Anda di halaman 1dari 17

HASIL DIALOG INTERAKTIF PASIEN BERESIKO TINGGI

( Disususn untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Beresiko Tinggi )

Oleh :

Utari Putri Mahendra C.0105.20.153

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


JURUSAN S1 KEPERAWATAN
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas segala petunjuk
dan bimbingan serta kekuatan lahir batin yang dilimpahkan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :“ DIALOG INTERAKTIF
PADA LANSIA DENGAN CA COLON ”

Penyelesaian makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu penugasan mata
kuliah Keperawatan Beresiko Tinggi Pendidikan Sarjana Keperawatan.

Dan atas saran, bimbingan serta informasi yang diberikan oleh para pembimbing
serta semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini, penulis hanya dapat
berdo’a semoga amal baik beliau mendapatkan limpahan anugerah yang setimpal dari –
Nya.

Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari
berbagai kekurangan, maka penulis mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca. Akhirnya dengan sepatah kata yang singkat ini penulis berharap, semoga
semua yang penulis sajikan dapat bermanfaat demi pengembangan ilmu pengetahuan,
walaupun hanya sepercik pengetahuan yang menetes di samudra pengetahuan nan maha
luas ini.

Bandung, November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses tumbuh kembang. Hal ini merupakan

keadaan normal dengan perubahan fisik serta tingkah laku. Lanjut usia bukanlah sebuah

penyakit pada usia lanjut melainkan tahap lanjut pada proses kehidupan yang dijalani

semua individu ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan

stress lingkungan (Azizah, 2011).

Perubahan -perubaha yangn terjadi pada tubuh lansia diiringi dengan penambahan usia

seringkali disertai dengan penyimpangan fisik dan psikologis. Menurut (Kantana, 2010)

usia seorang pekerja sangat berpengaruh terhadap kinerjanya dikarenakan semakin tua

seseorang maka semakin tinggi beresiko mengalami penurunan elastisitas tulang yang

memicu terjadinya gejala LBP. Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah

(NPB) suatu masalah kesehatan yang umum dijumpai di masyarakat.

Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel

DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). Kanker kolon/usus besar adalah

tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle &

Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang

tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merusmuskan masalah sebagi berikut :
“Dialog Interaktif Pada Lansia Dengan Ca Colon”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui tentang penyakit Ca Colon
b. Mengetahui kehidupan pengidap Ca Colon

2. Tujuan Khusus
a. Mewawancarai pasien lansia dengan ca colon
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Lansia
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan(Pudjiastuti, 2003)dalam (Effendi & Makhfudli, 2009).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Hawari, 2001) dalam (Effendi & Makhfudli,
2009).Usia lanjut digolongkan menjadi tiga, yaitu :young old(65-74 tahun), middle
old(75-84 tahun), dan old-old(lebih dari 85 tahun)(Smith, 1999)dalam (Taber &
Noorkasiani, 2009).Setyonegoro menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut
(geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi
dalam usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very
old) (Menurut Setyonegoro, 1984)dalam (Taber & Noorkasiani, 2009).

B. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Perubahan yang terjadi pada lansia :
1. Perubahan fisik
a. Sel
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein
di otak, otot, ginjal, darah dan hati juga ikut berkurang. Jumlah selotak akan
menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi.
b. Sistem Persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neorotical sebesar 1 per detikhubungan
persarafan cepat menurut, lambatdalam merespon baik dari gerakan maupun
jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf pancaindera, serta
menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membrane tymphan mengalami
atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan
keratin, pendengaran menrun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa dan stress.
d. Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfringter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar,
kornealebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat
menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya
adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat
dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, dan menurunnya daya unutk membedakan antara warna biru
dengan hijau pada sklaa pemeriksaan.
e. Sistem Kardiovaskular
Elastisitas didnding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya. Kehilangan eslastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi,
tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembluh darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35°C, hal ini
diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil,
dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktivitas otot.
g. Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
kativitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas
residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan
mkasimum menurun, dan kedalama bernafas menurun. Ukuran alveoli
melebar dari normal dn jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun
menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan
kekuatan otot pernapasan
h. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami peurunan, esofagus melebar,
sensivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.
i. Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme
proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna
kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas
akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan
fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya
j. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-
otot kram dan menjadi tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan(hereditas), lingkungan, tingkat
kecerdasan (intellegence quotient-I.Q), dan kenangan (memory), kenangan dibagi
menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk.
3. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun.
Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pension :
a. Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
b. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisiyang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
c. Kehilangan teman atau relasi.
d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
e. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness mortality)

C. Definisi Ca Colon
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya. (Gale, 2000 : 177). Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat
ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). Kanker
kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar
atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang
bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong,
2000 : 143).

D. Etiologi Ca Colon
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer
Institute, dan organisasi kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko
untuk kanker kolon :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Darah dalam feses
3. Riwayat polip rektal atau polip kolon
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi
waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker
didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia
yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan
buah-buahan.

E. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses,
konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal
merupakan keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga
stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus
lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah
bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang
dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada
orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium
awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang –
kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi.
Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses
dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat
pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada
sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena,
menimbulkan gejala- gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang
bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat
tekanan pada alat- alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal
adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan
diare bergantian, serta feses berdarah.
F. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul
dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip
jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal
dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar,
tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular
(mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi
polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.

G. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
H. Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon :
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan
derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air
besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

I. Penatalakanaan Medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah :
1. Pembedahan ( operasi )
Operai adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastasis, tetapi tidak menjamin semua
sel kanker telah terbuang. Oleh sebab iu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagai besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran ( Radioterapi )
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel
yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding
lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas,
perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Kemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat, dapat masuk kedalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
kemotherapy ini ada kira- kira 50 jenis. Biasanya diinjeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan
efek yang lebih bagus.
4. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
BAB III
HASIL WAWANCARA

Nama : Ny. J
Usia : 67 Tahun
Alamat Rumah : Padasuka
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
1. Apakah anda mengetahui masalah kesehatan yang anda alami ?
“ iya saya tau, dokter bilang saya kena kanker usus “
2. Apa gejala yang anda rasakan pertama kali?
“ awalnya mah saya susah bab beberapa minggu gitu lupa pokokna, bab nya teh
keras terus ada darah dibab nya, perut rasanya sakit. Ga nafsu makan sama mual ada
muntah juga kadang “
3. Sejak kapan anda di diagnosa penyakit ini ?
“ lupa, ada lah mungkin 2 tahun kebelakang”
4. Bagaimana perasaan anda saat mengetahui penyakit ini ?
“ siapa yang mau kena sakit kaya gini neng, sedih pertamakali dikasih tau mah,
mending langsung mati aja. Tapi sekarang mah saya terima, berterimakasih sama
tuhan masih dikasih umur. Sekarang mah ibu harus semangat buat kemo, dari
dokternya disaranin buat kemo.”
5. Sudah berapa lama anda menjalani kemoterapi ?
“ di kemo kayanya udah 1 tahunan”
6. Bagaimana perasaan anda saat menjalani pengobatan kemoterapi ?
“ pertama takut. Takut ga kuat sama efek sampingnya, karna kan diawal udah
dijelaskan ama dokter tenang kemoerapi. Puji tuhan saya bisa sampai hari ini.”
7. Apa anda memiliki suami dan anak ?
“ suami saya udah ga ada neng. Saya cuma punya anak 3.”
8. Bagaimana komunikasi anda dengan suami dan anak anda?
“ Komunikasi saya sama anak baik , anak-anak selalu semangatin saya, selalu ada
kalau saya butuh mereka. Ya meskipun yang ada di Bandung cuman 2 tapi sama ang
satunya suka teleponan atau video call tiap hari”
9. Bagaimana tanggapan keluarga anda?
“ keluarga mungkin khawatir sama kondisi saya. Tapi mereka selalu meyakinkan
saya pasti sembuh. Saya kuat sampai hari ini saja karna dukungan dari mereka. Puji
tuhan saya dikasih anak yang berbakti mau ngurus ibunya padahal mereka juga
punya kesibukan yang lain.”
10. Bagaimana perasaan anda sekarang ?
“ saya pasrahin sama tuhan akan seperti apa nantinya. Karna yang bisa saya lakuin
sekarang cuman berdoa, semangat terus bersyukur dikelilingi orang yang baik.”
BAB IV
PEMBAHASAN

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada
kasus diatas adalah seorang lansia yang didiagnosa kanker usus (Ca Colon). Pasien didiagnosa
kanker usus sejak 2 tahun lalu. Pada awal didiagnosa pasien sempat tidak terima dan merasa
sedih karena pasien berasumsi jika terkena kanker akan meninggal cepat dan menyakitkan.
Pada kasus ini pasien disarankan oleh dokter untuk menjalani operasi dan menjalani
kemoterapi. Awalnya pasien menolak untuk menjalani kemoterapi karena takut dengan semua
efek samping dari obat kemo. Namun, akhirnya pasien mau menjalani kemoterapi dan sudah
berjalan sekitar 1 tahun. Pasien mengatakan pada saat menjalani kemoterapi efek samping yang
dirasakan adalah mual muntah, rambu rontok. Pasien sempat merasa stres karena efek samping
kemoterapi.
Saat ini pasien sudah terima dengan kondisinya sekarang. Komunikasi pasien dengan anak-
anaknya terlihat baik. Pasien mengatakan beliau selalu berkomunikasi dengan anak-anaknya,
selalu berdiskusi mengenai hal apapun termasuk pengobatan pasien. Anak dari pasien setiap
hari menjaga pasien selama pengobatan. Pasien mengatakan selalu mendapat dukungan dari
keluarganya terutama dukungan dari anak-anaknya. Sehingga pasien semangat menjalani
pengobatan hingga sekarang. Keberadaan dukungan keluarga secara fisik dan emosional yang
kuat terbukti dapat menjadi faktor semangat utama dalam menjalani pengobatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil wawancara yang dilakukan bahwa ada pengaruh yang baik dari dukungan
keluarga, sehingga pasien dapat menjalani pengobatan dengan tenang tanpa adanya tekanan
baik fisik maupun emosional.
BAB V
DAFTAR PUSAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2 . Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Sjamsuhidayat & wong. 2005. Buku ajar ilmu bedah . EGC . Jakarta

Anda mungkin juga menyukai