Anda di halaman 1dari 12

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN KASUS OSTEOARTHRITIS

GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL


NERVE STIMULATION DAN ACTIVE MOVEMENT EXERCISE DI RSUD
CIBABAT KOTA CIMAHI

Amalia Rizki Amanda


Program Studi Fisioterapi: Politeknik Piksi Ganesha Bandung
amaliara71@gmail.com

Abstrak
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada
tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan
gangguan gerakan sendi sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini mengakibatkan
terjadinya permasalahan kapasitas fisik berupa nyeri pada kedua lutut, penurunan lingkup gerak
sendi, penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor kedua lutut dan adanya gangguan aktivitas
fungsional berupa gangguan aktivitas jongkok, berdiri lama dan berjalan. PrevelensiOsteoarthritis
(OA) di Indonesiamencapai mencapai 5% pada usia< 40 tahun, 30% pada usia 40 – 60 tahun, dan
65% pada usia > 60 tahun. Untuk osteoartritis genu prevalensinya di Indonesia juga cukup tinggi
yaitu mencapai 15,5% pada laki – laki dan 12,7% pada perempuan dari seluruh penderita
osteoarthritis. Penelitian ini dilakukan di RSUD Cibabat. Subyek penelitian ini adalah pasien
dengan kondisi Osteoarthritis Genu Bilateralyang akan diberikan intervensi fisioterapi dengan
metode Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Active Movement
Exercise.Metode pengumpulan data dan analisa data menggunakan metode
interviewAutoanamnesis. Instrumen penelitian terdiri dari pemeriksaan Nyeri, Lingkup Gerak
Sendi, Kekuatan Otot, dan Kemampuan Aktivitas Fungsional. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan studi kasus. Dari hasil terapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan
metodeTENS dan active movement exercise serta edukasi, dapat membantu dalam mengurangi
nyeri, meningkat LGS, dan meningkatkan kekuatan otot. Metode ini dapat memberikan efek yang
baik jika di lakukan waktu yang cukup dalam intervensi.
Kata Kunci: Osteoarthritis (OA) genu bilateral, Transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS), dan Active movement exerxise

Abstract
Osteoarthritis is a chronic joint disease that is characterized by abnormalities in the cartilage of
the joints and nearby bones.This disease causes pain and disruption in joint movement that
interferes with daily activities.This results in physical capacity problems such as pain in both
knees, decreased joint motion, decreased flexor and extensor muscle strength in both knees and
impaired functional activity in the form of disruption of squatting, standing long and walking.
Osteoarthritis (OA) prevalence in Indonesia reaches 5% at age <40 years, 30% at age 40 - 60
years, and 65% at age> 60 years. For osteoarthritis genu the prevalence in Indonesia is also quite
high, reaching 15.5% in men and 12.7% in women of all osteoarthritis sufferers. This research
was conducted at RSUD Cibabat.The subjects of this study were patients with Osteoarthritis Genu
Bilateral who would be given physiotherapy interventions with the Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation (TENS) and Active Movement Exercise. Methods of data collection and data
analysis using interview methods Autoanamnesis.The research instrument consisted of examining
Pain, LGS, Muscle Strength, and Functional Activity Ability. The research design used was a case
study design. The results of therapy during as 6 times using the TENS method and active
movement exercise and education, itreduc pain, increas LGS, and increasmuscle strength. This
method can have a good effect if there is sufficient time to intervene.
Keywords : Osteoarthritis (OA) genu bilateral, Transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS), and Active movement exerxise
PENDAHULUAN menempati urutan kedua setelah penyakit
A. Latar Belakang Penelitian kardiovaskuler sebagai penyebab
Kesehatan memiliki peranan penting ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan
dalam kesejahteraan manusia. Dengan menaiki tangga) di dunia barat. Secara
keadaan sehat, manusia dapat melakukan keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa
aktifitas sehari – hari tanpa hambatan atau lebih dari 60 tahun menderita OA (Reginster
gangguan jika berada dalam kondisi sehat. J.Y,2002).
Semakin baik anggota geraknya maka akan Di Indonesia, pada tahun 2009, penderita
semakin baik pula pola gerak dan osteoartritis mencapai 5% pada usia< 40
aktifitasnya. tahun, 30% pada usia 40 – 60 tahun, dan
Lutut merupakan salah satu persendian 65% pada usia > 60 tahun. Untuk
yang berperan penting dalam pergerakan osteoartritis genu prevalensinya di Indonesia
seseorang. Akan tetapi terkadang orang juga cukup tinggi yaitu mencapai 15,5%
kurang memperhatikan lutut mereka. pada laki – laki dan 12,7% pada perempuan
Padahal itu merupakan anggapan yang salah, dari seluruh penderita osteoartritis (Soeroso
apalagi jika dibebani berat badan besar dkk, 2009).
(obesitas). Khususnya lutut wanita ialah Ada beberapa faktor yang diketahui
persendian yang bekerja paling keras dan berhubungan erat dengan terjadinya
memiliki resiko dua kali lipat terkena cidera osteoarthritis sendi lutut yaitu umur, jenis
dan osteoarthritis (OA) dibandingkan kelamin, obesitas, faktor hormonal atau
dengan pria (Suhendriyo, 2014). metabolisme, genetik, aktivitas kerja dan
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit trauma. Di Indonesia pada tahun 2009,
sendi yang paling sering ditemukan di dunia, penderita osteoartritis mencapai 5% pada
termasuk di Indonesia. Penyakit ini usia< 40 tahun, 30% pada usia 40 – 60
menyebabkan nyeri dan gangguan gerakan tahun, dan 65% pada usia > 60 tahun. Untuk
sendi sehingga mengganggu aktivitas sehari- osteoartritis genu prevalensinya di Indonesia
hari (Adnan, 2007). juga cukup tinggi yaitu mencapai 15,5%
OA merupakan tipe artritis yang paling pada laki – laki dan 12,7% pada perempuan
sering dijumpai. Prevalensinya cukup tinggi, dari seluruh penderita osteoartritis (Soeroso
terutama pada usia lanjut dan merupakan dkk, 2009). Sendi yang paling sering
penyebab disabilitas utama yang mengalami gangguan adalah sendi yang
berhubungan dengan penyakit pada individu menanggung berat badan seperti lutut 70%,
usia lanjut (Kenneth DB, 2005). Menurut panggul 25% pergelangan kaki 20%,
World Health Organization (WHO), vertebra 30%, cervical 20%, bahu 15%, serta
prevalensi penderita osteoartritis di dunia sendi-sendi pergelamgan tangan tetapi
tahun 2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan sangat jarang ditemui (Moll, 1992).
27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara Mengingat pentingnya fungsi dari sendi
(Masyhurrosyidi, 2013). Sebagai tambahan lutut, maka penanganan OA pada lutut harus
pada beban disabilitas yang ada, diusahakan seoptimal mungkin, dengan
pengeluaran yang besar pada masyarakat lebih dulu memahami keluhan- keluhan
akan cenderung meningkat seiring yang ditimbulkan OA pada lutut tersebut.
meningkatnya harapan hidup (Sarzi-Putini P, OA pada lutut dapat menimbulkan gangguan
2005). kapasitas fisik yang berupa : (1) Adanya
OA juga mempengaruhi hampir 27 juta nyeri pada lutut baik nyeri diam, tekan,
orang di Amerika Serikat. Diperkirakan ataupun gerak, (2) Adanya keterbatasn
bahwa 80% penduduk telah terbukti lingkup gerak sendi karena nyeri, (3)
menderita OA (berdasar temuan radiografi) Adanya spasme, penurunan kekuatan otot
pada usia 65 tahun, walaupun hanya 60% dan odema. Sedangkan gangguan
dari mereka yang memiliki gejala. Di fungsionalnya berupa: (1) Adanya gangguan
Amerika Serikat, pasien yang dirawat di aktifitas jongkok berdiri terutama saat
rumah sakit untuk osteoartritis meningkat toileting, (2) Kesulitan untuk naik turun
dari 322.000 pada tahun 1993 menjadi tangga terutama saat menekuk dan menapak,
735.000 pada 2006 (Wiken, 2009). Di (3) Berjalan jauh serta mengalami gangguan
Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 untuk aktifitas sholat terutama untuk duduk
juta orang mengalami simtom OA. OA
antara dua sujud, serta berdiri lama (Depkes 1. Apakah Transcutaneous Electrical
RI, 2000). Nerve Stimulation dapat mengurangi
Tujuan dari penatalaksanaan nyeri melalui kerjanya ?
osteoarthritis sendi lutut adalah untuk 2. Apakah Active Movement Exercise
mencegah atau menahan kerusakan yang dapat meningkatkan lingkup gerak sendi
lebih lanjut pada sendi lutut, untuk pada kasus Osteoarthritis Genu
mengatasi nyeri dan kaku sendi guna bilateral ?
mempertahankan mobilitas (Carter, 3. Apakah Transcutaneous Electrical
1995).Modalitas yang digunakan penulis Nerve Stimulation dan Active Movement
pada kasus ini adalah Transcutaneous Exercise dapat meningkatkan
Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan kemampuan fungsional pasien ?
active movement exercise. TENS adalah C. Tujuan Penelitian
bentuk stimulasi saraf elektrik perifer 1. Tujuan Umum
melalui kulit, yang digunakan untuk Untuk mengetahui bagaimana
mendapatkan elektroanalgesia. TENS adalah penatalaksanaan fisioterapi dalam
salah satu modalitas fisioterapi yang dapat mengurangi nyeri pada lutut serta
bermanfaat dalam mengurangi nyeri. Tujuan meningkatkan kemampuan fungsional
pemberian TENS antara lain memelihara pada kondisi Osteoarthritis Genu
fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re- bilateral.
edukasi fungsi otot, modulasi nyeri tingkat 2. Tujuan Khusus
sensorik, menambah Range Of Motion a. Untuk mengetahui pengaruh
(ROM) atau mengulur tendon, Transcutaneous Electrical Nerve
memperlancar peredaran darah dan Stimulation terhadap nyeri.
memperlancar resorbsi oedema. b. Untuk mengetahui apakah Active
Selain TENS modalitas lain yang Movement Exercise dapat
digunakan penulis untuk kasus osteoarthritis meningkatkan lingkup gerak sendi
sendi lutut yaitu active movement exercise. dan meningkatkan kekuatan otot.
Manfaat dari active movement exercise pada c. Untuk mengetahui apakah
pasien osteoarthritis sendi lutut adalah Transcutaneous Electrical Nerve
peningkatan lingkup gerak sendi (LGS), Stimulation dan Active Movement
penguatan otot, peningkatan ketahanan Exercise dapat meningkatkan
(endurance) statik maupun dinamik dan kemampuan fungsional.
kenyamanan (mellbeing) pasien (Tulaar, D. Manfaat Penelitian
2006). Oleh karena itu, fisioterapi berperan 1. Manfaat Bagi Akademik
dalam meningkatkan kemampuan fungsional Diharapkan dapat bermanfaat untuk
agar penderita mampu hidup mandiri memberikan masukan dalam rangka
sehingga dapat mengurangi ketergantungan pengembangan ilmu pengetahuan dan
terhadap orang lain (Sheperd, 1995). meningkatkan proses belajar mengajar
Berdasarkan latar belakang yang telah terutama pengembangan penelitian
diuraikan, adapun yang menjadi pokok tentang osteoarthritis genu.
permasalahan dalam penelitian ini adalah 2. Manfaat Bagi Masyarakat
sejauh mana “Penatalaksanaan Fisioterapi Untuk memberi informasi bagi
Pada Kasus Osteoarthritis Genu Bilateral masyarakat khususnya yang berusia
Dengan Modalitas Transcutaneous lanjut mengenai penyakit
Electrical Nerve Stimulation dan Active osteoarthritis genu dan peran
Movement Exercise Di RSUD Cibabat Kota fisioterapi dalam menangani penyakit
Cimahi” dapat berefek terhadap tersebut.
pengurangan nyeri, peningkatan lingkup 3. Manfaat Bagi Penulis
gerak sendi dan peningkatan kekuatan otot Diharapkan dapat bermanfaat bagi
pasien. peningkatan proses belajar dan ilmu
B. Rumusan Masalah pengetahuan dan juga untuk
Berdasarkan latar belakang diatas, memberikan masukan bagi penulis
penulis merumuskan masalah sebagai tentang osteoarthritis genu.
berikut: KAJIAN ILMIAH
Sumber yang mendukung :
1. Definisi Osteoarthritis Genu b. Ligament : Ligament adalah pita
Osteoarthritis (OA) merupakan jaringan ikat yang menghubungkan
penyakit sendi degeneratif yang tulang atau tulang rawan yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago berfungsi untuk menyokong dan
sendi, dimana terjadi proses degradasi memperkuat sendi (Maulana, Fazar,
interaktif sendi yang kompleks, terdiri 2018). Ligamentum mempunyai
dari proses perbaikan pada kartilago, sifat extensibility dan kekuatan, yang
tulang dan sinovium diikuti komponen cukup kuat (tensile strength) yang
sekunder proses inflamasi. Prosesnya berfungsi sebagai pembatas gerakan
tidak hanya mengenai rawan sendi dan stabilisator sendi. Ada beberapa
namun juga mengenai seluruh sendi, ligamen sendi lutut yaitu:
termasuk tulang subkondral, ligamentum cruciatum anterior,
ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial ligamentum cruciatum posterior,
serta jaringan ikat periartikuler. Pada ligamentum collateral lateral,
stadium lanjut rawan sendi mengalami ligamentum collateral mediale,
kerusakan, ditandai adanya fibrilasi, ligament popliteum obliqum, dan
fisur, dan ulserasi yang dalam pada ligament ransversum genu
permukaan sendi. Paling sering (Evelyn, 2002).
mengenai vertebra, panggul, lutut, dan
pergelangan tangan kaki
c. Kaspsula Sendi : Tulang–tulang
(Waenoor,2012). pembentuk sendi dihubungkan satu
Osteoarthritis adalah suatu dengan lainnya oleh selubung yang
penyakit sendi menahun yang ditandai disebut kapsula artikularis sebagai
oleh adanya kelainan pada tulang rawan pembungkus yang mengelilingi
(kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. permukaan – permukaan sendi dan
Tulang rawan (kartilago) adalah bagian membungkus rapat ruang sendi yang
dari sendi yang melapisi ujung dari terdapat di antara tulang – tulang
tulang, untuk memudahkan pergerakan tersebut. Lapisan luar kapsula
dari sendi. Kelainan pada kartilago akan artikularis (lamina fibrosa), lapisan
berakibat tulang bergesekan satu sama dalam kapsula artikularis (lamina
lain, sehingga timbul gejala kekakuan, sinovial) (Aswin, 1989).
nyeri dan pembatasan gerakan pada d. Jaringan Lunak
sendi (Nur, 2009). 1. Meniscus merupakan jaringan
Osteoartritis (OA) lutut adalah lunak, meniscus pada sendi lutut
suatu kondisi inflamasi, keadaan adalah meniscus lateralis,
reumatik kronis dimana tulang rawan Adapun fungsi meniscus adalah
sendi lutut mengalami degenerasi secara (1) penyebaran pembebanan (2)
perlahan. Osteoartritis lebih sering peredam kejut (shoc absorber)
mengenai lutut dibandingkan lokasi (3) mempermudah gerakan
sendi lainnya. rotasi (4) mengurangi gerakan
2. Anatomi Fungsional dan stabilisator setiap penekanan
a. Osteology : adalah ilmu yang akan diserap oleh meniscus dan
mempelajari tentang tulang. Tulang diteruskan ke sebuah sendi.
merupakan organ padat yang 2. Bursa merupakan kantong yang
menyusun rangka tubuh yang berisi cairan yang memudahkan
disebut dengan sistem skeletal. terjadinya gesekan dan gerakan,
Tulang adalah jaringan ikat yang berdinding tipis dan dibatasi oleh
paling keras, pada manusia tulang membrane synovial. Ada
adalah alat penggerak pasif dan beberapa bursa yang terdapat
memiliki fungsi sebagai penegak pada sendi lutut antara lain: (1)
atau penopang tubuh manusia bursa popliteus, (2) bursa supra
(Maulana, Fazar, 2018). Tulang patellaris, (3) bursa infra
yang membentuk sendi lutut antara patellaris, (4) bursa subcutan
lain: os. femur distal, os. tibia prapatelaris, (5) bursa sub
proximal, os. fibula, dan os. patella. patellaris (Eveyln, 2002).
e. Myologi : adalah ilmu yang femur rolling ke dorsal dan sliding
mempelajari tentang otot. Otot ke ventral. Saat ekstensi kebalikan
merupakan jaringan kontraktil pada dari fleksi. Dan jika tibia bergerak
tubuh dan merupakan alat gerak fleksi maupun ekstensi maka rolling
aktif. Otot memiliki dua perlekatan dan sliding searah yaitu saat fleksi
yaitu origo dan insertio. Origo ke dorsal sedang saat ekstensi ke
merupakan tempat perlekatan otot ventral. Konsep utama biomekanik
yang relatif kurang bergerak, pada lutut adalah peningkatan
Insertio merupakan tempat tekanan (kekuatan per unit area) dan
perlekatan otot yang relatif banyak respon muskuloskeletal pada
bergerak (Pearce, E.C, 2006). tekanan ini. Tekanan ini menjadi
Bagian anterior adalah m. rectus lebih besar dengan meningkatnya
femoris, m. vastus lateralis, ketegangan quadriceps dan
m.vastusmedialis, m. vastus meningkatnya fleksi lutut. Pada
intermedialis, bagian posterior orang dengan normal aligament,
adalah m.bicep femoris, m. berdiri dengan kedua kaki dengan
semitendinosis, tekanan garis weight-bearing dari
m.semimembranosis, m. pusat caput femoral melalui pusat
gastrocnemius, bagian medial lutut dan melalui pusat pergelangan
adalah m. sartorius, serta bagian kaki.
lateral adalah m. tensorfacialatae. h. Innervasi : Pada regio lutut, tungkai
f. Vaskularisasi : Pemnuluh darah mendapat persyarafan dari nervus
arteri pada bagian lutut terdiri dari ischiadicus yang berasal dari
A. common iliac, A. internal iliac, A. serabut lumbal ke-4 sampai dengan
external iliac, A. femoral, A. deep sacrum ke-3. Ini merupakan serabut
(profiinda) femoral, A. popliteal, A. yang terbesar di dalam tubuh yang
anterior tibial, A. proneal,A. keluar dan foramen ischiadicus
posterior tibial, A. lateral plantar, mayor, berjalan terus disepanjang
A. plantar arterial, A. medial permukaan posterior paha ke ruang
plantar, dorsal metatarsal artesis, poplitea, lalu syaraf ini membagi
dorsal artery of foot, A. perforating dua bagian yang nervus peroneus
branch of personal, anterior tibial communis dan nervus tibialis.
artery. Pembuluh darah Vena terdiri Nervus peroneus communis pada
dari V. common iliac, V. internal dataran lateral capitulum fibula akan
iliac, V. external ilia, V. femoral, V. pecah menjadi nervus superficialis.
great saphenous, V. popliteal, V. 3. Etiologi
small saphenous, V. anterior tibial, Osteoarthritis belum diketahui
V. peroneal V. posterior tibial serta secara pasti, namun faktor biomekanik
V. lateral plantar. dan biokimia sepertinya merupakan
g. Biomekanik : Biomekanik adalah faktor terpenting dalam proses
ilmu yang mempelajari tentang terjadinya osteoarthritis. Faktor
gerakan tubuh manusia (Maulana, biomekanik yaitu kegagalan mekanisme
Fazar, 2018). Osteokinematika lutut protektif, antara lain kapsul sendi,
termasuk dalam sendi ginglyus ligamen, otot-otot persendian,serabut
(hinge modified) dan mempunyai aferen, dan tulangtulang. Kerusakan
gerak yang cukup luas seperti sendi sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat
siku, luas gerak fleksinya cukup terganggunya faktor-faktor protektif
besar. Osteokinematika yang tersebut. Osteoarthritis juga bias terjadi
memungkinkan terjadi pada sendi akibat komplikasi dari penyakit lain
lutut adalah gerak flexi dan extensi seperti gout, rheumatoid arthritis, dan
pada bidang segitiga. sebagainya (Fauci, Anthony,2012).
Artrokinematika sendi lutut adalah 4. Patofisiologi
pada femur (konfek) maka gerakan Patofisiologi Perubahan yang
yang terjadi adalah rolling dan terjadi pada OA adalah ketidakrataan
sliding berlawanan arah. Saat fleksi, rawan sendi disusul ulserasi dan
hilangnya rawan sendi sehingga terjadi sendiri. Seperti adanya spur (osteofit)
kotak tulang dengan tulang dalam sendi sehingga terjiadi proses penghancuran
disusul dengan terbentuknya kista tulang rawan sendi. Tulang subkondral
subkodral, osteofit pada tepi tulang dan lama kelamaan dapat menusuk pada
reaksi radang pada membrane sinovial. metafisis dari tulang tibia dan tulang
Pembengkakan sendi, penebalan femur sebagai akibatnya terjadi
membran sinovial dan kapsul sendi, komplikasi seperti nyeri, kaki terbentuk
serta teregangnya ligament varus dan valgus, atrofi kelemahan otot
menyebabkan ketidakstabilan dan meniscus quadriceps femoris,
deformitas. Otot disekitar sendi. menurunya ketahanan struktur dan
5. Tanda dan Gejala Klinis komplikasi deformitas varus dan valgus
Dibawah ini ada beberapa keluhan (Reksoprojo, 1990). Terganggunya
yang serius diutarakan oleh penderita aktifitas sehari-hari seperti aktifitas
OA antra lain: adanya nyeri, hambatan beribadah, jongkok, duduk, bendiri dan
gerak sendi, kaku sendi pagi (morning jalan.
steafness), adanya krepitasi, 9. Prognosis
pembengkakan sendi, gangguan Prognosis adalah ramalan medis dan
aktifitas fungsional, tanda-tanda hasil pemeriksaan dan diagnosis
peradangan dan deformitas. dan adanya berdasarkan teori-teori atau hasil
tanda peradangan di persendiaan yang penelitian pada penyakit yang
sakit kadang timbul (Dalimartha, 2001). bersangkutan (Widiarti, 2016).
6. Diagnosis Medis Osteoarthritis Mengingat bahwa osteoarthrosis adalah
Diagnosis Medis Diagnosis sendi penyakit degeneratif, maka dapat
lutut berdasarkan gambaran klinis dan dimengerti bahwa penyakit ini progesif
radiologi. Kriteria Actman merupakan sesuai dengan usia, namun apabila
salah satu pedoman diagnosis diketahui secara dini dan belum
osteoarthritis sendi lutut. Bila seseorang menimbulkan deformitas (valgus dan
ditemukan hanya nyeri lutut, diagnosa valrus) maka perjalanan penyakit dapat
osteoarthritis harus ditambah tiga dan dihambat dengan cara membuat atau
lima kriteria, yaitu umur diatas 50 berusaha untuk memperbaiki stabilisasi
tahun, kaku sendi di pagi hari kurang sendi. Quo ad vitam baik, karena
dan 30 menit. Nyeri tekan pada tulang mengingat kondisi penyakitnya secara
pembesaran tulang, perabaan sendi langsung tidak membahayakan jiwa,
tidak panas. Bila ada gambaran osteofit Quo ad sanam ragu-ragu, karena
pada pemeriksaan radiologi dibutuhkan interverensi fisioterapi tidak dapat
satu dan tiga kriteria, yaitu umum diatas menyembuhkan osteoartritis sendi lutut.
50 tahun, kaku sendi kurang dan 30 Sifatnya simpthomatik yaitu
menit dan krepilasi (Parjoto, 2000). mengurangi gejala-gejala yang timbul,
7. Diagnosis Banding Osteoarthritis Quo ad funcionam ragu-ragu, karena
Diagnosa banding adalah sejumlah tergantung pada derajat nyerinya, Quo
kasus (lebih dari satu) yang ditetapkan ad cosmeticam baik.
karena adanya kemungkinan- 10. Deskripsi Problematika Fisioterapi
kemungkinan tertentu guna a. Nyeri adalah suatu pengalaman
pertimbangan medis untuk ditetapkan sensorik emtosional yang tidak
diagnosisnya lebih lanjut (Widiarti, menyenangkan berkaitan dengan
2016). Kelainan artritis lutut di luar jaringan yang rusak atau jaringan
asteoartritis yang umumnya banyak yang cenderung rusak (Widiastuti,
dijadikan diagnosa banding dengan 1991).
osteoartritis adalah (Kalim, 1997): b. Lingkup Gerak Sendi adalah luas
rheumatoid arthritis, serta gout arthritis lingkup gerak sendi yang bisa
8. Komplikasi dilakukan oleh suatu sendi (DP3fT).
Penyakit ini apabila tidak mendapat Alat ukur yang digunakan adalah
penanganan yang baik dan tepat, maka goneometer. Posisi awal biasanya
memerlukan berbagai masalah baru posisi anatomi yang disebut NZSP
yang teriadi akibat proses penyakit itu (Neutral Zero Starting Position).
c. Kekuatan Otot (MMT) adalah suatu hal tersebut ada empat kata kunci yang
usaha untuk menentukan atau penting untuk diperhatikan dalam penelitian
mengetahui kemampuan seseorang yaitu : cara ilmiah, data, tujuan, dan
dalam mengontraksikan otot atau kegunaan (Sugiyono, 2008).
group otot secara voluntary. Untuk Dalam melakukan penelitian ini penulis
pemeriksaan MMT ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
sistem manual yaitu dengan cara kualitatif dengan teknik pengumpulan data
terapis memberikan tahanan kepada wawancara dan pemeriksaan status
pasien dan pasien disuruh melawan kesehatan pasien. “Metode kualitatif
tahanan dan terapis dan saat itu merupakan tata cara penelitian yang
terapis menilai sesuai dengan menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu
kriteria nilai kekuatan otot (Sujatno, apa yang dinyatakan secara tertulis atau
etal., 1993). lisan dan juga perilaku yang nyata, diteliti
dan dipelajari sebagai suasana yang utuh,
11. Teknologi Intervensi Fisioterapi jadi penelitian kualitatif studi kasusnya
a. Transcutaneous Electrical Nerve mengarah pada pendeskripsian secara rinci
Stimulation dan mendalam mengenai potret kondisi
TENS merupakan bentuk stimulasi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut
saraf elektrik perifer melalui kulit, apa adanya dilapangan studinya (HB
yang digunakan untuk mendapatkan Sutopo, 2002).
elektroanalgesia. Di masa lalu, PELAKSANAAN STUDI KASUS
perlengkapan TENS juga digunakan Penatalaksanaan Fisioterapi
sebagai pelacak saraf, untuk mrncari 1. Transcutaneous Electrical Nerve
saraf perkutaneus, untuk Stimulation
mempertahankan aktivitas otot setelah a. Persiapan alat
stroke dan untuk perkembangan otot. Cek alat, serta cek kabel dan
Saat ini, TENS adalah suatu modalitas pastikan alat dalam keadaan baik. Alat
elektroterapeutik yang paling banyak dihidupkan lakukan pengecekan alat
digunakan untuk Pereda nyeri. dengan meletakan jari terapis diantara
b. Terapi latihan elektroda dan naikan intensitas sampai
Terapi latihan adalah gerak dari merasakan rangsangan berupa getaran
tubuh atau bagian dari tubuh untuk nyaman, kemudian intensitas di nolkan
mengurangi gejala-gejala pada OA atau kembali.
untuk meningkatkan fungsi tubuh b. Persiapan pasien
akibat OA. Yang perlu diketahui pada Posisi pasien senyaman
terapi OA lutut adalah latihan yang mungkin/comfortable (duduk di kursi,
tidak menyebabkan pembebanan yang terlentang atautengkurap di bed),
berlebihan pada sendi lutut. Dimana pastikan pasien dalam keadaan sadar.
posisi aman untuk melakukan terapi Sebelum melakukan terapi pasien tidak
latihan yaitu posisi duduk. Posisi memiliki gangguan sensibilitas pada
duduk dapat dikatakan posisi istirahat area kulit yang akan di terapi.
sendi lutut, karena secara biomekanik Kemudian area yang akan diterapi
tekanan garis weight bearing dari pusat harus terbebas dari pakaian, terapis
kaput femur tidak melalui pusat lutut memberikan informasi kepada pasien
sehingga beban yang ditimbulkan pada tentang kontraindikasi dari TENS serta
lutut minimal dan tidak menyebabkan tujuan yang akan dicapai. Terapis juga
nyeri (Kusumawati, 2003). Dalam memberitahu pasien bahwa akan ada
kondisi ini penulis hanya menggunakan timbul getaran yang dirasakan pada
terapi latihan berupa: Active saat TENS dinyalakan.
Movement Exercise, Assisted active c. Pelaksanaan
movement, dan Static Contraction. Pasien tidur terlentang, setelah
METODE PENELITIAN persiapan alat dan pasien selesai, alat
Metode penelitian merupakan suatu yaitu berupa sepasang elektrode akan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan ditempelkan pada area lutut medial
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan dihidupkan, atur waktu terapi ± 10
menit. Naikan intensitas sampai 1. Tes Khusus
pasien merasakan rangsangan berupa a. Tes Krepitasi (+) : pasien posisi
getaran berdiri. Terapis menempelkan
nyaman,intesitas dipertahankan sesuai  stetoskop pada bagian anterior lutut
dengan dosis awal. Usahakan pasien kemudian pasien diarahkan
monitoring evaluasi selama terapi, berjongkok secara perlahan maka
pasien dipastikan tidak bergerak akan terdengar suara krepitasi. Tes ini
selama terapi. Setelah selesai dilakukan untuk mengetahui adanya
kemudian intensitas di nolkan krepitasi yang mendukung
kembali. Lepaskan elektrode dari area diagnosaosteoarthritis.
yang diterapi, lalu simpan alat b. Ballotement tes (+) : pasien posisi
ketempat semula. telentang. Recesus suprapatellaris
2. Pemberian Terapi Latihan dikosongkan, satu tangan menekan
a. Latihan active movement patella ke bawah. Bila ada (banyak)
a). Free active exercise cairan di dalam lutut, maka patella
Posisi pasien tidur seperti terangkat. Bertujuan untuk
tengkurap, pasien diminta melakukan mengetahui adanya cairan pada sendi
gerakan fleksi dan ekstensi sendi lutut. Dari hasil tes menunjukkan
lutut secara aktif dan mandiri. adanya sedikit cairan sendi lutut kiri.
Latihan ini dilakukan secara c. Laci sorong (+) : posisi pasien tidur
bergantian 8 x 2 hitungan. terlentang dengan satu lutut yang
b) Assisted active movement diperiksa difleksikan (ditekuk) dan
Posisi pasien tidur tengkurap yang lain tetap lurus. Pergelangan
untuk fleksi knee, tangan terapis kaki difiksasi dengan cara diduduki
memfiksasi pada otot hamstring dan oleh terapis. Kedua tangan terapis
tangan yang satunya membantu memberikan tarikan ke arah anterior
menggerakkan. Dilakukan secara untuk mengetahui adanya ruptur
bergantian 8 x 2 hitungan. tendon crusiatum anterior dan tarikan
b. Resisted active exercise ke arah posterior untuk mengetahui
Posisi pasien duduk di kursi adanya ruptur tendon crusiatum
(duduk ongkang-ongkang), terapis posterior.
berada di samping lutut pasien yang 2. Pengukuran Nyeri Dengan VAS
akan diperiksa, pasien diminta untuk (Visual Analog Scale)
menggerakkan lutut ke arah fleksi Gambar 1
dan ekstensi secara bergantian dan
terapis memberi tahanan ke arah
berlawanan. Pada saat gerakan fleksi
lutut diluruskan secara perlahan-
lahan dan saat gerakan ekstensi
diturunkan secara perlahan-lahan. VAS (Visual Analog Scale) adalah
Latihan ini dilakukan 8x hitungan. skala respon yang dapat digunakan
c. Home Program dalam kuesioner. VAS digunakan untuk
Pemberian latihan untuk mencatat karakteristik subjektif atau
dirumah berupa Static Contracsion. sikap yang tidak dapat diukur secara
Posisi pasien tidur terlentang, pasien langsung. Pada dasarnya VAS adalah
meletakkan gulungan handuk pada garis horizontal dimana pasien
bagian bawah lipatan lutut, kemudian menunjukkan tanggapannya dengan
di instruksikan untuk secara perlaham membuat tanda. Skala yang disajikan
– lahan menekkan bagian bawah sebagai penggaris 10 cm merupakan
lutut. Lalu tahan posisi kaki tegak metode untuk mencetak data seperti rasa
dan hitung 8 hitungan dan diulang sakit dan suasana hati (Suther, KR. dkk.
kembali sebanyak 5- 10 kali secara 2018).
bergantian antara knee dextra dan Rentang nilai nyeri yang digunakan
knee sinistra. dalam VAS yaitu antara angka 0 sampai
Pemeriksaan Khusus dengan angka 10. Berikut ini adalah
tinjauan naratif dari rentang nilai nyeri e. Nilai 4 : Mampu bergerak penuh
yang ada dalam VAS : melawan gravitasi dan mampu
a. Nilai 0 : tidak nyeri melawan tahanan sedang.
b. Nilai 1-3 : nyeri kategori f. Nilai 5 : Mampu melawan
ringan gravitasi dan mampu melawan
c. Nilai 4-6 : nyeri kategori tahanan maksimal.
sedang Evaluasi Hasil Terapi
d. Nilai 7-10 : nyeri kategori 1. Evaluasi Nyeri Dengan VAS (Visual
berat Analog Scale)
3. Pengukuran LGS (Lingkup Gerak Grafik 1
Sendi) Aktif dan Pasif Dengan Penurunan Rasa Nyeri Pada
Goniometer Lutut Kanan
Pengukuran lingkup gerak sendi
bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya keterbatasan untuk sendi lutut.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan goniometer dan dapat
diukur pada gerak aktif maupun pasif,
dan mengacu pada kriteria ISOM Sumber : Diolah oleh penulis
normal dimana LGS sendi dextra (aktif) (2019)
S = 0°- 0° - 90° (pasif) = S = 0°- 0°-
120°, knee sinistra (aktif) S=0°- 0°- 90°, Grafik 2
(pasif) S = 0°- 0° - 120°. Penurunan Rasa Nyeri Pada
Pada pengukuran LGS sendi knee Lutut Kiri
dextra dan knee sinistra ini dilakukan
secara aktif dan pasif. Gerakan pasif
dilakukan setelah gerakan aktif.
4. Pengukuran Kekuatan Otot Dengan
MMT (Manual Muscle Test)
MMT (Manual Muscle Test) Sumber : Diolah oleh penulis
digunakan untuk berbagai keperluan (2019)
dalam perawatan kesehatan oleh para
medis, fisioterapi, rehabilitasi, dan para Dari grafik pemeriksaan
profesional pelatihan atletik. Tujuan dari skala nyeri terdapat nilai penurunan
MMT ini adalah untuk memberikan rasa nyeri pada lutut kanan pada T1
tinjauan naratif tentang nilai kekuatan nyeri diam 0, nyeri tekan 4, nyeri
otot yang penting untuk dilaporkan gerak 5, terjadi penurunan pada T6
dalam penelitian (Conable, KM, dan nyeri diam 0, nyeri tekan 1, nyeri
Rosner, AL, 2011). gerak, 2. Sama halnya dengan lutut
Berikut ini adalah nilai MMT kanan , lutut kiri pun mengalami
dengan rentang nilai 0 sampai dengan 5 penurunan rasa nyeri pada T1 hasil
menurut American Medical Association nyeri diam 2, nyeri tekan 6, nyeri
yang bersumber dari Conable, KM, dan gerak 7 terjadi penurunan pada T6
Rosner, AL, (2011) : nyeri diam 0, nyeri tekan 2, nyeri
a. Nilai 0 : Tidak ada kontraksi otot gerak 4.
yang terlihat. Pada grafik di atas
b. Nilai 1 : Kontraksi otot teraba, menggambarkan bahwa terjadinya
tetapi tidak ada gerakan. penurunan nyeri. Mekanismenya
c. Nilai 2 : Mampu bergerak tetapi disebabkan karena pemberian
belum bisa melawan gravitasi. Transcutaneous electrical nerve
d. Nilai 3 : Mampu bergerak penuh stimulation yang dapat memberikan
melawan gravitasi dan mampu efek pengurangan nyeri yang
melawan tahanan minimal. dihasilkan oleh TENS merupakan
suatu cara penggunaan energi listrik
guna merangsang sistem saraf
melalui permukaan kulit dan
terbukti efektif untuk merangsang
berbagai tipe nyeri. TENS mampu
mengaktivasi baik saraf berdia-
meter besar maupun kecil yang
akan menyampaikan berbagai
informasi sensoris ke saraf pusat.
(Ronatiur, 2007). Sumber : Diolah oleh penulis
2. Evaluasi LGS (Lingkup Gerak Sendi) (2019)
Aktif Dengan Goniometer
Grafik 3 Grafik 6
Hasil Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Hasil pemeriksaan MMT pada
Aktif Knee dextra dan Knee Sinistra Gerakan Ekstensor

Sumber :Diolah oleh penulis (2019) Sumber : Diolah oleh penulis


(2019)
Grafik 4 Kesimpulan yang dapat diambil
Hasil Evaluasi Lingkup Gerak Sendi dari pembahasan di atas yaitu pemberian
Pasif Knee dextra dan Knee Sinistra intervensi fisioterapi dengan modalitas
active movement exercise yang telah
dilaksanakan selama 6 (enam) kali
pertemuan menunjukan bahwa active
movement exercise dapat membantu
meningkatkan lingkup gerak sendi aktif
pada kasus osteoarthritis genu bilateral.
Selama 6 (enam) kali pertemuan
Sumber : Diolah oleh penulis (2019) didapatkan hasil adanya peningkatan
lingkup gerak sendi aktif baik gerakan
Kesimpulan yang dapat diambil fleksi ekstensi aktif dan fleksi ekstensi
dari pembahasan di atas yaitu pemberian pasif.. Hingga terapi ke-6 mengalami
intervensi fisioterapi dengan modalitas peningkatan lingkup gerak sendi.
active movement exercise yang telah Untuk grafik pemeriksaan MMT
dilaksanakan selama 6 (enam) kali mendapat peningkatan pada terapi ke
pertemuan menunjukan bahwa active empat untuk gerakan flexor dextra
movement exercise dapat membantu dengan otot penggerak M. Hamstring
meningkatkan lingkup gerak sendi aktif dari 4+ meningkat 5, flexor sinistra
pada kasus osteoarthritis genu bilateral. dengan otot penggerak M. Hamstring
Selama 6 (enam) kali pertemuan dari 4 meningkat 4+ serta gerakan
didapatkan hasil adanya peningkatan ekstensor dextra dengan otot penggerak
lingkup gerak sendi aktif baik gerakan M. Quadriceps hasil tetap sama yaitu 5,
fleksi ekstensi aktif dan fleksi ekstensi ekstensor sinistra dengan otot
pasif.. Hingga terapi ke-6 mengalami penggerak M. Quadriceps dari 4+
peningkatan lingkup gerak sendi. menjadi 5.
3. Evaluasi Kekuatan Otot Dengan Edukasi
MMT (Manual Muscle Test) Edukasi yang dapat diberikan kepada
Grafik 5 pasien yaitu pasien di anjurkan untuk
Hasil pemeriksaan MMT pada menggunakan deker pada saat melakukan
Gerakan Flexor aktivitas sehari – harin untuk menjaga
evisiensi sendi lutut. Pasien di anjurkan memperlancar peredaran darah dan Active
untuk membatasi aktivitas yang Movement Exercise dapat meningkatkan
mengakibatkan pembebanan sendi lutut kekuatan otot serta meningkatkan lingkup
secara berlebihan. Pasien disarankan untuk gerak sendi pada kasus Osteoarthritis Genu
melakukan home program yang diberikan Bilateral.
yaitu static contraction agar dapat Saran
Mengingat bahwa osteoartritis
meningkatkan kekuatan otot. Pasien
merupakan penyakit degenerasi yang
dianjurkan untuk selalu melakukan latihan
biasanya dijumpai terutama pada orang-
yang diberikan oleh fisioterapi dirumah. orang di atas umur 40 tahun, maka
PENUTUP hendaknya penanganan atau pencegahan
Kesimpulan harus dilakukan sejak dini.
Osteoarthritis adalah suatu Dari kesimpulan di atas maka,
penyakit sendi menahun yang ditandai oleh penulis mengemukakan beberapa saran
adanya kelainan pada tulang rawan adalah sebagai berikut:
(kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. 1. Bagi Pasien
Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari Untuk mecapai tujuan yang
sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk maksimal pasien dianjurkan agar biasa
memudahkan pergerakan dari sendi. lebih hati-hati dalam beraktivitas
Kelainan pada kartilago akan berakibat khususnya yang banyak menggunakan
sendi lutut, pasien diminta memakai
tulang bergesekan satu sama lain, sehingga
decker terutama pada saat beraktivitas,
timbul gejala kekakuan, nyeri dan
latihan di rumah juga lebih baik dalam
pembatasan gerakan pada sendi menentukan keberhasilan pasien dan
Pada pasien dengan inisial Ny.E kesabarannya juga diperlukan untuk
dengan diagnosa Osteoarthritis Genu mendapatkan hasil dari pasien yang
Bilateral dengan keluhan nyeri pada kedua diinginkan.
lutut mengakibatkan terganggu aktivitas 2. Bagi Keluarga
fungsional sehari-hari pasien. Dengan Kepada keluarga hendaknya selalu
adanya permasalahan tersebut, penulis memberikan dukungan kepada pasien
mencoba memberikan program tatalaksana untuk melakukan latihan dan membantu
fisioterapi dengan menggunakan modalitas dalam proses latihan, dengan adanya
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve kerjasama antar terapis, pasien dan
Stimulation) dan Free active exersice keluarga paisen diharapkan akan dapat
dengan frekuensi terapi sebanyak 2x dalam tercapai keberhasilan terapi.
satu minggu di sertai dengan pemberian Keluarga di anjurkan agar tetap
home program yang sudah di berikan oleh menjaga kesehatan dan kebugaran
terapis dengan tujuan untuk mengatasi melalui aktivitas yang seimbang dan
problematika yang muncul. apabila merasakan nyeri yang
Setelah dilakukan terapi sebanyak berkelanjutan pada sendi dengan
6x terapi dari T1 sampai T6, di dapatkan disertai atau tanpa adanya rasa kaku
hasil adanya hasil (1) Terdapat penurunan hendaknya segera diperiksakan ke
rasa nyeri pada lututnya mulai dari nyeri dokter atau tim medis lain.
diam, tekan, gerak. (2) Terdapat peningkatan 3. Bagi Fisioterapi
kekuatan otot, (3) Terdapat penambahan Hendaknya sebelum melakukan
lingkup gerak sendi. Hal itu didasarkan pada terapi kepada pasien untuk melakukan
pelaksanaan terapi yang teratur dan edukasi pemeriksaan dan mencatat
dari fisioterapis kepada pasien, sehingga permasalahan, serta selalu memberikan
akan mengoptimalkan hasil terapi yang edukasi kepada pasien.
diberikan. Jadi, sesuai dengan rumusan 4. Bagi Pembaca.
masalah yang telah dibahas maka Saran bagi pembaca untuk penyakit
penggunaan modalitas Transcutaneous ini, usahakan untuk menjaga stabilitas
Electrical Nerve Stimulation yang dapat sendi pada saat melakukan aktivitas
mengurangi rasa nyeri, dapat menstimulasi sehari – hari.
otot yang diinervasi, serta dapat
9. Khatri.M. Subhash. (2018).
DAFTAR PUSTAKA Elektroterapi Edisi 2. Jakarta :
A. Dokumen EGC.
1. Departemen Kesehatan RI, (2000); 10. Kisner, et., al. (1996). Therapeutic
Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Exercise Foundations and
Misi Kebijakan dan Strategi Techniques. Edisi.3. F.A. Davis
Pembangunan Kesehatan, Jakarta, Company.
halaman 4. 11. Moll, J.M.H. 1992. Atlas Bantu
2. Parjoto, Slamet. (2002). Assesment Rematologi, Ed. Jakarta : Caroline
Fisioterapi pada Osteoartritis Sendi Wijaya.
Lutut. Semarang : TITAFI XV. 12. Putz, R dan Pabts, T. (2000).
3. Suhendriyo. (2014). Pengaruh Sobbota Atlas Anatomi Manusia.
Senam Ramathik Terhadap Jakarta.
Pengurangan Rasa Nyeri Pada 13. Russe.A.Otto,M.D. and Jhon J.
Penderita Osteoarhritis Lutut Di Gerhandt, M.D. ISOM
karangasem. Jurnal Terpadu Ilmiah International SFTR Method of
Kesehatan. Vol 3 No 1, Mei 2014, Measuring and Recording Joint
Hlm 1-6. Surakarta. Motion.
4. Undang Undang Peraturan Menteri 14. Safrin Arifin. (2013). Atlas
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Anatomi Otot Manusia Untuk
65 Tahun 2015 Tentang Standar Fisioterapi. Banten : Infinity Media.
Pelayanan Fisioterapi. 15. Soeroso, Joewono, dkk. (2006).
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors.
Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Osteoartritis. 4th ed. Jakarta: Pusat
B. Buku Ilmiah Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
1. Adnan. (2007). Patogenesis OA Fakultas Kedokteran Indonesia.
dan Terapi Latihan; Simponsium
Reumatologi, Surakarta. C. WEBSITE
2. Aswin, S. (1989). Struktur Sendi 1. https://id.wikipedia.org/wiki/R
dan Patofisiologi. PT. Penebar umah_Sakit_Umum_Cibabat
Swadaya. Jakarta. Rumah Sakit Umum Cibabat –
3. Carter, Michel, (1995). Penyakit Wikipedia Bahasa Indonesia
Sendi Degenerative, In Sylvia, diakses pada 07 Agustus 2019
Prince and Lorrain. 2. http://journal.unair.ac.id/downl
4. Corolla, H., RN. (1990). Human oad-fullpapers-
Anatomy and Physiology. United ortho99b06c59aa2full.pdf
States of America. diakses pada 03 Agustus 2019
5. De Wolf,AN dan J.M.A.Men,
(1974). Pemeriksaan Alat
Pengerak Tubuh, Cetakan kedua,
Bohn Staf lcu Van Loghum. Houten
Zeventen Netherlands.
6. Ikatan Fisioterapi Indonesia. (2017).
Panduan Praktek Klinis
Fisioterapi. Jakarta.
7. Isbagio. (2001). Struktur rawan
Sendi dan Perubahannya. Cermin
Dunia Kedokteran.
8. Kalim, H., et al. (1996). Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta.
Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai