Kelompok
(CKR02000)
(CKR02000)
(CKR02000)
(CKR02000)
(CKR02000)
Jalan Lingkar Bayuning No.2, Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 45561
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
kepada kami semua, sehingga makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Keperawatan Keluarga”, tentang “ASKEP
PADA LANSIA DENGAN FRAKTUR”
Dengan segala kerendahan hati, kami ucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami harap makalah ini bisa
bermanfaat, berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat ataupun bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Sebagai informasi keperawatan yang dapat diterapkan pada penderita fraktur dan
sebagai sumber informasi dalam intervensi pada penderita fraktur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
I. Definisi lansia
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan
untuk memperbaiki atu mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,2010).
a) Perubahan Fisik
b) Perubahan Psikososial
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung. gangguan metabolisme,
misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi misalnya prostatektomi,
kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer.
1. Epidemiologi
Fraktur pada kelompok lansia merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia
yang terus bertambah, Sebuah studi melaporkan bahwa pada periode 2004- 2014 di
US didapatkan dua per tiga dari kasus fraktur geriatrik dialami oleh perempuan,
namun insiden pada laki-laki didapatkan meningkat setiap tahunnya; hal ini diduga
karena kebiasaan merokok dan obesitas yang meningkat pada laki- laki.
Fraktur pinggul sering terjadi pada kelompok lansia, terjadi setiap tahun pada
sekitar 1% laki-laki dan 2% perempuan. Cedera yang terjadi di elevator pada pasien
lansia biasa-nya terjadi karena terpeleset, tersandung, dan jatuh. Dari 15% kasus yang
masuk rumah sakit, 40% diantaranya karena fraktur pinggul.
2. Etiologi
Kelompok lansia berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur oleh karena
proses penuaan yang dialami yang menyebabkan penurunan fungsi fisiologik tubuh,
salah satunya ialah penurunan kepadatan dan kualitas tulang, Selain itu, kelompok
lansia memiliki risiko jatuh yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya,
yang meningkatkan risiko terjadinya fraktur.
Fraktur geriatrik dapat disebabkan oleh mekanisme high impact maupun low
impact. Fraktur high-impact biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor dan cedera saat berolahraga, namun fraktur low impact yang paling sering
terjadi pada kelompok lansia dan memiliki angka mortalitas paling tinggi. Fraktur low
impact paling sering terjadi disebabkan oleh karena keadaan osteoporosis dengan
mekanisme jatuh. Risiko terjadinya fraktur oleh karena osteoporosis yaitu antara 40-
50% pada perempuan dan 13-22% pada laki-laki. Fraktur oleh karena osteoporosis
paling sering terjadi pada tulang belakang/ vertebra dan panggul. Empat dari lima
kasus fraktur ini terjadi melalui mekanisme terjatuh. Dalam suatu penelitian
didapatkan bahwa terjatuh merupakan mekanisme yang sering menyebabkan fraktur
pada kelompok lansia, paling sering terjadi di dapur dan kamar mandi. Kejadian jatuh
pada kelompok lansia tergantung pada berbagai faktor antara lain adanya gangguan
keseimbangan atau gait yang tidak stabil. Insiden fraktur yang disebabkan oleh
kejadian jatuh sebesar 40% pada lansia.
1. Patah avulsi
Patah tulang jenis ini adalah cedera pada tulang di mana tendon atau ligamen
melekat pada tulang. Ketika fraktur avulsi terjadi, tendon atau ligamen menarik
sepotong tulang. Fraktur avulsion dapat terjadi di bagian tubuh mana saja, tetapi lebih
sering terjadi di beberapa lokasi tertentu.
2. Fraktur kominutif
Adalah patah atau serpihan tulang menjadi lebih dari dua bagian. Karena
kekuatan dan energi yang cukup dapat memecah tulang, jenis patah tulang ini terjadi
setelah trauma seperti kecelakaan kendaraan.
3. Fraktur kompresi
Jenis fraktur ini biasanya terjadi pada tulang yang bertonjolan di tulang
belakang. Sebagai contoh, bagian depan tulang belakang bisa rapuh karena
osteoporosis.
4. Fraktur dislokasi
Cedera parah di mana fraktur dan sendi terkilir terjadi secara bersamaan.
Biasanya, potongan tulang yang longgar tetap tersangkut di antara ujung-ujung tulang
yang dislokasi dan mungkin harus diangkat melalui pembedahan sebelum dislokasi
dapat diatasi.
5. Fractur greenstick
Sebagian tulang patah di satu sisi, tetapi tidak pecah sepenuhnya karena sisa
tulang dapat membengkok. Kondisi ini biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak,
yang tulangnya lebih lembut dan lebih elastis.
Fraktur garis rambut atau juga disebut fraktur stres, adalah retakan kecil atau
memar parah di dalam tulang. Jenis fraktur ini paling sering terjadi pada atlet,
terutama atlet olahraga yang mengharuskan lari dan lompat. orang yang menderita
osteoporosis juga dapat mengalami fraktur garis rambut.
7. Fraktur impaksi
Ini mirip dengan fraktur kompresi, namun fraktur ini terjadi di dalam tulang
yang sama. Ini merupakan fraktur tertutup yang terjadi ketika tekanan pada kedua
ujung tulang, menyebabkannya terbelah menjadi dua bagian yang saling tertahan.
Jenis fraktur ini biasanya terjadi pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dan
jatuh.
8. Fraktur longitudinal
Jenis fraktur ini biasanya cukup panjang dan retakan sepanjang sumbu tulang.
Karena fraktur ini selalu mengikuti sumbu tulang, dan biasanya merupakan fraktur
yang tidak bergeser. Fraktur dapat dibagi menjadi dua atau lebih garis fraktur.
9. Fraktur oblik
Adalah patah tulang yang relatif umum di mana tulang patah secara diagonal
ke sumbu panjang tulang. Fraktur oblik bervariasi dalam tingkat keparahannya,
tergantung pada tulang apa yang terpengaruh dan seberapa besar patahnya. Fraktur
miring cenderung terjadi pada tulang yang lebih panjang seperti tulang paha atau tibia.
Fraktur spiral ini juga dikenal sebagai fraktur torsi, merupakan jenis fraktur
lengkap. Fraktur ini terjadi karena gaya rotasi atau terpelintir.
Adalah patah kecil pada tulang. Retakan tipis muncul karena tekanan yang
berulang, biasanya disebabkan oleh penggunaan anggota tubuh berlebihan. Sebagian
besar fraktur stres terjadi pada tulang kaki dan kaki bagian bawah, yang menumpu
beban tubuh.
Tulang mengalami deformasi tetapi tidak retak. Lebih sering terjadi pada
anak-anak. Fraktur tulang ini menyakitkan tetapi stabil.
Berikutnya adalah jenis spesifik dari fraktur di mana patah berada pada sudut yang
tepat terhadap bidang panjang tulang. Fraktur transversal biasanya terjadi sebagai
akibat dari gaya kuat yang diterapkan tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Fraktur ini juga mungkin akibat dari fraktur stres di mana banyak istirahat
mikroskopis terbentuk di tulang dari stres berulang, seperti berlari.
3. Krepitasi Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Fals Moment Merupakan pergerakan bentuk yang salah dari tulang (bengkok)
Faktor risiko terjadinya fraktur geriatrik ialah usia >75 tahun, jenis kelamin,
status ekonomi rendah, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, IMT, riwayat fraktur
sebelumnya, penyakit kormorbid dan medi- kasinya, serta anemia.
2.8 Patogenesis
Pada lansia terjadi penurunan fisiologik berbagai organ, salah satunya ialah
sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan massa otot serta penurunan kepadatan dan
kualitas tulang yang menyebabkan terjadi nya osteoporosis. Pada osteoporosis terjadi
penurunan massa tulang secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh dalam
mengatur kandungan mineral dalam tulang disertai rusaknya arsitektur tulang yang
berakibat penurunan kekuatan tulang sehingga berisiko mudah terjadi fraktur.
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan fraktur geriatrik perlu dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari
dokter ortopedik dan juga dokter geriatrik. Komunikasi yang baik dan rencana terapi
yang tepat perlu dipersiapkan agar pasien geriatrik dapat ditangani dengan baik dan
dapat mengembalikan kualitas hidup pasien dan mencegah terjadinya disabilitas 18
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada pasien dengan fraktur dibagi menjadi
beberapa tahap, yaitu penatalaksanaan awal dan penatalaksanaan definitif.
1. Komplikasi
Pasien lansia sering mengalami komplikasi perioperatif seperti deep vein
thromboembolism (DVT), hipoksia, delirium, anemia yang membutuhkan transfusi,
gagal jantung kongestif, gangguan ginjal akut, dan infark miokard.
Komplikasi pasca ope- rasi yang paling umum ialah pneumonia, gangguan ginjal
akut, dan ulkus dekubitus, 2. Prognosis
Risiko komplikasi pasca operasi, nyeri, lama rawat, dan kematian dapat
berkurang bila pasien lansia ditatalaksana operatif dalam kurun waktu tidak lebih dari
24-48 jam, namun akan meningkat pada pasien lanjut usia dengan faktor-faktor risiko
dan komplikasi. Perawatan bedah mengurangi mortalitas dan nyeri kronis serta
meningkatkan kualitas hidup dibandingkan dengan manajemen medis.
Fraktur vertebra akut memiliki tingkat kelangsungan hidup tiga tahun 40- 60%
tergantung pada jenis penanganan. Hampir seperempat dari kelompok lanjut usia akan
mengalami fraktur kedua dalam 5 tahun ke depan, dan risiko patah tulang pinggul 17
kali lipat lebih tinggi pada bulan pertama setelah mengalami fraktur low impact.
3.1 Pencegahan
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri tulang
punggung. Hasil pengkajian didapatkan; pasien menopause sejak 3 tahun yang lalu dan
minum obat golongan steroid sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
gibbus (+). Hasil X-ray fraktur kompresi CV L III-IV
1. Pengkajian
a. Pengkajian data
1) Identitas pasien/keluarga
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan
b. Pengkajian fisik
c. Pengkajian kognitif
d. Pengkajian spiritual
e. Pengkajian fungsi sosial
2. Klasifikasi data
DS :
1) Pasien mengatakan bahwa dirinya merasakan nyeri di bagian punggung.
2) Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah menopause sejak 3 tahun yang lalu.
3) Pasien mengatakan bahwa dirinya mengkonsumsi obat steroid sejak 1 tahun
yang lalu.
DO :
2. Ds : Intoleransi aktivitas
Do :
1) Saat dilakukan
pemeriksaan fisik
pada pasien
ditemukan gibbus
(+)
4. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang
2) Intoleransi aktivitas
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
5. Intervensi