Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum

dijumpai. Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi yang bersifat kronik, dimana
dapat terjadi kelainan muskuloskeletal yang progresif yang ditandai oleh
kerusakan tulang rawan sendi. Osteoartritis saat ini tidak lagi dianggap penyakit
degeneratif, namun usia tetap merupakan salah satu faktor risikonya.
Osteoarthritis (OA) banyak dijumpai pada usia lanjut, namun dapat ditemukan
pada usia muda apabila terdapat riwayat cedera atau penggunaan yang berlebihan
pada sendi tertentu. Osteoarthritis (OA) lebih sering terjadi pada sendi-sendi
penopang berat badan (weight bearing joints) seperti lutut, panggul, tulang
belakang dan pergelangan kaki. Gejala klinis yang paling dominan adalah rasa
nyeri dan kaku di persendian yang dapat menyebabkan gangguan fungsional dan
penurunan kualitas hidup.1
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang
penyebabnya belum jelas diketahui. Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan
menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. Gejala klinis pada osteoarthritis
yang utama adalah rasa nyeri pada persendian yang terkena. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Penatalaksanaan OA dapat berupa terapi non-farmakologi, terapi
farmakologi dan terapi pembedahan. Penanganan terapi farmakologi melingkupi
penurunan rasa nyeri yang timbul, mengkoreksi gangguan yang timbul dan
mengidentifikasi manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi sedangkan terapi
pembedahan diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari. Indikasi untuk tindakan
lebih lanjut

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Anatomi Sendi


Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih. Sendi
memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan
kemungkinan variasi pergerakan diantara segmen-segmen. Fungsi anggota gerak
sangat tergantung dari permukaan sendi, sehingga apabila terdapat kelainan atau
penyakit maka akan menimbulkan gangguan pergerakan.
Klasifikasi Junctura :
1. Junctura cartilaginea

Primer : tulang-tulangnya disatukan oleh


selempeng atau sebatang cartilago hialin (costae I
dan manubrium sterni)
- Sekunder : tulang-tulangnya disatukan oleh
selempeng atau sebatang cartilago fibrosa dan
facies artikularis diliputi oleh selapis tipis cartilago
hialin (corpus vertebrae dan symphisis pubis).
2. Junctura fibrosa
Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh
jaringan fibrosa sehingga kemungkinan geraknya sangat
sedikit (sutura tengkorak dan articulatio tibiofibularis).
3. Junctura synovialis
Facies tulang diliputi oleh selapis tipis cartilago hialin
dan ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Rongga
sendi dibatasi oleh membrana synovialis. Dibagian
luarnya dilindungi oleh capsula icularis. Mendapatkan
pelumas yang disebut synovia.
- Articulatio plana
- Ginglymus (sendi engsel)
- Articulatio trochoidea (sendi pasak)
- Articulatio condyloidea
- Articulatio ellipsoidea
2

Articulatio sellaris (sendi pelana)

II.2 Definisi Osteoarthritis


Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthitis (OA)
merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi
mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan
(kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng
tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, dan
timbulnya peradangan.

II.3 Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling
umum di dunia. Prevalensi osteoarthritis (OA) lutut radiologis di Indonesia cukup
tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada laki-laki dan 12,7% pada perempuan.
Diperkirakan 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.

Pada tahun-tahun mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar


karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.

II.4 Etiologi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang
penyebabnya belum jelas diketahui. Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan
menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA
idiopatik yaitu OA yang etiologinya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA
sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh
inflamasi, kelainan endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan
(herediter), jejas mikro dan makro serta immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA
primer lebih sering ditemukan dibandingkan dengan OA sekunder.3

II.5 Faktor Risiko


1. Usia
Dari semua faktor risiko, faktor usia adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya osteoarthritis (OA) semakin meningkat dengan
bertambahnya usia. OA tidak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan antara usia dengan penurunan
kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.3,5
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis (OA) lutut dan OA
banyak sendi. Pria lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih
sama antara pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi OA lebih banyak pada wanita. Hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada patogenesis OA.3
3. Suku Bangsa
4

Osteoarthritis primer dapat menyerang semua ras meskipun


terdapat perbedaan prevalensi pada pola sendi yang mengalami
osteoarthirits. Hal ini berkaitan dengan perbedaan gaya hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.3
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis (OA).
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan
dalam timbulnya kecenderungan terjadinya OA.3,5
5. Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko
timbulnya osteoarthritis (OA) baik pada perempuan maupun laki-laki.
Berat badan yang berlebih dapat meningkatkan tekanan mekanik pada
sendi penahan beban tubuh dan lebih sering menyebabkan OA lutut.
Kegemukan tak hanya berkaitan dengan OA yang menanggung beban, tapi
juga dengan OA sendi lain. Pasien-pasien OA mempunyai risiko penyakit
jantung koroner, hipertensi dan diabetes melitus yang lebih tinggi daripada
orang-orang tanpa OA.3
6. Cedera Sendi (Trauma), Pekerjaan dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terusmenerus berkaitan dengan peningkatan risiko osteoarthritis (OA) tertentu.
Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera
sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. Peningkatan risiko OA
lutut dapat dijumpai pada atlet sepak bola, pelari jarak jauh dan pemain
tenis.3,5
7. Faktor-faktor Lain
Tingginya kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko timbulnya
osteoarthritis (OA). Tulang yang lebih padat tak membantu mengurangi
benturan beban yang yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya
tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan
pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya
mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis
dan OA.3

II.6 Klasifikasi
Klasifikasi osteoarthritis berdasarkan lokasi sendi yang terkena :
OA
Tangan

Nodus Heberden dan


Bouchard (nodul)
Artritis erosif
interfalang
Karpal-metakarpal I

Bony enlargement
Genu valgus
Genu varus

Haluks valgus
Haluks rigidus
Jari kontraktur
(hammer/cockup toes)
Talonavikulare

OA Lutut

OA
Kaki

OA Coxae

OA
Vertebrae

OA
di tempat
lainnya

OA
Generalisata
/ Sistemik

Eksentrik (superior)
Konsentrik (aksial,
medial)
Difus (koksa senilis)

Sendi apofiseal
Sendi intervertebral
Spondilosis (osteofit)
Ligamentum
(hiperostosis, penyakit
Forestier, diffuse
idiopathic skeletal
hyperostosis= DISH )

Glenohumeral
Akromioklavikul
ar
Tibiotalar
Sakroiliaka
Temporomandibu
lar

Meliputi 3 atau lebih daerah


yang tersebut di atas

Tabel 2.1 Klasifikasi Osteoartritis Berdasarkan Lokasi Sendi yang terkena 2,4

II.7 Gejala Klinis


a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang
melebihi gerakan lain. Umumnya bertambah berat dengan semakin
beratnya penyakit sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi
kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan)
maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja). 2,3
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar
kartilago. 2,3
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembus bagian dasar tulang
hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal
ini menimbulkan nyeri. 2,3

b. Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri. 2,3

c. Kaku sendi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul saat setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
2,3

d. Krepitasi

Krepitasi timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai
pada pasien osteoarthritis (OA) lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa.2,3

e. Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien menunjukkan bahwa salah satu sendinya (terbanyak di lutut
atau tangan) secara perlahan membesar. 2,3

f. Tanda tanda peradangan


Tanda tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai
pada osteoarthritis (OA) karena adanya synovitis. Biasanya tandatanda
ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih
jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut. 2,3

g. Perubahan gaya berjalan


Gejala ini merupakan gejala yang menyulitkan pasien dan merupakan
gangguan untuk kemandirian pasien osteoarthritis (OA), terlebih pada
pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena
menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut. 2,3

II.8 Diagnosis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil
radiografis.5
a) Anamnesis
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual).
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak
disertai kemerahan pada kulit).
8

- Tidak disertai gejala sistemik.


- Nyeri sendi saat beraktivitas.
-

Sendi yang sering terkena:


Sendi tangan: Carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP) dan
Distal interfalang (DIP)
Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP I).
Sendi lain: lutut, vertebrae servikal dan lumbal, dan coxae.2

Faktor risiko penyakit :


- Bertambahnya usia
- Riwayat keluarga dengan osteoarthritis
- Aktivitas fisik yang berat
- Obesitas
- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.2
Penyakit yang menyertai, sebagai pertimbangan dalam pilihan terapi:
- Ulkus peptikum, perdarahan saluran pencernaan, penyakit liver.
- Penyakit kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke,
gagal jantung).
- Penyakit ginjal.
- Asthma bronkhiale (terkait penggunaan aspirin atau OAINs).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi
-

Nyeri saat malam hari (night pain).

- Gangguan pada aktivitas sehari-hari.


- Kemampuan berjalan.
- Lain-lain: risiko jatuh, isolasi sosial, depresi.
- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan pasien).2
b) Pemeriksaan Fisik
-

Tentukan BMI

Perhatikan gaya berjalan

Adakah kelemahan/atrofi otot

Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?

Lingkup gerak sendi (ROM)

Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan

Krepitasi

Deformitas/bentuk sendi berubah

Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi

Nyeri tekan pada sendi dan periartikular

Penonjolan tulang (Nodul Bouchards dan Heberdens)

Pembengkakan jaringan lunak2


c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
Pada penderita osteoarthritis (OA), dilakukannya pemeriksaan radiografi

pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran
diagnostik. Gambaran radiografi sendi yang mendukung diagnosis OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).
c. Kista pada tulang.
d. Osteofit pada pinggir sendi.
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan
suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria
Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga
tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi
masih terlihat normal.

10

1
2

Gambar 2.2 gambaran radiologi dari lutut. (A) posisi AP (B) lateral terlihat (1) penyempitan ruang sendi (2) osteofit6

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis osteoarthritis (OA)


diklasifikasikan menjadi:
1. Grade 0

: Normal

2. Grade 1

: Meragukan, dengan gambaran sendi normal,

terdapat osteofit minim

11

3. Grade 2

: Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella

dan permukaan sendi menyempit asimetris.


4. Grade 3

Moderate, adanya osteofit moderate pada

beberapa tempat, permukaan sendi menyempit, dan tampak sklerosis


subkondral.
5. Grade 4

: Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan

sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan


permukaan sendi.

d) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan penyakit sendi
lain, karena tidak ada satupun yang spesifik untuk osteoarthritis (OA).
Pemeriksaan hematologi umumnya normal, jumlah leukosit dan laju endap darah
normal kecuali jika disertai infeksi lain. Cairan sendi pada OA akan meningkat
jumlahnya, berwarna kuning transparan, kental, terdapat gumpalan musin, jumlah
leukosit kurang dari 2.000/mm3 dan dapat juga ditemukan serpihan tulang rawan
pada tingkat lanjut penyakit.

II.9 Patogenesis
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan

12

sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera.3
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu:
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (range of motion) sendi.3
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya kerusakan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.3
Ligamen bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak.3
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang
terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan
(impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago
memiliki fungsi untuk menyerap tekanan yang diterima.3
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan
sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika
bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi.3
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu kolagen
tipe dua dan aggrecan. Kolagen tipe dua terjalin dengan erat, membatasi
molekulmolekul aggrecan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrecan adalah
molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan
kepadatan pada kartilago.3

13

Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruh


elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim
pemecah matriks, sitokin {Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)},
dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekulmolekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin, faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan.3
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrecan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal osteoarthritis (OA), aktivitas
serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari
kartilago.3
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi
pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi

matriks.

TNF

menginduksi

kondrosit

untuk

mensintesis

prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek
terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat
proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis
aggrecan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini
berlangsung pada proses awal timbulnya OA.3
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks
yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi.
Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme
yang sangat aktif.3
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan
aggrecan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi.
Aggrecan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan
mudah mengendur.3

14

II.10 Penatalaksanaan
Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan
oleh letak sendi yang mengalami osteoarthritis (OA) dan berat ringannya OA
sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu
diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasien secara keseluruhan,
agar penatalaksanaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta
melakukan pendekatan multidisiplin.
Tujuan:
1. Mengurangi/mengendalikan nyeri

15

2. Mengoptimalkan fungsi gerak sendi


3. Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada
orang lain) dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi Non-Farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiannya tetap terpakai.2,3
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi
ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai
dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.2,7
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat
osteoarthritis (OA). Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar
tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan
apabila berat badan berlebih. Minimum penurunan 5% dari berat badan
dengan target BMI 18,5-25.7
BMI dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BMI = (Berat badan dalam kg) / (Tinggi badan dalam m2)
d.

Olahraga
Olahraga membantu dalam menurunkan skala nyeri pada pasien OA.7

e.

Thermotherapy
Kompres air dingin membantu untuk mengurangi gejala OA. Air dingin

membantu untuk menguranga bengkak dan radang, mengurangi rasa nyeri,


dan kekakuan otot. Kompres air dingin bisa dilakukan dalam 20 menit, 5
hari seminggu selama 2 minggu.7
2. Terapi Farmakologis

16

Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang


timbul, mengkoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi.2
a. Analgetik Oral
Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS), Inhibitor Siklooksigenase2 (COX-2), dan Asetaminofen.
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada osteoarthritis (OA)
lutut, penggunaan OAINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
OAINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi
obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.
b.

Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah ditemukan dipasaran dan dijual

bebas. Umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini sebelum
memakai obat-obatan peroral lainnya. Contoh obat analgetik topikal
adalah kapsaisin yang mengurangi nyeri pada ujung saraf lokal.
c.

Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obatobatan yang dapat menjaga atau

merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obatobatan yang


termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat,
kondroitin sulfat, glikosaminoglikan.3

Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk

menghambat kerja enzim MMP.


Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement karena
manfaatnya memperbaiki viskositas cairan sinovial. Obat ini
diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat memegang
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan

melalui agregasi dengan proteoglikan.


Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan

dalam

proses

degradasi

tulang

hialuronidase, protease, elastase dan katepsin.

17

rawan

seperti

Kondroitin sulfat pada kasus osteoarthritis (OA) mempunyai


efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi
yaitu memiliki efek anti inflamasi, efek metabolik terhadap
sintesis hialuronat dan proteoglikan dan anti degradatif melalui
hambatan enzim proteolitik.

d.

Injeksi Intra Artikular atau Periartikular


Bukan

merupakan

pilihan

utama

dalam

penanganan

osteoarthritis (OA). Indikasi suntikan intra artikular adalah untuk


penanganan simptomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan
hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.

Steroid (Triamsinolone hexacetonide dan Methylprednisolone)


Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
OAINS, tidak dapat mentolerir OAINS, atau ada kormobiditas
yang merupakan kontraindikasi terhadap pemberian OAINS.
Tidak dianjurkan melakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam
kurun waktu 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi
besar penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut
adalah 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil

biasanya digunakan dosis 10 mg.


Hyaluronan (High molecular weight dan low molecular weight)
Di Indonesia terdapat tiga sediaan injeksi hyaluronan.
Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling
sering), sendi bahu dan coxae. Diberikan berturut-turut 5-6 kali
dengan

interval

satu

minggu

masing-masing

2-2,5

ml

hyaluronan.
3. Terapi Pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari. Indikasi untuk
tindakan lebih lanjut:3

18

a. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:


bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik
dan teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi).
b. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan
kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di
Rumah Sakit)
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
c. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau
bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar sesuai
dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan farmakologik
(gagal terapi konvensional).
d. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu aktivitas
fisik sehari-hari.
e. Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan
gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup mandiri,
timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang dideritanya.
f. Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut.
g. Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular
medial, distal patella realignment, lateral release.
h. Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut
terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda adanya
kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk kemungkinan
tindakan artroskopi

atau tindakan

unicompartmental knee

replacement or osteotomy/realignment osteotomies.


i. Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial
unicompartmental,

patellofemoral

and

rarely

unicompartmental) pada pasien dengan :

Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu

Kekakuan sendi yang berat

Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.3

Terapi pembedahan yang dapat dilakukan adalah :


A. Arthroplasty (Total Knee Replacement)

19

lateral

Total Knee Replacement atau yang disingkat TKR adalah prosedur


bedah yang dilakukan pada sendi lutut untuk mengganti bantalan
tulang rawan pada sendi lutut dengan bantalan buatan. Tindakan TKR
dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan yang amat berat
akibat cedera olahraga ataupun radang sendi. Tindakan ini diambil
ketika sudah dilakukan pengobatan ataupun penggunaan alat
penyangga lutut namun sudah efektif lagi.
Total Knee Replacement diberikan untuk kondisi perkapuran
stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan
bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf O atau X. Tindakan yang
dilakukan adalah mengganti sendi lutut menggunakan prothese.
Meskipun lutut artifisial tidak sempurna seperti sebelumnya, tetapi
tindakan tersebut dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan
hilangnya rasa nyeri, kekakuan sendi dan bentuk sendi yang bengkok.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujungujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastik (polyethylene).
Permukaan tulang rawan yang rusak akan dibuang, kemudian
permukaan tulang tersebut dilapisi dengan implant.
Indikasi utama adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
disebabkan oleh osteoarthritis. Tujuan sekunder adalah untuk
memperbaiki cacat dan mengembalikan fungsi normal sendi.

20

B. Arthroskopi
Arthroskopi adalah tindakan melihat bagian dalam sendi
menggunakan kamera dengan lensa fiber optik melalui sayatan kulit
yang sangat kecil. Tindakan arthroskopi dilakukan untuk :

Melihat dan mengetahui kelainan dalam sendi secara

langsung (diagnostik).
Untuk melakukan tindakan

yang

diperlukan

untuk

mengobati suatu kelainan sendi (terapeutik).


Arthtroskopi dapat dilakukan pada beberapa sendi antara lain :
bahu, pergelangan tangan, panggul, lutut dan pergelangan kaki.
Tindakan ini relatif aman bagi pasien termasuk mereka yang telah
memasuki usia lanjut.

21

C. Sinovectomy
Sinovectomy adalah salah satu jenis radioterapi yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit akibat reaksi inflamasi.

D. Osteotomy
Osteotomy adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu
meluruskan kembali beberapa keadaan cacat (deformitas) pada pasien
yang pada umumnya memiliki penyakit pada bagian lutut.

BAB III
KESIMPULAN

22

Osteoartris (OA) merupakan panyakit sendi yang paling sering ditemui.


Saat ini, OA tidak hanya disebabkan oleh degenaratif, namun juga karena proses
inflamasi. Lutut adalah bagian tersering yang terkena OA dikarenakan lutut adalah
bagian tubuh yang menopang paling banyak dari berat badan kita. Diagnosis OA
ditegakkan berdasarkan pada gambaran klinis dan radiografis. Penyempitan celah
sendi dan osteofit merupakan tanda khas pada OA. Terapi yang diberikan
bertahap. Mulai dari terapi non-farmakologis (edukasi, terapi fisik, kompres dan
pengendalian faktor resiko) yang dapat diiringi dengan terapi farmakologis. Jika
kedua terapi tersebut tidak dapat membantu menguragi gejala dan keluhan yang
ditimbulkan, serta sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, terapi pembedahan
sudah patut dipikirkan.

Daftar Pustaka

23

1. Haq I, Murphy E, Darce J. Osteoarthritis. Postgrad Med J 2003; 79:377383.


2. Hamijoyo, dr. Laniyati SpPD-KR, MKes. Osteoartritis. Perhimpunan
Reumatologi Indonesia. Diunduh dari : http://reumatologi.or.id/reuarttail?
id=23, pada tanggal 20 Oktober 2015
3. Rekomendasi IRA Diagnosis dan
Perhimpunan

Reumatologi

Penatalaksaan

Indonesia.

Osteoartritis.

Diunduh

dari

http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi_IRA_Osteoarthriti
s_2014.pdf, pada tanggal 19 Oktober 2015
4. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi ke VI. Jakarta. InternaPublishing. 2014. Jilid 2 : 1205-1211
5. Osteoarthritis. American College of Rheumatology. 2012. Diunduh dari :
http://www.rheumatology.org/Practice/Clinical/Patients/Diseases_And_Co
nditions/osteoarthritis0515.pdf, pada tanggal 19 Oktober 2015

24

25

Anda mungkin juga menyukai