PENDAHULUAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA (FAMILY PLANNING) dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa akhir abad ke – 20 dunia akan mengalami Peledakan Penduduk
(Population Explosion) yang akan berdampak kepada sosial ekonomi seperti kebutuhan
pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Khususnya Indonesia
yang penduduknya mayoritas beragama Islam, berdasarkan sensus penduduk tahun 1961
berpenduduk kurang lebih 97 juta dan menjadi ± 119 juta lebih pada tahun 1971. Apabila
pertumbuhan penduduk ini tidak dikendalikan maka diperkirakan memasuki abad ke – 21
akan berjumlah 3 kali lipat dari jumlah tahun 1961. Oleh karena masalah kependudukan
ini sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka Pemerintah
Indonesia secara khusus mencantumkannya dalam GBHN/TAP MPR 1973, antara lain
dinyatakan :
“Agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan Rakyat dapat
terlaksana dengan cepat, harus dikurangi dengan pengaturan pertumbuhan
jumlah penduduk melalui Program Keluarga Berencana yang mutlak harus
dilaksanakan dengan berhasil, karena kegagalan pelaksanaan Keluarga
Berencana akan mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi tidak
berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan datang. Pelaksanaan
Keluarga Berencana ditempuh dengan cara-cara sukarela dengan
mempertimbangkan nilai-nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa”.
Salah satu pertimbangan tentang perlunya pelaksanaan Keluarga Berencana yaitu
hubungan Keluarga Berencana dan Kesehatan . Hal ini pertama kali di gagas pada
tahun 1913 oleh Margaret Sanger, seorang juru rawat yang bekerja dipinggiran kota
New York, yang menyaksikan betapa banyaknya ibu-ibu yang melahirkan dengan
perdarahan yang berakibat tingginya angka kematian ibu. Ternyata hal ini banyak di alami
oleh ibu-ibu yang terlalu sering melahirkan atau jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Pada saat itu, beliau mulai menggagas atau merintis pelaksanaan Keluarga Berencana
dengan cara-cara sederhana sampai kepada penggunaan cap (topi) mulut rahim untuk
mencegah kehamilan.
Di Indonesia di tinjau dari aspek kesehatan, pelaksanaan Keluarga Berencana sangat
penting mengingat tingginya angka kematian umum dan anak (termasuk kematian ibu
melahirkan) disebabkan antara lain :
pada ibu-ibu dengan resiko tinggi (high risk) bila terjadi kehamilan dan persalinan
(seperti pada panggul sempit, Toxaemia gravidarum, dan lain-lain).
2. Sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia selaku khalifah untuk melaksanakan
fungsi dan peran pengabdian kepada Allah secara utuh, maka hal ini dapat
diwujudkan apabila manusia dapat memenuhi hajat/kebutuhan hidupnya lahir dan
batin, keseimbangan hidup dunia dan ukrawi (nizhamul hayat). Nabi Muhammad SAW
telah menyatakan “bahwa hampir-hampir kemiskinan itu menyebabkan
kekafiran”, dan beliau menyerahkan urusan duniawi kepada umatnya.
3. Dengan mempertimbangkan azas, peranan, manfaat dan tujuan serta pelaksanaan KB
untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga lahir dan batin sesuai dengan tuntunan
Islam sebagai upaya manusiawi maka KB hukumnya MUBAH atau boleh.
PENUTUP:
Dengan mengharapkan taufik dan hidayah Allah SWT semoga Program KB dapat terus
dikembangkan dan disosialisasikan kepada umat demi tercapai kesejahteraan umat lahir
dan batin, Amin