Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi
terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis  (OA) 
adalah bentuk dari  arthritis  yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia
lanjut. Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis
hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang
usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan
penyebab tersering disabilitas  jangka panjang pada pasien dengan usia  lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga  orang 
dengan  usia  lebih  dari  45  tahun  mengeluhkan  gejala  persendian  yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu
dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang
menetap,  biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom
klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi
synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.
B. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan
kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C
Suzanne, 2002 hal 1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan
meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai
pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994,
Solomon, 1997).

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan
pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut
osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau
infeksi.Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi.Lutut,
punggung, tangan, dan pergelangan kaki paling sering terkena.

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi
yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang
karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi
tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara
serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi
Darmojo & Martono Hadi ,1999) 
B. Etiologi

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1. Usia/Umur

Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan kondrotin sulfat (substansi
dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.

2. Jenis Kelamin

Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause
(osteoartritis primer).Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.

3. Ras

Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit hitam.

4. Faktor Keturunan

Faktor genetik juga berperang timbulnya OA.Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya
mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.

5. Faktor Metabolik/Endokrin

Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan berlebihan akan meningkatkan
resiko OA, baik pada pria maupun wanita.

6. Faktor Mekanis

a. Trauma dan Faktor Predisposisi

Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi OA. Cedera sendi,
pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
b. Cuaca dan Iklim

OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.

7. Diet

Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang mungkin disebabkan oleh
menelan zat toksin yang disebut fusaria.

C. Pathway

Reaksi faktor resiko dengan antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus

Nyeri Reaksi peradangan (osteoartritis)

Sinovial menebal

kurang informasi tentang proses penyakit Infiltrasi ke dalam Os. Subcondria

Kurang Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis


pengetahuan

kerusakan kartilago dan tulang Kartilago nekrosis


tendon dan ligamen melemah Erosi kartilago

hilangnya kekuatan otot mudah luksasi Adhesi pada permukaan sendi


dan sublukasi

Resiko
Ankilosis fibrosa
cidera

kekakuan sendi terbatasnya gerakan sendi

Gg. Mobilitas fisik Deficit self care

D. Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

1. Osteoartritis Primer

OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. OA jenis ini
terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut
disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).

2. Osteoartritis Sekunder

OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan
osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
a. Trauma /instabilitas.

OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak
sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi.

b. Faktor Genetik/Perkembangan

Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia asetabular, penyakit
Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan OA.

c. Penyakit Metabolik/Endokrin

OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis, akromegali,
mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan menjasi:

1. Grade 0 : Normal

2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit

Minim

3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit asimetris.

4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi menyepit, dan
tampak sklerosis subkondral.

5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis
subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.
E. Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan
dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.Nyeri
biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini
belum dapat diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba
panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.


7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cairan sinovial dalambatas normal, pemeriksaan
mikroskopis
2. Foto rontgen polos menunjukan penurunan progresif masa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
3. Pemeriksaan zat besi dan kalsium
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Non-Farmakologi

Ada beberapa cara dalam penanganan osteoarthritis non farmakologi, diantaranya:

a. Olahraga

Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol barat badan.Olahraga untuk
osteoarthritis misalnya berenang dan jogging.

b. Menjaga sendi

Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.

c. Panas/dingin

Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas.Panas dapat mengurangi rasa sakit pada sendi dan
melancarkan peredaran darah.Dingin dapat mengurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit.Dapat
didapat dengan mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.

d. Viscosupple mentation
Merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
e. Pembedahan

Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan
pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.

f. Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

g. Vitamin D,C, E, dan beta karotin

untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.

h. Teh hijau

Memiliki zat anti peradangan.

2. Terapi Farmakologi

Semua obat memiliki efeksamping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi pasien untuk membicarakan
dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di konsumsi.Berikut adalah beberapa obat
pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoarthritis.

a. Acetaminophen

Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi
rasa sakit.

b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)

Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi.Mempunyai efeksamping, yaitu menyebabkan sakit perut
dangan gangguan fungsi ginjal.

c. Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.

d. Tramadol (Ultram)

Tidak mempuyai efeksamping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.

e. Milk narcotic painkillers

Mengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita
osteoarthritis.

f. Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

g. Hyaluronic acid

Merupakan glycosamino glycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-


acetygluosamine.Disebut jugavis cosupplementation.Digunakan dalam perawatan pasien osteoarthritis.Dari hasil
penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil
dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo.Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin
besar efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.

h. Glucosamine dan chondroitin sulfate

Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

H. Masalah Yang Lazim Muncul


1. Nyeri akut b.d penurunan fungsi tulang
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi, kerusakan intergritas struktur
Tulang
3. Resiko cidera b.d penurunan fungsi tulang
4. Defisit perawatan diri b.d penurunan fungsi tulang
5. Defisensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit
I. Discharge planning
1. Obat nyeri
2. Excercise, menghilangkan kekakuan dan lingkup sendi lebih luas
3. Suplemen sendi : Glukomasin dan chondroitin, masing masing memiliki fungsi yaitu : chondroitin sulfat berguna
untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan dan menghambat perusakan tulang rawan. Glukomasin adalah
pembentukan proteoglycan,berkerja dengan merangsang pembentukan ytulang rawan, serta menghambat
kerusankan tulang rawan.
4. Berhenti merokok, program penurunan BB dan melakukan latihan aerobik ‘low impact’ (bersepeda berenang)
5. Konsultasikan kedokter jika gejala yang di timbulkan semakin parah
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TN. N DENGAN OSTEOARTHITIS

Kasus Pemicu

Ny. N umur 64 tahun di bawa ke RS Medistra datang dengan keluhan nyeri pada bagian lututnya. Pasien mengatakan lututnya
merasa linu, nyeri seperti tertusuk, nyeri semakin bertambah saat beraktivitas, keletihan dan membaik ketika istirahat. Pasien
juga mengatakan merasa kaku waktu pagi hari dan terjadi berulang sepanjang hari dengan periode istirahat. Penanganan yang di
lakukan dirumah pasien hanya selalu memijat bagian yang terasa sakit. Pasien tampak cemas dan memegangi lututnya karena
mengeluh sakit. Anaknya mengatakan Ny. N membutuhkan bantuan ketika beraktifitas seperti berjalan saat gejalanya timbul.
Anaknya mengatakan Postur tulang belakang pasien tampak sceleosis. Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya. Setelah di lakukan pemeriksaan di dapatkan hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg

N : 100x/menit

RR : 23x/menit

S : 36,5 oC

TB : 150 cm

BB : 75 kg
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Ny. N
Tempat tanggal lahir : Bekasi
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : sudah menikah
Alamat : Kp. Sasak Jarang Jatimulya
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Keluarga terdekat yang bisa dihubungi : Anak
Alamat : Kp. Sasak Jarang Jatimulya
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Anak

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama
dengan keluhan nyeri pada saat bergarak, keletihan, merasa kaku waktu pagi hari, sakit dan linu pada bagian lututnya
2. Faktor Pencetus
Keluarga pasien mengatakan Ny. N sering berjualan sayur keliling dengan berjalan kaki dan pasien jarang berolahraga
3. Lamanya Keluhan
Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
4. Timbulnya Keluhan
Pasien mengatakan jika beraktivitas, seperti berjalan, keletihan lututnya terasa linu. Pasien juga mengatakan merasa
kaku waktu pagi hari dan sulit di gerakan saat bangun tidur
5. Upaya Untuk Mengatasinya
a. Pasien mengatakan jika terasa sakit dia mengistirahatkan kakinya dan memijat daerah yang nyeri. Pasien
memberi minyak urut ke lututnya
III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
1. Penyakit Yang Pernah Dialami
a. Kanak kanak:
Pasien mengatakan waktu kecil tidak memiliki penyakit yang serius
b. Kecelakaan:
Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat
c. Operasi:
Pasien mengatakan belum pernah di operasi
2. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi apapun
3. Imunisasi
Pasien mengatakan pernah diimunisasi tapi tidak lengkap
4. Kebiasaan
Aktivitas sehari hari Ny. N berjualan sayur keliling
5. Obat Obatan
Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat obatan kecuali obat warung
6. Pola Nutrisi

Kebiasaan :
Pola makan : Teratur namun jarang sekali makan daging selama 20
tahun, hampir selalu mengkonsumsi protein nabati,
sayuran, serta banyak minum air putih.

Frekuensi makan : Tiga kali sehari

Nafsu makan : Baik

Makanan pantangan : Tidak

Makanan yang disukai : Tidak ada yang spesifik (semua makanan suka)
Banyaknya minuman dalam sehari : 10 gelas / hari
Jenis minuman dan makanan yang tidak disukai : Tidak ada yang spesifik (Sejauh ini bisa makan semua jenis
makanan)
BB : 75 kg TB : 150 cm
Perubahan selama sakit : Melakukan aktifitas terbatas karena sering sakit pada
sendi lutut.

7. Pola Pola Eliminasi


 Buang air kecil (BAK)
a. Kebiasaan
Frekuensi dalam sehari : 8 – 10 kali
Warna : Kuning jernih
Bau : Menyengat (normal) Jumlah/ hari :
b. Perubahan selama sakit : Tidak ada yang spesifik (normal)
 Buang air besar (BAB)
a. Kebiasaan : Teratur
Frekuensi dalam sehari : 2-3 kali sehari
Warna : Coklat (normal)
Bau : Khas (normal)
Konsistensi : Padat (normal)
b. Perubahan selama sakit : Tidak ada yang spesifik (normal)
8. Olahraga dan Aktivitas

 Kegiatan olah raga yang disukai : Tidak ada


 Apakah olah raga dilaksanakan secara teratur : Tidak

9. Pola Tidur dan Istirahat

 Tidur malam : 21.00


 Bangun : 02.30
 Tidur siang : Tidak atau jarang tidur siang
 Apakah mudah terbangun : Tidak
 Apa yang dapat menolong untuk tidur nyaman: Tidak ada yang spesifik (langsung tidur)

10. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan ia berjualan sayur keliling.
Sesudah Sakit :
Klien mengatakan takut jatuh kalau berjalan jauh sehingga malas keluar rumah sakit
Klien takut kemana mana jika tidak di dampingi oleh keluarga IV. RIWAYAT LINGKUNGAN
a. Kebersihan Lingkungan:
Pasien mengatakan rumahnya bersih
b. Bahaya:
Pasien mengatakan lingkungannya tidak terdapat bahaya
c. Polusi:
tidak terpapar polusi udara

V. PENGKAJIAN FISIK
1. Kepala dan Leher

 Bentuk : Simetris, kepala maupun leher


 Tyroid : Tidak terdapat pembesaran KGB
 Suara : Klien mengeluarkan kata – kata dengan jelas
 Denyut nadi karotis : Teraba
 Vena jugularis : Teraba
 Penyebaran rambut : Merata, tampak banyak uban
 Sakit kepala : Tidak
 Pusing : Tidak

2. Penglihatan
 Bentuk mata : Simetris terhadap wajah
 Ketajaman : Kurang baik sehingga membutuhkan alat bantu penglihatan
 Konjungtiva : Tidak anemis
 Pupil : Isokor (kanan dan kiri)
 Sklera : Tidak ikterus, tampak adanya arteri
 Pakai kaca mata : Iya (Hipermetropi, menggunakan kacamata +2)
 Penglihatan kabur : Tidak
 Diplopia : Tidak
 Nyeri : Tidak
 Peradangan : Tidak
 Pernah operasi : Tidak
3. Pendengaran

 Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri


 Lubang telinga : Terdapat serumen tetapi dalam batas normal
 Gangguan pendengaran : Tidak
 Nyeri : Tidak
 Peradangan : Tidak
 Tinnitus : Tidak

4. Tenggorokan dan Mulut


 Keadaan gigi : Terdapat 1 tambalan gigi, tidak ada
pendarahan digusi, gigi terlihat bersih
dan jumlah gigi lengkap (32 buah)
 Keadaan lidah : Tidak tampak adanya pendarahan
 Caries : Tidak
 Memakai gigi palsu : Tidak
 Bentuk bibir : Simetris
 Keadaan bibir : Agak kering
 Gangguan bicara : Tidak
 Gangguan menelan : Tidak
 Pembesaran kelenjar leher : Tidak

5. Pernapasan
Inspeksi
 Bentuk thorax : Simetris kanan dan kiri
 Pernapasan : Tampak teratur dan tidak kesulitan untuk
bernapas
Perkusi
 Cairan : Tidak terdapat cairan berlebih dalam paru
 Udara : Bunyi paru terdengar timpani (normal)
 Massa : Tidak teraba adanya masa maupun benjolan
Auskultasi
 Inspirasi : Terdengar normal (suara napas bersih)
 Ekspirasi : Terdengar normal (suara napas bersih)
 Ronchi : Tidak terdengar bunyi ronchi
 Wheezing : Tidak terdengar bunyi wheezing
 Krepitasi : Tidak terdengar bunyi krepitasi
 Clubbing Finger : Tidak tampak adanya clubbing finger

6. Pencernaan

Inspeksi

 Turgor kulit : Sudah keriput dan kekenyalan kurang (karena


sudah tua)
 Keadaan bibir

Basah : Ya
Pecah : Terlihat agak kering

 Keadaan rongga mulut


Warna Mukosa : Merah muda
Luka/ perdarahan : Tidak ada luka maupun pendarahan
Tanda-tanda radang : Tidak tampak tanda – tanda radang
Keadaan gusi : Baik, tidak tampak adanya pendarahan

 Keadaan abdomen

Warna kulit : Tidak pucat, penyebaran warna kulit merata


Luka : Tidak ada luka maupun bekas luka

 Peristaltik Usus yang Nampak

 Pembuluh darah kapiler yang nampak : Tidak ada pembuluh kapiler yang nampak
 Pembesaran : Tidak ada pembesaran hepar atau kelenjar, tidak terdapat benjolan
 Keadaan rektal
Luka : Tidak ada luka
Perdarahan : Tidak tampak pendarahan
Hemmoroid : Tidak
Lecet/ tumor/ bengkak : Tidak tampak adanya luka/tumor/bengkak

Auskultasi

 Bising usus : 12x/ menit (normal 5 - 30x/menit)


 Bunyi vaskuler : Tidak terdengar bunyi vaskuler (normal tidak terdengar)
 Bunyi peristaltik : Terdengar jelas menggunakan stetoskop (normal)
 Bunyi jantung janin : Tidak ada
Perkusi

 Cairan : Tidak terdengar adanya cairan berlebih diabdomen


 Udara : Bunyi terdengar timpani (normal)
 Massa : Tidak teraba adanya massa atau benjolan

Palpasi

 Tonus otot : Sedikit tahanan pada sepergerakan sendi (normal)


 Nyeri : Tidak terasa nyeri
 Massa : Tidak teraba adanya massa atau benjolan
7. Cardiovaskuler

Inspeksi

 Kesadaran : Compos mentis


 Bentuk dada : Simetris funnel chest (normal)
 Bibir :
pucat/ sianosis : Tidak pucat / sianosis, agak kering
 Kuku :
Biru/ pucat : Kuku berwarna merah muda
Capillary Refill : < 3 detik (normal)
 Tangan :
edema/ tidak : Tidak edema
 Kaki :
edema/ tidak : Tidak edema
 Sendi :
edema/ tidak : Ada sedikit pembengkakan pada lutut kiri

Palpasi

 Ictus cordis/Apical Pulse : Teraba


 Vena jugularis : Teraba

Perkusi

 pembesaran jantung : Tidak ada pembesaran jantung


Auskultasi

 BJ I : Terdengar lebih kuat dari BJ II (normal)


 BJ II : Terdengar lebih lemah dari BJ I (normal)
 Murmur : Tidak terdengar adanya murmur
8. Persyarafan

 Tingkat kesadaran : Compos mentis GCS (E/M/V): E=4, M=6, V=5 (normal)
 Kejang : Tidak kejang Jenis : Tidak ada
 Jenis kelumpuhan : Tidak lumpuh
 Parasthesia : Tidak parasthesia
 Koordinasi gerak : Baik, tidak ada kesulitan bergerak (normal)
9. Musculoskeletal
 Nyeri otot : Tidak ada
 Refleksi sendi : Agak kaku terutama bagian kaki kiri dan
kanan
 Kekuatan otot : 4 (dari rentang 1 - 5)
 Atropi / hyperthropi : Tidak ada
10. Kulit/ Integumen
 Rash : Tidak ada ruam
 Lesi : Tidak ada lesi
 Turgor : Menurun kekenyalannya karena faktor usia lanjut
 Warna : Tidak pucat, kemerahan (hitam)
 Kelembaban : Tampak agak kering
 Petechie : Tidak tampak adanya petechie
VI. STATUS FUNGSIONAL
Indeks Barthel (Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari hari)

Aktifitas Score

Makan
0 = Bantuan penuh
10
5 = Bantuan untuk memotong, mengoles mentega, modifikasi diet 
10 = independent

Mandi
0 = Membutuhkan bantuan 5
5 = independent

Berdandan
0 = Perlu bantuan 5
5 = independent berbedak/menyisir/gosok gigi/mencukur

Memasang Baju
0 = Dengan bantuan
10
5 = Dengan bantuan 50% 
10 = independent

Buang Hajat (buang air besar)


0 = incontinensia Alvy (menggunakan barium enema)
10
5 = Kadang tidak tertahan
10 = Dapat mengontrol
Buang Air Kecil
0 = Menggunakan kateter
10
5 = Kadang ngompol
10 = Bisa mengontrol

Ke Toilet
0 = Butuh Bantuan Penuh
5
5 = Butuh Bantuan 50%
10 = independent (menghidupkan, dressing, wiping)

Berpindah  dari kursi roda ke tempat tidur


0 = Bantuan penuh
5 = Saat berpindah membutuhkan 2 orang untuk membantu 10
10 = Bantuan minimal 1 orang
15 = independent

Berjalan di jalan yang datar


0 = immobilisasi 
5 = Selalu menggunakan kursi roda 10
10 = Berjalan dengan bantuan 1 orang 
15 = independent (but may use any aid; for example, stick) > 50 yards

Berjalan di tangga
0 = Bantuan penuh
0
5 = Dengan bantuan (verbal, physical, carrying aid)
10 = independent
TOTAL  (0 - 100) 75

Penilaian : 0 – 20 : Ketergantungan penuh


21 – 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Dari hasil penilaian Indeks Barthel yaitu menilai tentang Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, Ny.
Ndi dapatkan hasil 75 itu artinya Ny.N memiliki tingkat ketergantungan moderat.

VII. STATUS KOGNITIF / AFEKTIF


1. Short Portable Mental Status Questionare (SPMSQ)
Tanggal : 15 Januaei 2020
Nama Pasien : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Suku : Sunda

Bena Salah Nomo Pertanyaan Jawaban


r r
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 15 januari 2020
√ 2 Hari apa sekarang ? Rabu
√ 3 Apa nama tempat ini ? Rumah sakit
√ 4 Dimana alamat anda ? Kp. Sasak Jarang Jatimulya
√ 5 Berapa umur anda ? 64 tahun
√ 6 Kapan anda lahir ? 1948
√ 7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? Jokowi
√ 9 Siapa nama ibu anda ? Kamsiyah
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap 17, 14, 11, 8, 5,
angka baru, secara menurun
JUMLAH          Benar : 10
                            Salah : 0

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 10 benar dan 0 salah ini menunjukkan
bahwah fungsi intelektual Ny.m masih Utuh.
VIII. STATUS FUNGSIONAL
Nama Pasien : Ny. N (64 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
Diagnosa Medik : Osteoarthtris
APGAR Keluarga :
Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu Selalu  : 2
menyusahkan saya (adaptasi) Kadang – kadang : 1
Tidak Pernah : 0

Saya puas dengan  cara keluarga ( teman ) saya membicarakan seuatu dan mengungkapkan Selalu  : 2
masalah dengan saya ( hubungan ) Kadang – kadang : 1
Tidak Pernah : 0

Saya puas bahwa keluarga teman ( saya ) menerima dan mendukung keinginan saya untuk Selalu  : 2
melakukan aktivitas ( Pertumbuhan ) Kadang – kadang : 1
Tidak Pernah : 0

Saya puas dengan cara keluarga teman ( saya) mengekspresikan afek dan berespons terhadap Selalu  : 2
emosi saya, seperti marah, sedih, atau mencintai. ( Afek ). Kadang – kadang : 1
Tidak Pernah : 0

Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama – sama. Selalu  : 2
Kadang – kadang : 1
Tidak Pernah : 0

Nilai APGAR Keluarga : 8 yang berarti disfungsi keluarga minimal atau tidak ada
IX. DATA PENUNJANG
Nama Pasien : Ny. N (64 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
Diagnosa Medik : Osteoarthtris
NO RM : 10198536
X. DIAGNOSTIK TEST
Pada pemeriksaan arthroskopi tampak fibrilasi pada kartilago

XI. PENATALAKSANAAN
1. klien mendapatkan resep obat dari dokter antara lain:
 Pariet (PO) 20 mg 1x1
 Artrodar (PO) 50 mg 2x1
 OA Forte (PO) 500 mg 2x1
 Ex Forge (PO) 80 mg/5ml 1x1
 Cereblex (PO) 100 mg 2x1
 Methycobal (PO) 500 mg 2x1
 Voltaren Gel (Tropikal) 50 gr
2. Klien melakukan fisioterapi dengan fisioterapist 2x sehari tiap pagi dan sore
3. Gambaran radiologi foto X-Ray konvensional lutut tampak osteofit pada pinggir sendi (osteoarthritis)
XII. THERAPY SAAT INI
XIII. DATA FOKUS
Nama Pasien : Ny. N (64 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
Diagnosa Medik : Osteoarthtris
NO RM : 10198536

DATA OBJEKTIF (DO) DATA SUBJEKTIF (DS)


(hasil observasi, pemeriksaan fisik, laboratorium, (Keluhan Pasien + laporan keluarga)
diagnostik)
1. Pasien tampak cemas dan memegangi lututnya 1. Pasien mengatakan nyeri pada bagian lututnya.
karena mengeluh sakit. 2. Pasien mengatakan lututnya merasa linu, nyeri semakin
2. Pada pemeriksaan arthroskopi tampak fibrilasi bertambah saat beraktivitas, keletihan dan membaik
pada kartilago ketika istirahat.
3. Gambaran radiologi foto X-Ray konvensional 3. Pasien juga mengatakan merasa kaku waktu pagi hari
lutut tampak osteofit pada pinggir sendi dan sulit di gerakan saat bangun tidur, terjadi berulang
(osteoarthritis) sepanjang hari dengan periode istirahat.
4. Vital Sign: 4. Anaknya mengatakan Ny. N membutuhkan bantuan
TD : 130/90 MmHg ketika beraktifitas seperti berjalan saat gejalanya timbul
N : 100x/menit 5. Klien mengataka nyeri saat beraktivitas seperti berjalan
RR : 24x/menit dan semakin sakit jika keletihan
S : 36,6 °C 6. Keluarga pasien tidak mengerti dengan penyakit yang di
5. Klien tampak kebingungan ketika ditanya derita Ny. N
mengenai penyakitnya 7. Klien tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai
6. P: nyeri bertambah saat penyebab yang dijalaninya
beraktifitas seperti 8. Klien terlihat memijat - mijat lututnya
jongkok dan berjalan 9. Klien berusaha melakukan teknik relaksasi dengan cara
Q =nyeri tajam seperti meregangkan kakinya
tertusuk – tusuk pisau 10. Klien memberi minyak urut ke lututnya
R=nyeri dirasakan pada lutut kiri dan bahu kanan 11. Klien mengatakan takut jatuh kalau berjalan jauh
S= skala nyeri 4 dari 1-10 sehingga malas keluar rumah sakit
T= nyeri dirasakan kontinu 12. Pasien takut kemana mana jika tidak di dampingi oleh
sejak 1 tahun lalu sebelum masuk RS keluarga
7. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, 13. Semenjak sakit pasien lebih suka tiduran
Ny.N di dapatkan hasil 75 itu artinya Ny.N
memiliki tingkat ketergantungan moderat.
8. Selama pengkajian Pasien berulang kali
menanyakan ”Apa jenis penyakit saya, sus ?”, apa
penyebabnya?” selama pengkajian dilakukan.
9. Keluarga pasien terlihat bingung ketika di
jelaskan megenai penyakit yang di derita Ny. N
10. Pasien terlihat berhati hati saat jalan dan adanya
perubahan gaya jalan
11. Klien lebih suka tidur di banding berjalan
12. Klien terlihat kesulitan ketika berjalan
membungkukan badan dan berjalan sangat hati
hati.
13. Klien memegang tembok atau benda – benda
disekitarnya ketika berjalan
14. Semenjak sakit pasien terlihat lebih sering
melakukan aktivitasnya di kasur

XIV. ANALISA DATA


Nama Pasien : Ny. N (64 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
Diagnosa Medik : Osteoarthtris
NO RM : 10198536

No DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 DS : Nyeri kronis kerusakan tulang rawan sendi
1. Pasien mengatakan nyeri pada bagian lututnya.
2. Pasien mengatakan lututnya merasa linu, nyeri
semakin bertambah saat beraktivitas, keletihan dan
membaik ketika istirahat.
3. Pasien juga mengatakan merasa kaku waktu pagi hari
dan terjadi berulang sepanjang hari dengan periode
istirahat.
4. Klien mengataka nyeri saat beraktivitas seperti
berjalan dan semakin sakit jika keletihan
DO :
1. Pasien tampak cemas dan memegangi lututnya karena
mengeluh sakit.
2. Pasien tampak meringis menahan nyeri
3. Pada pemeriksaan arthroskopi tampak fibrilasi pada
kartilago
4. Gambaran radiologi foto X-Ray konvensional lutut
tampak osteofit pada pinggir sendi (osteoarthritis)
5. P: nyeri bertambah saat beraktifitas
seperti jongkok dan berjalan
Q: nyeri tajam seperti tertusuk – tusuk pisau
R: nyeri dirasakan pada lutut kanan kiri
S: skala nyeri 4 dari 1-10
T: nyeri dirasakan kontinu
sejak 1 tahun lalu sebelum masuk RS

2. DS : Intoleransi Penurunan fungsi tulang


1. Pasien mengatakan lututnya merasa linu, nyeri semakin Aktivitas
bertambah saat beraktivitas, keletihan dan membaik
ketika istirahat.
2. Anaknya mengatakan Ny. N membutuhkan bantuan
ketika beraktifitas seperti berjalan saat gejalanya timbul
3. Klien mengataka nyeri saat beraktivitas seperti berjalan
dan semakin sakit jika keletihan
DO:
1. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, Ny.N
di dapatkan hasil 75 itu artinya Ny.N memiliki tingkat
ketergantungan moderat.
2. Pasien tampak cemas dan memegangi lututnya karena
mengeluh sakit.
3. Pada pemeriksaan arthroskopi tampak fibrilasi pada
kartilago
4. Gambaran radiologi foto X-Ray konvensional lutut
tampak osteofit pada pinggir sendi (osteoarthritis)
3. DS: Resiko Cidera Penurunan Fungsi Tulang
1. Pasien tampak cemas dan memegangi lututnya karena
mengeluh sakit.
2. Pada pemeriksaan arthroskopi tampak fibrilasi pada
kartilago
3. Gambaran radiologi foto X-Ray konvensional lutut
tampak osteofit pada pinggir sendi (osteoarthritis)
4. Klien mengatakan takut jatuh kalau berjalan jauh
sehingga malas keluar rumah sakit
5. Pasien takut kemana mana jika tidak di dampingi oleh
keluarga
6. Semenjak sakit pasien terlihat lebih sering melakukan
aktivitasnya di kasur
DO:
7. Pasien terlihat berhati hati saat jalan dan adanya
perubahan gaya jalan
8. Klien lebih suka tidur di banding berjalan
9. Klien terlihat kesulitan ketika berjalan membungkukan
badan dan berjalan sangat hati hati.
10. Klien memegang tembok atau benda – benda
disekitarnya ketika berjalan
4. DS: Defisit Kurangnya informasi tentang
1. Keluarga pasien tidak mengerti dengan penyakit yang di Pengetahuan penyakit
derita Ny. N
2. Klien tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai
penyebab yang dijalaninya
3. Klien terlihat memijat - mijat lututnya
4. Klien berusaha melakukan teknik relaksasi dengan cara
meregangkan kakinya
DO:
1. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari,
Ny.N di dapatkan hasil 75 itu artinya Ny.N memiliki
tingkat ketergantungan moderat.
2. Selama pengkajian Pasien berulang kali menanyakan
”Apa jenis penyakit saya, sus ?”, apa penyebabnya?”
selama pengkajian dilakukan.
3. Keluarga pasien terlihat bingung ketika di jelaskan
megenai penyakit yang di derita Ny. N

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N (64 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
Diagnosa Medik : Osteoarthtris
NO RM : 10198536

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


1. Nyeri kronis b.d kerusakan tulang rawan sendi (terjadinya osteofit 15 Januari 2020
dan fibrilasi pada karligo) d.d
P = nyeri bertambah saat beraktifitas seperti jongkok,
Q= nyeri tajam seperti tertusuk – tusuk pisau,
R= nyeri dirasakan pada lutut kiri dan bahu kanan,
S= skala nyeri 4 dari 1-10,
T= nyeri dirasakan kontinu sejak 1 tahun lalu sebelum masuk RS
2. Intoleransi Aktivitas b.d Faktor usia yang sudah lansia yang 15 Januari 2020
mengakibatkan penurunan fungsi tulang dan sendi serta
melemahnya kekuatan otot d.d Klien mengeluh persendian bahu
kanan terasa kaku dan sulit digerakkan setelah bangun tidur,
3. Risiko Cidera b.d penurunan fungsi tulang d.d klien mengatakan 15 Februari 2020
takut jatuh kalau berjalan jauh sehingga malas keluar rumah sakit,
Klien terlihat berhati – hati ketika berjalan.
4. Defisit Pengetahuan b.d Kurangnya informasi tentang penyakit d.d 15 anuari 2020
Pasien berulang kali menanyakan ”Apa jenis penyakit saya, sus ?”,
apa penyebabnya?” selama pengkajian dilakukan, klien tampak
kebingungan ketika ditanya mengenai penyakitnya,
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N (64 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
Diagnosa Medik : Osteoarthtris
NO RM : 10198536

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tanggal Dx. Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
15/01/20 Nyeri kronis b.d Nyeri MANDIRI
kerusakan tulang rawan berkurang  Skala nyeri berkurang dari  Kaji intensitas,  Untuk
sendi (terjadinya sampai skala 4 menjadi 2 (dari lokasi, radiasi, keefektifan
osteofit dan fibrilasi dengan rentang 1-10) dalam 1 hari. durasi dan faktor dalam
pada karligo) ditandai hilang  Wajah pasien menunjukkan penyebab nyeri penangana
P = nyeri bertambah ekspresi rileks. muncul dan n nyeri
saat beraktifitas seperti  Pasien tidak mengeluh nyeri. hilang pasien
jongkok,  TTV dalam rentang normal  Ajarkan teknik  Mengalihk
Q= nyeri tajam seperti relaksasi dan anperhatian
tertusuk – tusuk pisau, distraksi seperti pasien dari
R= nyeri dirasakan deep breathing rasa nyeri
pada lutut kiri dan exercise
bahu kanan,  Untuk
S= skala nyeri 4 dari 1-  Berikan posisi memberika
10, yang nyaman n rasa
T= nyeri dirasakan kepada pasien nyaman
kontinu sejak 1 tahun seperti posisi pada pasien
lalu sebelum masuk RS. supine, semi
fowler pada klien  Untuk
 Monitor TTV memantau
adanya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Dx. Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
perubahan
TTV
Kolaborasi :

 Berikan obat  Untuk


pereda nyeri meredakan
rasa nyeri.

15/01/20 Intoleransi Aktivitas Klien  Klien mampu meng- Mandiri


20 b.d Faktor usia yang mampu identifikasi faktor-faktor  Edukasi kepada  Klien tahu
klien mengenai mengenai
sudah lansia yang berpartisipa  yang menurunkan toleransi
faktor – faktor faktor –
mengakibatkan si pada aktifitas penyebab faktor
penurunan fungsi tulang aktivitas  Klien intoleransi penyebab
aktivitas intoleransi
dan sendi serta yang memperlihatkan kamajuan aktifitas
melemahnya kekuatan diinginkan ketingkat yang lebih tinggi
otot d.d Klien mengeluh dari mobilitas yang mungkin
persendian bahu kanan  Untuk
(pergerakan tidak sendi kaku)  Anjurkan klien mencegah
terasa kaku dan sulit untuk istirahat kelelahan
digerakkan setelah tirah baring atau dan
bangun tidur duduk bila mempertaha
diperlukan nkan
kekuatan

 Bantu klien  Menaikan


bergerak mandiri fungsi sendi,
dengan bantuan kekuatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Dx. Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
seminimal otot, dan
mungkin stamina
umum
 Dorong klien  Memaksima
mempertahankan lkan fungsi
posisi tegak, sendi dan
duduk tinggi, dan mempertaha
berjalan nkan
mobilitas
 Berikan  Menghindar
lingkungan yang i cedera
aman dan akibat
menganjurkan kecelakaan
untuk
menggunakan alat
bantu seperti
tongkat
 Untuk
Kolaborasi menekan
 Berikan obat – inflamasi
obatan sesuai sistemik
dengan indikasi Untuk
Melakukan melatih
fisioterapi yang sistem otot
diperlukan sesuai
dengan indikasi

15/01/20 Risiko Cidera b.d Klien dapat  Klien bebas dari cedera Mandiri
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Dx. Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
penurunan fungsi tulang mempertaha jaringan lunak atau Fraktur  Pasang bedrail  Menjaga
d.d klien mengatakan nkan  Berkurangnya resiko cedera pada keselamatan
takut jatuh kalau keselamatan tempat tidur klien fisik klien
berjalan jauh sehingga fisik.  Lingkungan
malas keluar rumah  Kendalikan yang bebas
sakit, Klien terlihat lingkungan bahaya akan
berhati – hati ketika dengan mengurangi
berjalan. menyingkirkan resiko
bahaya yang ada, cedera.
seperti
menghindari
lantai licin, jangan
menaruh keset  Berdiri
kaki licin maupun
sembarangan berjalan
 Anjurkan pasien perlahan
untuk bangkit akan
berdiri dari tempat Menurunka
duduk atau tempat n resiko
tidur dengan cedera
perlahan  Penggunaan
alat bantu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Dx. Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
seperti
 Anjurkan klien tongkat akan
menggunakan alat mengurangi
bantu yang resiko
dibutuhkan seperti cedera pada
tongkat (apabila klien
dibutuhkan)
 Keberadaa
Kolaborasi n orang
 Anjurkan teman lain akan
atau keluarga meningkat-
klien untuk kan
menemani klien keamanan
disaat saat tertentu pasien
(misal saat pergi ketika
jalan - jalan) beraktifitas
15/01/20 Defisit Pengetahuan b.d Klien Mandiri
Kurangnya informasi mendapatka  Pasien dapat memahami  Berikan  Meningkatka
pendidikan n
tentang penyakit d.d n informasi proses penyakit dan
kesehatan pengetahuan
Pasien berulang kali tentang pengobatannya berkaitan dengan pasien
menanyakan ”Apa jenis penyakitnya  berpartisipasi dalam program penyakit yang tentang
diderita pasien. penyakitnya.
penyakit saya, sus ?”, pengobatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Dx. Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
apa penyebabnya?”
selama pengkajian  Berikan pendidikan  Memotivas
kesehatan kepada i pasien
dilakukan, klien tampak
pasien mengenai untuk
kebingungan ketika pola hidup yang mempunyai
ditanya mengenai sehat dan kaitannya pola hidup
dengan penyakit. sehat
penyakitnya
 Diskusi dengan
pasien dan keluarga  Klien
pasien tentang mengetahui
terapi yang terapi yang
dijalaninya dijalaninya

III. Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan
klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, Terhindar dari risiko cidera,,
pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi
sosial, dan upaya komplikasi.

IV. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah dilakukan dapat memberikan
perbaikan status kesehatan terhadap klien.

Anda mungkin juga menyukai