Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PENDAHULUAN
PRAKTEK PROFESI
NERS KONSEP LANSIA

Oleh:
LOLA RESKA KURNIA
190510225

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN


TANGERANG SELATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK PROFESI NERS


LANSIA DI PUSKESMAS RAWA BUNTU

Laporan ini telah disetujui untuk dipertanggungjawabkan dihadapan Pembimbing Materi


Program Studi Ners (Profesi) Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Tangerang, April 2021

PEMBIMBING MATERI PEMBIMBING LAPANGAN

( Ns. Royani, S.Kep, M.Kep ) ( Nur Hikmah Khasanah A,SST )


PROSES MENUA

A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2000). Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang
secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan
di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat
interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
degeneratif.

B. Batas-Batas Lanjut Usia.


1. Batasan usia menurut WHO meliputi :
a) usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b) lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c) lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
d) usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :
“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
berbunyi sebagai berikut “lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas”.

C. Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia.


Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan
menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk
mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka
masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang
menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan
mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial.
Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan
menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan
dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima
kematian dengan tentram.

D. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia. 


1. Perubahan Fisik
a) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler
b)  Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu
untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis,
atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin
c) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f)  Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin
g) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat,
75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina
terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan
menjadi alkali.
h) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i)  Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga
dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi
lamban  bergerak. otot kam dan tremor.

2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari  yang lalu
b) kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a) Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan
pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3.  Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang di ukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c)  Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.

E. Penyakit Pada Lansia


1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.
a) Paru-paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas jaringan
paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga
menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia
diantaranyapneumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya
tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi.

b) Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).


Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit menurun. Yang paling
banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya
aktivitas dan juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga
menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. Pada lansia, tekanan darah meningkat
secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50 %
dibanding orang berusia 20 tahun. Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90
mmHg dan pada pria tua mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.

Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang disebut jantung iskemi.
Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pada
pembuluh darah jantung akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya bisa karena
banyak merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita diabetes mellitus dan berat badan
berlebihan serta kurang berolah raga. Masalah lain pada lansia adalah hipertensi yang
sering ditemukan dan menjadi faktor utama penyebab stroke dan penyakit jantung
koroner.

2. Penyakit pencernaan makanan.


Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain gastritis dan ulkus
peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual-mual,
perut terasa tidak enak. Namun keluhan seperti kembung, perut terasa tidak enak seringkali
akibat ketidakmampuan mencerna makanan karena menurunnya fungsi kelenjar
pencernaan. Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering dijumpai.

3. Penyakit sistem urogenital.


Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat (hipertrofi
prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut usia banyak
dijumpai kanker pada kelenjar prostat. Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung
kemih sampai peradangan ginjal akibat gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan
berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.

4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).


Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat stress dan
berperan penting dalam reaksi mengatasi stress. Oleh karena itu, dengan mundurnya
produksi hormon inilah lanjut usia kurang mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon
tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi
kelenjar endokrin lainnya seperti adanya menopause pada wanita, sedang pada pria terjadi
penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas
melitus dan osteoporosis.

5. Penyakit pada persendian tulang.


Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-
sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu,
pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian pada jari-
jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan metabolisme asam urat
dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut . Artritis pirai (Gout) adalah
suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan
sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama
(asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam
urat yang kurang dari ginjal.

Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah.


Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot
berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang kurang
baik, dan bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.
6. Penyakit yang disebabkan oleh keganasan
Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang makin mudah
dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim,
payudara dan saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50 tahun.Kanker
pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar
prostat.

7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).

F. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat
anoreksia
2. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
3. Gangguan mobilitasi fisik (D.0054) berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
intoleransi aktifitas.
4. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
5. Resiko cedera (D.0136) berhubungan dengan otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi
H. Rencana Asuhan Keperawatan
No DX Tujuan Intervensi
1. Defisit nutrisi Status nutrisi membaik Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030) Observasi
1. Identifikasi
2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang
disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
10. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
11. Fasilitasi menentukan pedoman
diet
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
13. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
15. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mennetukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Resiko cedera Tingkat cedera Manajemen keselamatan lingkungan
(D.0136) menurun (L.14136) (I.14513)
dengan kriteria hasil : Observasi
1. Kejadian 1. Identifikasi kebutuhan
cedera keselamatan (mis, kondisi fisik,
menurun fungsi kognitif dan riwayat
2. Ketegangan perilaku)
otot menurun 2. Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
Terapeutik
3. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (mis, kondisi fisik,
biologi, dan kimia), jika
memungkinkan
4. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
5. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis, commodo chair
dan pegangan tangan)
6. Gunakan perangkat pelindung
7. Hubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunitas
8. Fasilitasi relokasi ke lingkungan
yang aman
9. Lakukan program skrining
bahaya lingkungan
Edukasi
10. Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
3. Gangguan Mobilitas fisik Teknik Latihan Penguatan Sendi
mobilitas fisik (L.05042) (I.05185)
(D.0054) Kemampuan dalam Observasi
gerakan fisik dari satu 1. Identifikasi keterbatasan fungsi
atau lebih ekstremitas dan gerak sendi
secara mandiri 2. Monitor lokasi dan sifat
meningkat, ditandai ketidaknyamanan atau rasa sakit
dengan: selama gerakan/aktivitas
1. Pergerakan Terapeutik
ekstremitas 3. Lakukan pengendalian nyeri
meningkat sebelum memluia latihan
2. Nyeri menurun 4. Berikan posisi tubuuh optimal
3. Kaku sendi untuk gerakan sendi pasif atau
menurun aktif
4. Gerakan terbatas 5. Fasilitasi menyusun jadwal
menurun latihan rentang gerak aktif
5. Kelemahan fisik maupun pasif
menurun 6. Fasilitasi gerak sendi teratur
dalam batas-batas rasa sakit,
ketahanan, dan mobilitas sendi
7. Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi
8. Jelaskan kepada pasien/keluarga
tujuan dan rencanakan latihan
bersama
9. Anjurkan duduk di tempat tidur,
di sisi tempat tidur (menjuntai),
atau di kursi, sesuai toleransi
10. Ajarkan melakukan latihan
rentang gerak aktif dan pasif
secara sistematis
11. Anjurkan memvisualisasikan
gerak tubuh sebelum memulai
gerakan
12. Anjurkan ambulasi, sesuai
toleransi
Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam mengembangkan dan
melaksanakan program latihan

I. Masalah Lain yang Mungkin Timbul


1. Fisik / biologis
a) Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan.
b) Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam merawat diri.
c) Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan fungsi
tubuh tidak adekuat.
d)  Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif,
peristaltik lemah.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
f) Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya skrit
pada jalan napas.
g) Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis serabut otot.

2. Psikologis-sosial
a) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
b)  Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan
perasaan secara tepat.
f) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual
a) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.

b) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.

c) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.

d) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC


Nugroho, Wahyudi.2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Bararah, T&Jauhar,M. 2013. Aasuhan Keperawatan Jilid I.Jakarta : Prestasi Pustaka

Moorhead, Sue. 2008. Nursing outcomes Classifications (NOC). Fourth Edition. USA

NANDA 2012-2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. USA: Philadelphia

Gloria,etc.2008.Nursing Interventions Classification. Fifth Edition. USA

Anda mungkin juga menyukai