1
pasien, angka prevalensi yang lebih
3
yang merugikan terhadap hasil fatal
tinggi, dari pada pasien yang hanya
sukarela memberikan informasi.
seringkali tidak mungkin untuk
ditentukan.
5
insiden reaksi merugikan yang jumlah obat yang diresepkan
4
Prevalensi kisaran reaksi merugikan
dilaporkan bervariasi tergantung
pada metode pengumpulan data
2 antara 1 dan 30 persen, 1 dan 3
persen dari semua rawat inap di
sangat besar, sebagian besar
reaksi yang merugikan
yang digunakan. rumah sakit disebabkan oleh reaksi dikaitkan dengan kelompok
obat yang merugikan. yang relatif kecil.
2
Reaksi Obat yang Merugikan
3
1
Dalam kebanyakan kelompok beberapa 6-10 obat yang paling sering
terlibat dalam kejadian ini
2
3. Aspirin
4. Insulin
5. Digoxin
6. Prednison
7. Diuretik
8. Warfarin 4
EPIDEMIOLOGI
1 USIA DAN JENIS KELAMIN
3 EFEK PENYAKIT
4 KEHAMILAN
5 DOSIS OBAT
6 WAKTU REAKSI
1Efek samping yang lebih mungkin terjadi pada orang tua dan orang muda,
mungkin karena ketidakmampuan relatif mereka untuk merespon obat.
2 Efek samping pada wanita dan pria dalam rasio 2:1. Hal ini mungkin,
sebagian, bisa dihubungkan dengan penggunaan kontrasepsi steroid,
tapi ada kecenderungan yang lebih besar bagi perempuan untuk
mencari bantuan medis dan dengan demikian mereka menerima obat.
6
Riwayat Alergi
Efek samping obat yang lebih mungkin terjadi pada pasien dengan
riwayat abreaksi sebelumnya untuk obat lain. Dalam beberapa survei
reaksi yang merugikan, hingga 25% dari pasien sebelumnya
menunjukkan reaksi yang merugikan terhadap terapi obat.
7
Efek Penyakit
8
Kehamilan
9
Dosis obat
10
Waktu reaksi
1Efek samping terapi obat dapat terjadi pada setiap tahap selama
pengobatan atau setelah selesai.
11
12
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI YANG MEMODIFIKASI EFEK TERAPI DI BAGI
MENJADI 2 FAKTOR :
Faktor Farmakokinetik
Faktor Farmakodinamik
FARMAKOKINETIK
Dibagi menjadi 2 :
1.Satu kompartemen
2.Dua kompartemen
13
Farmakodinamik
Gambar 6
Menunjukan data seperti etinyloestradiol, yang
dapat dilihat memiliki bioavaibilitas rendah rata-
rata 40 persen dari obat yang mencapai sirkulasi
sistemik. Bukti lain etinyloestradiol diserap dengan
baik dari saluran pencernaan, tetapi dimetabolisme
secara luas di dinding usus dan hati, sehingga
menyebabkan bioavaibilitas yang rendah.
GAMBAR 6 14
EFEK SAMPING OBAT DI BAGI MENJADI 2 :
TIPE A
Adalah reaksi berlawanan yang merupakan suatu
Jenis-jenis konsekuensi dari efek farmakologis normal obat
merugikan
Tipe a : Terduga / bisa diprediksi
Contoh : perdarahan pada terapi lentera postural
hypotension pada terapi hipertensi dan kantuk pada
obat penenang.
15
NEXT.........
TIPE B
Efek samping tipe B : Tidak diduga
menunjukkan penyimpanan secara keseluruhan,
02 penjelasan dan aksi yang tidak . Contoh-contoh dari
Jenis-jenis jenis reaksi ini termasuk agranulositosis akibat obat-
obatan seperti kloramfenikol dan fenilbutazon, dan
reaksi obat hipertermia ganas dari agen anestesi. Meskipun ini
lebih jarang terjadi dari pada reaksi tipe A, tipe ini
yang membawa angka kematian yang lebih tinggi.
Penyebab reaksi tipe B mungkin ada di dalam obat atau di dalam
merugikan pasien :
1. tetrasiklin kedaluwarsa dapat berubah menjadi
anhydrotetracycline dan epiandrotetracycline secara parlicular
di iklim yang lebih hangat
2. Paraldehida lama lebih dari 6 bulan, dapat mengandung
asetaldehida, dan asam asetat yang kemudian terbentuk sangat
beracun ketika disuntikkan.
16
DUA REAKSI ANAFILAKSIS
Diperantarai oleh antibodi IgE dan terjadi sangat cepat
MANIFESTASI setelah pemberian obat. Reaksinya mungkin di kulit
MERUGIKAN
17
DUA NEXT.........
MANIFESTASI
02 reaksi yang kurang akut dan hasil dari kerusakan oleh
sirkulasi imun kompleks. Teori saat ini adalah bahwa itu
dihasilkan ketika antigen tetap adalah sirkulasi untuk
TIPE B YANG
waktu yang lama, ketika antibodi (biasanya IgG atau
IgM) pertama kali terbentuk antigen membentuk
kompleks antigen-antibodi.
MERUGIKAN Jika antibodi relatif berlebih, kompleknya kecil dan
dapat menempel di pembuluh darah yang
menyebabkan peradangan lokal dan respons sistemik
umum.
18
Pada dasarnya uji klinik memastiksn efikasi, keamanan, dan gambaran efek samping yang sering
timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat. Uji klinik itu sendiri terdiri dari uji fase I sampai
fase IV.
Misalnya, beta-adrenoseptor obat blocking baru dapat dibandingkan dengan plasebo untuk
menunjukkan bahwa menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, atau dengan beta blocker
yang ada untuk melihat apakah obat baru itu lebih (atau kurang) efektif daripada obat yang sudah
ada.
Pada pelaksanaan pengujian, individu yang akan diuji (pasien) terlebih dahulu diseleksi. Ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi objek pengujian, seperti tidak memiliki
riwayat penyakit tertentu atau tidak berada dalam kondisi hamil.
Setelah terpilih orang-orang yang memenuhi kriteria. Tidak lupa dilaksanakan informed consent
agar tidak terjadi pelanggaran secara hukum. Dalam informed consent, pasien telah bersedia untuk
menjadi objek percobaan.
19
Tahapan Uji Klinik Obat Baru
FASE 1 : SUKARELAWAN
FASE 2 : PASIEN
20
Uji klinik fase I
Tujuan
merupakan Jumlah
pengujian suatu obat subyek
baru untuk pertama
kalinya pada fase ini ialah menentukan pada fase ini
manusia. besarnya dosis maksimal yang bervariasi
dapat ditoleransi yakni dosis antara 20-50
sebelum timbul efek toksik orang.
yang tidak dapat diterima.
Pada fase ini diteliti tentang
keamanan, farmakodinamik
dan farmakokinetiknya pada
manusia.
21
Uji klinik fase II
22
Uji klinik fase III
23
Uji klinik fase III
24
Bukti ilmiah adanya kemanfaatan
klinik suatu obat tidak saja
didasarkan pada hasil yang
Komponen Uji Klinik diperoleh dari uji klinik, tetapi juga
perlu mengingat faktor - faktor lain
yang secara objektif dapat
mempengaruhi pelaksanaan suatu
uji klinik.
25
Idealnya uji klinik hendaknya mencakup beberapa komponen berikut:
26
27
28
29
30
PENILAIAN KLINIS OBAT-OBAT
• SKALA NILAI ATAU SCOR SKALA DENGAN MENGGUNAKAN ANALOG
VISUAL
31
8. Protokol uji klinik
Protokol uji klinik diperlukan sebagai :
• Analisis data dan interpretasi hasil suatu uji klinik sangat tergantung
pada metode statistik yang digunakan.
33
10. PERTIMBANGAN ETIKA DAN
STATISTIK
34