Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


“ OSTEOARTRITIS “

OLEH

TRI WINARNI (19.14.201.91.36p)

Dosen Pembimbing : ARIS CITRA WISUDA, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOARTHRITIS

A. Konsep Penyakit
I. Defenisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerussakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Sudoyo
Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan
progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering
muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada
usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi , yaitu melemahnya tulang rawan pada
engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi
pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.

II. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang bersambung
dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan
menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu
tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan
menyebabkan nyeri dan ngilu.Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah
:
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkanmalformasi sendi yang
akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago
artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal
dan memicu terjadinya degenerasi premature.
4. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering memberikan tekananan
pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung
terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah
lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang
dan sendi.
6. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu mengakibatkan
seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan buruk merokok.Merokok dapat
meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan
oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan
7. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita
dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga
kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
8. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara
masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang–orang
Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

III. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA sekunder. OA primer
disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen
sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti
kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.

IV. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan progresif
lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan
degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.Proses degenerasi ini
disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi
yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi
tebal dan terjadi penyempitan ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus.

Patoflow Osteoarthritis
V. Manifestasi Klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada akhir , dan
seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai pada tahap dimana
pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa menganggu tidur
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari dengan
periode istirahat.
5. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
6. Pembesaran sendi (deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan
warna kemerahan).ss

Gambar : perbandingan sendi sehat dengan sendi yang terkena osteoarthritis

VI. Pemeriksaan Diagnostik


Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya Osteoartritis,
antara lain sebagai berikut :
1. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada
tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
2. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
3. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di foto
polos.
4. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada
pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai
untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam
serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas

VII. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu
dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik
yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena
kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet, untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program
utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena factor-faktor
psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha
dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas
dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.Pada sendi yang masih aktif sebaiknya ssdiberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai
yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban,
maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy
untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

VIII. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini tidak
ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
1. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
2. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi atau
mengenali masalah-masalah yang dialami klien, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian ini merupakan tahap awal proses
keperawatan dan dasar utama di dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pengkajian menggunakan 13 Domain menurut Nanda :
1. Helth Promotion  (Peningkatan Kesehatan)
Kesadaran akan kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi-strategi yang diterapkan
untuk mempertahankan control dan meningkatkan kesehatan atau normalitas fungsi
tersebut.
 Health Awareness (Kesadaran Kesehatan) : Pengenalan akan fungsi normal dan
kesehatan
 Health Management (Manajemen Kesehatan) : Mengidentifikasi, mengontrol,
memperlihatkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan
kesehatan
2. Nutrition (Nutrisi)
Kegiatan memperoleh, mengasimilasi, dan menggunakan kandungan gizi untuk tujuan
mempertahankan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi tenaga
 Ingestion (Proses masuknya makanan) : Memasukkan makanan atau kandungan gizi
ke dalam tubuh
 Digestion (Pencernaan) : Kegiatan fisik dan kimiawi yang mengubah kandungan
makanan ke dalam zat-zat yang sesuai untuk penyerapan dan asimilasi
 Absorption (Penyerapan) : tahapan penyerapan kandungan gizi melalui jaringan-
jaringan tubuh
 Metabolism (metabolisme) : Proses kimiawi dan fisik yang terjadi di dalam
organisme dan sel-sel hidup bagi pengembangan dan kegunaan protoplasma, produksi
kotoran dan tenaga dengan pelepasan tenaga untuk seluruh proses vital
 Hydration (Minum) : Perolehan dan penyerapan cairan dan larutan-larutan
3. Elimination (Pembuangan)
Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh
 Urinary system (Sistem Urinaria) : proses keluarnya urine
 Gastrointestinal system ( Sistem gastrointestinal) : Pengeluaran dan pengenyahan
produk-produk kotoran dari isi perut
 Integumentary system ( Sistem Integumen) : Proses keluarnya melalui kulit
 Pulmonary system ( Sistem Paru-paru) : Pembersihan produk-produk metabolis
secara ikutan, pengeluaran dan benda-benda asing dari paru-paru atau dua saluran
bronkus.
4. Activity/Rest (Aktifitas /Istirahat)
Produksi, konservasi, pengeluaran atau keseimbangan sumber-sumber tenaga
 Sleep / Rest (Tidur/istirahat) : tidur, istirahat, ketenagaan atau tidak beraktifitas
 Activity / Exercise (Aktifitas/berolahraga) : Menggerakkan bagian-bagian tubuh
(mobilitas), melakukan pekerjaan atau sering melakukan kegiatan-kegiatan (tetapi
tidak selalu) untuk meningkatkan daya tahan tubuh (resisitensi)
 Energy Balance (Keseimbangan Energi) : Kondisi dinamis keharmonisan antara
proses masuk dan keluarnya sumber-sumber tenaga
 Cardiovascular-pulmonary Responses (respon jantung-paru-paru) : Mekanisme
jantung-paru-paru yang mendukung aktifitas/istirahat
5. Perception/Cognition (Cara Pandang/ Kesadaran)
Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan), sensasi,
cara pandang, kesadaran, dan komunikasi
 Attention( Perhatian) : Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati
 Orientation (Tujuan) : Kesadaran akan waktu, tempat dan orang
 Sensation/Perception (Sensasi/Cara Pandang) : Menerima informasi melalui
sentuhan, rasa, bau, penglihatan, pendengaran, dan kinestesi (gerakan otot) dan
pemahaman akan data rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan atau
pengenalan pola
 Cognition (Kesadaran) :  Kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian masalah,
abstraksi, penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan bahasa.
 Communication (Komunikasi) : Mengirim dan menerima informasi verbal (memakai
kata-kata) dan non verbal (memakai gerakan anggota badan yang mengandung arti)
6. Self Perseption (Persepsi Diri)
Kesadaran Akan diri sendiri
 Self-Concept (Konsep Diri) : persepsi tentang diri sendiri secara menyeluruh
 Self-Esteem (Penghargaan diri) : Penilaian akan pekerjaan sendiri, kapabilitas,
kepentingan, dan keberhasilan
 Body Image (Citra Tubuh) : Citra mental akan tubuh diri sendiri
7. Role Relationship (Hubungan Peran)
Hubungan atau asosiasi positif  dan negative antar individu atau kelompok-kelompok
individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukkan oleh sarana tersebut.
 Caregiving Roles (Peran-peran yang memberi perhatian) : Pola perilaku yang
diharapkan secara social oleh individu-individu yang menyediakan perawatan dan
bukan para professional perawatan kesehatan
 Family Relationships (Hubungan keluarga) : Asosiasi orang-orang yang secara
biologis saling berkaitan
 Role Performance (Kinerja Peran) : Kualitas memfungsikan didalam pola-pola
perilaku yang diharapkan secara sosial
8. Sexuality /Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi
 WS`d14 Sexual Identity (Identitas Seksual) : Kondisi menjadi seseorang yang
khusus dalam hal seksualitas dan atau gender
 Sexual Function (Fungsi Seksual) : Kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi
didalam aktifitas seksual
 Reproduction (Reproduksi) : Segala proses yang melahirkan individu-individu baru
9. Coping/ Stess Tolerance
Berkaitan dengan kejadian-kejadian  atau proses-proses kehidupan
 Post-Trauma Responses (Respon paska trauma) Reaksi-reaksi yang terjadi setelah
trauma fisik atau psikologis
 Coping Responses (Respon-respon penanggulangan) : Proses mengendalikan tekanan
lingkungan
 Neuro-behavioral Responses (Respon-respon perilaku syaraf) Respon perilaku yang
mencerminkan fungsi saraf dan otak
10. Life Principles (Prinsip-prinsip hidup)
Prinsip-prinsip yang mendasari  perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah-langkah,
adat istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki pekerjaan intrinsik
 Values: (Nilai-nilai) : Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya
bertindak yang disukai
 Beliefs: (Kepercayaan) : Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adapt
istiadat, atau lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik
 Value/Belief/Action Congruence: (Nilai, Kepercayaan, kesesuaian tindakan) :
korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai, kepercayaan dan
tindakan
11. Safety/Protektion (Keselamatan/Perlindungan)
Aman dari mara bahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan, penjagaan akan
kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan
 Infection: (Infeksi)  : Respon-respon setempat setelah invasi patogenik
 Physical Injury: (luka Fisik) : Luka tubuh yang membahayakan
 Violence: ( kekerasan ) penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan sehingga
menimbulkan luka atau siksaan
 Environmental Hazards: (tanda bahaya lingkungan ) sumber-sumber bahaya yang ada
dilinkungan sekitar kita
 Defensive Processes: ( proses mempertahankan diri ) proses  seseorang
mempertahankan diri dari luar
 Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam tubuh
untuk tujuan melindingi organisms.
12. Comfort
Rasa kesehatan mental, fisik, atau social, atau ketentraman
 Physical Comfort : merasakan tentram dan nyaman
 Social Comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi social seseorang
13. Growth/ Development
Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, system organ dan atau tonggak
perkembangan yang dicapai
 Growth: kenaikan demensi fisik atau kedewasaan system organ
 Development: apa yang dicapai, kurang tercapai, atau kehilangan tonggak
perkembanga.

2. .Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/ Kronis b.d penurunan fungsi tulang, reaksi inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kekauan sendi, kerusakan integritas struktur tulang
3. Defsit perawatan diri b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yag disebabkan
oleh penyakit
4. Gangguan citra tubuh b/d deformitas tulang dan sendi
5. Resiko cedera b.d penurunan fungsi tulang

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan NANDA Nursing Intervention Clasification (NIC) Nursing
Outcome Clasification (NOC)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)


Hasil (NOC)
1 Nyeri akut/ Kronis b.d NOC : NIC :
Pain Level, Pain Management
penurunan fungsi tulang,
Pain control,   Lakukan pengkajian nyeri
reaksi inflamasi Comfort level secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
 Mampu mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab nyeri,  Observasi reaksi nonverbal
mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi  Monitor penerimaan pasien
untuk mengurangi nyeri, tentang manajemen nyeri
mencari bantuan)  Kaji kultur yang
 Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri
berkurang dengan  Evaluasi pengalaman nyeri
menggunakan manajemen masa lampau
nyeri  Evaluasi bersama pasien dan

 Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang


(skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol nyeri
dan tanda nyeri) masa lampau
 Menyatakan rasa nyaman 

setelah nyeri berkurang  Gunakan teknik komunikasi


 Tanda vital dalam rentang terapeutik untuk mengetahui
normal pengalaman nyeri pasien
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Anjurkan untuk Tingkatkan
istirahat
 Kolaborasi dalam pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2 Hambatan mobilitas fisik NOC NIC


 Joint Movement : Active Exercise therapy :
b.d kekauan sendi,
 Mobility level
ambulation
kerusakan integritas struktur  Self care : ADLs
·    Monitoring vital sign
 Transfer performance
tulang sebelum/sesudah latihan
Kriteria Hasil:
dan lihat respon pasien saat
 Klien meningkat dalam
latihan
 Kaji kemampuan pasien
aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dan dalam mobilisasi
peningkatan mobilitas ·      Bantu klien untuk
 Memverbalisasikan menggunakan tongkat saat
perasaan dalam berjalan dan cegah
meningkatkan kekuatan terhadap cedera
dan kemampuan berpindah  Latih pasien dalam
 Memperagakan
pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat
ADLs secara mandiri
 Bantu untuk mobilisasi

(walker)
sesuai kemampuan
·    Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
·    Berikan alat bantu jika
klien memerlukan.
·    Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang
teknik ambulasi
·    Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
 Kolaborasi dengan terapi

fisik tentang rencana


ambulasi sesuai dengan
kebutuhan

3 Defsit perawatan diri b.d NOC : NIC :


 Self care : Activity Self Care assistane : ADLs
perubahan dan
 Daily Living (ADLs)  Monitor kemempuan klien
ketergantungan fisik serta untuk perawatan diri yang
Kriteria Hasil : mandiri.
psikologis yag disebabkan
 Klien terbebas dari bau  Monitor kebutuhan klien
oleh penyakit badan untuk alat-alat bantu untuk
 Menyatakan kenyamana kebersihan diri, berpakaian,
terhadap kemampuan berhias, toileting dan makan.
untuk melakukan ADLs  Sediakan bantuan sampai
 Dapat melakukan ADLS klien mampu secara utuh
dengan bantuan untuk melakukan self-care.
 Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.

4 Gangguan citra tubuh b/d NOC NIC


 Body image Body image enhancement
deformitas tulang dan sendi
 Self esteem  Kaji secara verbal dan non

verbal respon klien terhadap


Kriteria Hasil : tubuhnya
 Body image positif  Monitor frekuensi mengkritik

 Mampu mengidentifikasi dirinya


kekuatan personal  Identifikasi arti pengurangan

 Mendiskripsikan secara melalui pemakaian alat bantu


faktual perubahan fungsi  Fasilitasi kontak dengan

tubuh individu lain dalam kelompok


 Mempertahankan interaksi kecil
sosial  Jelaskan tentang pengobatan,

perawatan, kemajuan dan


prognosis penyakit
 Dorong klien mengungkapkan

perasaannya

5 Resiko cedera b.d NOC NIC


penurunan fungsi tulang ·         Risk Kontrol Environment Management
(Manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil : ·    Identifikasi kebutuhan
·    Klien terbebas dari keamanan pasien, sesuai
cedera dengan kondisi fisik dan
·     Klien mampu fungsi kognitif pasien dan
menjelaskan riwayat penyakit terdahulu
cara/metode untuk pasien
mencegah injury/cedera ·    Mengontrol lingkungan
·    Klien mampu dari kebisingan
menjelaskan faktor ·    Sediakan Iingkungan yang
resiko dari aman untuk pasien
lingkungan/perilaku ·    Memindahkan barang-
personal barang yang dapat
·    Mampu memodifikasi membahayakan
gaya hidup untuk ·    Menghindarkan lingkungan
mencegah injury yang berbahaya (misalnya
·    Menggunakan fasilitas memindahkan perabotan)
kesehatan yang ada ·    Memasang side rail tempat
·    Mampu mengenali tidur
perubahan status ·    Menyediakan tempat tidur
kesehatan yang nyaman dan bersih
·    Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah
dijangkau pasien.
·    Membatasi pengunjung
·    Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
·    Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.New


Jersey: Upper Saddle River.

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai