PENDAHULUAN
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif berkaitan sendi yang sering mengenai
golongan lanjut usia bahkan pada golongan pertengahan juga akibat daripada kecederaan
mahupun penggunaan sendi yang berlebihan. Dalam arti kata lain, osteoarthritis didefinisikan
sebagai kegagalan pembaikan kerusakan di sendi yang disebabkan oleh stress mekanik yang
berlebihan (Kenneth, 2010). Osteoarthritis ditandai dengan kehilangan area fokus kartilago
diantara sendi yang mengandungi cairan synovia, terkait rapat dengan hipertrofi ataupun
pembesaran tulang (osteofit dan sklerosis tulang subkondral) dan penebalan kapsula
sendi.Antara gejala klinis yang bisa timbul disebabkan osteoarthritis adalah sakit sendi
(arthralgia), aktivitas seharian terbatas, krepitasi, efusi serta pelbagai lagi derajat inflamasi
lokal. Osteoarthritis bisa mengenai seluruh sendi seperti lutut, panggul, tangan, kaki, dan
tulang belakang.
Prevalensi osteoarthritis meningkat sejajar dengan umur. Lebih ramai lakilaki didapati
mengalami osteoarthritis dibandingkan wanita pada umur kurang 45 tahun, manakala untuk
umur lebih 55 tahun, wanita lebih ramai yang mendominasi. Studi radiografik pada populasi
Eropah dan Amerika Serikat pada golongan yang berusia 45 tahun menunjukkan kadar tinggi
pada osteorthritis lutut iaitu sebanyak 14.1% pada laki-laki dan 22.8% pada wanita. Di
Indonesia, prevalensiosteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi
osteoarthritis lutut di Indonesia yang cukup tinggi hasil penelitian oleh Susilo dan Salimah
(2005). Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara penuaan sebagai faktor resiko
menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin, obesitas,
ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai hubungan terhadap terjadinya osteoarthritis.
Prevalensi penyakit osteoarthritis meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki
usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada
kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga
karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang rawan (Lozada, 2013).
Derajat osteoarthritis lutut dinilai menjadi lima grade oleh Kellgren dan Lawrence . Pada
Grade 0, tidak ada gambaran osteoarthritis. Pada Grade 1, osteoarthritis meragukan dengan
gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit minimal. Pada Grade 2, osteoarthritis minimal
dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi
baik. Pada Grade 3, osteoarthritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang,
dan celah sendi sempit. Pada derajat 4, osteoartritis berat dengan osteofit besar, (Takahashi et
al, 1999).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap pasien lanjut usia
1) Apakah hubungan usia lanjut (lebih 50 tahun) dengan derajat osteoarthritis lutut
menurut klasifikasi Kellgren Lawrence dan ACRC yang dideritai oleh pasien?
Karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini hanya akan difokuskan pada
korelasi umur (>50 tahun) dengan terjadinya derajat osteoarthritis (OA) sendi genu (lutut).
Untuk mempelajari korelasi umur (lebih 50 tahun) dengan derajat osteoarthritis sendi genu
diharapkan dapat bekerjasama dengan pemerintah atau pihak terkait lainnya dalam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoarthritis
2.1.1 Definisi
oleh stress mekanik yang berlebihan (Kenneth, 2010).. Penyakit ini bersifat degeneratif
adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang
subkondral, perubahan pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas
berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas. Penyakit ini
disebut juga degenerative arthritis, hypertrophic arthritis, dan degenerative joint disease.
Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai mereka di usia
lanjut atau usia dewasa dan salah satu penyebab terbanyak kecacatan di negara berkembang.
2.1.2 Epidemiologi
Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2 teratas sebagai negara dengan
epidemiologi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan 8.145 jiwa yang menderita
osteoartritis lutut (Fransen et. al, 2011). Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit
Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). Sekitar 32,99%
lansia di Indonesia mengeluhkan penyakit degeneratif seperti asam urat, rematik/radang sendi,
darah tinggi, darah rendah, dan diabetes (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
2013). 56, 7% pasien di poliklinik rheumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
didiagnosis menderita osteoartritis (Soenarto, 2010). Gejala OA lutut lebih tinggi terjadi pada
wanita dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada laki-laki. Murphy, et.al
mengestimasikan risiko perkembangan OA lutut sekitar 40% pada laki-laki dan 47% pada
wanita. Oliveria melaporkan rata-rata insiden OA panggul, lutut dan tangan sekitar 88, 240,
2.1.3Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gabungan gejala klinik dan perubahan
radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena tidak semua pasien dengan perubahan
radiografi osteoarthritis mempunyai keluhan pada sendi. Terdapat 4 kelainan radiografi utama
pada osteoarthritis, yaitu: penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang bawah rawan sendi,
pembentukan kista di bawah rawan sendi dan pembentukan osteofit, sendi yang dapat terkena
Namun ada pula yang membagi klasifikasi osteoarthritis berdasarkan primer dan sekunder
berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Meski
Pada orang tua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan protein tulang
membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari bantal
kartilago antara tulang-tulang dan sendisendi. Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang
terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang,
menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan
gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari
sekitar sendi-sendi.
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu maupun banyak sendi),
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya,
seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik lokal maupun
generalisata), kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium, kelainan endokrin,
metabolik, inflamasi, imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas,
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi.
Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi
bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air,
1) Fase 1
terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur
dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi
2) Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya pelepasan
3) Fase 3
manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi
pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut
terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan
dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan
stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan
Sendi lutut terdiri atas tiga kompartemen yaitu sendi tibiofemoral yang terbagi menjadi
kompartemen medial dan lateral, serta sendi patellofemoral. Sendi patellofemoral adalah salah
satu kompartemen yang paling sering terkena pada kasus OA lutut. Penelitian yang dilakukan
hanya menjadi sumber penting dari gejala OA lutut, tetapi juga bahwa orang yang menderita
tibiofemoral.
Dahulu, OA lutut dilihat sebagai suatu kelainan yang terjadi terutama pada sendi tibiofemoral
karena penilaian radiografi cenderung hanya terfokus pada Xray antero-posterior, yang tidak
dapat mencitrakan sendi patellofemoral dengan baik. Namun pengetahuan akan keterlibatan
penggunaan X-ray lateral dan skyline. Pada pemeriksaan radiografi, osteofit pada sendi
patellofemoral lebih banyak dibanding pada sendi tibiofemoral. Penelitian lain pada orang
dengan nyeri lutut memperlihatkan pola radiografi yang tersering adalah kombinasi sendi
Nyeri pada sendi tersebut biasanya merupakan keluhan utama yang membuat pasien datang ke
dokter. Nyeri biasanya bertambah berat dengan gerakan dan berkurang dengan istirahat. Pada
berkembang secara perlahan. Nyeri tersebut juga tidak menghilang setelah lutut pasien
dikompres, nyeri makin memberat saat pasien melipat lututnya dan menggerakkan kakinya
namun sedikit berkurang dengan istirahat.. Pada beberapa pasien OA juga dapat timbul kaku
sendi yang dapat timbul setelah imobilisasi seperti setelah duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur. Biasanya kaku sendi ini berlangsung
kurang dari 30 menit.. Pasien dengan OA mengalami hambatan gerak sendi dan adanya rasa
gemertak yang kadang – kadang dapat terdengar ketika sendinya digerakkan. Pada pasien ini
juga mengeluhkan susah untuk bergerak dan berjalan karena nyerinya dan pasien juga
mengaku kadang merasakan seperti ada sesuatu yang patah atau remuk ketika lututnya
digerakkan. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya bengkak pada lutut kirinya yang juga
Pada pemeriksaan fisik, pada pasien OA ditemukan adanya gerak sendi baik secara aktif
maupun pasif. Selain itu biasanya terdengar adanya krepitasi yang semakin jelas dengan
bertambah beratnya penyakit. Gejala ini disebabkan karena adanya pergesekan kedua
permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. Pada pasien
ini terdengar adanya krepitasi pada lutut kirinya ketika digerakkan secara pasif. Selain itu pada
pasien juga terdapat hambatan gerak aktif pada sendi lutut kiri yaitu pasien hanya mampu
untuk memfleksikan lututnya sebatas 40-45° saja, begitu pula jika digerakkan secara pasif.
Dari hasil pemeriksaan lokal pada sendi pasien juga ditemukan adanya pembengkakan dan
adanya tanda – tanda peradangan seperti adanya nyeri sendi, kemerahan dan teraba hangat
pada lutut kirinya. Semua tanda ini sesuai dengan tanda – tanda pada pasien OA yang biasanya
pembengkakan yang terjadi itu disebabkan karena adanya efusi cairan dan adanya osteofit pada
permukaan sendi.
Diagnosis osteoarthritis selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi.
Namun pada awal penyakit , radiografi sendi seringkali masih normal. Adapun gambaran
osteoarthritis adalah :
a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang
menanggung beban).
c) Kista tulang
Pada hasil radiografi pasien ditemukan adanya osteofit. Pemeriksaan penunjang laboratorium
osteoarthritis biasanya tidak banyak berguna. Darah tepi (hb, leukosit, laju endap darah) dalam
batas-batas normal kecuali osteoarthritis generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis
Gambar 2.2 : Gambaran radiologis sendi genu yang menyokong diagnosa osteoarthritis.
Sumber : MendMeShop.com, 2006 – 2017
Pada OA terdapat gambaran radiografi yang khas, yaitu osteofit. Selain osteofit, pada
pemeriksaan X-ray penderita OA biasanya didapatkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan
kista subkondral.16 Berdasarkan gambaran radiografi tersebut, grading Kellgren and Lawrence
1) Grade 0 : normal
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi normal, terdapat
kista subkondral
4) Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang, terdapat penyempitan celah
sendi
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista subkondral dan
sklerosis
Gambar 2.3 : Gambaran radiologis menunjukkan empat grading Kellgren Lawrence. A. Kellgren
Lawrence grade 1. B. Kellgren Lawrence grade 2. C.
Kellgren Lawrence grade 3. D. Kellgren Lawrence grade 4.
\Sumber : sciencedirect.com, 2017
derajat keparahan.
• Derajat 1 : Terbentuk taji kecil, nyeri dirasakan ketika beraktifitas cukup berat, tetapi
masih bisa dilokalisir dengan cara mengistirahatkan sendi yang terkena osteoartritis.
• Derajat 2 : Osteofit yang pasti, mungkin terdapat celah antar sendi, nyeri hampir selalu
dirasakan, kaku sendi pada pagi hari, krepitus, membutuhkan bantuan dalam menaiki
tangga, tidak mampu berjalan jauh, memerlukan tenaga asisten dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah.
• Derajat 3-4 : Osteofit sedang-berat, terdapat celah antar sendi, kemungkinan terjadi
perubahan anatomis tulang, nyeri disetiap hari, kaku sendi pada pagi hari, krepitus
pada gerakan aktif sendi, ketidakmampuan yang signifikan dalam beraktivitas (Woolf
Pengobatan penyakit sendi osteoarthritis dapat dilakukan dengan beberapa terapi, antaranya
adalah:
pendekatan manajemennya. Selain itu, diperlukan konseling diet untuk pasien osteoarthritis
(Elin dkk, 2008). Ahli bidang kesehatan harus memberikan informasi pada pasien dengan
penyakit osteoarthritis mengikut kesesuaian keadaan dan keselesaan pasien (Anonim, 2008).
membantu untuk menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa
sakit dan spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan teknik isometric didesain
untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi dan pergerakan, dan menurunkan
ketidakmampuan, rasa sakit, dan kebutuhan akan penggunaan analgesik (Elin dkk, 2008). Alat
bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu gerak, heel cups, dan
insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas harian (Elin, dkk, 2008). Pasien
osteoarthritis lutut yang memakai sepatu dengan sol tambahan yang empuk yang bertujuan
untuk meratakan pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan
di lutut (Bethesda, 2013). Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk
memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari terjadinya kekakuan (Priyanto, 2008).
Kompres hangat atau dingin ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.
2012). Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi beban atau mengurangi gejala
(Priyanto, 2008).
b) Terapi Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit. Karena osteoarthritis
sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi medis lainnya, diperlukan suatu
Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang mengalami nyeri ringan ke sedang dan juga
pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan sebagai lini pertama adalah
parasetamol.
pengosongan substansi P dari serabut syaraf. Obat ini juga bermanfaat dalam menghilangkan
rasa sakit pada osteoarthritis jika digunakan secara topikal pada sendi yang berpengaruh.
Kapsaisin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgesik oral atau NSAID.
Kapsaisin ini diberikan dalam bentuk topikal, yaitu dioleskan pada bagian nyeri sendi.
analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang tidak toleransi terhadap
narkotika analgesik merupakan intervensi awal dan sering diberikan secara kombinasi bersama
ketergantungan.
2). Golongan NSAID
Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID) mempunyai aktivitas analgesik yang
setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih banyak dipakai terutamanya pada pasien
lanjut usia.Dalam dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus memperlihatkan efek
analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri
berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. NSAID lebih tepat digunakan daripada
parasetamol atau analgesik opioid dalam arthritis rematoid dan pada kasus osteoarthritis lanjut.
3). Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan dalam dosis yang beragam
untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin rasio manafaat dan risiko
uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi atau mengurangi simptom osteoarthritis (Priyanto,
2008). Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai obat tambahan pada penderita
bentuk garamnya (sodium hialuronat) melalui injeksi intraartrikular pada sendi lutut jika
osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain (Priyanto, 2008). Dua agen intra-
artrikular yang mengandung asam hialuronat tersedia untuk mengobati rasa sakit yang
berkaitan dengan osteoarthritis lutut. Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien yang tidak
lagi toleransi terhadap pemberian obat anti nyeri dan antiinflamasi yang lainnya (Hansen &
Elliot, 2005). Injeksi asam hialuronat diberikan oleh tenaga medis yang mempunyai keahlian
karena kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan memperparah kondisi lutut pasien.
c) Terapi bedah
Tindakan operasi seperti arthroscopic debridement, joint debridement, dekompresi tulang,
osteotomi, dan artroplasti merupakan tindakan yang efektif pada penderita dengan OA yang
sudah parah.Tindakan operatif ini dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang
fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca
Secara garis besar, faktor risiko timbulnya OA lutut meliputi usia, jenis kelamin, ras, genetik,
nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi, kelainan anatomis, riwayat trauma lutut,
2.2.5.1 Usia
Usia adalah faktor risiko utama timbulnya OA, dengan prevalensi dan beratnya OA yang
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Lebih dari 80% individu berusia lebih
dari 75 tahun terkena OA. Bukti radiografi menunjukkan insidensi OA jarang pada usia di
bawah 40 tahun.OA hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada usia di atas 60
tahun. Meskipun OA berkaitan dengan usia, penyakit ini bukan merupakan akibat proses
Perubahan morfologi dan struktur pada kartilago berkaitan dengan usia termasuk penghalusan
dan penipisan permukaan artikuler; penurunan ukuran dan agregasi matriks proteoglikan; serta
kehilangan kekuatan peregangan dan kekakuan matriks. Perubahan-perubahan ini paling sering
jaringan, seperti kondrosit itu sendiri sehingga terjadi penurunan aktivitas sintesis dan mitosis,
penurunan respon terhadap anabolic growth factor, dan sintesis proteoglikan yang lebih kecil
Wanita berisiko terkena OA dua kali lipat dibanding pria. Meningkatnya kejadian OA pada
wanita di atas 50 tahun diperkirakan karena turunnya kadar estrogen yang signifikan setelah
menopause.. Kondrosit memiliki reseptor estrogen fungsional, yang menunjukkan bahwa sel-
sel ini dipengaruhi oleh estrogen. Penelitian menunjukkan bahwa estrogen menyebabkan
peningkatan pengaturan reseptor estrogen pada kondrosit, dan peningkatan ini berhubungan
2.2.5.3 Ras
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak berbeda, sedangkan
suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika – Amerika memiliki risiko menderita OA lutut
Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan
Kaukasia.
2.2.5.4 Genetik
Faktor genetik juga berperan pada kejadian OA lutut. Hal tersebut berhubungan dengan
abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang bersifat diturunkan, seperti adanya
mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk struktur-struktur tulang rawan
sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat, atau proteoglikan perbedaan antar
2.2.5.5 Nutrisi
Kegemukan (obesitas) adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya osteoartritis lutut. Efek
pada sendi-sendi penopang berat badan. Tiga hingga enam kali berat badan dibebankan pada
sendi lutut pada saat tubuh bertumpu pada satu kaki. Peningkatan berat badan akan
melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan yang menyebabkan kerusakan kartilago di
Faktor metabolik juga berkaitan terhadap timbulnya OA, selain faktor obesitas. Hal ini
didukung dengan adanya kaitan antara OA dengan beberapa penyakit seperti diabetes mellitus,
2.2.5.8 Menisektomi
Menisektomi merupakan suatu tindakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan
merupakan salah satu faktor risiko penting pada timbulnya OA lutut. Osteoartritis lutut dapat
Kelainan lokal pada sendi lutut yang dapat menjadi faktor risiko OA lutut antara lain genu
varum, genu valgus, Legg – Calve – Perthes disease, displasia asetabulum, dan laksiti
ligamentum pada sendi lutut. Kelemahan otot kuadrisep juga berhubungan dengan nyeri lutut,
disabilitas, dan progresivitas OA lutut. Selain karena kongenital, kelainan anatomis juga dapat
disebabkan oleh trauma berat yang menyebabkan timbulnya kerentanan terhadap OA.
Trauma lutut akut, terutama kerusakan pada ligamentum cruciatum dan robekan meniskus
pada lutut merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut, dan berhubungan dengan progresifitas
penyakit. Perkembangan dan progresifitas OA pada individu yang pernah mengalami trauma
lutut tidak dapat dicegah, bahkan setelah kerusakan ligamentum cruciatum anterior diperbaiki.
Risiko
Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari),
berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), naik turun tangga setiap hari merupakan
faktor risiko terjadinya OA lutut. Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-hari
juga berisiko mengalami OA lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang berlangsung lama akan
menyebabkan disuse atrophy yang akan meningkatkan kerentanan terjadinya trauma pada
kartilago.
Olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih
tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada
individu yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya OA. Atlet olah raga yang cenderung mengalami benturan keras dan membebani lutut
seperti sepak bola, lari maraton, dan kung fu meningkatkan risiko untuk menderita OA lutut
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus, misalnya tukang
pahat, pemetik kapas, berkaitan dengan peningkatan risiko OA tertentu. Terdapat hubungan
signifikan antara pekerjaan yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut.
Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang sering
menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut, seperti penambang, petani, dan kuli
pelabuhan.
Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena osteoartritis, seperti panggul, lutut,
selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang juga sering terkena.
• Badan yang longgar : badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya kartilago dengan
osteofit.
• Kista subkondral dan sklerosis: peningkatan densitas tulang di sekitar sendi yang terkena
Berdasarkan gambaran radiografi tersebut, Kellgren dan Lawrence membagi OA menjadi empat
grade.
1) Grade 0 : normal
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi normal, terdapat
kista subkondral
4) Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang, terdapat penyempitan celah
sendi
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista subkondral dan
sklerosis
Gambar 2.5 : Klasifikasi Osteoarthritis Genu menurut grading KellgrenLawrence.
Sumber : Hatena Blog, 2015
American College of Rheumatology (1987) mendeskripsikan kesehatan
seseorang berdasarkan derajat keparahan. Antara lain sebagai berikut:
• Derajat 1 : Terbentuk taji kecil, nyeri dirasakan ketika beraktifitas cukup berat, tetapi
masih bisa dilokalisir dengan cara mengistirahatkan sendi yang terkena osteoartritis.
• Derajat 2 : Osteofit yang pasti, mungkin terdapat celah antar sendi, nyeri hampir selalu
dirasakan, kaku sendi pada pagi hari, krepitus, membutuhkan bantuan dalam menaiki
tangga, tidak mampu berjalan jauh, memerlukan tenaga asisten dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah.
• Derajat 3-4 : Osteofit sedang-berat, terdapat celah antar sendi, kemungkinan terjadi
perubahan anatomis tulang, nyeri disetiap hari, kaku sendi pada pagi hari, krepitus
pada gerakan aktif sendi, ketidakmampuan yang signifikan dalam beraktivitas (Woolf
2.4.1 Definisi
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhdp jejas/infeksi dan sekaligus memperbaiki
kerusakan yang diderita. Penuaan turut didefinisikan secara subyektif dan obyektif. Secara
subyektif penuaan didefinisikan menurut makna dan pengalaman personal. Secara obyektif,
• Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2007) lanjut usia meliputi : 1) Usia
2) Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.
3) Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
-kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang
-kelompok dalam masa presenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut
(60-65 tahun).
-kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup
Telah terprogram secara genetic yang mana jam genetik telah diputar menurut suatu
(RNAprotein/enzim)
“autoimmune”.
• Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Merupakan teori yang dapat dipercaya. Radikal bebas dianggap sebagai kausa utama
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas bersifat merusak, sangat reaktif, bisa
bereaksi denganDNA, protein, asam lemak tidak jenuh, dalam membran sel. Antara
contoh radikal bebas adalah seperti Superoksida anion, hidroksil, peroksida hidrogen,
radikal purin.
• Akibat Metabolisme
Disebut juga “Teori Glikosilasi”.Peranan utama adalah glikasi protein dimana proses
a. Komposisi tubuh
b. Otak
• Respon otot polos pembuluh darah menurun menyebabkan relaksasi dan vasodilatasi
menurun.
d. paru
• Jumlah darah yang sampai ke ginjal menurun oleh karena aterosklerosis dan gangguan
jantung.
f. Gastrointestinal
jaringan parut.
• Perkerutan diskus intevertebralis pada spina lumbalis akibat cairan dalam diskus
berkurang
h. Fungsi Kognitif
dari memori.
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan
proteoglikan pada kartilago sendi (Wahyuningsih, 2009). Usia rata−rata laki−laki yang
mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan puncaknya pada usia 55 -
64 tahun, sedangkan wanita 65,3 tahun dengan puncaknya pada usia 65 – 74 tahun.
Seiring bertambahnya usia, bantalan antara tulang rawan sendi semakin menipis.Hal ini
adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang
menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang
2013).Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan
ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamen-
ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi. Kapsula dan
ligamen sendi semakin menipis dan susah untuk melakukan proses anabolik. Selain itu, cairan
sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah
terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan.. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan
protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi. Tetapi pada usia lanjut, cairan
Kemudian, ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor
yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya
memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-
akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot
tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi
sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh
permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. . Pada golongan lansia,
komposisi otot berubah digantikan oleh lemak, jaringan kolagen dan jaringan parut.dan
menyebabkankekuatan otot berkurang. Selain itu, tulang di balik kartilago memiliki fungsi
untuk menyerap goncangan yang diterima. Namun dengan bertambahnya usia, tulang menjadi
2008).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL YANG DITELITI
Sarcopenia
Kurang
proprioseptif
dan
keseimbangan
Peningkatan
kelonggaran
sendi
Penuaan
Muskuloskeletal
Osteoarthritis
(Rentan
terhadap OA)
Perubahan tisu sendi
pada penuaan
Faktor Risiko OA
(variable independan
)
periode Januari 2017- Juni 2017 yang mempunyai data rekam medis lengkap.
a) Jenis Kelamin
• Skala: nominal
• Hasil ukur :
1) laki-laki
2) perempuan
b) Usia
• Skala: rasio
• Cara ukur: berdasarkan umur pasien yang dicatat saat masuk rumah sakit dalam rekam
medis.
• Definisi: pembandingan berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui berapa besar
risiko kesehatan.
• Skala: rasio
• Cara ukur: berdasarkan IMT pasien saat masuk ke rumah sakit yang dicatat didalam
rekam medis.
1) Kurang <18,5
3) Lebih >30
• Skala: ordinal
• Cara ukur: berdasarkan diagnosa pasien yang diicatat dalam rekam medis Hasil ukur
1) Grade 0 : normal
2) Grade 1 : sendi normal, terdapat sedikit osteofit
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi normal,
terdapat kista subkondral
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista subkondral
dan sklerosis
Gambar 3.1 : Gambaran radiologis menunjukkan empat grading Kellgren Lawrence. A. Kellgren
Lawrence grade 1. B. Kellgren Lawrence grade 2. C.
Kellgren Lawrence grade 3. D. Kellgren Lawrence grade 4.
Sumber : sciencedirect.com, 2017
• Skala: ordinal
• Cara ukur: peneliti mengklasifikasikan derajat OA berdasarkan klinis dan keluhan pasien
yang tercatat didalam rekam medis Hasil ukur kemudian dikategorikan menjadi:
masih bisa dilokalisir dengan cara mengistirahatkan sendi yang terkena osteoartritis.
3) Derajat 2 : Osteofit yang pasti, mungkin terdapat celah antar sendi, nyeri hampir
selalu dirasakan, kaku sendi pada pagi hari, krepitus, membutuhkan bantuan dalam
menaiki tangga, tidak mampu berjalan jauh, memerlukan tenaga asisten dalam
4) Derajat 3-4 : Osteofit sedang-berat, terdapat celah antar sendi, kemungkinan terjadi
perubahan anatomis tulang, nyeri disetiap hari, kaku sendi pada pagi hari, krepitus