Anda di halaman 1dari 26

Referat

GAMBARAN RADIOLOGI PADA GIANT CELL TUMOR

Oleh:

Bellani Octa Rola, S.Ked.

NIM: 71.2018.072

Pembimbing:

dr. Nurmalia Firmansyah, Sp. Rad.

SMF ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

RS KUSTA RIVAI ABDULLAH PALEMBANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

GAMBARAN RADIOLOGI PADA GIANT CELL TUMOR

Oleh:

Bellani Octa Rola, S.Ked.

NIM: 71.2018.072

Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Radiologi di RS
KUSTA RIVAI ABDULLAH PALEMBANG

Palembang, Februari 2020

Pembimbing

dr. Nurmalia Firmasnyah, Sp.Rad.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Gambaran Radiologi Pada Giant Cell Tumor”, sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. dr. Nurmalia Firmansyah, Sp.Rad. selaku pembimbing yang telah


memberikan masukan serta bimbingan dalam penyelesaian referat ini,

2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan referat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih


banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua.

Palembang, Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ......................................................................................... 3


2.2 Epidemiologi dan Insidensi ......................................................... 3
2.3 Anatomi ....................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ................................................................................. 6
2.5 Klasifikasi .................................................................................... 7
2.6 Manifestasi Klinis ........................................................................ 8
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 8
2.8 Diagnosis Banding ....................................................................... 9
2.9 Penatalaksanaan ........................................................................... 12
2.10 Prognosis ..................................................................................... 13

BAB III. GAMBARAN RADIOLOGI PADA GIANT CELL TUMOR ……… 15

BAB IV. KESIMPULAN….…………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... ........... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Giant Cell Tumor atau oesteoclastoma adalah tumor yang relatif jarang,
ditandai dengan adanya sel giant multinuklear. Jenis tumor ini biasanya
dianggap sebagai tumor jinak. GCT, yang paling sering terjadi pada epiphysis
tulang panjang, merupakan tumor jinak yang meluas kaya akan sel raksasa
osteoklastik. Sering terjadi pada usia 20 sampai 40 tahun. Dalam klasifikasi
tumor jaringan lunak dan tulang yang diajukan oleh World Health
Organization tahun 2002, GCT jaringan lunak saat ini diklasifikasikan dalam
1,2,3
kelompok tersendiri.

Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang panjang, tibia
proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal,
meskipun Giant Cell Tumor ini juga telah dilaporkan dapat terjadi pada
sakrum, kalkaneus, serta tulang kaki. Tumor ini biasanya muncul di metafisis
dari lempeng epifisis. Pada umumnya tumor ini menyebabkan destruksi dari
tulang, lokal metastasis, metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening
4,5
(jarang), atau bertransformasi kearah keganasan (jarang).

Sifat khas dari tumor sel raksasa ini adalah adanya stroma vaskular dan
selular yang terdiri dari sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah
nukleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel
besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda; sel ini mengandung
sejumlah nukleus yang vesikular dan menyerupai sel-sel stroma. Walaupun
tumor ini biasanya dianggap jinak, tetapi tetap memiliki berbagai derajat
keganasan, tergantung pada sifat sarkomatosa dari stromanya. Pada jenis yang
ganas, tumor ini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah nekrosis dan
6
perdarahan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran radiologi pada Giant Cell Tumor?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Giant cell tumor (tumor sel raksasa) juga dikenal sebagai osteoklastoma
adalah suatu neoplasma yang mengandung sejumlah besar sel raksasa mirip
osteoklas bercampur dengan sel mononukleus. Tumor ini juga sering terjadi,
7
membentuk sekitar 20% dari semua tumor jinak tulang.

Tumor giant cell (TGC) tulang merupakan sebuah lesi yang bersifat jinak
tetapi secara lokal dapat bersifat agresif dan destruktif yang ditandai dengan
adanya vaskularisasi yang banyak pada jaringan penyambung termasuk proliferasi
sel-sel mononuklear pada stroma dan banyaknya sel datia yang tersebar serupa
8
osteoklas.

2.2 Epidemiologi dan Insidensi

Tumor ini mewakili sekitar 20% dari tumor jinak tulang primer.9 Kebanyakan
dijumpai pada usia 20-40 tahun jarang ditemukan pada anak- anak. Insiden di
Amerika Serikat dan Eropa, GCT mewakili sekitar 5% dari seluruh tumor primer
tulang dan 21% dari semua tumor jinak tulang. Di cina, GCT ditemukan 20%
merupakan tumor tulang primer. Wanita lebih sering menderita GCT
10
dibandingkan dengan laki-laki.

Jenis tumor tulang primer memiliki bentuk jinak dan ganas. Bentuk (non-
kanker) jinak yang paling umum. Tumor sel raksasa tulang biasanya
mempengaruhi kaki (biasanya dekat lutut) atau tulang lengan orang dewasa muda
dan setengah baya. Mereka tidak sering menyebar ke tempat yang jauh, tetapi
cenderung untuk kembali di mana mereka mulai setelah operasi (ini disebut
kekambuhan lokal). Hal ini dapat terjadi beberapa kali. Dengan kekambuhan
masing-masing, tumor menjadi lebih mungkin untuk menyebar ke bagian lain dari
tubuh. Jarang, Giant Cell Tumor menyebar ke bagian lain dari tubuh tanpa

3
4

terlebih dahulu berulang secara lokal. Hal ini terjadi dalam bentuk (kanker) ganas
11
dari tumor.

Gambar 2.1. Lokasi GCT pada epifisis.27

2.3. Anatomi

Sistem rangka dapat dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu
pertama kerangka aksial yang terdiri dari tulang kepala (cranium atau tulang
tengkorak), leher (tulang hyoid dan vertebra), dan tulang rusuk, tulang dada,
tulang belakang dan sakrum. Kedua kerangka appendikular yang terdiri dari
12
tulang limbs, termasuk tulang bahu dan tulang pubis.

Kerangka terdiri dari tulang rawan dan tulang. Tulang rawan adalah bentuk
dari jaringan ikat yang membentuk bagian dari kerangka dimana lebih fleksibel.
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat
dalam tubuh, permukaan tubuh, metabolisme kalsium dan mineral dan organ
hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis yang selalu
diperbarui melalui proses remodeling yang terdiri dari proses resorpsi formasi.
Dengan proses resorpsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan
diganti oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorpsi dan formasi
selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang yang diresoprsi akan
sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga
5

terjadi keseimbangan. Pada pasien osteoporosis, proses lebih aktif dibandingkan


formasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis
12,13,14
dan perforasi.

Kebanyakan tulang mulai keluar sebagai tulang rawan. Tubuh kemudian


meletakkan kalsium turun ke tulang rawan untuk membentuk tulang. Setelah
tulang terbentuk, tulang rawan beberapa mungkin tetap berada di ujungnya untuk
bertindak sebagai bantalan antara tulang. Tulang rawan ini, bersama dengan
ligamen dan beberapa jaringan lain terhubung untuk membentuk tulang sendi.
Pada orang dewasa, tulang rawan terutama ditemukan pada akhir beberapa tulang
sebagai bagian dari sendi. Hal ini juga terlihat di tempat di dada di mana tulang
rusuk memenuhi sternum (tulang dada) dan di bagian wajah. Trakea
(tenggorokan), laring (kotak suara), dan bagian luar telinga adalah struktur lain
15
yang mengandung tulang rawan.

Gambar 2.2. Anatomi Tulang Panjang.28

Dalam beberapa tulang sumsum hanya jaringan lemak. Sumsum di tulang


lainnya adalah campuran dari sel-sel lemak dan darah pembentuk sel. Darah
pembentuk sel menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan platelet darah.
Sel-sel lain dalam sumsum termasuk sel-sel plasma, fibroblas, dan sel- sel
15
retikuloendotelial.Sel dari salah satu jaringan dapat berkembang menjadi kanker.
6

Pada Giant Cell Tumor sebagian besar terjadi ditulang panjang, misalnya
tibia proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal. Femur
adalah tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh. Itu mengirimkan berat badan
dari tulang pinggul untuk tibia ketika seseorang berdiri. Panjangnya sekitar
seperempat dari tinggi orang tersubur. Femur terdiri dari poros (tubuh) dengan dua
ujung. Bagian proksimal dari femur terdiri dari kepala, leher dan dua
12
trochanters.

2.4 Patofisologi

Giant cell tumor pada tulang terjadi secara spontan. Mereka tidak diketahui
apakah terkait dengan trauma, faktor lingkungan, atau diet. Pada kasus-
15
kasus yang jarang, mereka mungkin berhubungan dengan hiperparatiroidisme.

Dalam Beberapa penelitian pembentukan GCT ada beberapa faktor yang


menetukan, pertama yaitu adanya perubahan siklin, dimana siklin memainkan
peran penting dalam mengatur perjalanan membagi sel melalui pos
pemeriksaan penting dalam siklus sel. Karena perubahan dari beberapa siklin,
terutama siklin D1, telah terlibat dalam perkembangan neoplasma, para
peneliti memeriksa 32 kasus GCT pada tulang panjang untuk amplifikasi gen
siklin D1 dan overekspresi protein menggunakan diferensial polymerase chain
16
reaction dan imunohistokimia, masing-masing.

Kedua, adanya evaluasi Immunohistokimia yang terkait dengan ekspresi


microphtalmia yang merupakan faktor transkripsi dalam lesi giant cell.
Microphtalmia terkait dengan faktor transkripsi (Mitf), anggota subfamili
heliks-loop-helix faktor transkripsi, biasanya dinyatakan dalam oesteoklas
mononuklear dan multinuklear, terlibat dalam differensiasi terminal
oesteoklas. Disfungsi aktivitas oesteoklas yang menghasilkan ekspresi Mitf yang
abnormal serta telah terlibat oesteoporosis. Sejumlah sel giant lainnya dari
berbagai jenis termasuk oesteoklas seperti sel-sel giant terlihat dalam berbagai
7

tumor, secara tradisional dianggap berasal monosit, terlihat dalamberbagai tulang


16
dan lesi extraosseus.

Ketiga adalah sel stroma. Sel stroma Fibroblastlike, yang selalu hadir
sebagai komponen dari tumor sel raksasa pada tulang (GCT), dapat diamati
dikedua sampel in vivo dan kultur. Meskipun mereka diasumsikan untuk memicu
proses kanker di GCT, histogenesis sel stroma GCT adalah kurang diketahui.
Hal ini diketahui bahwa sel batang mesenchymal (MSC) dapat berkembang ke
oesteoblas. Bukti telah disajikan bahwa sel-sel stroma GCT juga dapat
mengembangkan untuk oesteoblas. Sebuah koneksi antara MSC dan sel stroma
16
GCT dicari dengan menggunakan 2 pendekatan laboratorium yang berbeda.

2.5. Klasifikasi

Enneking mengemukakan suatu sistem klasifikasi stadium TGC


8
berdasarkan klinisradiologis-histopatologis sebagai berikut:

a. Stage 1: Stage inaktif/laten: (i) klinis, tidak memberikan keluhan, jadi


ditemukan secara kebetulan, bersifat menetap/tidak ada proses pertumbuhan;
(ii) radiologis, lesi berbatas tegas tanpa kelainan korteks tulang: dan (iii)
histopatologi, didapat gambaran sitologi yang jinak, rasio sel terhadap matriks
rendah.

b. Stage 2: stage aktif: (i) klinis: didapat keluhan, ada proses pertumbuhan; (ii)
radiologis: lesi berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, ada gambaran septa di
dalam tumor. Didapati adanya bulging korteks tulang; dan (iii) histopatologis:
gambaran sitologi jinak, rasio sel tehadap matriks berimbang.

c. Stage 3: stage agresif: (i) klinis: ada keluhan, dengan tumor yang tumbuh cepat;
(ii) radiologis: didapatkan destruksi korteks tulang, sehingga tumor keluar dari tulang
dan tumbuh ke arah jaringan lunak secara cepat; didapati reaksi periosteal
segitiga Codman, kemungkinan ada fraktur patologis; dan (iii) histopatologis:
gambaran sitologi jinak dengan rasio sel terhadap matriks yang tinggi, bisa
didapat nukleus yang hiperkromatik, kadang didapat proses mitosis.
8

2.6. Manifestasi Klinis

Osteoklastoma (giant cell tumor = tumor sel raksasa) merupakan tumor


tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi ganas
dan agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai suatu tumor ganas. Tumor
sel raksasa menempati urutan ke dua (1,75%) dari seluruh tumor ganas tulang,
terutama ditemukan pada umur 20-40 tahun dan jarang sekali di bawah umur 20
17
tahun dan lebih sering pada wanita daripada pria.

Gejala utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama


pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada sendi.
6
Mungkin juga penderita datang berobat dengan gejala-gejala fraktur (10%).
5
Dapat juga terjadi pembesaran massa secara lambat. Lebih dari tiga per empat
pasien tercatat mengalami pembengkakan pada lokasi tumor. Keluhan lain yang
18
jarang terjadi adalah kelemahan, keterbatasan gerak sendi dan fraktur patologis.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang keras dan nyeri
ditemukan pada lebih dari 80% pasien. Disuse Atrophy, efusi pada persendian atau
18
hangat pada lokasi tumor.

Bila lesi tumor terletak di tulang-tulang vertebra dapat timbul gejala


nerologis. Nyeri tekan pada pemeriksaan palpasi juga didapatkan pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan atrofi otot dan menurunnya pergerakan
sendi. TGC pada sakrum sering menimbulkan gejala low back pain yang meluas
di kedua ekstremitas bagian bawah dan dapat disertai gejala neurologis, gangguan
6
berkemih atau buang air besar.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

2.7.1. Gambaran Radiologi

Gambaran radiologi pada giant cell tumor akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.

2.7.2. Biopsi
9

Pemeriksaan biopsi dapat dilakukan dengan metode frozen section


bersamaan dengan tindakan operasi maupun secara terpisah. Sediaan diambil dari
area yang nekrosis dan hemoragis. Pada pemeriksaan histologi didapatkan
gambaran giant cell berinti banyak dengan sel stroma yang homogen, berinti satu
yang bulat atau oval. Nukleus sel stroma yang identik dengan nukleus giant cell
merupakan gambaran histologi yang khas pada GCT yang membedakan dengan
22,23,25
kondisi lain yang mengandung giant cell.

2.8. Diagnosis Banding

2.8.1 Aneurysma Bone Cyst

Kelainan ini bukan neoplasma. Etiologinya tidak diketahui, diduga karena


adanya kelainan vaskular yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Kira-
kira 70% lesi ini dijumpai pada usia 5-20 tahun. Kelainan ini juga dapat
ditemukan pada tiap bagian dari skelet. Pada tulang panjang biasanya terletak di
10,29
daerah metafisis.

Gambar 2.3. Sebuah kista tulang aneurismal pada seorang gadis 14-tahun. Gambaran
menunjukkan fibula proksimal dengan lesi geografis dengan> 1 cm perluasan dari shell kortikal

(panah).30
10

Gambaran radiologinya tampak daerah yang radiolusen pada tulang yang


memberi kesan adanya destruksi tulang. Lesi ini bersifat ekspansif, korteks
menjadi sangat tipis dan mengembung keluar. Gambaran sangat mirip dengan
giant cell tumor. Batas dari lesi nya tegas dan sering kali disertai tepi skelerotik;
sifat-sifat ini penting untuk membedakannya dengan giant cell tumor yang
10,29
mempunyai batas tidak tegas.

2.8.2 Kondroblastoma

Kondroblastoma adalah tumor jinak di epifisis kartilago dan umumnya


muncul di tulang panjang tubular, terjadi pada pasien 10 sampai25 tahun. Lebih
sering terjadi pada laki-laki. Biasanya terjadi pada epifisis dari distal dan
proksimal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus, tempat yang biasa juga
terkena adalah talus, calcaneus dan patella. Biasanya pasien datang dengan dengan
sakit didaerah yang lokasinya jelas, ada pembengkakan, sendi kaku dan gerakan
11,17
terbatas.

Gambaran radiologisnya : tampak sebagai bayangan radiolusent, biasanya


berbentuk bundar dengan batas yang tegas. Kadang tampak pinggiran yang
10
skerotik. Kalsifikasi terdapat pada kira-kira 50%.

Gambar 2.4. Chrondroblastoma pada seorang gadis 16-tahun. Sebuah distal femur AP

menunjukkan lesi litik kelas IA yang kemungkinan mengandung matriks chondroid. 30


11

Gambar 2.5. CT aksial dari lesi yang menunjukkan titik kasar seperti popcorn dengan
30
mineralisasi matriks chondroid.(dikutip dari kepustakaan

2.8.3 Non- ossifying Fibroma ( Fibroxanthoma)

Non- ossifying Fibroma atau Fibroxanthoma adalah tumor jinak yang


asimtomatik umumnya terjadi pada anak-anak. Gambaran mikroskopik, suatu
fibroma nonossifying terdiri dari sel spindle (fibrous). Sekitar 20% dari semua
anak memiliki lesi ini, paling sering di tulang paha posterior distal. Jika seorang
11,31
anak beranjak dewasa, lesi cenderung menghilang.

Radiografi menunjukkan lesi distal tibia metafisis dengan scalloping


endosteal minimal, yang tidak jarang pada tumor jinak laten. Namun, itu
mencerminkan pertumbuhan episode sebelumnya. Margin antara lesi dan tulang di
sekitarnya berbeda. Tepi sklerotik yang di definisikan dengan baik menunjukkan
bahwa tumor sekarang minimal aktif. Kurangnya mineralisasi internal yang
31
menunjukkan bahwa lesi baik di jaringan cairan atau fibrosa.
12

Gambar 20. Nonossifying fibroma dari tibia distal pada seorang gadis 9 tahun. Tepi dibatasi klasik
dari lesi geografis terlihat pada radiograf anteroposterior tibia distal. Lesi memiliki margin

sklerotik dengan ekspansi kortikal minim, membuat lesi IA kelas.30

2.9. Penatalaksanaan

Penanganan giant cell tumor adalah operasi, baik dengan kuratase intralesi,
maupun eksisi luas.

1. Stage 1 atau 2

Untuk lesi stage 1 atau 2, tujuan terapi adalah mengangkat lesi dengan tetap
menyelamatkan sendi yang terlibat. Terapi yang dipilih adalah kuretase. Namun
karena tingginya angka rekurensi post kuretase, yaitu sekitar 22 hingga
52 %, maka dilakukan ajuvan terapi dengan menggunakan nitrogen cair, phenol,
atau methylmethacrylate. Dengan penambahan ajuvan terapi, kesuksesan
kontrol lokal meningkat menjadi 85 sampai 90 %. Eksisi dilakukan dengan
membuat cortical window yang cukup luas untuk mengakses setiap sudut dari
22,23
lesi intraoseus.
13

Kryoterapi dengan nitrogen cair dapat menyebabkan kematian sel tumor


2 cm dari batas kavitas dan formasi krristal es intralsel dipertimbangkan
menjadi mekanisme utama nekrosis sel. Komplikasi penggunaan nitrogen cair
dapat berupa ekstensif nekrosis dri tulang dan jaringan lunak sekitar dan dapat
mempresipitasi fraktur patologis atau nekrosis kulit. Penggunaan phenol secara
lokal membantu mengeliminasi sel tumor melalui mekanisme nekrosis koagulasi
non spesifik dan lebih aman dibanding nitrogen cair karena phenol hanya
menyebabkan nekrosis 1,5 mm pada tulang. Kavitas yang terbentuk dari kuretase
ditutup dengan menggunakan methacrylate atau bone grafts setelah pemberian
22
terapi adjuvan.

2. Stage 3 atau lesi rekuran

Kategori ini termasuk fraktur patologis atau destruksi sendi. Eksisi luas
22
diindikasikan pada :

a. Tumor stage 3 ekstensif tanpa support mekanik dari tulang yang tersisa
b. Lesi rekuren
c. GCT yang disertai fraktur patologis dengan intraartikular displacement
d. GCT yang terletak di proximal fibula atau distal ulna
e. Tumor di distal radius dengan ekstensi extraoseous

Untuk keadaan rekureni lokal yang masif, transformasi maligna, atau


infeksi, amputasi merupakan pilihan terapi. Adapun penggunaan radioterapi pada
tumor yang tidak dapat direseksi masih dipertimbangkan karena dapat
menyebabkan transformasi maligna.

2.10. Prognosis

1. Rekurensi

22
Faktor yang mempengaruhi terjadinya rekurensi adalah :

a. staging tumor
b. batas reseksi
c. agresifitas kuretase yang dilakukan
14

d. bahan terapi ajuvan yang digunakan


e. sifat biologis tumor

2. Metastasis Paru

Sekitar 5% pasien akan mengalami metastasis ke paru. Sebagian besar lesi


dideteksi setelah satu tahun post operasi. Hipotesis yang digunakan untuk
menjelaskan alasan tumor jinak ini dapat bermetastasis adalah invasi pembuluh
darah dan iatrogenic induced emboli seeding pada saat operasi. Penanganan yang
22
dapat dilakukan adalah reseksi.

3. Transformasi maligna

23,25
Pada 5 -10 % kasus mengalami transformasi maligna.
BAB III

GAMBARAN RADIOLOGI PADA GIANT CELL TUMOR

3.1 Gambaran Umum

Terdapat 4 karakterisitik pada gambaran radiologi giant cell tumor di tulang


32
panjang, yakni :

• hanya terdapat pada closed growth plate


• perbatasan dengan permukaan artikular: 84-99% kasus berjarak 1 cm dari
permukaan artikular
• berbatas tegas tanpa sclerosis (meskipin <5% kasus menunjukkan beberapa
sklerosis)
• eksentrik: jika besar maka sulit untuk dinilai

3.2 X-Ray

Gambaran radiologi GCT pada tulang panjang melibatkan metafisis


dan epifisis yang meluas ke permukaan sendi. Lesi tampak radiolusen, sering
disertai trabekulasi dan berbatas jelas. Korteks tulang menipis dan kadang-
kadang menggembung (ballooning). Gambaran khas GCT pada X-ray adalah
soap bubble appearnce dan kadng-kadang membentuk gambaran egg shell.
Sebagian besar lesi bersifat eksentrik dan dekat dengan permukaan
22,23,24
persendian.

15
16

Gambar 3.1 : a) gambaran lesi litik di condilus lateralis femur sinistra dengan perluasan ke area
subchondral; b) gambaran lesi litik di trochanter mayor femur dekstra

Frontal Lateral
Gambar 3.2. Terdapat lesi ekspansi litik subatrikular pada distal ulna di epifisis dan metafisis dan
menunjukkan gambaran bubble. Terdapat reaksi periosteal yang menunjukkan sifat agresivitas

lesi.33
17

3.3. CT-scan

Pemeriksaan CT-scan membantu menentukan luas dekstruksi korteks secara


23,25
tepat dan lokasi optimal untuk cortical window.

32
Gambaran umum yang dapat dijumpai meliputi :

• zona transisi yang sempit, zona transisi yang lebih luas terlihat pada tumor
sel raksasa yang lebih agresif
• tidak ada sklerosis di sekitarnya: 80-85%
• korteks di atasnya menipis, melebar atau berkurang
• reaksi periosteal hanya terlihat pada 10-30% kasus
• massa jaringan lunak
• fraktur patologis mungkin ada
• tidak dijumpai matriks kalsifikasi / mineralisasi

Gambar 3.3. CT scan giant cell tumor ulna distal potongan koronal. Temuan radiografi
menunjukkan lesi subarticular diperluas.4
18

3.4. MRI

Pemeriksaan MRI diindikasikan ketika tumor telah mengikis korteks dan


dicurigai adanya keterlibatan neurovaskular. Pemeriksaan MRI dapat
23,25
membantu mengevaluasi penetrasi subkondral.
BAB IV
KESIMPULAN

Giant cell tumor (tumor sel raksasa) juga dikenal sebagai osteoklastoma
adalah suatu neoplasma yang mengandung sejumlah besar sel raksasa mirip
osteoklas bercampur dengan sel mononukleus. Tumor ini juga sering terjadi,
membentuk sekitar 20% dari semua tumor jinak tulang.

Tumor ini mewakili sekitar 20% dari tumor jinak tulang primer.
Kebanyakan dijumpai pada usia 20-40 tahun jarang ditemukan pada anak-anak.
Wanita lebih sering menderita GCT dibandingkan dengan laki-laki.

Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang panjang, tibia
proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal, meskipun
Giant Cell Tumor ini juga telah dilaporkan dapat terjadi pada sakrum, kalkaneus,
serta tulang kaki. Tumor ini biasanya muncul di metafisis dari lempeng epifisis.
Pada umumnya tumor ini menyebabkan destruksi dari tulang, lokal metastasis,
metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening (jarang), atau bertransformasi
kearah keganasan (jarang).

Penanganan giant cell tumour adalah operasi, baik dengan kuratase intralesi,
maupun eksisi luas. Tindakan pembedahan yang dilakukan tergantung dari
stadium (berdasarkan Eneking) serta lokasi lesi tumor.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. R G Forsyth, G De Boeck, S Bekaert, dkk. Telomere Biology in Giant Cell


Tumour of Bone. in : J Pathol 2008; 214. h. 555 – 563
2. Kamal A F, Aminata I W, Hutagalung E U. Giant Cell Tumor Jaringan Lunak.
in : Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 11, Nopember 2007. h. 404-407
3. Silvers A R, Peter M S, Margaret B, dkk. The Role of Imaging in the
Diagnosis of Giant Cell Tumor of the Skull Base. in : Tumor of Skull Base,
August 1996. h . 1392-1395.
4. Lesley- Ann Goh. Giant Cell tumor imaging. May 25, 2011. Available from
URL : http://emedicine.medscape.com
5. Lewis V O. Giant Cell Tumor. April, 2009. Available from URL :
http://emedecine.medscape.com
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit.Volume 2.Edisi 6. EGC.Jakarta.2005:Hal 1375
7. Robbins, Buku Ajar Patologi. Editor : Dennis K. Burns, MD Vinay
Kumar, MD. Edisi 7 volume 2.2007. EGC. Hal : 859.
8. David, Arifin F. Pengobatan mutakhir giant cell tumor tulang (osteoklastoma).
Universa Medicina, April-Juni 2006, Vol.25 No.2. Dapat diunduh dari
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2012/04/David.pdf
9. Forsyth RG, Hogendoorn PCW. Bone: Giant cell tumor. June 2003. Available
from URL : http://atlasgeneticsoncology.org
10. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;
2005. h. 76-81.
11. Stoller , W David. Magnetic Resonance Imaging in Orthopedics and Sport
Medicine 3rd edition ; California 2007
12. Moore L K, Dalley F A. Clinical Oriented Anatomy 5th edition; 2006 h.18-
21, h.813-817.
13. Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam edisi II.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006. h. 1096-9
14. Gunderman R. Essential Radiology 2nd Edition. New York; 2006. h. 220-221

20
15. American Academy of Orthopedic Surgeons. Giant Cell Tumor of Bone. June
2010. Available from URL://orthoinfo.aaos.org
16. The Doctor's doctor. Giant cell tumor of bone. April 16; 2008. Available from
URL: http:/thedoctorsdoctor.com
17. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Yarsif
Watampone. Jakarta.2007.294-295
18. Unni K.Dahlin’s Bone Tumors: General Aspects and Data on 11,087
Cases.5th Ed. Lippincott-Raven Publishers.Philadelphia.1996.page 263-282.
19. Salter Bruce Robert, (2008), Text Book Of Disoreder and Injuries Of The
Musculoskeletal System; Thirt Edition, Williams and Wilkins: Baltimore
20. Murphey M D, Nomikos G C, Flemming D, dkk. Imaging of Giant Cell
Tumor and Giant Cell Reparative Granuloma of Bone Radiologic Pathologic
Correlation. From the Archieve of the AFIP. September 2001, vol.21. h.
1283- 1304
21. Mulholland, Michael W. Lillemoe, Keith D. Doherty, Gerard M. Ed.
Greenfield's Surgery: Scientific Principles And Practice.
4th Edition.Lippincott Williams & Wilkins.2006: Page 2036
22. Muscolo, et al. Giant Cell Tumours of Bone. Current Orthopaedics (2001) 15,
41d50
23. Rhatomy, Sholahuddin. Giant Cell Tumour in Orthopaedic Oncology. p. 22-6
24. Solomon. L. et al. Tumour in Apley’s System of Orthopaedics and Fractures
9th Edition. New York : 2010. p. 203-4
25. Wheeless. Giant Cell Tumour of Bone in Wheeless’ Textbook of
Orthopaedics. Data Trace Internet Pulishing. 1996
26. Giant Cell Tumor. Available from : URL://http:bonetumor.org
27. Miller T. Bone Tumors and Tumorlike Conditions. in : Radiology, Volume
28. Bone Tumor. Giant Cell Tumor. Newton, Massachusetss. June 2003.
Available from URL:http//.www.bonetumor.org
29. Fletcher C, Unni K, Mertens F. Pathology and Genetics of Tumors.
France : IARC ; 2002. h. 241-2
30. Anderson. General Approach to Lytic Bone Lesions. 2004. h. 8-17

21
st
31. Joseph B. Musculoskeletal Medicine 1 edition. 2003
32. Giant cell tumor of bone. Dr. Henry Knipe and dr. Behrang Amini et. al.
Available from : https://radiopaedia.org/articles/giant-cell-tumour-of-bone?
lang=us
33. Giant cell tumor of bone. Dr. Nauman Akram. Available from :
https://radiopaedia.org/cases/giant-cell-tumour-of-bone-9?lang=us

22

Anda mungkin juga menyukai