OSTEOARTHRITIS
Oleh:
Preceptor:
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Osteoarthritis
tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Tantri Dwi Kaniya RH, Sp.Rad.
yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi preceptor pada referat ini.
Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun
yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthitis (OA)
merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi
mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan
(kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng
tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, dan
timbulnya peradangan.
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis (OA) lutut dan OA banyak sendi.
Pria lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama antara pria dan
wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak
pada wanita. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.3
3. Suku Bangsa
Osteoarthritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat
perbedaan prevalensi pada pola sendi yang mengalami osteoarthirits. Hal ini
berkaitan dengan perbedaan gaya hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan.3
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis (OA). Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam timbulnya
kecenderungan terjadinya OA.3,5
7. Faktor-faktor Lain
Tingginya kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko timbulnya
osteoarthritis (OA). Tulang yang lebih padat tak membantu mengurangi benturan
beban yang yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA
pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih
padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA.3
2.5 Klasifikasi
Jari kontraktur
(hammer/cock-
up toes)
OA
Talonavikulare Meliputi 3 atau lebih daerah
Generalisata/
yang tersebut di atas
Sistemik
OA Coxae
Eksentrik (superior)
Konsentrik (aksial,
medial)
Difus (koksa senilis)
Tabel 2.1 Klasifikasi Osteoartritis Berdasarkan Lokasi Sendi yang terkena 2,4
2.6. Gejala Klinis
a. Nyeri sendi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul saat setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari. 2,3
d. Krepitasi
Krepitasi timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada
pasien osteoarthritis (OA) lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa.2,3
2.7 Diagnosis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis dan hasil radiografi.5
a. Anamnesis
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual).
- Tidak disertai gejala sistemik.
- Nyeri sendi saat beraktivitas.
- Sendi yang sering terkena:
Sendi tangan: Carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal
interfalang (PIP) dan Distal interfalang (DIP)
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit,
bila disertai inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat,
bengkak yang minimal, dan tidak disertai kemerahan pada kulit).
Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP I).
Sendi lain: lutut, vertebrae servikal dan lumbal, dan coxae.2
b. Pemeriksaan Fisik
- Tentukan BMI
- Perhatikan gaya berjalan
- Adakah kelemahan/atrofi otot
- Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
- Lingkup gerak sendi (ROM)
- Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan
- Krepitasi
- Deformitas/bentuk sendi berubah
- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
- Penonjolan tulang (Nodul Bouchards dan Heberdens)
- Pembengkakan jaringan lunak2
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
A B
Gambar 2.2 gambaran radiologi dari lutut. (A) posisi AP (B) lateral terlihat (1) penyempitan ruang sendi (2)
osteofit6
Pada OA terdapat gambaran radiografi yang khas, yaitu osteofit.
empat grade.
1) Grade 0 : normal
garis
2.8. Patogenesis
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan
sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera.3
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu:
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (range of motion) sendi.3
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya kerusakan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.3
Keterangan :
Keterangan :
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang
menunjukkan semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) dan
sklerosis (kepala panah putih)
Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari tangan Sumber :
Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative
Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : (a) anteroposterior dan (b) kaki katak pinggul. Kedua gambar di atas
menunjukkan penyempitan ruang superolateral sendi, sklerosis, kista
subkondral, dan pembentukan osteofit (panah).
Gambar 8. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada panggul. Sumber :
Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative
Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan:
1. Mengurangi/mengendalikan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
3. Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada
orang lain) dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi Non-Farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiannya tetap terpakai.2,3
2. Terapi Farmakologis
a. Analgetik Oral
Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS), Inhibitor Siklooksigenase-
2 (COX-2), dan Asetaminofen.
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada osteoarthritis (OA)
lutut, penggunaan OAINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
OAINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi
obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.
b. Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah ditemukan dipasaran dan dijual
bebas. Umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini sebelum
memakai obat-obatan peroral lainnya. Contoh obat analgetik topikal
adalah kapsaisin yang mengurangi nyeri pada ujung saraf lokal.
c. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obatobatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obatobatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat,
kondroitin sulfat, glikosaminoglikan.3
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk
menghambat kerja enzim MMP.
Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement karena
manfaatnya memperbaiki viskositas cairan sinovial. Obat ini
diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat memegang
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan
melalui agregasi dengan proteoglikan.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan dalam proses degradasi tulang rawan seperti
hialuronidase, protease, elastase dan katepsin.
Kondroitin sulfat pada kasus osteoarthritis (OA) mempunyai
efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi
yaitu memiliki efek anti inflamasi, efek metabolik terhadap
sintesis hialuronat dan proteoglikan dan anti degradatif melalui
hambatan enzim proteolitik.
d. Injeksi Intra Artikular atau Periartikular
Bukan merupakan pilihan utama dalam penanganan
osteoarthritis (OA). Indikasi suntikan intra artikular adalah untuk
penanganan simptomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan
hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.
Steroid (Triamsinolone hexacetonide dan Methylprednisolone)
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
OAINS, tidak dapat mentolerir OAINS, atau ada kormobiditas
yang merupakan kontraindikasi terhadap pemberian OAINS.
Tidak dianjurkan melakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam
kurun waktu 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi
besar penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut
adalah 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil
biasanya digunakan dosis 10 mg.
Hyaluronan (High molecular weight dan low molecular weight)
Di Indonesia terdapat tiga sediaan injeksi hyaluronan.
Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling
sering), sendi bahu dan coxae. Diberikan berturut-turut 5-6 kali
dengan interval satu minggu masing-masing 2-2,5 ml
hyaluronan.
3. Terapi Pembedahan
D. Osteotomy
Osteotomy adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu
meluruskan kembali beberapa keadaan cacat (deformitas) pada pasien
yang pada umumnya memiliki penyakit pada bagian lutut.
BAB III
KESIMPULAN
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis. Terapi
yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi
hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan cara membantu pasien agar tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA