PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000
demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian
itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada
1
Arthritis Reumathoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan
bahu, lutut, dan kaki (Turana, 2016). Pasien RA umumnya merasakan nyeri
paling berat terjadi pada pagi hari membaik pada siang hari dan sedikit lebih
berat pada malam hari (Yatim, 2015). Nyeri merupakan sensori subjektif dan
gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu (Asmadi, 2015). Sifat nyeri
kemudian harus melawan rasa tidak nyaman tersebut atau menyerah dan
Rematik dapat menyerang semua sendi, tetapi yang paling sering diserang
adalah sendi dipergelangan tangan , kuku-kuku jari, lutut dan engkel kaki.
pinggul, leher, bahu, dan bahkan sampai ke sambungan antara tulang kecil
2
dibagian telinga dalam. Reumatik juga mempengaruhi organ tubuh bagian
Reumatik biasanya simetris yaitu menyerang sendi yang sama di kedua sisi
dunia, dimana 10-30% adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas. (WHO,
2013).
pada tahun 2013 adalah lebih dari 45,59% dari jumlah penduduk (Mansjoer,
2011).
dari survai awal yang kami lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari pada tahun 2018 terdapat 33,6% orang yang menderita Artitis
remathoid.
kasus asuhan keperawatan yang di tuangkan dalam sebuah karya tulis ilmiyah
3
yang ada di sekitar kita yang kebingungan terhadap penyakit atritis rematoid
itu sendiri.
B. Rumusan Masakah
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Reimathoid.
3. Bagi penulis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Lansia
ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan di katakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
2. Klasifikasi Lansia
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
3. Karakteristik Lansia
sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
5
adaptif hingga kondisi maladaptif.
a. Otot
rutin pada individu tersebut. Perubahan pada otot inilah yang menjadi
lansia.
otot ini lebih disebabkan oleh atrofi. Otot mengalami atrofi sebagai
mempengaruhi postur.
6
tubuh (trunk) akan berkurang kemampuannya dalam menjaga tubuh
Pada otot pinggul (gluteal) dan otot-otot pada tungkai seperti grup
adanya atrofi yang berakibat daya topang tubuh akan menurun dan
b. Tulang
7
mekanoreseptor sendi intervertebra. Degenerasi karena peradangan
diartikan tidak normal, tetapi dapat dikatakan normal apabila hal itu
adalah protraksi bahu dan sedikit fleksi sendi siku, sendi panggul dan
lutut.
1. Definisi
8
Artritis reumathoid merupakan penyakit non-bakterial yang bersifat
Metacarpophalangeal (MCP) 85
Pergelangan tangan 80
Lutut 75
Metatarrophalangeal (MTP) 75
Pergelangan kaki 75
Bahu 60
Midfoot (tarsus) 60
Panggul (hip) 50
Siku 50
Acromioclavikular 50
Vertebla servikal 40
Temporomandibular 30
Sternoclavikular 30
2. Etiologi
9
Penyebab utama kelainan ini tidak di ketahui. Ada beberapa teori yang
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolic
autoimun dan infeksi. Autoimuun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II;
tulang rawan sendi penderita. Kelainan yang dapat terjadi pada suatu
adalah:
2) Nodus subkutan
10
4) Kelenjar kimfe: terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran
splenomegali
6) Visera
3. Manifestasi Klinik
pergelangan tangan , sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu
kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumathoid mono-
artikular.
a. Stadium awal
b. Stadium lanjut
11
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen,
Kriteria Definisi
sekurang-kurangnya selama 1
maksimal
efusi(bukan pertumbuhan
12
pada kedua belah sisi
RA
4. Pemeriksaan Penunjang
13
a. Faktor Reumathoid, fiksasi lateks, Reaksi-reaksi aglutinasi
sebagai penyebab AR
perkembangan panas.
5. Penatalaksanaan
baik antara pasien dengan keluarganya dengan dokter atai tim pengobatan
yang merawatnya.
14
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaanya
ketaatan pasien.
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
mg/hari
15
d. Riwayat penyakit alamiyah
dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
pada setiap eksaserbasi. Sampai saat ini belum berhasil di jumapi obat
ART).
e. Rehabilitasi
orang lain
16
seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri
kekakuan sendi
bengkok, deformitas
sendi
17
PATHWAY ARTRITIS REUMATHOID
7. Discharge Planning
a. Olah raga teratur, istirahat cukup dan ketahui penyebab dan tanda
gejala penyakit
minuman berakohol
minyak zaitun
18
e. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
normal
1. Pengkajian Keperawatan
tindkan keperawatan.
a. Anamnesis.
metode PQRST.
adalah peradangan
19
b) Quality of Pain: Nyeri yang di rasakan atau di gambarkan klien
bersifat menusuk
sendi siku, pergelagan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul, dan
20
reumatoid.Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah apakah klien
analgesik).
5) Riwatan Psikososial
2. Pemeriksaan Fisik
21
B6) dengan fokus pemeriksaan B6 (Bone) yang dikaitkan dengan keluhan
klien.
fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ada suara
nafas tambahan.
4) Telingan: tes bisisk ata waber masih dalam keadaan normal. Tidak
6) Mulut dan faring: tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
mengalami perubahan
22
(b) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal
(d) Saraf VII, Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris
(e) Saraf VIII, Tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli persepsi
trapezius
(h) Saraf XII, Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi ddan
23
f. B6 (Bone)
multipel.
hidup sehari-hari.
3. Pemeriksaan Diagnostik
sendi yang difus dan disertai trabekulasi tulang, obliterasi ruang sendi
24
protein meningkat, faktor reumatoid positif 80% (uji Rose-Waaler) dan
faktor antinuklear positif 80%, tetapi kedua uji ini tidak spesifik.
4. Diagnosis Keperawatan
berikut:
a) Nyeri akut
1) Tujuan Perawatan:
2) Kriteria Hasil:
3) Intervensi
secara mandiri.
25
b) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
pada sendi
relaksasi masase.
mengurangi nyeri
nyeri
punggung klien).
yang menyenangkan
26
g) Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan
rencana terapeutik.
dan sendi
1) Tujuan perawatan
kemampuanya
2) Kriteria hasil
3) Intervensi
lokal jaringan
27
Rasional: Gerakan aktif memberi massa, tonus, dan kekuatan
toleransi.
kemampuan
melakukan aktifitas.
1) Tujuan Perawatan
2) Kriteria Hasil
yang akurat.
3) Intervensi
28
b) Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termaksud sikap
sehat.
kebiasaan.
rehabilisasi
29
6. Evaluasi Keperawatan
1. Pengertian Nyeri
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri beerbeda pada stiap orang
dalam hal sekala atau tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menimbulkan ketegangan.
30
rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
saraf dalam tubuh ke otak dan di ikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan
emosional.
2. Fisiologi Nyeri
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
oleh dua jenis tersebut yang bermielin rapat atau serabut A (delta) atau
31
(dorsal root) serta sinaps pada doesal horn. Dorsal horn terdiri atas
beberapa lapisan atau laminase yang salong bertautan. Di antar lapisan dua
utama, yaitu jalur spinochalamic tract (STT) atau jalur spinochalamus dan
lokasi nyeri. Dari proses transmisi tersebut terdapat dua jalur mekanisme
terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalut nonopiate. Jalur opiate di
tandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dan thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi memjadi dua, nyeri akut dan
nyeri kronis, nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara medadak dan
secara berlahan lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan. Yang termaksud dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
32
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psokosomatis. Ditinjau dari sifat
eksistensi
berkembang, dan
terselubung
sampai bertahun-
tahun
intensitasnya,
sehingga sulit
dievaluasi
(perubahan
perasaan)
33
Gejala-gejala klinis Pola rspons yang khas Pola respons yang
(beradaptasi)
dapat berfariasi
beberapa saat
antaranya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pait), nyeri
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan
jari di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaana antara
Superfisial Dalam
terus, kejang
34
terlalu panas iskemia iskemia,
tempat iritasi
kimiyawi(tida
k ada torehan)
Otot
4. Stimulasi Nyeri
35
5. Teori Nyeri
naik ke tractus lissur dan menyilang ke garis median ke sisi lainya, dan
teruskan.
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja syarafbesar dan kecil
36
Ragsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansia
sistem supresif.
a. Arti Nyeri.
pengalaman.
b. Persepsi Nyeri
37
c. Toleransi Nyeri
7. Penatalaksanaan Nyeri
panas pada pasien pasca bedah sesar dengan spinal anestesi. Sementara
diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
38
dibawah pengaruh hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi
endorfin suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh memblok
serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat proses ini
efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan
berikut:
a) Alat
Handscoen
Baskom kecil
Handuk kecil
39
b) Bahan
Air secukupnya
c) Cara kerja
Infrm consent
secukupnya
dipakai.
optimal(An,2010).
1. Pengkajian Keperawatan
dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi
40
nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat
nyeri.
- Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
SKALA NYERI
2. Diagnosa Keperawatan
diantaranya :
41
b. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas
3. Perencanaan Keperawatan
yang dialami.
1) Ketidak percayaan
nyerinya.
2) Kesalah pahaman
42
bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang
3) Ketakutan
4) Kelelahan
cukup.
5) Kebosanan
seperti :
1) Menonton televisi
3) Mendengarkan musik
Tehnik relaksasi
43
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi
mengulangi hal yang sama smabil terus konsentrasi hingga dapat rasa
Stimulasi kulit :
2) Menggosok punggung
menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga
44
asetaminofen sama dengan seperti aspirin, akan tetapi tidak
dan lain-lain.
vetebrae.
5. Evaluasi keperawatan
45
menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
46
A. Rancangan Studi Kasus
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk studi kasus. Metode
dengan memberikan gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci
tentang apa yang terjadi ( Afiyanti, yati : 2014). Hasil yang diharapkan oleh
peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Artritis
Reumathoid di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada tahun 2018
Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pasien di wisma Sentosa Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yang berjumlah satu orang. Dengan
kriteria inklusi :
1. Pasien pulang atau meninggal sebelum 6 hari dari pengambilan data atau 5
47
C. Fokus Studi Kasus
2. Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
ditanggulangi.
48
7. Klien adalah seorang individu atau salah satu bagian dari masyarakat yang
bersifat sistemik.
9. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjekif yang hanya
perasaan tersebut.
Penelitian ini akan dilakukan di Wisma Sentosa Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kota Kendari pada tahun 2018, selama 6 sift jaga yang akan
F. Pengumpulan data
Minaula Kendari
49
yaitu, dikhususkan pada pasien dewasa yang terdiagnosa medis Artritis
G. Penyajian data
Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara tekstural atau narasi,
disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan respon dari subyek studi kasus
Penelitian ini telah diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah Poltekkes
Kemenkes Kendari jurusan Keperawatan, adapun etika yang harus di taati oleh
50