LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dan telah disetujui dalam
Mei 2019.
Mengetahui
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA
merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi
risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause,
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya
produksi vitamin D.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis),
serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
4. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah
masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan
200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola
makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM.
Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa
gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan
terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
5. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan
daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-
hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi,
diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya
demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan
rendah.
7. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah
ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan
fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai
dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker
merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko
yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun.
Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
b. Pendekatan Psikis
Perawat dapat berperan segai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungan. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut
usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang
membosankan. Kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan
lemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
c. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatanuntuk berkumpul bersama
dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.
d. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama, terutama bila klien dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.
D. Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :
a. Peningkatan kesehatan
b. Pencegahan penyakit
c. Pemeliharan kesehatan
2. Mempertahankan kesehatanserta kemampuan dari kereka yang usianya lebih
lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia (Life Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnose yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelaiann tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para klien yang menderita suatu
penyakit/gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (melakukan kemandirian secara maksimal).
E. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
F. Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untu memeihara diri sendiri
2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
Meliputi aspek :
1. Fisik
Wawancara :
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
c. Kebiasaan Lanjut usia merawat diri sendiri
d. Kekuatan fisik lanjut usia otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
f. Kebiasaan gerak badan.olah raga.senam lanjut usia
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan system tubuh.
b. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik yaitu :
Head to toe
Sistem tubuh
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan dating
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif; daya ingat, proses piker, alam
perasaan, orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
3. Sosial Ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa dia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjunginya
h. Seberapa besar etergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah.
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
5. Pengkajian dasar
a. Temperatur
Mungkin serendah ± 35oC
Lebih teliti diperiksa di sublingual
b. Pulse (denyut nadi)
Kecepatan, irama, volume
Apikal, radial, pedal
c. Respirasi
Kecepatan, irama dan kedalaman
Tidak teraturnya pernafasan
d. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
e. Berat badan
Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
f. Tingkat orientasi
g. Memory
h. Pola tidur
i. Penyesuaian psikososial
Sistem Persyarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Kebanyakan mempunyai daya ingatan yang menurun
3. Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua
6. Sensory deprivation (gangguan sensorik)
7. Ketajaman pendengaran
Apakah menggunakan alat bantu dengar
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi, diare, dan inkontinensia.
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia.
3. Frekuensi, tekanan atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Kulit
1. Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Turgor
Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat Mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1. Menunjukan tanda-tanda meningkatnya ketrgantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan
5.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : (Darmojo, 1999 )
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik
terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
3. Etiologi
Patways
umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Respon RAA
Gangguan Penurunan curah
Rangsang jantung Fatique
perfusi aldosteron
Intoleransi
jaringan aktifitas
Retensi Na
Edema
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer
( penyebab )
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
n. CT scan: Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi
jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis
c) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara
d) Eliminasi
Gejala :Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal ), obstruksi.
e) Makanan/ cairan
Gejala :Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun),
riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
f) Neurosensori
Gejala :Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda :Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan.
g) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala :Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
h) Pernafasan
Gejala :Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda :Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.
i) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
2. Pemeriksaan Diagnostik: Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas), BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal,
glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi), kalsium serum, kolesterol dan
trygliserid, urin analisa, foto dada, CT Scan, EKG.
3. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurang paparan informasi
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
4. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil : Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol,
mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut
R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi,
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher
R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral,efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat
BAB
R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat kondisi klien.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam.
R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhb.d
intake nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien menunjukkan peningkatan berat badan,
menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan
ideal
Intervensi:
1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula
sesuai indikasi
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume
cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.
2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit
terakhir.
3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan.
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging
dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan,jeroan)
R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di
inginkan atau diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur
Intervensi:
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan
parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan
R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian
pada aktivitas dan perawatan diri
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas
R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan.
d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan
yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan
konsekuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan
pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah
untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi:
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah
R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolic.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respon seseorang terhadap stressor.
4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang
membatalkan tujuan diri / keluarga: R/ Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu
dan tidak berdaya.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai
penyakitnya
Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regiment pengobatan, mengidentifikasi efek samping obat dan
kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD
dalam parameter normal.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut
R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler
yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan
minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur)
R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
3) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat
R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui penkes
R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi.
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil : Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah/beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam
rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi:
1) Observasi tekanan darah
R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan
kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti
paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi
6) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi
R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan
diuretik:
R/ Menurunkan tekanan darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil: Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko
terhadap cedera, memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah
cedera, meminta bantuan bila diperlukan
Intervensi:
1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan
R/ Membantu menurunkan cedera. Bila penurunan sensitifitas taktil
menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan: Kaji suhu air mandi
dan bantalan pemanas sebelum digunakan, kaji ekstremitas setiap hari
terhadap cedera yang tak terdeteksi.
2) Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan
dengan lotion emoltion:
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi
klien terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan alat bantu
R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat
meyebabkan regangan atau jatuh
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di
rumah
R/ Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera
Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Djarwoto B. Pengobatan Hipertensi ,Bag IPD FK UGM, Yogyakarta
Doenges, Marilynn E , dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
http://www.scribd.com/doc/45725767/hipertensi-pada-lansia diakses tanggal 20 Maret 2012.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Friedman,M. Marilyn. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Jhonson & Leny. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Mansjoer,Arif., et al. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media
Aescullapius.
Smeltzer SC, Bare BG. (2008). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suprajitno. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Sri Rahayu dkk. 2007. Nutrisi untuk klien hipertensi . Jakarta