Anda di halaman 1dari 21

Farmakoterapi Lanjutan

Kelompok 7
ermawati (21340243)
I ketut eka sastra w. (21340244)
Appolonianus rasmon (21340245)
Ni kadek dwi puspita m. (21340246)
Siska purnama sari (21340247)
Claudia y. rahmawardany (21340248)
Christy indebora tabala (21340249)
Tatu nihayatus solehah (21340250)
ADVERS DRUG REACTION (ADR)
DAN
UJI KLINIK OBAT BARU
Efek samping yang Merugikan

 Kejadian reaksi merugikan yang dilaporkan bervariasi tergantung pada metode


pengumpulan data yang digunakan. Saat petugas terlatih mengajukan setiap
pertanyaan spesifik kepada pasien, angka penyebarannya lebih tinggi dilaporkan
daripad jika kepercayaan ditempatkan hanya pada pasien yang memberikan informasi
sukarela. Oleh karena itu, dalam berbagai seri, tingkat penyebaran reaksi negatif
berkisar antara 1 dan 30 persen. Diperkirakan antara 1 dan 3 persen dari semua rawat
inap di rumah sakit disebabkan oleh reaksi obat yang merugikan. Jumlah reaksi yang
mengarah ke kematian juga sulit diukur. Terlepas dari besarnya jumlah obat yang
diresepkan, sebagian besar reaksi yang merugikan disebabkan oleh kelompok yang
relatif kecil. di sebagian besar seri, 6-10 obat paling sering terlibat (tabel 14)
INSIDENSI
ADR
kejadian reaksi yang merugikan yang dilaporkan sangat bervariasi

prevalensi reaksi yang merugikan berkisar diangka antara 1-30% .

1-3% diantaranya berdasarkan dari pengumpulan data dirumah sakit yang


disebabkan oleh ADR atau reaksi obat yang merugikan.

Terlepas dari itu, sebagian besar reaksi obat yang merugikan dikaitkan dengan
kelompok obat yang relatif kecil. Dari beberapa pengumpulan data ada sekitar
6-10 obat yang paling sering terlibat dengan ADR.
Epidemiologi Usia & Jenis Kelamin

Riwayat Alergi

Pengaruh/efek Penyakit

Kehamilan

Dosis Obat

Waktu Reaksi

Terapi dengan beberapa Obat


Epidemiologi
Usia & Jenis Kelamin
ES lebih mungkin terjadi pada orang yang sangat muda (bayi) & orang
sangat tua (lansia) mungkin karena ketidakmampuan relatif tubuh mereka
untuk mengeliminasi obat terutama pada hati dan ginjal.
Reaksi merugikan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria
dengan rasio 2: 1 dan rasio serupa berlaku untuk kejadian reaksi obat yang
fatal. Hal ini mungkin sebagian, disebabkan oleh penggunaan steroid
kontrasepsi.

Riwayat Alergi
Reaksi alergi lebih mungkin terjadi pada pasien yang sudah pernah terkena
sebelumnya terhadap obat lain. Dalam beberapa survei ada sampai 25%
pasien yang sebelumnya sudah menunjukkan reaksi merugikan terhadap obat.

Pengaruh/efek Penyakit
Penyakit yang sudah diberikan pengobatan dapat merubah respon pasien. Obat
dengan potensi toksik penggunaanya bisa diterima pada situasi yang
mengancam jiwa, namun tidak boleh untuk indikasi yang relatif sepele (ex :
kloramfenikol pada demam tifoid tidak diberikan pada infeksi saluran kemih)
Epidemiologi

Kehamilan
• Kehamilan mengubah respons ibu terhadap obat-obatan tertentu serta
memaparkan janin pada agen yang berpotensi berbahaya (ex : tetrasiklin
tetrasiklin dalam dosis besar telah diimplikasikan sebagai penyebab
kerusakan hati dalam kehamilan, juga merusak tulang dan gigi pada janin.)
• Pola normal penanganan obat dapat terdistorsi pada kehamilan ketika baik
laju pengosongan lambung (menyebabkan keterlambatan penyerapan obat)
dan laju metabolisme obat lebih lambat.
• Sebagian besar obat yang diberikan kepada ibu segera ditransfer melalui
plasenta ke janin, ini sangat tergantung pada kelarutan lipid relatif obat.
Begitu obat telah mencapai janin, mereka dapat menumpuk disana karena
kemampuannya yang kurang berkembang untuk menghilangkannya melalui
metabolisme.
• Masalah khusus toksisitas muncul ketika obat diberikan pada tahap awal
kehamilan dan dapat menyebabkan cacat perkembangan, sehingga untuk
alasan ini pemberian obat pada kehamilan harus dijaga seminimal
mungkin.
Epidemiologi
Dosis Obat
Reaksi obat lodiosyncratic (tipe B) tidak berhubungan dengan dosis, tetapi banyak
lainnya yang berhubungan dengan perubahan dalam penanganan obat oleh tubuh & itu
jelas berhubungan.

Waktu Reaksi
Reaksi yang merugikan terhadap terapi obat dapat terjadi pada setiap tahap selama
pengobatan atau setelah selesai. Reaksi anafilaktoid secara khas terjadi pada
pemberian pertama rangkaian obat ketika pasien sebelumnya pernah terpapar,
sementara reaksi lain mungkin tidak terlihat selama berbulan-bulan setelah obat
dihentikan (misalnya peritonitis dengan practolol).

Terapi dengan beberapa Obat


Semakin banyak jumlah obat yang diberikan maka akan semakin tinggi kejadian ES
karena jumlah interaksi obat akan semakin besar.
Tabel 14. Drugs most commonly
implicated as the cause of adverse drug
reaction

Antibiotics Heparin

Aspirin Insulin

Digoxin Prednisone

Diuretics Warfarine
Jenis Reaksi Obat Yang Merugikan Contoh dari reaksi tipe A :
• pendarahan pada terapi
Dibagi menjadi 2 Jenis Utama, timbul dari efek farmakologis berlebihan (efek samping) antikoagulan
& normal dari obat yang bersangkutan. • hipotensi postural pada
terapi antihipertensi
Timbul dari efek farmakologis yang berlebihan : • mengantuk pada obat
penenang
1 Efek Samping Tipe A
Biasanya dapat di prediksi dan tergantung dosis, meskipun Contoh dari reaksi tipe B :
insidennya tinggi (80%) mortalitas yang dihasilkan rendah karena • tetrasiklin yang kadaluarsa
hanya perpanjangan dari aksi farmakologis obat. dapat merosot menjadi
Secara konvensional dibagi menjadi : anhidrotetrasiklin dan
* Faktor Farmakokinetik epiandrotetrasiklin sehingga
* Faktor Farmakodinamik dapat menyebabkan sindrom
fanconi
2 Efek Samping Tipe B • Paraldehida lama mungkin
mengandung asetaldehida,
* Merupakan tindakan obat yang menyimpang dan asam asetat yang
* Kejadian baru kemudian terbentuk sangat
* Tidak dapat di prediksi beracun saat diinjeksikan
Jenis Reaksi Obat Yang Merugikan
Normal dari obat yang bersangkutan :

Reaksi anafilaksis
Reaksi ini dimediasi oleh IgE & terjadi sangat cepat setelah pemberian obat.
Reaksinya bisa terjadi ruam dikulit (urtikuria akut), disaluran pernafasan (asma),
atau di saluran pencernaan (nyeri perut & muntah). Umumnya reaksi ini dapat
mengancam jiwa, biasanya terjadi pada awal pengobatan dimana pasien terpapar
sebelumnya. AB Penisilin sering mejadi penyebab utama reaksi ini (cenderung ke
individu dan atopik).

Penyakit serum
Ini adalah bentuk reaksi yang kurang akut & hasil dari kerusakan kompleks imun
yang bersirkulasi. Teori lama menyebutkan terjadinya hal ini ketika antigen tetap
dalam sirkulasi untuk waktu yang lama. Ketika IgG & IgM pertama kali terbentuk
antigen bersirkulasi & bereaksi dengan IgG & IgM membentuk kompleks antigen-
antibodi yang menyebabkan terjadinya peradangan lokal & respon sistemik umum.
Uji Kinis Obat Baru

Tujuan : melihat apakah efek yang terlihat pada hewan juga dapat terlihat pada
manusia & apakah cara penanganan obat oleh manusia sesuai dengan yang terjadi
pada hewan.
 STUDI BUTA GANDA
Pada studi buta ganda akan dilakukan pemilihan pasien untuk diberikan informasi
dasar, lalu pasien tersebut dijadikan control atau kelompok perlakuan aktif secara
acak dan antara peneliti (dokter) dan kelompok kontrol (pasien) saling tidak mengetahui
mengenai sifat objek(senyawa obat) yang akan diteliti baik placebo maupun bahan aktif .
 PENILAIAN KLINIS OBAT
Saat uji klinis obat dilakukan, sangat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat dari efek
terapi. Namun beberapa obat memiliki efek yang hanya dapat dinilai dengan pengukuran
subjektif dibandingkan dengan uji klinis. Skala analog visual bisa sangat berguna untuk
pengukuran subjektif seperti nyeri dan kantuk. Metode penilaian ini sangat akurat, berulang &
relatif bebas dari kesalahan pengamat.
Etika uji klinis pada peserta
sebelum pengujian :
Menjelaskan secara rinci uji
Statistik dan Etika coba yang akan dilakukan.
Harus ada persetujuan
tertulis dari pihak penguji &
mereka yang diuji harus
 PERTIMBANGAN STATISTIK & ETIKA memberikan persetujuan
• Pertimbangan statistik akan membantu dalam penilaian uji klinis, terutama untuk tertulis pada penguji
Persetujuan harus
mengetahui berapa banyak pasien yang akan disertakan. Semakin kecil perbedaan
disaksikan pihak ketiga.
yang diharapkan antara dua perlakuan, semakin banyak pasien yang dibutuhkan Setiap pasien yang
untuk menunjukkan hasil yang signifikan. memasuki studi uji klinis
• Hipotesis dalam uji klinis adalah apakah terdapat perbedaan antara kedua ini tentu saja bebas
meninggalkan studi kapan
perlakuan, kemudian diputuskan hasil yang diperoleh menggunakan penilaian
saja.
secara statistic
• Hipotesis dalam uji klinis adalah apakah terdapat perbedaan antara kedua
perlakuan, kemudian diputuskan hasil yang diperoleh menggunakan penilaian
secara statistic
Thank You
Remember…
Stay Healthy
Pertanyaan-Pertanyaan
untuk Kelompok 7
Apa yang dimaksud dengan ADR ?

 ADR adalah keadaan/kondisi tidak sesuai harapan/ tujuan yag muncul setelah
pemberian obat dalam dosis yag sesuai, cara yag sesua denga tujuan pengobatan.
Ada berapa jenis ADR yang anda ketahui ? Inventarisasikan
perbedaan yang jelas antara ADR Tipe A (Augmented) dan Tipe B
(Bizzare / Aberrant)

 Ada dua tipe ADR, yaitu : Tipe A (Augmented) dan Tipe B (Bizzare/Aberrat)

Karakteristik atara tipe A dan Tipe B

Tipe A (Augmented) Tipe B (Bizzare/Aberrant)


 Dapat diramalkan (dari pengetahuan  Tidak dapat diramalka (dari pengetahuan
farmakologisnya) farmakologisnya)

 Tergatung dosis  Jarang tergatung dosis


 Morbiditas tinggi  Morbiditas rendah
 Mortalitas rendah  Mortalitas tinggi
 Dapat ditangai dengan pengurangan  Dapat ditangani haya dengan penghentia
dosis pengobatan

 Angka kejadian tinggi  Angka kejadia rendah


Berikan contoh ADR Tipe A danTipe B!

Tipe A Tipe B
Contoh : Contoh :
 Perdaraha salura cerna karena NSAID  Sindroma stevens-johnson karena
dan obat anti koagulan antibiotik
 Hipoglikemia karena obat hipoglikemia  Anemia hemolitik, trombositopenia, dan
oral leukopenia karena obat penisilin dan
 Ileus paralitik karena obat ati sulfonamida
spasmodik dan anti kolinergik
 Stomatis akut karena kemoterapi
Jelaskan perbedaan factor penentu Reaksi
Anafilaksis dan Serum sickness?
 Reaksi Anafilaksis :
Reaksi anafilaksis ini dimediasi oleh antibodi IgE dan terjadi sangat cepat setelah pemberian obat.
Reaksinya bisa di kulit (Scute Urti Caria), di saluran pernapasan (asma), dan di saluran pencernaan
(nyeri perut da muntah). Reaksi anafilaksis umum dapat mengancam bayak jiwa. Biasanya terjadi pada
awal pengobatan pada pasien yang sebelumnya telah terkena. Penisilin adalah penyebab umum dari
jenis reaksi ini yag cenderung lebih sering terjadi pada individu atopik.
 Serum Sickness :
Penyakit serum ini adalah bentuk reaksi yang kurang akut dan dihasilkan dari kerusakan kompleks
imun yang bersirkulasi. Teori lama menyebutkan terjadinya hal ini ketika antigen tetap dalam sirkulasi
untuk waktu yang lama, ketika antibodi (IgG dan IgM) pertama kali terbentuk antigen yang
bersirkulasi dan bereaksi dengan IgG dan IgM membentuk kompleks antigen-atibodi, jika antibodi
relatif berlebihan, kompleksnya kecil dan dapat tersangkut di pembuluh darah yang menyebabkan
peradangan lokal dan respon sistemik umum.
Berikan Tahapan Uji Klinik dan Metoda Uji
Klinik yang anda ketahui serta jelaskan secara
singkat?
 Fase I : dilakukan pada sukarelawa sehat, untuk menguji keamanan dan tolerabilitas obat.
Jumlah subjek pada fase ini bervariasi antara 20-50 orang
 Fase II awal : dilakuka pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa pembading
 Fase II akhir : dilakuka pada pasien dalam jumlah terbatas dengan pembanding. Jumlah
subjek pada fase II antara 100-200 penderita.
 Fase III : uji klinik defenitif. Jumlah sampel sebaiknya dihitung untuk memenuhi tingkat
kepercayaan dan kekuatan penelitian yang diinginkan. Pada uji klinis fase III ini yang terpenting
adalah alokasi subyek ke dalam kelompok penelitian dan kontrol harus dilakukan secara
random, artinya setiap subyek penelitian mendapat kesempatan yang sama untuk masuk ke
dalam kelompok uji atau kelompok. Uji klinis fase III inilah yang lazim disebut dengan uji klinis
secara random (UKR) atau randomized clinical trial (RCT)
 Fase IV : pasca pemasaran. Tujuan untuk mengetahui efek samping yang jarang dan serius
pada populasi serta efek samping lain yang tidak terdeteksi pada uji klinik fase I, II dan III.
Lanjutan
Metode-metode Uji Klinik:
 Uncontrolled Trial adalah suatu studi di mana semua peserta diberi pengobatan dan hanya
diikuti untuk jangka waktu tertentu untuk melihat pengaruhnya, tanpa perbandingan
terhadap kelompok lain (kelompok kontrol). Jika tidak ada kelompok kontrol pembanding
yang disertakan, maka efek obat dibandingkan dengan data dasar atau data teoritisnya.
 Randomized Controlled Trial merupakan metode uji yang ideal, disebabkan adanya alokasi
random (acak) subjek ke dalam kelompok kontrol atau kelompok produk uji untuk
mengontrol serta mengurangi bias yaitu agar kelompok pembanding dan kelompok uji
mempunyai karakteristik yang relatif sama.
 Double-Blind adalah metode penelitian yang dilakukan dimana baik subyek penelitian
maupun peneliti harus tidak tahu terhadap perlakukan / intervensi yang diberikan.
 Cross-Over Study merupakan study intervensi dimana kelompok orang yang sama terkena
dua perlakuan yang berbeda dalam periode waktu yang terpisah kemudian hasil
pengamatan tersebut dibandingkan

Anda mungkin juga menyukai