Anda di halaman 1dari 8

Senin 23-03-2015 23.

00

http://awlianteka.blogspot.com/2014/06/asuhan-keperawatanosteoartritis.html
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi
di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago
yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis,
atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan
gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering
mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih
dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian
yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan
aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap,

biasanya dirasakan akibat

deformitas dan ketidakstabilan sendi.


Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan,
kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi
synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut
dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut
cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah
ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi Osteoastritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat
inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087). Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai
penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur
dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non
inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis
yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial
dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan sub kondrial dan jaringan tulang yang
membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).
Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa factor resiko yang
berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.
B. Etiologi Osteoastritis
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah
kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu
pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
4. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang
disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
5. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada
integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
6. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
kedua

orang

tuanya

terkena

pada

pria

yang

osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang

terkena.
7. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan

dan

pengeluaran

enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
8. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan
sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
9. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh
jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes
melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
10. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis,

penyakit

Wilson,

akronotis,

kalsium

pirofosfat

dapat mengendapkan hemosiderin,

tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
C. Patofisiologi Osteoartritis
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang
seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga
distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya
cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
PATHWAYS
Reaksi antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus
Reaksi peradangan
Kurangnya informasi
akut
tentang proses penyakit

Sinovial menebal

Difisiensi pengetahuan

Devormitas sendi

Nyeri

Gangguan citra

tubuh

Infiltrasi kedalam os subcondria


Kerusakan kartilago dan tulang

Hambatan nutrisi pada kartilago

artikularis
Tendon dan ligamen melemah

Kartilago nekrosis

Hilangnya kekuatan

Mudah luksasi Adhesi pada permukaan sendi

otot

& subluksasi

Resiko cedra

Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi


Hambatan

Ankilosis fibroa ankilosis tulang

Difisit perawatan diri

mobilitas fisik

D. Manifestasi Osteoartritis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu
kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan
pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu
istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak
berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu
dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

E. Penatalaksanaan Osteoartritis
1. Tindakan preventif
a.
b.
c.
d.

Penurunan berat badan


Pencegahan cedera
Screening sendi paha
Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

2. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul


3. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi
yang mengalami inflamasi.
4. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
5. Pembedahan; artroplasti
6. Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang
menetap dan kelemahan fungsi,

7. Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan
program latihan ynag tepat.
8. Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya
yang ditimbulkannya.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan senda
pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskur
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal.
3. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
4. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia,
dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
5. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada
orang lain.
6. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri
kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

B.
1.
2.
3.
4.
5.

Diagnosa
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.
Difisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi
Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.

6. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan sehubungan dengan
kurangnya informasi.
C. Intrvensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien akan :
Menunjukkan tingkat kenyamanan.
Dapat mengendalikan nyeri
Dapat melaporkan karakteristik

Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10).


Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan
tempat tidur sesuai kebutuhan
Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur

nyeri.

atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai


indikasi
Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di
bawah, hindari gerakan yang menyentak
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari.
Berikan masase yang lembut
Kolaborasi
Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.


Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien akan :
Melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari

secara

mandiri

berikan terapi latihan fisik : ambulasi, keseimbangan, mobilitas


sendi, pengendalian otot
Bantu dan dorong perawatan diri

dengan alat bantu


Memperlihatkan mobilitas
3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal
Tujuan & kriteria hasil
Pasien akan :
Menunjukkan perawaan diri dan
melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari

Intervensi
Bantu perawatan diri pasien : mandi/higiene
Bantu pemenuhan eliminasi pasien

4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang


Tujuan & kriteria hasil
Pasien akan :
Pasien dan

Intervensi
Menejemen

keluarga

dan

keluarga

pantau

lingkungan

fisik

untuk

dapat

mempersiapkan lingkungan yang


aman.
Pasien

lingkungan:

dapat

menghindari cidera fisik.


Dapat memodofikasi gaya hidup

memfasilitasi keamanan.
Berikan bimbingan dan pengalaman belajar tentang kesehatan
individu yang kondusif.
Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya cidera.

untuk mengurangi resiko


5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.
Tujuan & kriteria hasil
Pasien akan :
Menunjukkan adaptasi

Intervensi
dengan

ketunadayaan fisik, penyesuaian


psikososial.
Menunjukkan citra tubuh positif
dan harga diri positif.
Menunjukkan kepuasan terhadap
penampilan dan fungsi tubuh.
Menunjukkan keinginan untuk
menyentuh bagian tubuh yang

Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh pasien


Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor atau
ancaman yang menghambat peran hidup.
Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko potensial dan
memprioritaskan strategi menurunkan resiko.
Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian personal
terhadap harga diri.
Kolaborasi

mengalami gangguan

Rujuk pada konseling psikiatri


Berikan obat-obatan sesuai petunjuk

6. Difisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang familiar dengan sumber-sumber
informasi
Tujuan & kriteria hasil
Pasien akan :
Memperlihatkan pengetahuan

intervensi
Edukasi kesehatan : berikan bimbingan dan pengalaman belajar

tentang penyakitnya
Dapat
mengidentifikasi

tentang perilaku kesehatan yang kondusif


Penyuluhan prosedur terapi : berikan pemahaman kepada pasien

kebutuhan

terhadap

secara mental tentang prosedur dan penanganan

informasi tambahan tentang


program terapi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk.,
Jakarta, EGC.
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ., Ed. 4,

EGC, Jakarta.
Diposkan oleh eka dwi Puspita di 18.31

Anda mungkin juga menyukai