untuk beberapa macam obat, seperti
narkotik-bagaimana efektifitasnya dalam menggunakan nyeri-atau
analgesik non narkotik, sedativa, anti ametik dan atau relasi yang tidak
diharapkan terhadap pengobatan seperti iritasi gastrointestinal atau tanda-

13 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dalam mengakibatkan
luka untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu
kembali karena ia berfikir obat belum diberikan
Untuk membantu pencatatan tepat dan pada waktunya, banyak
fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.

14 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB IV
Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Anti-Inflamasi dan Anti-
Infeksi

A. Obat Anti Inflamasi

NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase


(COX 1 dan 2) untuk menghentikan stimulasi hormon prostalglandin,
karena hormon tersebut yang memicu peradangan dan menguatkan impuls
listrik yang terkirim dari saraf ke otak sehingga meningkatkan rasa nyeri.
Dengan menggunakan obat ini, peradangan, nyeri, atau demam yang sedang
terjadi dapat berkurang.

NSAIDs Obat antiinfamasi nonsteroid tersedia dalam bentuk kapsul,


tablet, krim, atau suppositoria (obat padat berbentuk peluru yang dipakai
dengan cara dimasukkan ke dalam anus), dan suntik.

Peringatan:

 Konsultasikan pada dokter sebelum mengonsumsi obat antiinflamasi


nonsteroid jika:
 Pemberian obat yang mengandung aspirin tidak dianjurkan untuk anak-
anak di bawah 16 tahun.
 Penderita yang berusia di atas 65 tahun.
 Obat antiinflamasi nonsteroid meningkatkan risiko perdarahan, karena
itu konsultasikan pada dokter sebelum mengonsumsi obat ini atau akan
menjalani prosedur tertentu, seperti operasi.
 Memiliki riwayat alergi terhadap obat antiinflamasi nonsteroid.
 Menderita penyakit asma, tukak lambung, penyakit asam lambung,
usus, jantung, ginjal, hati, sirkulasi tekanan darah, atau usus besar.
 Mengonsumsi obat-obatan lain, seperti warfarin, obat antipsikosis, serta
obat untuk arthritis atau diabetes.

B. Obat Anti-Gout

Penting untuk mengikuti seluruh petunjuk pemakaian yang diberikan


oleh dokter dalam mengonsumsi OAINS. Obat ini biasanya harus terus
digunakan selama serangan penyakit asam urat belum reda, hingga dua hari
setelah serangan reda untuk mencegah kambuh. Apabila OAINS kurang

15 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
mampu meredakan gejala penyakit asam urat atau Anda tidak diperbolehkan
mengonsumsi obat ini dikarenakan kondisi tertentu, Colchicine jarang
menimbulkan efek samping. Efek samping berupa sakit perut, mual, dan
diare biasanya timbul apabila obat ini dikonsumsi dalam dosis tinggi.

Apabila digunakan dalam dosis rendah dan dalam jangka waktu singkat,
kortikosteroid jarang menimbulkan efek samping. Sebaliknya, jika
digunakan dalam dosis tinggi dan jangka waktu lama, obat ini berisiko
menimbulkan efek samping, seperti otot terasa lemas, kulit mudah memar,
penipisan tulang, dan kenaikan berat badan.

Mencegah terulangnya serangan penyakit asam urat :

 Hindari makanan yang mengandung banyak purin. Contoh makanan


yang banyak mengandung purin adalah jeroan (jantung, hati, ginjal, dan
otak), makanan laut (kerang-kerangan, kepiting, dan udang), daging
merah, makanan yang mengandung ragi, dan ikan yang banyak
mengandung minyak (sarden, makarel, dan ikan teri).
 Kurangi berat badan apabila Anda memiliki proporsi tubuh kegemukan
(obesitas) karena fisik seperti itu akan membuat Anda rentan terhadap
serangan penyakit asam urat.
 Minum air putih secukupnya tiap hari.

Biasanya obat pencegah asam urat diperuntukkan bagi pasien yang sering
mengalami kambuh atau pasien yang sudah terkena komplikasi penyakit
asam urat. Berikut ini jenis-jenis obat pencegah serangan penyakit asam
urat.

 Allopurinol.
Tablet yang diminum sekali dalam sehari ini dapat membantu tubuh
menurunkan jumlah asam urat dengan cara menghambat enzim yang
bertugas mengubah purin menjadi asam urat. Dosis allopurinol harus
disesuaikan untuk memastikan tercapainya penurunan kadar asam urat
sesuai target, yaitu di bawah 360 umol/L atau 6 mg/dl. Dosis obat ini
biasanya akan meningkat tiap 3-4 minggu, tergantung kepada hasil
pemeriksaan darah. Kristal-kristal asam urat di dalam tubuh umumnya
akan hilang secara total dalam waktu 1-2 tahun masa pengobatan.
 Probenecid.
Obat ini mampu menurunkan kadar asam urat dengan cara
meningkatkan kemampuan ginjal untuk membuangnya. Efek samping
yang mungkin saja ada setelah menggunakan probenecid adalah sakit
perut, ruam kulit, dan risiko penyakit batu ginjal.

16 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Mencegah penyakit asam urat dengan vitamin C
Menurut sebuah penelitian, vitamin C mampu mencegah penyakit asam
urat dengan cara meningkatkan kinerja ginjal dalam membuang asam
urat yang ada di tubuh kita. Dosis vitamin C yang dianjurkan adalah
500 miligram per hari.

C. Obat Antibiotika

Obat ini difungsikan untuk melawan bakteri dalam tubuh, bukan virus
dalam tubuh. Hati-hati dalam memahami penyebab penyakit yang Anda
alami. Jika penyakit yang menyerang disebabkan oleh virus, obat antibiotik
kurang tepat jika Anda gunakan. Bahkan, dampak negatif obat antibiotik
jika digunakan untuk melawan virus bisa membahayakan tubuh manusia.

Jenis dan Golongan Obat Antibiotik

1. Penisilin (Penicillins)

Penisilin bisa juga disebut antibiotik beta-laktam, antibiotik ini bekerja


dengan cara merusak dinding bakteri ketika akan melakukan reproduksi.
Mayoritas orang akan mengalami alergi terhadap penisilin karena terjadi
hipersensitivitas terhadap obat antibiotik. Efek buruk jika Anda terlalu
sering menggunakan obat ini, yakni bakteri menjadi kebal dan tidak bisa
diatasi lagi. Jika sudah terjadi pengebalan bakteri, Anda perlu menambah
dosis yang lebih tinggi lagi untuk melawan bakteri ini.

2. Antibiotik Sefalosporin

Antibiotik Sefalosporin merupakan anti biotik dengan spectrum luas.


Maksudnya, jenis anti biotik ini bisa menyembuhkan berbagai macam
infeksi pada tubuh manusia. Infeksi yang tergolong serius, juga bisa
diobati dengan anti biotik ini.

Antibiotik sefalosporin juga terdiri dari dua macam obat yaitu cefixime
dan cefalaxim. Jika anda mengonsumsi obat anti biotik ini, akan ada
beberapa efek samping yang terjadi seperti diare, ruam, perut kejang,
dan demam.

3. Aminoglikosida

Jenis antibiotik Aminoglikosida bekerja dengan cara menghambat


pembentukan protein pada bakteri. Biasanya, para dokter menggunakan

17 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
anti biotik ini pada pasien yang menderita penyakit tifus dan pneumonia.
Akan tetapi, antibiotik ini tidak bisa diberikan secara sembarangan. Anda
perlu dokter yang benar-benar ahli untuk menyuntikkan pada tubuh
Anda. Jangan mengonsumsi anti biotik ini secara terus menerus. Jika
Anda mengonsumsi secara terus menurus atau dosis yang digunakan
tidak sesuai, bisa mengganggu fungsi pendengaran dan ginjal.

4. Antibiotik Tetrasiklin

Jenis dan golongan obat antibiotik selanjutnya adalah Tetrasiklin.


Antibiotik ini merupakan jenis spectrum luas (bisa digunakan berbagai
penyakit akibat inveksi bakteri). Misalnya, infeksi pada telinga bagian
tengah, saluran kantung kemih, pernafasan, dan lain sebagainya.
Penggunaan tetraksilin memiliki efek samping kerusakan ginjal dan
gangguan sistem saraf otak manusia. Antibiotik ini tidak kami sarankan
bagi pasien yang memiliki permasalahan hati, karena dapat memperburuk
keadaan si pasien.

5. Makrolida

Antibiotik Makrolida melawan bakteri dengan cara melawan


pembentukan protein bakteri. Pasien yang memiliki kealergian antibiotic
penisilin tinggi, kami rekomendasikan untuk memilih Makrolida. Selain
itu, anti biotik ini bisa mengurangi tingkat kealergian pada penisilin.
Antibiotik ini memiliki spectrum lebih luas dibandingkan penisilin. Para
dokter ahli biasanya menggunakan antibiotik ini untuk mengobati pasien
yang menderita infeksi pada saluran pernafasan,infeksi dada, infeksi
saluran lambung. Efek samping yang akan muncul yaitu rasa mual yang
cukup tinggi, diare, pencernaan tidak lancar. Larangan bagi wanita yang
sedang hamil dan menyusui untuk menggunakan anti biotik ini.

6. Antibiotik Sulfonamida

Jenis antibiotik Sulfonamida ini sangat cocok untuk mengobati infeksi


ginjal. Selain dapat menyembuhkan infeksi ginjal, antibiotik ini bisa
membahayakan ginjal. Pasien yang mengonsumsi antibiotik ini dituntut
untuk banyak minum air putih agar tidak timbul Kristal obat. Efek
samping dari mengonsumsi Antibiotik Sulfonamida adalah terjadinya
kerusakan pada sel-sel darah yang berupa hemolitik, anemia aplastis dan
agranulositosis. Agar terhindar dari efek samping kristaluria Anda harus
mengnsumsi air putih minimal 1,5L/hari.

18 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
7. Antibiotik Fluroquinolones

Jenis antibiotik Fluroquinolones merupakan jenis yang belum lama


muncul. Antibiotik ini bisa menghentikan sintetis DNA bakteri secara
langsung. Salah satu contoh dari bakteri fluroquinolones adalah
ciprofloxacin dan floksasin. Biasanya, jenis obat ini diberikan secara oral
(langsung diminum). Obat ini tergolong jenis obat yang aman
dikonsumsi namun tidak kami sarankan bagi wanita yang sedang hamil
dan anak-anak. Efek samping yang akan muncul yakni mual, diare, dan
muntah-muntah.

8. Antibiotik Polipeptida

Jenis dan golongan obat antibiotik yang terakhir adalah Polipeptida.


Antibiotik golongan polipeptida terdiri dari golongan A, B, C, D, dan E.
Antibiotik ini sangat aktif melawan bakteri gram negatif seperti
psedudomonas, dan kuman koliform lain. Toksisitas polimiksin bisa
membatasi pemakaianya dalam bentuk neurotoksisitas dan
nefrotoksisitasnya. Antibiotik ini bisa berperan lebih penting lagi ketika
meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten
terhadap obat lain. Efek samping yang akan muncul yakni kerusakan
pada sistem ginjal dan terganggunya sistem saraf otak. Antibiotik ini
secara aktif akan membasmi kuman atau bakteri dalam tubuh manusia

D. Obat Anti-Fungi

Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan


penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Macam-Macam Obat Anti Jamur
Ada beberapa jenis obat-obatan anti jamur, yaitu:
1. Anti Jamur Cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara
lain ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan
tioconazole.
2. Anti Jamur Peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-
obatan ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut
digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam) pada mulut dan
tenggorokan. Itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin
dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk
mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis
infeksi yang ada. Example:

19 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
a. Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang
biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
b. Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal.
Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur
pada tubuh
3. Anti Jamur Injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin
adalah obat-obatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.

E. Obat Anti Virus

Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara


spesifik digunakan untuk mengobati infeksi virus. Sama seperti antibiotik
dan antibiotik spektrum luas untuk bakteri, kebanyakan antivirus digunakan
untuk infeksi virus yang spesifik, sementara antivirus spektrum luas dapat
efektif melawan berbagai macam virus. Tetapi, tidak seperti sebagian besar
antibiotik, antivirus tidak dapat membunuh virus dan hanya menghambat
virus untuk masuk ke dalam sel atau bereplikasi.

Obat antivirus, antibiotik, antijamur, dan antiparasit termasuk


golongan antimikroba, termasuk obat antivirus yang berupa antibodi
monoklonal. Sebagian besar antivirus relatif tidak berbahaya bagi pasien,
karena itu dapat digunakan untuk mengobati infeksi.

20 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB V

Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Gangguan Obat Sistem


Pencernaan

Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar. Sistem pencernaan berfungsi :

 menerima makanan
 memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan)
 menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
 membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Klasifikasi : Antasida, H2 reseptor antagonis , Antiemetik , Antikolinergik,


Hepatoprotektor, Antibiotik , Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare ,
Laksatif

1. Antasida Dan Antiulserasi

mengobati ulkus / luka / tukak ( Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk


bulat atau oval yang terjadi karena lapisan saluran cerna telah termakan oleh
asam lambung dan getah pencernaan) seperti :

 Ulkus duodenalis / ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus peptikum yang


paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari),
yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
 Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang
lengkung atas lambung.
 Esofagitis ( peradangan) dan ulkus esofagealis karena regurgitasi (aliran
balik) berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah.
 Hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi asam lambung
oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik).

Gastritis / maag

 Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang


tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Obat yang
diberikan mengandung bismuth atau antibiotik
misalnya amoxicillin dan claritromycin) dan obat anti-tukak (omeprazole).

21 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat,
yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera). Obat : jenis
antasida (untuk menetralkan asam lambung) dan anti-ulkus yang kuat
(untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung).
Perdarahan hebat : menutup sumber perdarahan pada tindakan endoskopi.
 Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari: bahan iritan seperti
obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya
penyakit Crohn , alkoholik, dll diobati dengan jenis antasida dan antagonis
reseptor H2 misal Cimetidin, Ranitidian
 Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap
infestasi cacing gelang. diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid
atau dilakukan pembedahan.
 Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Obat : jenis anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam
lambung

2. Regulator Git, Antiinflamasi & Antiflatulen.

Pada kelompok obat ini adalah obat-obat yang berfungsi sebagai:

 Pengatur fungsi dan gerak dari gastrointestinal atau sering disebut


regulator GIT
 Obat kembung atau antiflatulen digunakan untuk meteorisme.
 Anti radang atau pembengkakan pada saluran cerna atau disebut
antiinflamasi

Contoh obat kelompok ini adalah :

 Cisapride, meningkatkan pergerakan atau kontraksi dari lambung dan


usus.
 Dimethicone dan derivatnya, menurunkan tegangan permukaan dari gas
sehingga buih di dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar
yang mudah dikeluarkan oleh tubuh.
 Clebopride, diindikasikan untuk mual & muntah yang disebabkan
berbagai hal baik obat maupun penyakit.
 Metoclopramide, merangsang motilitas saluran pencernaan makanan
tanpa mempengaruhi sekresi lambung, empedu atau pankreas.
 Domperidone, antiemetik (antimuntah) prokinetik, dengan efek seperti
metoclopramide.

22 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Hyoscine, antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi
saluran pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran alat
kelamin wanita.

3. Antispasmodik

Obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang
mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya.

Beberapa contoh :

Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah
kejang otot), Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide
digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini
membantu mengobati kram perut dan abdominal.) , Mebeverine , Papaverine,
(golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu
dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan
mesenterik.) , Timepidium , Pramiverine , Tiemonium

4. Obat Antidiare

Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air


besar.( Perubahan frekuensi & konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam
keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa
mencapai lebih dari 90%.

 Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya tergantung pada


penyebabnya.
 untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat,
codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide.
 untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan
attapulgit aktif.
 diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit
dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus.
 Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang
mengandung air, gula dan garam.

23 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Anti diare yang ideal :

Harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks


terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf
pusat, tidak menyebabkan ketergantungan..

Contoh antidiare :

 Racecordil, memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya


mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur
penyebaran air dan elektrolit ke usus.
 Loperamide, golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat
motilitas saluran cerna
 Nifuroxazide , bakterisidal terhadap E coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan P aeruginosa. Nifuroxazide bekerja
lokal pada saluran pencernaan.
 Dioctahedral smectite, melindungi barrier mukosa usus & menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus.

5. Obat Laksatif (Pencahar)

Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar. Jika konstipasi
disebabkan oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati. Pencegahan
dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah gabungan dari olah raga,
makanan kaya serat. Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum merupakan
sumber serat yang baik.

Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah :

 Bulking Agents. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil


dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja.
 Pelunak Tinja. Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap
oleh tinja.
 Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan tinja dan
memudahkannya keluar dari tubuh.
 Bahan Osmotik. Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke
dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah
dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar
dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat,
sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).

24 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Pencahar Perangsang.
o langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan
mengeluarkan isinya.
o bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi
sering menyebabkan kram perut
o Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses
diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang
disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar
(misalnya narkotik).

6. Kolagogum, Kolelitolitik Dan Hepatik Protektor

Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan


saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang
bermasalah.Obat yang menstimulasi aliran empedu ke duodenum
disebut Kolagogum. Hingga kini belum ada pengobatan efektif pilihan untuk
penyakit hepatitis yang kronis karena virus.

Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, misal :

 Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung, dan efek pada


siklus enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek
imunomodulate.
 AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial
yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, & Isoleusin. Pada penderita
penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan menurun.
 Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik
utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasi :
batu empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko tinggi untuk
pembedahan, tidak dapat ditolong dengan pembedahan sama sekali atau
yang menolak kolesistektomi (membuang kandung empedu yang sakit
atau yang berisi batu dengan pembedahan).
 Zat aktif lainny, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak
rimpang-rimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian
bermanfaat untuk kesehatan hati.

7. Obat Hemoroid

Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung


pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang
tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang

25 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
keluar dari anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa terjadi
karena peregangan berulang selama buang air besar, dan sembelit (kesulitan
buang air besar, konstipasi) bisa membuat peregangannya bertambah buruk.
Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan
kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir.

8. Obat Digestan

Obat membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya,


berguna memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau
lebih zat yang berfungsi mencerna makanan.

Sediaan digestan :

 Enzim pankreas . Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin &


pankrelipase. Mengandung amilase, tripsin (protease) & lipase.
Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif lebih
tinggi dari pankreatin.
 Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim
pankreas.
 Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu
kolesterol kandung empedu.

26 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB VI

Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Gangguan Sistem


Perkemihan

A. Antiseptik Saluran Kemih


Antiseptik saluran kemih merupakan kelompok antimikroba yang
bioavailabilitas sistemiknya rendah tetapi terkonsentrasi di tubulus ginjal
sehingga setelah berdifusi ke parenkim, efektif mengobati infeksi saluran
kemih. Pada infeksi berat yang disertai demam, menggigil, dan hipertensi,
tetap diperlukan antimikroba sistemik. Untuk infeksi yang demikian
pemilihan obat harus didasarkan pada hasil biakan kuman. Sebelum ada hasil
biakan, dapat digunakan antibiotika sistemik antara lain gentamisin,
sulfonamid, kotrimoksazol, ampisilin, sefalosporin, atau fluorokuinolon.
E. coli merupakan penyebab paling sering pada infeksi saluran kemih.
Penyebab lain yang lebih jarang adalah Proteus dan Klebsiella spp. Infeksi
Pseudomonas aeruginosa hampir selalu berhubungan dengan adanya kelainan
anatomis saluran kemih. Sementara itu, infeksi S. epidermidis dan E. faecalis
biasanya terjadi setelah kateterisasi lama.
1. Infeksi saluran kemih
a. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) keadaan ditemukannya
mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan
normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 102
hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih
bila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml.
Penderita infeksi saluran kemih tidak mengalami gejala, namun
umumnya mempunyai gejala yang terkait dengan tempat dan keparahan
infeksi. Gejala gejala dapat meliputi berikut ini, sendirian atau bersama-
sama: (1) menggigil, demam, nyeri pinggang, sering mual dan muntah
(biasanya terkait dengan pielonefritis akut); dan (2) disuria, sering atau
terburu-buru buang air kecil, nyeri suprapubik dan hematuria yang
biasanya terkait dengan sistitis.
Beberapa istilah infeksi saluran kemih yang sering dipergunakan di
dalam klinik ialah:
1) Asymptomatic Significant Bacteriuria (ASB) ialah bakteriuria yang
bermakna tanpa disertai gejala.
2) Bacterial cyititis ialah sindrom yang terdiri dari:
a. Sakit waktu kencing
b. Sering kencing (siang maupun malam)

27 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
3) Abacterial cystitis (urethra syndrome) ialah sindrom yang terdiri
dari:
a. Sakit waktu kencing
b. Sering kencing tanpa disertai bakteri di dalam kandung kemih
b. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan
menjadi 2 macam yaitu infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi
saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih bagian bawah
terdiri dari sistitis (kandung kemih), uretritis (uretra), serta prostatitis
(kelenjar prostat). Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari
pielonefritis yaitu infeksi yang melibatkan ginjal.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara infeksi saluran kemih
terkomplikasi dan tidak terkomplikasi dalam hal kebutuhan
pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis, jenis dan lama
penatalaksanaan, serta resiko terjadinya perburukan dan gejala sisa
infeksi saluran kemih.
c. Gejala klinis
Gejala klinis infeksi saluran kemih sesuai dengan bagian saluran
kemih yang terinfeksi sebagai berikut:
1. Pasien infeksi saluran kemih bagian bawah, keluhan pasien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan
air kemih sedikitsedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
2. Pasien infeksi saluran kemih bagian atas dapat ditemukan gejala
sakit kepala, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau
nyeri di pinggang.
d. Diagnosis
Guna menentukan adanya bakteriuria, artinya infeksi saluran kemih
dengan bakteri, sekarang tersedia beberapa cara diagnosa, yaitu:
1. Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya kuman dan
lekosit di endapan dalam urin.
2. Tes nitrit (Nephur R) menggunakan strip mengandung nitrat yang
dicelupkan ke urin. Praktis semua gram negatif dapat mereduksi
nitrat menjadi nitrit, yang tampil sebagai perubahan warna tertentu
pada strip. Kuman-kuman grampositif tidak terdeteksi.
3. Dip-slide test (Uricult) menggunakan persemaian kuman di kaca
obyek, yang seusai inkubasi ditentukan jumlah koloninya secara
mikroskopis. Tes ini dapat dipercaya dan lebih cepat daripada
pembiakan lengkap dan jauh lebih murah.
4. Pembiakan lengkap terutama dilakukan sesudah terjadinya residif 1-
2 kali, terlebih-lebih pada infeksi saluran kemih anak-anak dan pria.

28 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
5. Tes ABC (Antibody Coated Bacteria) adalah cara imunologi guna
menentukan infeksi saluran kemih yang letaknya lebih tinggi.
e. Tata Laksana
Tujuan dan pengobatan infeksi saluran kemih adalah untuk
menurunkan morbiditas berupa simptom, pengangkatan bakteri
penyebab, mencegah agar tidak terjadi rekurensi dan kerusakan struktur
organ saluran kemih.
Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umum
digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih:
1. Ciprofloxacin
Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA
gyrase sehingga sintesa DNA kuman terganggu. Siprofloksasin
terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella,
Shigella, Kampilobakter, Neiseria, dan Pseudomonas. Obat ini juga
aktif terhadap kuman Gram positif seperti Str. pneumonia dan Str.
faecalis, tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk Pneumonia
streptococcus
2. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk
kombinasi karena sifat sinergisnya. Kombinasi keduanya
menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur asam folat.
Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam
folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam
dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme kerja
trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat.
3. Amoxicillin
Amoxicillin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja
dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba
yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid.
Amoksisillin merupakan turunan ampisillin yang hanya berbeda
pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum antibakteri yang
sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan
menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan
4. Ceftriaxone
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin
generasi ketiga. Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan
kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Seftriakson

29 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosprin
yang lain sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Obat ini
diindikasikan untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan
meningitis.
5. Gentamisin
Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak
digunakan. Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif
tehadap kuman anaerob.
6. Ampicillin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis invasif dan gonore.
Ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba gram -negatif dan
tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral.

2. Obat Antiseptik Saluran Kemih


a. Fosfomisin
1) Indikasi: Infeksi akut saluran kemih bagian bawah yang tidak
terkomplikasi, profilaksis infeksi saluran kemih pada prosedur
transurethral.
2) Peringatan: Anak dibawah 12 tahun, tidak boleh digunakan lebih
dari dosis tunggal untuk pengobatan sistitis akut, kehamilan dan
menyusui.
3) Interaksi: Metoklopramid: penurunan kadar metoklopramid.
4) Kontraindikasi: Gagal fungsi ginjal (klirens kreatinin <80
mL/menit), hipersensitivitas.
5) Efek Samping:
Sangat umum : diare, sakit kepala. Umum: vaginitis, mual, rinitis,
nyeri pungung, dismenorea, faringitis, pusing, nyeri abdomen,
dispepsia, astenia, ruam. Jarang: gangguan abdominal stools,
anoreksia, konstipasi, mulut kering, disuria, gangguan telinga,
demam, flatulens, flu, hematuria, infeksi, insomnia, limfadenopati,
gangguan menstruasi, migren, mialgia, ketegangan, parestesia,
pruritus, peningkatan SGPT, gangguan kulit, somnolen, dan muntah.
6) Dosis:
Oral : infeksi akut saluran kemih bagian bawah yang tidak
terkomplikasi. Wanita ≥ 18 tahun, 3 g sebagai dosis tunggal.
Profilaksis infeksi saluran kemih prosedur transurethral. dua kali
dosis, dosis pertama diberikan 3 jam sebelum prosedur dan dosis
kedua 24 jam setelah dosis pertama.

30 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Fosfomisin diberikan pada saat perut kosong (2-3 jam setelah
makan), sebelum tidur, setelah kandung kemih kosong. Obat harus
dilarutkan ke dalam segelas air (50-750 mL) diberikan segera setelah
dilarutkan.
b. Nitrofuration
1) Indikasi: infeksi bakteri saluran kemih
2) Peringatan:
a) Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, konsultasikan dengan
dokter sebelum menggunakan nitrofurantoin.
b) Obat ini dikontraindikasikan pada orang dengan hipersensitivitas
terhadap nitrofurantoin, pasien dengan gangguan ginjal serius,
pasien dengan porfiria akut, pasien dengan defisiensi glucose-6-
phosphate dehydrogenase (G6PD), bayi berusia di bawah 3 bulan,
dan wanita hamil yang sudah mendekati waktu persalinan.
c) Hati-hati jika Anda menderita gangguan di hati, ginjal, diabetes
melitus dan saraf kronis (neuropati perifer).
d) Konsultasikan dengan dokter jika Anda pernah memiliki masalah
kesehatan seperti anemia, gangguan di hati, diabetes melitus,
gangguan saraf kronis (neuropati perifer), serta kekurangan asam
folat dan vitamin B.
e) Hindari mengonsumsi nitrofurantoin bersamaan dengan obat-
obatan lainnya (termasuk obat herbal) tanpa petunjuk dari dokter
karena dikhawatirkan dapat menyebabkan reaksi yang merugikan.
Pastikan dokter mengetahui apabila Anda atau anak Anda sedang
dalam pengobatan khusus, perawatan gigi, atau hendak
melakukan vaksin tifoid.
f) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan
nitrofurantoin, segera hentikan pengobatan dan temui dokter.
3) Efek Samping:
Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah menggunakan
obat ini adalah:
a) Sakit kepala f) Demam
b) Perubahan warna g) Gatal-gatal
pada wajah dan kulit h) Rasa sakit pada
menjadi kekuningan persendian atau otot
c) Rasa sakit pada dada i) Nafas pendek hingga
d) Meriang dan merasa kesulitan bernapas
tidak enak badan j) Kesulitan menelan
e) Batuk atau suara
serak

31 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Selain itu, ada juga beberapa kondisi efek samping yang jarang
namun kemungkinan dapat terjadi, seperti:
a) Tinja menjadi kehitaman atau berdarah
b) Darah pada air seni
c) Merasakan sensasi seperti terbakar, mati rasa, geli, hingga sakit
d) Muncul bintik-bintik merah pada kulit
e) Sakit tenggorokan
f) Merasa lelah atau lemas yang tidak biasa, khususnya pada bagian
kaki, pergelangan, lengan, dan tangan
g) Pembengkakan pada wajah, mulut, tangan, atau kaki
Segera ke rumah sakit terdekat atau temui dokter jika mengalami
alergi atau merasakan efek samping ringan ataupun berat setelah
menggunakan obat tersebut.
4) Dosis: Dewasa: 4 tablet/hari; Anak: 3-5 mg/kg bb
c. Heksamin
1) Indikasi: pencegahan dan pengobatan infeksi kronis saluran kemih.
Zat ini bersifat antiseptik akibat aktivitas formaldehidnya
2) Peringatan: Hindari pemberian bersama dengan sulfonamida
(resiko kristaluria) atau zat pembasa urin.
3) Interaksi:
Interaksi Dengan Obat Lain:
a) Penggunaan metenamin dengan antasida, potasium sitrat, natrium
sitrat harus dihindari.
b) Penggunaan metenamin bersama sulfonamid meningkatkan resiko
terjadinya kristaluria.
c) Asetazolamid memberikan efek antagonis terhadap efek
metenamin.
d) Penggunaan metenamin bersama dengan antasida dapat
menyebabkan penurunan efektifitas metenamin.
e) Penggunaan metenamin bersama amfetamin dapat menurunkan
konsentrasi serum Amfetamin.
f) Penggunaan metenamin bersama inhibitor karbonat anhidrase
dapat mengurangi efek terapi Metenamin.
Interaksi Dengan Makanan: Penggunaan metenamin bersama
makanan yang alkali (alkaline food) menyebabkan penurunan efek
metenamin.
4) Kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, dehidrasi, asidosis
metabolik
5) Efek Samping:
a) Gangguan saluran cerna

32 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
b) Kemerahan
c) Iritasi kandung kemih
6) Dosis: 1 gram tiap 12 jam; Anak 6-12 tahun: 500 mg tiap 12 jam
4. Norfloksasin
1) Interaksi:
a) Norfloksasina (norfloxacin) digunakan untuk infeksi saluran
saluran kemih, gonokokus dan infeksi saluran gastrointestinal
yang spesifik disebabkan oleh shigella.
b) Norfloksasina (norfloxacin) juga digunakan untuk prostatitis dan
gonorrhoea tanpa komplikasi akut.
2) Kontraindikasi:
a) Norfloksasina (norfloxacin) harus dihindari pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap norfloksasina (norfloxacin) atau
antibiotik golongan kuinolon lainnya.
b) Jangan memberikan norfloksasina (norfloxacin) untuk anak-anak,
wanita hamil, dan ibu menyusui.
c) Norfloksasina (norfloxacin) juga kontra indikasi pada pasien
dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
d) norfloksasina (norfloxacin) sebaiknya tidak diberikan kepada
pasien dengan riwayat tendon pecah.
3) Efek Samping:
a) Efek samping yang paling umum seperti mual, muntah, diare, tes
fungsi hati yang abnormal, dispepsia, konstipasi, flatulen,
heartburn, mulut kering, nyeri punggung, hiper hidrosis dan ruam
pada kulit.
b) Norfloksasina (norfloxacin) juga meningkatkan risiko tendonitis
dan tendon pecah, terutama pada pasien > 60 tahun, pasien yang
juga menggunakan kortikosteroid, dan pasien dengan
transplantasi ginjal, paru-paru, atau jantung.
c) Norfloksasina (norfloxacin), seperti fluoroquinolones lain,
diketahui juga memicu kejang atau menurunkan ambang kejang,
dan dapat menyebabkan efek samping terhadap sistem pusat
lainnya.
d) Sakit kepala, pusing, dan insomnia juga dilaporkan cukup sering
terjadi.
e) Kejadian yang jauh lebih jarang seperti tremor, psikosis,
kecemasan, halusinasi, paranoia, dan percobaan bunuh diri,
terutama pada dosis yang lebih tinggi.
4) Dosis:

33 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
a) infeksi saluran kemih tanpa komplikasi : 2 x sehari 200 mg,
dengan komplikasi 2 x sehari 400 mg,
b) infeksi saluran pencernaan : 2-3 sehari 400 mg,
c) gonorrhoeae tanpa komplikasi akut : 2 x sehari 600 mg atau 800
mg dalam dosis tunggal

B. Analgesik, Perangsang dan Antispasmodik Saluran Kemih


Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok
obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Analgesik merupakan obat yang
dapat mengurangi rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman
pada orang yang menderita.
1. Obat yang tergolong dalam Analgesik yaitu :
Fenazopiridin yang dipakai untuk meredakan nyeri, rasa terbakar dan
sering berkemih serta rasa dorongan berkemih yang merupakan gejala
ISK. Obat ini menimbulkan anemia hemolitik, nefrotoksik dan
hepatotoksisitas. Warna urin akan berubah menjadi jingga tetapi tidak
berbahaya. Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat
kandung kemih neurologic akibat cedera medulla spinalis atau cedera
kepala yang berat, maka dapat dipakai parasimpatomimetik untuk
merangsang miksi atau berkemih, obat pilihannya adalah betanekol..
2. Obat yang tergolong dalam Antispasmodik yaitu :
a. Hyoscine
Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot.
Obat ini biasa digunakan untuk pra pengobatan untuk mengosongkan
secresi paru-paru. Obat ini juga digunakan untuk pengobatan tukak
lambung.

b. Clidinium
Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk
mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati
kram perut dan abdominal.
c. Mebeverine
Obat ini digolongkan sebagai obat antispasmodic. Mebeverine
digunakan untuk mengobati kram dan kejang pada perut dan usus.
Mebeverine khususnya digunakan dalam pengobatan irritable bowel
syndrome (IBS) dan konsisi sejenis. Di Indonesia Mebeverine hanya
tersedia dalam bentuk tablet.
d. Papaverine
Papaverine digunakan untuk meningkatkan peredaran darah pada
pasien dengan masalah sirkulasi darah. Papaverine bekerja dengan

34 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
merelaksasi saluran darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah ke
jantung dan seluruh tubuh. Sediaannya selain tunggal juga ada yang
dikombinasi dengan obat Metamizole
e. Timepidium
Timepidium diindikasikan untuk sakit akibat spasme/kejang otot halus
yang disebabkan oleh gastritis (radang lambung), ulkus peptikum,
pankreatitis, penyakit kandung empedu dan saluran empedu, lithangiuria.

Di Indonesia ada dalam bentuk sediaan oral tablet dan injeksi.

a. Pramiverine
Pramiverine diindikasikan untuk spasme/kejang dan kolik yang
terasa sangat sakit pada saluran pencernaan, saluran empedu, dan
saluran kemih, dismenore (nyeri perut pada saat haid), nyeri setelah
operasi.
b. Tiemonium
Tiemonium Methylsulfate adalah obat antispasmodic antikolinergik
sintetis. Tiemonium mengurangi kejang otot pada usus, bilari,
kandung kemih, dan uterus.

35 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB VII

Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Gangguan Sistem


Jantung dan Kardiovaskuler

A. Terapi Farmakologi Pada Penyakit Kardiovaskuler


Pada gagal jantung kongestif (GJK), curah jantung tidak mencukupi untuk
mempertahankan aliran darah ke organ dan jaringan. Kongesti sirkulasi ini
disebabkan menurunnya kontraksi miokard.Terapi, ditujukan pada
peningkatan efisiensi jantung dan mengurangi edema.
Agens untuk pengobatan gangguan jantung kongestif
1. Digoksin
Efek utama digoksin adalah meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung. Dosis digoksin harus ditetapkan secara cermat karena dosis
teraupetiknya dekat sekali dengan dosis toksinnya.Bentuk dosisnya
macam-macam, termasuk injeksi yang diberikan untuk memperoleh
digitalisasi cepat. Digitalisasi adalah proses membawa konsentrasi
digoksin darah pada kadar efektif. Satu kadar efektif itu tercapai,
dianjurkan dosis pemeliharaan yang lebih rendah, diberi satu atau dua kali
sehari.
2. Diuretik
Diuretik berperan penting dalam pengobatan edema akibat gagal jantung
kongestif (GJK). Kini dipakai inhibitor ACE dalam pengobatan GJK yang
tidak berespond adekuat atau tidak dapat dikendalikan dengan digoksin
saja. Agens ini dapat dipakai bersama diuretik dan digoksin, jika perlu.
a. Implikasi keperawatan
1) Pengkajian
Terapkan dulu fungsi dasar jantungnya, untuk dibandingkan dengan
efek terapeutik dan keracunan digokdin.
2) Intervensi
Pedoman umum untuk terapi digoksin. Digoksin dihentikan bila denyut
jantung (apeks) kurang dari 60/menit, dihitung 1 menit penuh.
3) Evaluasi
Efek teraupetik digoksin akan tampak berupa perbaikan keadaan paru,
edema perifer, dan kelelahan; peningkatan volume nadi dan keluaran
urin, dan tanda lain perbaikan curah jantung seperti awas mental, dan
toleransi latihan.
4) Pendidikan pasien
Pasien perlu dididik mengenali tanda keracunan dan tanda awal
kambuhnya gagal jantung kongestif.

36 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
B. Pengobatan Angina Pektoris
Angina pektoris (AP) adalah syndrom yang ditandai dengan nyeri
paroksismal didada bagian anterior. Nyeri ini diakibatkan oleh kurangnya
liran darah koroner yang berakibat hipoksia miokard.
Pengobatan serangan akut
1. Terapi oral : terapi oral dengan gliseril trinitrat, sorbid nitrat. Gliseril
trinitrat 600 mcg(anginine) dan isosorbid nitrat 5mg (isordil) paling
sering dipakai untuk mengatasi serangan akut. Keduanya diberi secara
sublingual dan bekerja dalam 2 menit selama sekitar 20 menit. Bila
nyerinya tidak segera mereda, dapat diulangi setelah beberapa menit,
maksimum sampai 3 tablet.
Reaksi merugikan dari agens ini adalah wajah memerah, bersama dengan
itu dapat terjadi sakit kepala pada penggunaan semua nitrat, terutama
pada awal pengobatan. Dapat terjadi hipotensi dan berakibat episode
pusing, lemah, dan perasaan akan pingsan.
a. Implikasi keperawatan.
1) Pengkajian
Jika nyeri angina dipicu oleh kegiatan tertentu, nitrat sublingual
(SL) dapat dipakai untuk mencegah nyeri, selain untuk
mengobatinya. Lamanya episode angina perlu dicatat, karena
infark miokard dapat timbul akibat iskemi miokard
berkepanjangan.
2) Intervensi
Pemberian rute sublingual (SL).Waktu yang berlalu sejak
pemberian obat sampai meredamya nyeri perlu dicatat. Dosis
dapat diulang setelah beberapa menit, sampai maksimal 3 tablet
jika nyeri tak mereda. Pasien harus beristirahat dalam posisis
duduk, kaki tidak boleh tergantung agar aliran balik vena lebih
lancar.Untuk menghindari hipotensi dan pingsan, pasien tidak
boleh dengan cepat mengubah posisi.Bila memakai sorbid
nitrat, pilih yang 5 mg untuk pemberian SL selama serangan
akut.
Pemberian obat rute oral. Tablet sorbid nitrat 10mg, untuk
profilaksis,diberi satu jam sebelum makam. Lama kerjanya 2-3
jam.
Pemberian obat rute topikal. Kapsul nitrolat dipotong dan
isisnya diperas dan dioleskan diatas kulit seluas 7,5 cm2 atau
disebarkan diatas sepotong kertas atau plastik dan lekatkan
pada kulit yang tidak berambut (sering dipilih adalah dada,
lengan atau paha).umumnya dipakai isi satu kapsul, tetapi dapat

37 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
sampai 4 kapsul. Kerjanya berlangsung 3-6 jam, dan sesudah
itu dapat dipakai yang baru.Pemberian salep ini tidak perlu
digosok atau diurut. Perawat hendaknya menjaga agar kulitnya
tidak kontak dengan salep ini.
Pemberian obat rute transdermal. Penutup lempeng
transdermal dilepaskan, pilih daerah tidak berambut (dada atau
lengan atas) dan usuahakan merotasi 4 lekatan ini.Catat waktu
pemberian ini, terutama bila harus diganti kurang dari 24 jam.
Pemberian obat rute intravena. Teknik ini umumnya hanya
dilakukan dikamar oprai atau bagian unit perawatan intensif.
Disarankan menggunakan set polietilen, bukan set PVC.
Gliseril trinitrat jangan diberi melalui suntikan intravena
langsung.
3) Evaluasi
Meredanya nyeri dada harus dicatat dengan waktunya stelah
pemberian dan jumlah tablet yang dipakai.
4) Pendidikan Pasien
Banyak pasien memakai nitrat sendiri, baik dirumah sakit
maupun di rumah. Karenanya amat penting bahwa mereka
mendapat keterangan tentang obat itu, yang meliputi :
a. Metode benar sulingual
b. Perlunya membawa nitrat setiap saat
c. Cara penyimpanan tablet yang benar (jangan dalam kotak
logam atau dekat badan) dan harus diganti yang baru.
d. Metode benar pemakaian salep
e. Perhatian bahwa kapsul nitrolat jangan diminum
f. Metode pemberian diskus transdermal
C. Terapi farmakologi henti jantung dan perawatan kritis
Obat yang dipakai untuk henti jantung dibagi dalam 5 kelompok :
1. Stimulan jantung – agens adrenergik
Jantung dikendalikan oleh sistem simpatis (adrenergik) dan
parasimpatis (kolinergik) istilah umumnya, efek adrenergik adalah
merangsang aktifitas dan efek kolinergik adalah menghambat aktifitas.
Dalam kasus henti jantung, obat adrenergik dipakai untuk merangsang
otot jantung agar aktif. Adrenalin merangsang reseptor alfa dan beta -1
dan :
1) Merangsang jantung agar berkontraksi spontan.
2) Pada fibrilasi ventrikuler, meningkatkan tonus miokard sebelum
defibrilasi.
3) Meningkatkan kecepatan konduksi dan velositas.

38 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
4) Meningkatkan perfusi dengan kompres jantung.
 Isoprenalin
Kerja isoprenalin (isuprel) serupa dengan adrenalin, yaitu
merangsang miokard agar berkontraksi spontan. Berbeda
dengan adrenalin, agens ini ternyata efektif pada
asidosis.Agens ini biasanya dipakai pada pasien dengan
bradiaritmia berat, setelah pemberian bolus dengan atropin
intra vena. Dosis intrakardial adalah 20 mcg (0,1 ml) tanpa di
encerkan. Dosis awal suntikan intra vena adalah 20-60 mcg,
sampai total 200 mcg.Kecepatan infus umumnya 5 mcg/menit.
Seperti halnya adrenalin isoprenalin dipengaruhi alkali dan
karnanya jangan dicampur dengan aminofilin, fenitoin atau
nabikarbonat.Isoprenalin dan adrenalin jangan diberi
bersamaan, tetapi boleh diganti-ganti.Isoprenalin jangan
dipakai pada pasien keracunan digoksin.
 Dobutamin
Dobutamin ( dobutrex, 250mg suntikan ) adalah agonis
adrenergik selektif beta-1. Kegunaannya untuk
mempertahankan sirkulasi pada pasien dengan payah jantung
atau untuk mendukung sirkulasi setelah henti jantung.
Kecepatan infus umumnya adalah 2,5-10 mcg/kg/mnt. Respon
pasien pada akhirnya yang menentukan kecepatan infus.
 Dopamin
Dopamin (intropin, revimin, 200 mg/5ml suntikan) merangsang
reseptor α-, β- dan dopaminergik. Konsentrasi dopamin serum
menentukan reseptor yang di rangsang dan efek klinis yang
ditimbulkan.Pada dosis rendah (2-5mcg/kg/mnt), reseptor
dopaminergik yang ditanggung, dan terjadi fasodilasi renal dan
mesenterik. Pada dosis antara 5-20 mcg/kg/mnt, tahanan perifer
total relatif tidak berubah karna efek alfa dan beta serupa.
Namun jika dosis lebuh besar dari 20 mcg/kg/mnt, efek
vasokonstriksi diakibatkan rangsangan pada reseptor alfa.
Reaksi merugikan dari efek kardiovaskular adalah denyut
ektopik, takikardia, nyeri angina, palpitasi, hipotensi dan
vasokontriksi.; efek pada gastroinetstinal : mual dan muntah;
efek pada sistem saraf pusat: sakit kepala; efek pernafasan:
dipsnea.
Catatan penting : dopamin jangan dicampur dengan pelarut
alkali karena akan menjadi non aktif. Harus hati-hati pada

39 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
pasien dengan panyakit vaskular perifer karna bahaya iskemia
perifer dan akhirnya gangren.
2. Agens anti aritmia
Lignokain (xylocard) yang juga bersifat anestetik lokal, khususnya
efektif mengendalikan aritmia ventrikular, seperti yang terjadi selama
bedah jantung atau sesudah infark miokard akut. Dapat diberi berupa
dosis bolus atau infus, atau secara intramuskular.Lignokain kerjanya
cepat namun lama kerjanya juga singkat (20 menit).
3. Agens anti kolinergik
Atropi sulfatbekerja pada jantung dengan mengurangi hambatan vagus
. dapat dipakai papa pasien dengan infark miokard akut dan
bradikardia dengan hipotensi. Dipakai berupa dosis bolus secara
intravena ( 400/600 mcg).
4. Kalsium glukonat
Kalsium glukonat 10% atau kalsium klorida 10% dapat diberi melalui
suntikan intravena (perlahan) dalam terapi henti jantung . Kerjanya
adalah:
1) Merangsang miokard agar berkontraksi spontan , meskipun
adrenalin gagal
2) Mengoreksi gangguan keseimbangan kalsium/kalium miokard
3) Mengoreksi kelebihan beban antagonis kalsium.
5. Natrium bikarbonat
Dalam hal hipoksia atau anoksia yang berakibat asidosis
Nabikarbonat sering dipkai untuk mengoreksi gangguan
keseimbangan, dengan larutan infus 8, 4% (artinya 1 mmol/ml)
Nabikarbonat. Dosis umumnya adalah 50 mmol, dapat diulangi setiap
10 menit.Kontrol status asam basa agar jangan takar lajak (overdosis).
6. Diuretik
Diuretik adalah substansi yang mempengaruhi ginjal agar
menghasilkan lebih banyak urine. Kegunaan utama diuretik adalah
untuk mengurangi edema.
7. Diuretik Thiazid
Termasuk dalam diuretik thiazid adalah bendrofluazid,
klorothiazid, klortalidon, siklopentiazid, hindrokhlorothiazid,
metiklothiazid, kuinethazon. Reaksi merugikan dari agens ini adalah
dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dan dehidrasi jika diminum
berlebihan, kehabisan kalium, dan peningkatan asam urat plasma dan
glukosa.
8. Diuretik yang lebih protein

40 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Termasuk dalam golongan ini adalah frusemid, bumetamid, asam
etakrinik. Frusemid (Lasix), bumetamid (Burinex), dan asam etakrinit
(edecril) bekerja pada ansa henle selain pada bagian tubulus proximal.
Kerjanya lebih cepat, namun untuk waktu lebih singkat.Frusemid
adalah yang paling banyak dipakai, dengan kekuatan dosis berbeda
berbentuk tablet dan suntikan.Dosis rendah untuk penggunaan umum,
dan dosis tinggi untuk gagal ginjal.
Reaksi Merugikan dari agens ini adalah dapat meningkatkan kadar
asam urat darah, tetapi efek hiperglikemiknya lebih rendah dari
golongan thiazid. Kadang-kadang pendengaran berkurang (sementara),
terutama pada dosis tinggi (>500mg po / >250 mg suntikan).
Kehilangan kalium dengan gejala kelemahan dan kelesuan mungkin
nyata.umumnya diperlukan terapi pengganti kalium.
9. Suplemen kalium
KCL paling sering dipakai dalam berbagai bentuk tablet bersalut
enterik (slow K, span K); tablet efervesen (chlorvercent); dan bentuk
cair ( Kay Ciel) yang dilarutkan dalam segelas air / jus. Dalam hal
kehabisan kalium, diberi suntukan intravena dalam bentuk diencerkan,
tidak pernah melalui bolus intravena.
10. Diuretik penghemat kalium
Termasuk dalam golongan ini adalah spironolakton, amilorit,
triamteren. Tidak semua diuretik memiliki efek mengeluarkan kalium
seperti diuretik yang sudah dibahas.Beberapa yang bekerja pada bagian
distal tubulus distal memiliki efek menghemat kalium, artinya kalium
tidak ikut dikeluarkan namun dipertahankan dalam badan.Salah
satunya adalah, spironolakton (aldactone), antagonis
aldosteron.Aldosteron umumnya menyebabkan retensi natirum
dibagian distal tubulus distal. Obat lain adalah amilorod (midamor)
dan triamteren (dytac).
Reaksi Merugikan dari agens ini adalah kemungkinan hiperkalemia,
pada pasien dengan gagal ginjal atau bila diberi kalium tambahan pad
waktu bersamaan.Pada penggunaan berkepanjangan spironolakton
dapat berakibat ginekomastia, mengantuk dan letargi.
11. Diuretik osmotik
Termasuk dalam golongan ini adalah mannitol, urea dan gliserol.
Mannitol, umumnya diberi secara intravena berupa larutan 10 – 20%
paling banyak dipakai.Diuretik ini menghambat reabsorbsi air.Dipakai
untuk mengurangi edema serebral atau menurunkan tekanan
intraokular.
a. Implikasi keperawatan

41 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Pengkajian
Pengkajian dasar meliputi status kardiovaskuler, derajat edema
paru dan perifer, keluaran urin berat badan dan elektrolit serum.
Pasien diabet yang diberi thiazid dapat menjadi hiperglikemik,
sehingga kadar gula darah harus dikaji. Pasien dengan
kecenderungan rematik yang diberi thiazid dan frusemid harus
dikaji asam urat darahnya.Fungsi pendengaran (telinga) harus
dikaji sebelum mulai diberi frusemid atau asam ethakrinik.
 Intervensi
Diuretik sebaiknya diminum dipagi hari. Bila harus diberi
beberapa kali sehari, dosis terakhir sebaiknya pada sore hari,
kecuali pasien kadang dikateterisasi.Jika diuretik thiazid
menggangu lambung, dapat diberi bersama makanan.
 Evaluasi
Derajat respon terhadap diuretik dapat diketahui dengan
mencatat masukan cairan dan volume keluaran,atau dengan
catatan berat badan hariannya. Kadar kalium, asam urat dan
glukosa darah harus sering dikaji. Hipo atau hiperkelimia dapat
timbul, tergantung jenis diuretik yang dipakai.
 Pendidikan pasien
Pasien harus mengerti bahwa peningkatan keluaran urine itu
adalah yang diharapkan dan diinginkan dari diuretik dan
mereka perlu menentukan saat yang paling nyaman untuk
meminumnya. Pentingnya kalium tambahan dan tanda reaksi
merugikan.

D. Terapi Farmakologi untuk hipertensi


Pasien dengan tekanan diastole diatas 100 mmHg berisiko terkena
komplikasi gagal jantung, pendarahan serebral, atau hiertensi maligna.
Selain pemberian obat, faktor risiko lain harus diperhatikan, seperti
berhenti merokok, mengurangi obesitas, mengurangi minum alkohol, dan
mengurangi garam.
Pilihan terapi untuk hipertensi bergantung pada dan dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti berat hipertensi, umur dan penyakit yang sedang
diderita.
1. Diuretik
1) Diuretik Thazaid
Terapi dengan agens ini untuk hipertensi ringan sampai sedang.
Sering diberi bersama obat anti-hipertensi lain.

42 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
2) Deuretik Non-Thiazid
Diuretik non-thiazid indapamid (Natrilix) adalah obat anti
hipertensi oral, yang bila dipakai dengan dosis rendah (sampai
2,5 mg per hari) dipakai untuk pengobatan hipertensi esensial.
Obat ini mengurangi sympathetic outflow dari sistem saraf
autonom.
3) Obat penyekat-beta
Obat penyekat-beta non-selektif memblok reseptor beta-1 dan
beta-2. Penyekat-beta kardioselektif terutama memblok
nreseptor beta-1 dan tidak terlalu memblok reseptor beta-2,
yang mengakibatkan bronkodilatasi dalam paru. Agens ini
tidak dianjurkan untuk pasien asma, tetapi lebih cocok untuk
pasien diabetes dan pasien dengan penyakit vaskular perifer.
4) Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium banyak dipakai untuk angina pektoris; kini
juga untuk hipertensi. Mekanisme kerjanya adalah memblok
masuknya ion kalsium ke dalam sel
5) Inhibitor ACE
Inhibitor ACE (angiotensin converting enzyme) diduga
menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron, sehingga
tekanan darah turun. Inhibitor ACE menghambat enzim untuk
mengubah angiostensin I menjadi angiostensin II
(vasokonstriktor kuat).
E. Obat penurunan lipid darah
Hiperlipidemia adalah sekelompok keadaan yang ditandai
peningkatankonsentrasi berbagai lipoprotein plasma, seperti
kilomikron,VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density
lipoprotein).

1. Kolestirkolestiramin dan Kolestipol


Kolestiramin ( questran ) dan Kolestipol ( colestid ) adalah
sequestran asam empedu. Agens adalah damar yang tidak diserap dari
saluran cerna .
2. Klofibrat
Mekanisme kerja klofibrat ( Atromid S,Arterol,Liposol ) belum
jelas. Agens ini merupakan obat pilihan untuk hiperlipidemia tipe 3 .
Reaksi merugikan agens ini adalah mual , diare , kram otot , lemah ,
penurunan libido , kulit kering , dan alopesia. Klofibrat dikontra

43 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
indikasi untuk pasien dengan gagal ginjal menahun atau sindrom
nefrotik.
3. Probukol
Mekanisme kerja probukol ( Lursell ) juga belum jelas . Agens ini
terutama dipakai bila pada pasien gagal menurunkan kadar kolestrol
dengan diet dan terapi kolesteramin.
Implikasi keperawatan :
1) Evaluasi
Karena kadar kolestrol dan trigliserida plasma meningkat sesudah
makan , maka pemeriksaan harus pada darah kuasa.Kemajuan dan
efektifnya pengobatan dipantau dari perubahan dalam kadar
kolestrol dan trigliserida .
2) Pendidikan Pasien
Hiperlipidemia sangat meningkatkan resiko terhadap aterosklerosis
dan penyakit jantung lainnya. Pengobatan bertujuan mencegah
komplikasi ini dan idealnya harus dimulai sebelum timbul gejala .
Kepatuhan mengikuti aturan pengobatan sangat penting, Karena itu
pasien harus diyakinkan dan mengerti mengapa mereka harus taat
minum obat sesuai dengan yang ditentukan, termasuknya dietnya.
Terapi obat itu hanya bantuan untuk, dan bukan menggantikan diet
yang tepat. Terapi dengan obat hipolipidemik biasanya untuk
jangka panjang.

44 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB VIII

Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Gangguan Sistem


Pernafasan

A. Rhinitis
Menurut Karch, Amy M (2003) rhinitis adalah suatu peradangan
membrane mukosa hidung dan ditandai oleh bersin, gatal pada hidung, ingus
yang cair, dan hidung tersumbat. Suatu serangan mungkin dirangsang oleh
inhalasi alergen (seperti debu, serbuk sari, atau bulu binatang).
1. Antihistamin (penyekat reseptor H1)
Antihistamin merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk
menggobati bersin dan ingus cair yang menyertai rhinitis alergika.
Penyekat reseptor histamin H, seperti difenhidramin, klorfeniramin,
loratadin, terfenadin dan astemizol, berguna dalam mengobati gejala
rinitas alergika yang disebabkan oleh pelepasan histamin. Kombinasi anti
histamine dan dekongestan efektif bila sumbatan hidung merupakan
gejala dari rintis. Obat-obat ini berbeda dalam kemampuan menyebabkan
sedasi dan masa kerjanya.

a. Farmakokinetik

Setelah pemberian oral atau parenteral, antihistamin H1 diabsorpsi


secara baik. Pemberian antihistamin H1 secara oral efeknya timbul 15-30
menit dan maksimal setelah 1-2 jam, mencapai konsentrasi puncak plasma
rata-rata dalam 2 jam. Ikatan dengan protein plasma berkisar antara 78-
99%. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa,
ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Sebagian besar
antihistamin H1 dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixed-function
oxygenase system, tetapi dapat juga melalui paru-paru dan ginjal.
Konsentrasi plasma yang relatif rendah setelah pemberian dosis tunggal
menunjukkan kemungkinan terjadi efek lintas pertama oleh hati.
Antihistamin H1 dieksresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam
bentuk metabolitnya. Waktu paruh beberapa antihistamin H1 menjadi lebih
pendek pada anak dan jadi lebih panjang pada orang tua, pasien disfungsi
hati, dan pasien yang menerima ketokonazol, eritromisin, atau
penghambat microsomal oxygenase lainnya.

b. Indikasi

Antihistamin H1 berguna untuk pengobatan simptomatik berbagai


penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.

45 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Antihistamin generasi pertama digunakan untuk mengatasi
hipersensitifitas, reaksi tipe I yang mencakup rhinitis alergi musiman atau
tahunan, rhinitis vasomotor, alergi konjunktivitas, dan urtikaria. Agen ini
juga bisa digunakan sebagai terapi anafilaksis adjuvan.

c. Dosis Dan Masa Kerja

Obat / efek sedative Dosis reguler Masa kerja Aktivitas Keterangan


orangdewasa (jam) antikolinergik
(mg)
ANTIHISTAMIN GENERASI PERTAMA
Ethanolamin / + – +++
Carbinoxamin (listin) 4-8 3-4 +++ Sedasi ringan-
menengah
Dymenhydrinate (garam) 50 4-6 +++ Sedasi lanjut;
aktivitas anti
Diphenydramine motion sickness
(dramamine)
Diphenhydramine 25-50 4-6 +++ Sedasi lanjut;
(benadryl,dll) aktivitas anti
motion sickness
Doxylamine 1,25-25 Sedasi lanjut;
tersedia dalam
bentuk obat
pembantu tidur
Ethylamineddiamine / + – ++
Pyrilamine (Neo- 25-5- + Sedasi
Antergen) menengah;
komponen obat
pembantu tidur
Pyrilamine (PB2,dll) 25-50 + Sedasi menengah
Obat / efek sedative Dosis reguler Masa kerja Aktivitas Keterangan
orangdewasa (jam) antikolinergik
(mg)
Derivat piperazine / + – +++
Hydroxyzine (Atarak,dll) 15-100 6-24 Sedasi lanjut
Cyclizine (marezine) 25-50 – Sedasi ringan;
aktivitas anti
motion sickness

46 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Meclizine (bonine,dll) 25-50 12-24 – Sedasi ringan;
aktivitas anti
motion sickness
Alkylamine / + – ++
Bropheniramine 4-8 4-6 + Sedasi ringan
(dimetane,dll)
Chlorpheniramine 4-8 4-6 +++ Sedasi ringan;
(chlortrimeton,dll) tersedia dalam
komponen
perawatan flu
Derivat phenothiazine / +++
Promethazine 10-25 4-6 +++ Sedasi lanjut;
(phenergen,dll) antiemetic
Lain-lain
Cyproheptadine 4 + Sedasi
(periactin,dll) menengah; juga
mengandung
aktivitas
antiserotonin
ANTIHISTAMIN GENERASI KEDUA
Piperidine
Fexofenadine (allegra) 60 – Resiko rendah
dari aritmia
Lain-lain
Loratadine (claritin) 10 12 – Aksi yang lebih
lanjut
Catirizine (Zyrtec) 5-10 –

Mekanisme kerja :
Bekerja memblok reseptor H1 secara kompetitif atau non kompetitif
untuk mengurangi kotraksi otot polos saluran nafas, mengurangi permeabilitas
vaskular, dan mengurangi reflex serabut sensoris yang membebaskan neuro
peptida dari serabut sensoris.
d. Efek Samping

Pada dosis terapi, semua antihistamin H1 menimbulkan efek samping


walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan
diteruskan. Terdapat variasi yang besar dalam toleransi obat antar individu,

47 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
kadang-kadang efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu
dihentikan.1

Efek Samping Antihistamin H1 Generasi Pertama :

1. Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.


2. Kardiovaskular : hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia,
trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)
3. Sistem Saraf Pusat : drowsiness, sedasi, pusing, gangguan
koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi
pada dosis tinggi
4. Gastrointestinal : epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal
spray)
5. Genitourinari : urinary frequency, dysuria, urinary retention
6. Respiratori : dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal
burning (nasal spray)

Antihistamin Generasi kedua dan ketiga :

1. Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.


2. SSP : mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi
3. Respiratori : mulut kering
4. Gastrointestinal : nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine,
fexofenadine)

Efek samping SSP sebanding dengan placebo pada uji klinis,


kecuali cetirizine yang tampak lebih sedatif ketimbang placebo dan
mungkin sama dengan generasi pertama. Efek samping pada respiratori
dan gastrointestinal lebih jarang dibanding generasi pertama.

Beberapa efek samping lain dari antihistamin :

1. Efek sedasi

Dari hasil penelitian oleh perocek, dibandingkan


difenhidramin 2×50 mg dengan loratadine dosis tunggal 20 mg.
Hasilnya memperlihatkan efek sedasi difenhidramin lebih besar
dibanding loratadine. Jadi loratadine tidak mempengaruhi
kemampuan mengendarai, tingkat kewaspadaan siang hari dan
produktifitas kerja. Juga loratadin menghilangkan gejala rhinitis
alergi musiman secara efektif dan absorbsi oralnya sangat cepat

48 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
serta memiliki masa kerja yang panjang, sehingga cukup diberikan
sekali dalam sehari.

2. Gangguan psikomotor

Yaitu gangguan dalam pekerjaan yang melibatkan fungsi


psikomotor, merupakan masalah yang menjadi perhatian dalam
terapi yang menggunakan antihistamin. Efek samping terlihat saat
pasien melakukan kegiatan dengan resiko fisik seperti mengendarai
mobil, berenang, gulat, atau melakukan pekerjaan tangan.
Gangguan fungsi psikomotor adalah efek yang berbeda dari
terjadinya sedasi (rasa mengantuk).

3. Gangguan kognitif

Adalah gangguan terhadap kemampuan belajar, konsentrasi


atau ketrampilan di tempat bekerja. Dari hasil penelitian
memperlihatkan antihistamin generasi pertama terutama
difenhidramin menyebabkan gangguan kemampuan belajar,
konsentrasi, atau ketrampilan di tempat kerja. Sedangkan loratadin
meniadakan efek negative dari rhinitis alergi terhadap kemampuan
belajar.

4. Efek kardiotoksisitas

Antihistamin selama ini dianggap sebagai obat yang aman,


tetapi sejak akhir tahun 80-an mulai muncul beberapa jenis
antihistamin yang digunakan dengan dosis yang berlebihan.
Sehingga dapat menyebabkan pasien yang menggunakan
mengalami gangguan pada jantung (kardiotoksisitas).

e. Kontraindikasi

Antihistamin generasi pertama:

1. Hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait secara


struktural
2. Bayi baru lahir atau premature
3. Ibu menyusui
4. Narrow-angle glaucoma
5. Stenosing peptic ulcer

49 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
6. Hipertropi prostat simptomatik
7. Bladder neck obstruction
8. Penyumbatan pyloroduodenal
9. Gejala saluran napas atas (termasuk asma)
10. Pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
11. Pasien tua.

Antihistamin generasi kedua dan ketiga :

1. Hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait secara struktural

f. Interaksi Obat

Tabel. Interaksi Obat

Precipitant Drug Object Drug Effect


Antihistamin Alkohol, depresan SSP Menambah efek depresan SSP
dan efek lebih kecil pada
antihistamin generasi kedua
dan ketiga.
Antifungi Azole dan loratadine, desloratadine Meningkatkan kadar plasma
Antibiotik Makrolida : object drug
azithromycin,
clarithromycin,
erythromycin,
fluconazole, itraconazole,
ketoconazole, miconazole
Cimetadine Loratadine Meningkatkan kadar plasma
object drug
Levodopa Promethazine Menurunkan efek levodopa
MAOIs: Antihistamin generasi Bisa memperlama dan
phenelzine, pertama memperkuat efek
isocarboxazid, antikolinergik dan sedative
tranylcypromine antihistamin, sehingga bisa
terjadi hipotensi dan efek
samping ekstrapiramidal
Protease Inhibitors: Antihistamin generasi Meningkatkan kadar plasma
ritonavir, indinavir, pertama, loratadine object drug
saquinavir, nelfinavir
Serotonin Reuptatke Antihistamin generasi Meningkatkan kadar plasma

50 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Inhibitors (SSRIs): pertama object drug
fluoxetine, fluvoxamine,
nefazodone, paroxetine,
sertraline

2. Agonis β-adrenergik

Agonis β adrenerrgik atau (β-mimetika). Salbutamol, terbutalin,


klenbuterol, salmeterol, fenoterol, formoterol dan prokaterol.
Contoh :

1. Kerja singkat (1-3 jam) : epinefrin, isoproterenol, isoetarin


2. Kerja sedang (3-6 jam) : salbutamol, bitolterol, fenoterol,
metaproterenol. pributerol, terbutalin.
3. Kerja lama (lebih dari 12 jam) : formoterol, salmeterol, bambuterol.

a. Farmakodinamika :
Zat-zat ini bekerja selektif terhadap reseptor beta-2 adrenergik
(bronchospasmolysis) dan praktis tidak terhadap reseptor beta-1
(stimulasi jantung).
b. Indikasi :
Untuk mencegah dan untuk mengatasi bronkospasme.

c. Farmakokinetik :
Diadsorbsi minimal dari saluran cerna,tidak melintasi blood-brain
barier ,dimetabolisme secara ekstensif dalam hepar menjadi metabolit
in aktif,dieksresi secara cepat melaui urin dan feses.
d. Efek samping :

1. Kerja pendek :mulut kering, tremors, tachycardia, paradoxial


bronchospasm
2. Kerja lama: bronchospasm, tachycardia

Contoh obat

51 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
1) Dosis : 2mg, 4mg/tab, 2mg/5ml
Anak-anak : 3-4x 1/4-1/2 tab
Dewasa : 3-4x 2 tab

2) Indikasi : asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema pulmonum,


3) Efek samping : kejang otot, tremor,takikardia, sakit kepala,
ketegangan, gugup,mual, vasodilatasi perifer, dan susah tidur.
4) Kontraindikasi : Hipersensitif
3. Kortikostreoid

Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti


peradangan dan gatal gatal. Daya antiradang ini berdasarkan blockade
enzim fosfolipase A2, sehingga pembentukan mediator peradangan
prostaglandin dan leukotrien dari asam arachidonat tidak terjadi.
Kortikosteroid menghambat mekanisme kegiatan allergen yang melalui
IgE dapat menyebabkan degranulasi mastcells, juga meningkatkan
kepekaan reseptor beta 2 hingga efek beta mimetika diperkuat.
Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi
virus,selain itu juga pada infeksi bakteri, dan melawan reaksi perdangan.
Zat-zat ini dapat diberikan inhalasi atau per oral pada kasus gawat dan
statuis asthmatikus,obat ini di berikan secara iv (perinfus) disusul
pemberian oral. Penggunaan oral dalam jangka waktu lama hendaknya di
hindari karena menekan funsi anak ginjal yang mengakibatkan
osteoporosis maka hanya diberikan untuk satu kurun singkat.
a. Steroid inhalasi→ untuk asma nokturnal (budesonid,
beklometason, flunisolid, flutikason dan triamcinolon cetonide)
b. Steroid intravena → untuk penanganan asma akut berat (
hydrocortisone sodium succinate. Metylprednisolon sodium
succinate). Oral → prednisolon, prednison
·
a. Mekanisme
Bekerja dengan jalan berikatan dengan reseptor cytosolic yang
penting untuk regulasi gen tertentu. Kortikosteroid meningkatkan
densitas reseptor beta 2 dalam otot polos saluran naps yang dapt
mencegah potensial toleransi terhadap agonis beta 2.

52 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
b. Contoh obat

· Dosis : 4mg, 8mg, dan 16mg


Anak - anak : 0,4-1,6 mg/kg BB
Dewasa : 4 - 48 mg/hari
c. Kontraindikasi
infeksi jamur ,sistemik, dan hipersensitif.
d. Indikasi
Asma bronchial, gangguan endokrin, gastrointestinal, reumatik,
eksema, alergi, meningitis tuberkulosa.
e. Efek samping
gangguan elektrolit dan cairan tubuh,gangguan pencernaan,
keringat berlebih, kelemahan otot, hambatan pertumbuhaan pada anak,
DM, glaukoma, katarak, meningkatnya tekanan darah.
f. Farmakokinetik :
Prednison oral dapat diabsorbsi dengan cepat dalam sal. Cerna
dimetabolisme secara ekstensif dalam hepar menjadi metabolit aktif
prednisolone .Bentuk iv mempunyai onset cepat .Bentuk inhalasi
diabsorbsi minimal (absorbsi linier dengan penambahan dosis)
g. Kortikosteroid bekerja dengan banyak mekanisme yaitu :
1. Relaksasi bronkospasme
2. Mengurangi sekresi mukosa
3. Potensiasi dengan reseptor adrenergik beta
4. Mengantagonis aksi aksi kolinergik
5. Stabilisasi lisosom
6. Memiliki sifat antiinflamsi
7. Menghambat pembentukan antibodi dan mengantagonis kerja
histamin.
8. Kortikosteroid tidak menghambat pembebasan mediator dari sel
mastosit, dan tidak pula menghambat respon awal terhadap
alergen, tetapi memblok respon lambat dan hiperresponsif
selanjutnya.

53 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
9. Steroid yang aktif pada pemberian topikal dan dapat mengontrol
asma tanpa menyebabkan efek sistemik atau suspersi adrenal
adalah beklometason dipropionat, budesonid, triamsinolon
asetat, dan flunisolid.
h. Efek samping
umumnya dari steroid inhalasi adalah kandidiasis orofaringeal
dan disfonia yang dapat dikurangi dengan penggunaan aerosol spacer
dan higiene orofaringeal yang baik. Efek samping trerois per oral
adalah osteoporosis, penambahan berat badan, hipertensi, diabetes,
miopati, gangguan psikiatri, kulit rapuh, katarak, dan supresi adrenal.

B. Bronkodilator/Antiasmatikus
Menurut Mycek, Mery J dkk (1995) bronkodilator adalah obat yang
digunakan untuk memfalisitasi pernapasan dengan cara mendilatasi jalan
napas.

1. Xantin
Xantin termasuk kafein dan teofilin, berasal dari berbagai macam
sumber alami. Obat ini dahulu merupakan obat pilihan untuk mengatasi
asma dan bronkospasme. Namun, obat ini memiliki batas aman yang
relatif sempit dan berinteraksi dengan berbagai macam obat lainnya.
Oleh karena itu, obat ini tidak lagi menjadi obat bronkodilator utama.
Xantin yang digunakan untuk mengatasi penyakit saluran pernapasan
adalah aminofilin (truphyilline), kafein (Caffe-drine dan obat lain),difilin
(Dilor dan obat lain), okstrifilin (Choledyl-SA), dan teofilin (Sto-bid,
Theo-Dur)

a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik


Xantin memiliki efek langsung pada otot di salurun
pernapasan,baik pada bronkus maupun pembuluh darah. Walaupun
mekanisme kerja yang pasti masih belum diketahui, satu teori
menyatakan bahwa xantin bekerja dengan cara memengaruhi langsung
pergerakan kalsium di dalam sel. Hal tersebut dilakukan dengan cara
menstimulasi dua prostaglandin, sehingga menyebabkan relaksasi otot
polos meningkatkan kapasitas vital yang telah mengalami kerusakan
akibat adanya bronkospasme atau terperangkapnya udara. Xantin juga
menghambat pelepasan yang anafilaksis kerja lambat (SRSA) dan
histamin. Yang mengurangi pembekakan dan penyempitan bronkus
akibat kerja dari kedua zat kimia ini.
b. Farmakokinetik

54 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Xantin diabsorpsi dengan cepat dalam salurn cerna (GI) dan
mencapai nkadar puncaknya dalam dua jam. Obat ini di distribusikan
secara luas dan di metabolism dalam hati. Ekskresi terjadi melaui urin.
Xantin data menembus plasenta dan masuk ke ASI. Obat ini telah
dikaitkan dengan kondisi janin yang abnormal dan kesulitan bernapas
saat lahir pada penelitihan yang menggunakan binatang. Walaupun
belum terdapat penelitian yang jelas pada kehamilan manusia,
penggunaan obat ini harus dibatasi hanya jika manfaatnya pada ibu
lebih besar daripada resiko potensial pada janin. Karena Xantin masuk
ke ASI dan dapat mempengaruhi bayi, pasie yang menggunakan obat
ini selama menyusui perlu menggunakan metode lain untuk memberi
makan bayinya.

c. Kontraindikasi dan Peringatan


Obat ini perlu digunakan dengan hati-hati pada pasien yang
mengalami ketidaknyamanan pada GI, penyakit koroner, disfungsi
pernapasan, penyakit ginjal atau hati, alkoholisme atau
hipertiroidisme, karena semua kondisi ini dapat diperparah dengan
adanya efek sistemik xantin. Xantin tersedia dalam bentuk oral dan
parenteral, obat parenteral harus diubah menjadi bentuk oral secepat
mungkin, karena efek sistemik dari bentuk oral tidak terlalu akut dan
lebih mudah untuk diatasi.
d. Efek Merugikan
Efek merugikan dari penggunakan xantin berhubungan dengan
kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilin terapeutik dalam darah
adalah 10-20 µg/ml. Dengan peningkatan kadar teofilin dalam darah,
terlihat efek merugikan yang diperkirakan, dari adanya gangguan
saluran cerna, mual, iritabilitas, dan takikardia sampai terjadinya
kejang, kerusakan otak,dan bahkan kematian.
e. Interaksi Obat-obat yang Penting secara Klinis
Karena mekanisme metabolism xantin terjadi dalam hati,
beberapa obat berinteraksi dengan xantin. Daftar obat yang
berinteraksi harus diperiksa setiap obat ditambah atau dihentikan dari
program pengobatan.
Nikotin meningkatkan metabolism xantin dalam hati, sehingga
dosis xantin harus ditingkatkan pada pasien yang masih merokok saat
menggunakan xantin. Selain itu pula, tindakan kewaspadaan yang
tinggi harus diterapkan pada pasien yang memutuskan untuk

55 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
mengurangi atau menghentikan rokok, karena dapat terjadi keracunan
yang berat akibat xantin.

2. Bronkodilator Antikolinergik
Pasien yang tidak dapat menoleransi efek simpatis dari obat
simpatomimetik dapat berespon terhadap obat antikolinergik
ipratpropium (Atroven). Obat ini seefektif obat simpatomimetik, tetapi
obat ini meredakan beberapa gejala pada pasien yang tidak menoleransi
obat-obatan lain.

a. Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik

Obat antikolinergik digunakan sebagai bronkodilator


karena efek obat ini pada saraf vagos, yang menghambat
neurotransmitter asetilkolin ditempat reseptor vagal. Pada keadaan
normal, stimulasi vagal akan menghasilka efek stimulasi pada otot
polos menyebabkan kontraksi. Dengan menghambat efek vagal,
relaksasi otot polos bronkus terjadi, yang mengakibatkan
bronkodilatasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi rumatan pasien
PPOK, termasuk kondisi bronkospasme dan emfisema.

b. Farmakokinetik

Ipratropium memiliki awitan kerja 15 menit ketika


diinhalasi. Waktu puncaknya terjadi dalam waktu 1-2 jam, dan
durasi efeknya selama 3-4 jam. Sampai saat ini masih sedikit yang
diketahui tentang nasib obat ini dan di dalam tubuh. Obat ini
umumnya tidak diabsorpsi secara sistemik

c. Kontraindikasi dan Peringatan

Tindakan kewaspadaan harus diterapkan pada setiap kondisi


yang dapat diperburuk oleh efek obat antikolinergik atau efek seperti
atropin, misalnya glaucoma sudut sempit (drainase vitrous humor
dapat dihambat oleh relaksasi otot polos), obstruksi leher kandung
kemih, atau hipertrofi prostat (relaksasi otot menurunkan tonus
kandung kemih), dan kondisi yang mengalami perburukan akibat
adanya mulut dan tenggorokan kering. Penggunaan ipratropium
dikontraindikasi pada pasien yang alergi terhadap obat-obatan ini.

56 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
d. Efek Merugikan

Efek merugikan obat ini terkait dengan efek antikolinergik


apabila obat ini diabsorpsi secara sistemik. Efek ini mencakup rasa
pusing, sakit kepala, kelatihan, gugup, mulut kering sakit
tenggorokan, palpitasi, dan retensi urine.

e. Interaksi Obat-Obat yang Penting Secara Klinis

Tindakan kewaspadaan khusus perlu diambi untuk


menghindari kombinasi antara bronkodilator simpatomimetik dan
anestetik umum siklopropan dan hidrokarbon terhalgenasi. Karena
obat ini mensentisasi jantung terhadap katekolamin dan dapat terjadi
kmplikasi jantung yang serius.

C. Mukolitik dan Ekspektoran


1. Mukolitik
Menurut Tambayong, Jan (2001) mukolitik bekerja untuk memecah
mucus membantu pasien yang beresiko tinggi mengalami gangguan
pernafasan membatukkan secret kental yang membandel. Obat dapat
diberikan dengan menggunakan nebulizer atau memasukkan obat secara
langsung kedalam trakea melalui selang endotrakea atau trakeostomi.
Mukolitik antara lain asetilsistein (mucomyst dan lainnya)
dan dornase alfa (pulmozyme).
a. Cara kerja obat dan indikasi terapeutik
Mukolitik biasanya digunakan oleh pasien yang kesulitan
untuk menggerakkan dan membatukkan secret, seperti individu yang
mengalami penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK), kistik fibrosis,
pneumonia, atau tuberkolosis. Obat ini juga di indikasikan bagi pasien
yang mengalami atelektasis karena adanya secret mucus yang kental.
Obat ini dapat digunakan selama pemeriksaan bronkoskopi diagnostic
untuk membersihkan jalan nafas dan mempermudah pembuangan
secret,demikian juga ketika pasca operasi dan pada pasien yang
menggunakan trakeostomi untuk mempermudah pembersihan jalan
nafas dan tindakan pengisapan secret.
Asetilsistein digunakan secara oral untuk melindungi sel hati
dari kerusakan selama episode toksisitas aseta/minofen,karena obat ini
menormalkan kadar glutation hati dan berikatan dengan metabolic
hepatotoksik reaktif dari asetanminofen.asetilsistein memengaruhi
mukoprotein dalam secret dengan cara memecahkan ikatan disulfida
yang berfungsi untuk melekatkan mukus. Hasilnya adalah
berkurangnya viskositas dan keletakan sekret. Asetilsitein

57 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
dimetabolisme dalam hati dan diekskresikan sedikit melalui urine. Saat
ini diketahui apakah obat ini dapat menebus plasenta atau masuk ke
ASI.
Dornase alfa merupkan mukolitik yang dipersiapkan
menggunakan teknik rekombinan DNA ekstraseluler dari protein.
Obat ini memiliki durasi kerja yang lama dan nasibnya di dalam tubuh
masih belum diketahui. Tidak ada data tentang efek obat ini pada
pasien yang sedang hamil atau menyusui. Obat ini digunakan untuk
mengurangi pembentukan sekret pada penyakit kritis fibrosis,
membantu jalan nafas terbuka dan berfungsi lebih lama.
b. Efek merugikan
Efek merugikan paling umum terjadi terkait dengan
penggunaan obat mukolitik adalah adanya gangguan GL stomatitis,
Rinorea dan terkadang ruang. Efek sampan samping obat mukolitik,
efek ringan biasanya terjadi pada saluran pencernaan seperti mual
c. Interaksi

Berikut adalah interaksi obat-obat agen mukolitik dengan obat-


obat lain :
1) Ambroxol :
Jika diberikan bersamaan dengan antibiotik seperti
amoxicillin, cefuroxim, erythromycin, dan doxycycline,
konsentrasi antiobiotik-antibiotik tersebut di dalam jaringan paru
meningkat. Obat ini juga sering dikombinasikan dengan obat-obat
standar untuk pengobatan bronkitis seperti glikosida jantung,
kortikosteroid dan bronkospasmolitik.
2) Bromhexin :
Pemberian bersamaan bromhexin dengan antibiotik seperti
amoxicillin, cefuroxim, erythromycin, dan doxycycline akan
meningkatkan konsentrasi antibiotik-antibiotik tersebut.

d. Farmakokinetik

Memecah ikatan kimia mukoprotein dan mukopilisakarida


pada dahak atau seputung sehingga dahak menjadi lebih encer dan
tidak lengket

2. Ekspektoran
Menurut Tambayong, Jan (2001) ekspektoran mengencerkan sekret
disaluran nafas bagian bawah, mengurangi kekentalan sekret tersbut
sehingga memudahkan pasien untuk membatukkannya. Ekspektoran

58 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
tersedia dalam berbagai bentuk preparat yang dijual bebas sehingga obat
dapat digunakan oleh masyarakat tanpa harus berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan. Ekspektoran yang tersedia mencangkup guaifenesin (Anti-Tuss
dan lainnya ) dan terpin hidrat ( juga merupakan obat anti tusif, hanya
dalam bentuk generik).
a. Cara kerja obat dan indikasi terapeutik
Guaifenesin meningkatkan keluarnya cairan dari saluran
pernafasan dengan cara mengurangi kelekakatan dan tegangan
permukaan cairan, mempermudah pergerakan sekret yang berkurang
kekentalannya. Hasil dari pengenceran dari kekentalan ini adalah pasien
akan sering mengalami batuk produktif sehingga mengurangi frekuensi
batuk.

b. Efek merugikan
Efek merugikan yang biasa terjadi pada penggunaan ekspektoran
adalah adanya gejala GI ( misalnya: mual,muntah, anoreksia
D. Antitusif
Menurut Karch, Amy M (2003) antitusif merupakan obat yang
menekan refleks batuk. Berbagai gangguan di saluran nafas termasuk
selesma, sinusitis, paringitis, dan pneumonia, disertai dengan batukr yang
tidak nyaman dan tidak produktif.
1. Cara kerja obat dan indikasi terapeutik
Antitusif yang digunakan sejak dahulu, termasuk kodein (hanya
generik), hidrokodon ( hycodan), dan dekstrometorfan (benylin dan jenis
yang lain), bekerja secara langsung pada pusat batuk di medulla otak
untuk menekan refleks batuk. Karena bekerja dipusat, obat ini bukan
obat pilihan bagi mereka yang mengalami cedera kepala atau yang
mengalami kerusakan sistem saraf pusat (SSP). Obat ini diabsopsi
dengan cepat, dimetabolisme dalam hati, dan di ekskresikan melalui urin.
2. Kontraindikasi dan peringatan
Antitusif dikontraindikasikan pada pasien yang memerlukan
59ecret batuk untunk memertahankan jalan nafas ( misalnya pasien pasca
operasi dan pasien yang baru menjalani pembedahan abdomen dan
toraks). Pasien yang mengalami asma dan emfisema disarankan untuk
berhati-hati dalm dalam menggunakan obat ini, karena penekanan reflek
batuk pada pasie dapat mengakibatkan akumulasi 59ecret dan hilangnya
cadangan penafasan.Tindakan kewaspadaan perlu diterapkan pada pasien
yang hipersensitif atau memilik riwayat ketergantungan narkotika
(kodein,hidrokodon). Kodein merupakan narkotika dan berkemungkinan
menimbulkan ketergantungan obat.

59 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB IX

Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Gangguan Sistem Saraf

A. Pengertian susunan saraf


Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antaraindividu
dengan lingkungan sekitarnya.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral
(SPP) adalah pusat pengolahan pada system saraf dan sistem saraf tepi
(SST) adalah bagian dari system saraf manusia yang tediri dari system
saraf somatik(system saraf sadar) dan system saraf otonom(system saraf
tak sadar). Sistem saraf sadar berfungsi untuk mengontrol segala aktivitas
yang kerjanya dikendalikan oleh otak, dan system syaraf tak sadar
berfungsi untuk mengontrol segala aktivitas yang tidak dapat diatur oleh
otak seperti denyut jantung, gerakan saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.

B. Klasifikasi obat system saraf pusat


Obat yang bekerja terhadap SPP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar yaitu :
a. Perangsang system saraf pusat, seperti amfetamin
b. Penekan system saraf pusat seperti sedatif hipnotik dan anestesi
c. Analgenik-Antipiretik, termasuk Analgenik Narkotik dan
Nonnarkotika
d. Anti konvulsi
e. Psikofarmaka

1. Obat perangsang sistem saraf

a. Amfetamin

Amfetamin adalah obat yang bisa digunakan untuk mengobati


gangguan hiperaktif atau disebut juga dengan attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD).
Efek samping :
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, perubahan kondisi
mental, dan berhalusinasi.

60 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
b. Metilfenidat
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan
depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak.

Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri


kepala, Tachicardia.

Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.

Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan


diekskresikan melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.

Farmakodinamik : mula- mula :0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8


jam.

Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan


hiperaktivitas.

Dosis pemberian :
Anak : 0.25 mg/kgBB/hr
Dewasa : 10 mg 3x/hr

c. Doksapram
Indikasi : perangsang pernafasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah.
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP.
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV.

d. Kafein
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir
yang cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk
merangsang pernafasan pada apnea bayi premature.

Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan


lebih cepat.
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan
migren, sering gelisah (anxious).

Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan

61 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
diabsorbsikan dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7
jam, diekskresikan melalui urin.

Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.

Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan


obat depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)

e. Barbiturat
Pertama kali diperkenalkan tahun 1963. Tiopental sekarang lebih
dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton
Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum
barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat
dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit
tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 – 10
menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali
seperti semula

Mekanisme kerja
Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat
akan menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem
saraf pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler, suatu
jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang
beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa
fungsi vital termasuk kesadaran.

Dosis
Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk
menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan
dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien.

Efek samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga
jangan memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat
alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan
terjadinya reaksi anafilaksis

62 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
2. Obat penekan sistem saraf
A. Obat Anestetik :
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dalam bermacan-macam tindakan operasi.
a. Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible
penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat)
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan
rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Penggunaan : Anestetik lokal umumnya digunakan secara
parenteral misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian
anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik lokal dibagi
menjadi 3 jenis :
1) anestetik permukaan, digunakan secara local untu
melawan rasa nyeri dan gatal
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan
ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya
pada daerah kulit dan gusi.
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan
penyuntikan disuatu tempat dimana banyak saraf
terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas
misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam
kloridanya yang mudah larut dalam air.
 Persyaratan anestetik lokal :
Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa
persyaratan sebagai berikut:
a. tidak merangsang jaringan
b. tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap
susunan saraf sentral
c. toksisitas sistemis rendah
d. efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
e. mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka
waktu cukup lama
f. larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang
stabil dan tahan pemanasan
 Efek samping : Efek samping dari pengguna anestetik local
terjadi akibat khasiat dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi
jantung ), mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi.
 Penggolongan :
Secara kimiawi anestetik lokal dibagi 3 kelompok yaitu :

63 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
a. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain,
tetrakain, dan oksibuprokain
b. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain,
bupivikain,, cinchokain dll.
c. Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
 Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping:
1. Bupivikain
Indikasi : anestetik lokal
2. Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
3. Lidokain
Indikasi :anestesi filtrasi dan anestesi permukaan,
antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4. Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa
nyeri dan gatal
5. Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
6. Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
7. Benzilalkohol
Indikasi :menghilangkan rasa gatal, sengatan
matahari, gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan

b. Anestetika Umum : Obat yang dapat menimbulkan suatu


keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat
reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu
anestetik umum :
1) berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
2) mula kerja cepat tanpa efek samping
3) sadar kembalinya tanpa kejang
4) berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot
seluruhnya

64 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
5) Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu
pembedahan
Efek samping :
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek
samping yang terpenting diantaranya adalah :
 Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan
trikloretiken
 Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan
metoksifluran yang paling ringan pada eter
 Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi
seperti senyawa klor
 Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan :
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan
menjadi 2 yaitu:
1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra
short acting ( thiopental dan heksobarbital )
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran
pernafasan. Contohnya eter, dll.

B. Obat Hipnotik dan Sedatif


Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti
tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat
mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau
menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang
menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur,
dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Golongan
obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol (alcohol), Barbiturate,
fenobarbital, Benzodiazepam, methaqualon.
 Insomnia dan pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor
seperti : batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi,
ketegangan, kecemasan, ataupun depresi.
 Persyaratan obat tidur yang ideal
1. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur
normal
2. Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain
dari system saraf pusat maupun organ lainnya yang kecil.
3. Tidak tertimbun dalam tubuh

65 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
4. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada
keesokan harinya
5. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka
panjang
 Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng
mirip dengan morfin antara lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya
flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti
mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau,
contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik
bersifat lipofil.
 Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital,
siklobarbital, heksobarbital,dll.
2. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam dan triazolam.
3. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan
turunannya serta paraldehida.
4. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium,
natrium, dan ammonium ) dan turunan ure seperti
karbromal dan bromisoval.
5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida
) dan metaqualon.

 Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping


1. Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi,
relaksasi otot dan anti ansietas (obat epilepsi).
2. Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi
dengan efek sisa (hang over ), gangguan koordinasi dan
melantur.

66 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
3. Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4. Kloral hidrat
Indikasi :hipnotika dan sedatif
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan
ketagihan
5. Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan
strikhnin.

3. Obat Syaraf Otonom


Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan
impuls dalam sistem saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa,
penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau
mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus. Sistem saraf otonom dapat
dibagi kedalam dua kelompok besar yang umumnya satu sama lain saling
menyeimbangkan. Kedua sestem saraf tersebut adalah :

a. Sistem saraf simpatik dan sistem parasimpatik.


b. Pada sistem syaraf parasimpatik memiliki sel syaraf
preganglion lebih panjang daripada sel syaraf postganglionnya.
Berikut contoh obat syaraf otonom :
a. Atropin
Atropin adalah suatu obat anticholinergic atau antidot untuk
menangani zat kimia yang menyerang sistem saraf, keracunan
pestisida, beberapa tipe dari detak jantung yang melambat, dan
untuk menurunkan produksi air liur saat operasi.

Peringatan penggunaan:
 Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil,
atau menyusui, dianjurkan berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan atropin.
 Harap berhati-hati bagi yang sedang menderita glaukoma,
sindrom down, kerusakan otak, atau paralisis spastik.
 Disarankan tidak mengemudikan kendaraan atau
mengoperasikan alat berat, karena atropin bisa mengganggu
indera penglihatan.

67 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Atropin
Dosis atropin yang biasanya diberikan oleh dokter pada pasien
dewasa adalah satu sampai dua tetes pada tiap bola mata, satu jam
sebelum pemeriksaan refraksi

Pengunaan Atropin
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan
mengikuti anjuran dokter dalam menggunakan atropin. Jangan
menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Atropin


Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek
samping atropin yang umumnya terjadi adalah:

 Kesulitan  Iritasi mata.


memfokuskan
 Mulut dan kulit
pandangan.
kering.
 Detak jantung lebih
 Sembelit.
cepat.
 Pandangan kabur.

b. Skopolamin/scopolamine
Scopolamine adalah obat golongan antikolinergik yang digunakan
untuk mencegah rasa mual dan muntah yang biasanya muncul
setelah efek pemberian anestesi pada prosedur operasi.

Peringatan:
 Wanita yang merencanakan kehamilan, wanita yang sedang hamil,
atau wanita menyusui harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
menggunakan obat ini.

 Bayi yang berusia di bawah 6 bulan tidak boleh diberikan obat ini.

 Penderita glaukoma sudut tertutup, gangguan saluran pernapasan


yang parah, penyumbatan pada usus, dan gangguan berkemih tidak
disarankan untuk menggunakan obat ini.
 Penderita yang memiliki gangguan pada ginjal, hati, jantung,
tekanan darah, pembuluh koroner, kelenjar tiroid, dan yang memiliki

68 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
riwayat cedera otak atau kepala harus berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan obat ini.

 Konsultasikan dengan dokter tentang penggunaan scopolamine jika


Anda sedang menjalani terapi pengobatan lain pada waktu yang
sama
 Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi

Efek Samping dan Bahaya Scopolamine


Sama seperti obat-obat lain, scopolamine juga bisa menyebabkan
efek samping.

 Sulit menelan
 Jumlah urine yang sedikit
atau tidak ada sama sekali
 Sakit ketika berkemih
 Mengantuk
 Gelisah
 Bingung atau paranoia
 Detak jantung yang cepat
 Mulut kering yang bisa
meningkatkan rasa haus
 Penglihatan mengabur dan
pupil membesar
 Mata menjadi sensitif
terhadap cahaya
 Kulit kering

69 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
4. Obat yang bekerja terhadap syaraf otonom
1. Cara kerja obat otonom
Obat otonom mempengaruhi transmisi neuro humonal dengan cara
menghambat atau mengintensifkannya. Terhadap beberapa kemungkinan
pengaruh obat pada transmisi sistem kolinergik dan adrenergik, yaitu :
1. Menghambat sintesis (pelepasan transmitor)
2. Menyebabkan pelepasan transmitor
3. Berikatan denagn reseptor
4. Menghambat destuksi transmitor
2. Penggolongan obat berdasarkan efek utamanya
a. Kolinergik atau parasimpatomimetik
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas
susunan saraf para simpatis.

Farmakodinamik kolinergik
 Meningkatkan TD
 Meningkatkan denyut nadi
 Meningkatkan kontraksi saluran kemih
 Meningkatkan peristaltik
 Konstriksi bronkiolus( kontra indikasi asma bronkiolus)
 Konstriksi pupil mata ( miosis)
 Antikolinesterase : meningkatkan tonus otot

Efek samping

 Asma bronkial dan ulcus peptkum ( kontraindikasi)


 Iskemia jantung, fibrilasi atrium
 Toksin ; anti dotum = atropin dan epineprin

Indikasi

 Esterkolin : tidak digunakan pengobatan( efek luas dan singkat),


meteorismus(kembung), retensia urine, glaukoma, paralitik ileus,
intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokoromositoma.
 Anti kolinesterase : atonia otot polos ( paska bedah, toksik),
miotika(setelah pemberian atropin pada funduskopi), diknososi dan
pengobatan niastemia gravis( defisiensi kolinergik sinaf), penyakit
alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
 Alkolid tumbuhan : untuk midriasis (pilokarpin)
 Obat kolinergik lain, mencegah dan mengurangi muntah (
metoklopramid)
Intoksikasi

70 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
 Efik muskarinik : matahiperemis, miosis kuat, bronkostriksi,
laringgospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat
berlebih.
 Efek nikotinik : otot rangka lumpuh
 Efek kelainan sentral : ataksia, hilangnya reflek, bingung, sukar
bicara, konvulsi, koma, nafas cheyne stokes, lumpuh nafas.
Pergolongan Adrenergik

 Katekolamin (endogen : epineprin, norepineprin dan dopamine sintetik


: isoprotenol hidroklorida dan dobutamine)
 Non katekolamin ( fenileprin, meteprotenol dan albuterol)
Farmakodinamik Adrenergic

 Bersifat intropik
 Bronkodilator
 Hipertensi
 Tremor dan gelisah
Efek samping
Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja
non selektif (bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering
timbul pada obat-obat adrenergic adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi,
artimia , tremor, pusing,kesulitan berkemih, mual dan muntah.
Kontra indikasi

 Tidak boleh digunakan pada ibu hamil


 Sesuaikan dosis pada penderita yang mendapat antidepresi trisiklik.
 Tidak boleh digunakan pada penderita stenorsis, subaorta,
anoreksia,insomnia dan ekstenia

a. Simpatolik atau Antiadrenergik


Obat-obat antiadrenergic umumnya menghambat efek neurotransmitter
adrenergic dengan menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung
maupun tidak langsung.

71 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
BAB X

Peran Kolaboratif Perawat Dalam Pemberian Obat Gangguan Sistem Muskuloskeletal

Muskuloskeletal meliputi banyak bagian dari tubuh kita, dengan penyebab nyeri
muskuloskeletal yang bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung pada

(1) Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh
yang rusak

(2) Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau


menyebabkan sikap tubuh yang buruk, membuat Anda berisiko mengalami
gangguan muskuloskeletal

(3) Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak
aktif seperti duduk sepanjang hari, dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal

(4) Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.

Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal antara lain Vitamin, Mineral,
Analgetik, Antiinflamasi, Antibiotik, Antineoplastik (sitostatika).

1. Penguat tulang
a. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai
reaksi metabolisme dan mempertahankan kesehatan. Sumber bahan makanan dan obat.
Vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A, D, E, K.

Vitamin D

o Sumber : minyak ikan, ragi, jamurdan provitamin D yang disintesa kulit oleh sinar
ultraviolet sinar matahari (terutama pagi hari) diubah menjadi Vit D

o Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta mempertahankan fungsi


neuromuskular

o Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang : penyakit Rakhitis (pada
anak/bayi) dan osteomalasia (pada dewasa)

b. Mineral
o Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa : 7
dalam jumlah banyak dan 6 “trace elements” ( Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn )

o Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang , Sumber :


susu, telur Dipengaruhi oleh vitamin D. Penyimpanan : tulang . Pengaturan
metabolismenya oleh hormon paratiroid

o Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal
paha. Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut:

72 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Komsumsi kalsium:

600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun.


800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.
Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan osteoporosis, Anda
memerlukan dosis kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D sebanyak
20 mikrogram

o Bisphosphonate
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa
diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan
memperlambat laju sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa
bisphosphonate berbeda seperti alendronate, etidronate, ibandronate, risedronate, dan
asam zolendronic.

o Strontium ranelate
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air. Obat
ini bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok.
Strontium ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru
(osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang.

c. Obat-obatan yang Bersifat Hormon


o Selective estrogen receptor modulators (SERMs)
SERMs adalah obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak,
terutama pada tulang punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang tersedia untuk
pengobatan osteoporosis adalah raloxifene, garam hidroklorida. Raloxifene
dikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet.

2. Penetral zat
o Obat urikosonik
Probenesid Obat yang membantu pengeluaran asam urat lewat urine

alopurinol, menurunkan hiperurisemia dan membantu menghambat produksi asam


urat. obat ini hanya untuk diminum pada saat serangan nyeri sudah mereda. Jika
diminum pada saat serangan asam urat terjadi, dikhawatirkan akan menyebabkan
kristal asam urat justru akan menyebar ke jaringan tubuh lainnya.

o Obat anti-rematik modifikasi-penyakit (DMARDs)


DMARDs (diseas-modifying anti-rheumatic drugs) adalah perawatan tahap awal yang
diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta
mencegah kerusakan permanen pada persendian dan jaringan lainnya. Kerusakan pada
ligamen, tulang, dan tendon akibat efek sistem kekebalan tubuh saat menyerang
persendian dapat dihambat oleh DMARDs.

73 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
Beberapa DMARDs yang bisa digunakan adalah :

hydroxychloroquine,
methotrexate,
sulfasalazine,
leflunomide.

3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa meghalangi kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu
tubuh. Obat analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimia. Obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping.

Untuk mengatasi rasa nyeri, pasien memerlukan obat antinyeri yang cukup kuat. Pereda
nyeri sekelas parasetamol biasanya tidak cukup kuat untuk melawan nyeri akibat asam
urat. Karena cara kerjanya hanya meredakan nyeri dan radang, obat kelompok ini sama
sekali tidak berurusan dengan kristal asam uratnya. Dan karena khasiatnya meredakan
nyeri, obat-obat ini biasa juga diresepkan untuk rematik jenis lain.

Beberapa obat yang sering diberikan untuk mengurangi nyeri :

o Diklofenak
oPiroksika
m
o Meloksikam

o Ketoprofen
o Tinoridin
o ibuprofen,
o naproxen,
o diclofenac,

4. Antiinflamasi
Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau
pembengkakan. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

o Kolkisin, untuk menghentikan serangan akut yang diberikan setiap jam pada awal
serangan nyeri hebat hilang. Obat ini bukan golongan pereda nyeri melainkan
antiradang. Termasuk obat “sangat keras” karena punya banyak efek buruk misalnya
muntah dan diare. Batas keamanannya juga sangat sempit, kelebihan dosis sedikit saja
bisa berefek fatal. Karena itu, gunakan hanya sesuai petunjuk dokter. Contoh merek
dagang: Recolfar®.

74 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
o Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.

o Turunan 5-pirazolidin : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.

o Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat


o Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.

o Turunan heteroarilasetat : Indometasin.

o Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.

Obat anti inflmasi steroid contohnya adalah Kortikosteroid. Untuk menghilangkan radang,
dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid seperti prednisolon, deksametason, dsb.
Obat ini memiliki banyak efek samping. Karena itu pastikan Anda mengonsumsinya
sesuai dengan petunjuk dokter. Baca juga Bab Kortikosteroid.

5. Antibiotika
segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata
rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Berbeda dengan desinfektan,
desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi
kuman untuk hidup.

Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

o Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;

o Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone, misal: rifampicin,


actinomycin D, nalidixic acid;

o Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol,
kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;

o Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

o Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin; dan

o Antimetabolit, misalnya passerine.

Pemberian AB :

o Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai
kadar puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai
dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral.

75 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
o Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka
frekuensi pemberiannya sering.

o Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati
& menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah
gejala penyakit lenyap.

6. Antineoplastik (sitostatika /kemoterapi)


Kemoterapi (Eng: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit.
Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir merujuk secara khusus kepada obat
sitostatik yang digunakan untuk melawan kanker (antineoplastik).

Kemoterapi untuk kanker

o Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama khususnya
untuk membunuh sel kanker. Mengkombinasikan obat yang memiliki mekanisme aksi yang
berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan pengrusakan dari sel kanker & mungkin dapat
menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
o Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses membelah diri

Klasifikasi Obat Antikanker

o Alkilasi polifungsional, contoh : busulfan, cyclophosphamide, mecchlorethamine,


melphalan, thiotepa

o Antimetabolit, contoh : azazitidine, cytarabine, fluorouracil, mercaptopurine,


methotrexate, thioguanine

o Alkaloid tanaman, contoh : vincristine, vinblastine, paclitaxel


o Antibiotik, contoh : dactinomycin, daunorubicin,
doxorubicin, licamycin, mitomycin o Agen hormonal
o Lain-lain: asparaginase, hydroxyurea, mitoxantron

76 | R E S U M E F A R M A K O L O G I
77 | R E S U M E F A R M A K O L O G I

Anda mungkin juga menyukai