Anda di halaman 1dari 86

Safe Community & SPGDT

Dr.H.Syahrul Muhammad, MARS


Blok Elektif Manajemen Bencana
K 11/2015 (Safe Community & SPGDT).
Bencana aspek kesehatan.

• Suatu kejadian yg menyebabkan terjadinya


banyak korban (pasien gawat darurat), yg
tidak dapat dilayani oleh unit pelayanan
kesehatan seperti biasa, terdapat kerugian
material dan terjadinya kerusakan infrastruktur
fisik serta terganggunya kegiatan normal dalam
masyarakat.
Bencana aspek kesehatan.

• Setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit atau


cedera melebihi kemampuan sistem gawat
darurat yg tersedia dalam memberikan
perawatan adekuat secara cepat dalam usaha
meminimalkan kecacadan atau kematian
(korban massal),
• Disertai dengan terjadinya gangguan tatanan
sosial, sarana, prasarana (Bencana kompleks
bila disertai ancaman keamanan).
Bencana aspek kesehatan.

• Secara nasional kegiatan penanggulangan


gawat darurat sehari-hari maupun dalam
bencana diatur dalam Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT S/B) yg harus diterapkan oleh
semua fihak termasuk masyarakat awam,
dibagi kedalam subsistem pra rumah
sakit, rumah sakit dan antar rumah
sakit.
Siklus Penanggulangan Bencana

X
Response
Kesiapsiagaan X X Tanggap Darurat
1. RESCUE - TRIAGE
2. ACUTE MEDICAL RESPONSE
3. EMERGENCY RELIEF
4. EMERGENCY REHABILITATION

Mitigasi X X Pemulihan

Pencegahan X X Pembangunan
Perlu perubahan paradigma
dlm penanganan bencana
International Decade for Natural Deklarasi Hyugo
Disaster Reduction (IDNDR) 1990-2000 dan Hyugo
Framework for
Yokohama Strategy Plan of Action, 1994
Action 2015 dari
Beijing Action, 2005 resolusi PBB

Cara lama
Cara baru
Tanggap darurat
mitigasi
Pencegahan
kesiapsiagaan
Rehabilitasi
DISASTER

Fix the roof while the


Preparedness sun shine
John F. Kennedy

Keadaan tenang merupakan


kesempatan untuk
mempersiapkan diri, Kesiapan dalam bentuk
memperbaiki kelemahan-
kelemahan, menyempurnakan safe community.
berbagai prosedur pemantapan
organisasi dan lain-lain.
Renkon adl giat pra emergency
kapan kita merencanakannya ?

TNT
Menjelang emergensi
Sekarang ? untuk memaksimalkan
Nanti, kalau informasi ? Merencanakan
Sudah punya Dekat dengan hanya kalau
Info lebih emergensi akibatnya sudah
jauh ? tetapi tidak jelas diketahui ?
terlalu dekat ?
DEKLARASI MAKASSAR 2000

1. Meningkatkan rasa cinta dan bernegara , demi


terjalinnya kesatuan dan persatuan bangsa ,
dimana rasa sehat dan aman merupakan perekat
keutuhan bangsa .
2. Mengusahakan peningkatan serta pendaya gunaan
sumber daya manusia , sarana dan prasarana
yang ada , guna menjamin rasa sehat dan aman ,
yang merupakan hak asasi manusia .
3. Memasyarakatkan Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu Sehari hari dan
Bencana ( SPGDT ) secara efektif dan efisien .
4. Meningkatkan peran - serta masyarakat , dalam
pelaksanaan SPGDT melalui pendidikan dan
pelatihan .

MAKASSAR , 15 NOVEMBER 2000


DEKLARASI MAKASSAR 2000

5. Membentuk Brigade GADAR yang terdiri dari


komponen lintas sektor baik medik maupun non
medik , berperan dalam pelaksanaan SPGDT
dengan melibatkan peran serta masyarakat .
6. Dengan terlaksananya butir – butir diatas ,
diharapkan tercapai keterpaduan antara
pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan
keadaan sehat dan aman bagi bangsa dan negara
( Safe Community ) menghadapi GADAR sehari –
hari maupun bencana .
7. Terlaksananya SPGDT menjadi dasar menuju “
Indonesia Sehat 2010 dan “ Safe Community ”

MAKASSAR , 15 NOVEMBER 2000


SAFE COMMUNITY

ADALAH KEADAAN SEHAT DAN AMAN


YANG TERCIPTA DARI , OLEH DAN UNTUK
MASYARAKAT , PEMERINTAH
MERUPAKAN FASILITATOR DAN PEMBINA
PP No 25 - Th 2000 , Tentang KEWENANGAN PEMERINTAH
PUSAT & PROPINSI ( Sebagai Daerah OTONOMI )
DIBIDANG KESEHATAN
( PELAYANAN GAWAT DARURAT )

1. Penetapan Pedoman Sertifikasi Teknologi GADAR .


2. Penetapan Pedoman Penerapan , Penapisan Dan Pengembangan Teknologi &
Standar Etika GADAR .
3. Penetapan Standar Akreditasi Sarana Dan Prasarana Yan GADAR .
4. Penetapan Pedoman Standar Pendidikan Dan Pendayagunaan Nakes Dibidang
Yan Med GADAR .
5. Penetapan Pedoman Pembiayaan Yan GADAR.

• Manajemen : ad 3
• SDM : ad 4
• Teknologi : ad 1 & ad 2
• Pembiayaan : ad 5
Ada dua aspek penting dalam safe community yaitu
aspek care (pemeliharaan) dan aspek cure
(penanggulangan).

Care berupa perilaku dan lingkungan di


dalam masyarakat ke arah hidup sehat,
peningkatan kesehatan (promotif), upaya Care
pencegahan (preventif), kesiap-siagaan dan
penjinakan (mitigasi).

Cure berupa respons cepat, upaya-upaya


pertolongan, pengobatan (kuratif),
rehabilitasi, SPGDT (Sistem Cure
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).
SPGDT
SISTIM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

ESKALASI

SPGDT-S SPGD-B
SEHARI-HARI BENCANA

PRA-RUMAH SAKIT – PSC >>>>>>>> RUMAH SAKIT

TKP >>>>>>>>>>>>>>>>>> RUJUKAN TERTINGGI


• Awam Umum Ambulans • Dokter • Dokter Spesialis
Comm.Preparedness • Awam Khusus Personel • Perawat • Perawat Spesialis
Prevention • Bidan
Mitigation
KOMUNIKASI
Quick Response
TRANSPORTASI
Masyarakat +
Korban Ambulans PUSKESMAS Class C Hosp Class B / A

• RS
Pra RS
• Antar RS
GELS
Public Safety Center
• Emergency 118
• Security 110
• Rescue 113.
PSC DGN TIM KESEHATAN
SUMSEL DI BANTUL JOKJA
PSC DGN TIM KESEHATAN
SUMSEL DI BANTUL JOKJA
PSC IKUT TIM KESEHATAN
GEMPA JOKJA DI BANTUL
PSC MENGEVAKUASI
KEBAKARAN
MENGEVAKUAI PASIEN DAN
PEMBERIAN AMBUBAG
Tingkat respons atas bencana.
• Akan menentukan petugas dan sarana apa yang diperlukan
ditempat kejadian :
• Respons Tingkat I : Bencana terbatas yang dapat dikelola oleh
petugas sistim gawat darurat dan penyelamat lokal tanpa
memerlukan bantuan dari luar organisasi.
• Respons Tingkat II : Bencana yang melebihi atau sangat
membebani petugas sistim gawat darurat dan penyelamat lokal
hingga membutuhkan pendukung sejenis serta koordinasi antar
instansi. Khas dengan banyaknya jumlah korban.
• Respons Tingkat III : Bencana yang melebihi kemampuan sumber
sistim gawat darurat dan penyelamat baik lokal atau regional.
Korban yang tersebar pada banyak lokasi sering terjadi. Diperlukan
koordinasi luas antar instansi.
TRIASE.
• Triase adalah proses khusus memilah
pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit (berdasarkan yang paling
mungkin akan mengalami perburukan
klinis segera) untuk menentukan prioritas
perawatan gawat darurat medik serta
prioritas transportasi (berdasarkan
ketersediaan sarana untuk tindakan).
Tag Triase
• Tag (label berwarna dengan form data
pasien) yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindentifikasi dan mencatat
kondisi dan tindakan medik terhadap
korban.
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.

• Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera


fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
• Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera
berat yang memerlukan penilaian cepat serta
tindakan medik dan transport segera untuk tetap
hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-
abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial
berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar
berat).
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging

• Prioritas Kedua (Kuning) :


• Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera
yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami
ancaman jiwa dalam waktu dekat.
• Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan
yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera
dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa
shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak
berat, serta luka bakar ringan).
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging

• Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera


minor yg tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana
namun memerlukan penilaian ulang berkala
(cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi
ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa
gangguan jalan nafas, serta gawat darurat
psikologis).
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging
• Sebagian protokol yang kurang praktis membedakan ;
• Prioritas 0 sebagai Prioritas Keempat (Biru) yaitu
kelompok korban dengan cedera atau penyaki kritis dan
berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan
dan transportasi,
• Prioritas Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah
pasti tewas.
Bila pada Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag /
label yang sesuai dan pindahkan kekelompok sesuai.
• Triase Sistem Penuntun Lapangan START.
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi,
perfusi, dan status mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status
Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan kelompok korban
(lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan transport segera
atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini
memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban
yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak
memerlukan transport segera. Resusitasi diambulans.
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging

• Hitam = Deceased (Tewas) ;


• Merah = Immediate (Segera),
• Kuning = Delayed (Tunda) ;
• Hijau = Minor.
• Semua korban diluar algoritma diatas : Kuning.
• Disini tidak ada resusitasi dan C-spine control.
• Satu pasien maks. 60 detik. Segera pindah
kepasien berikut setelah tagging.
• Pada sistem ini tag tidak diisi, kecuali jam dan
tanggal. Diisi petugas berikutnya.
PENILAIAN AWAL.
• Penilaian awal mencakup ;
– protokol persiapan,
– triase,
– survei primer,
– resusitasi-stabilisasi,
– survei sekunder dan tindakan definitif atau transfer ke
RS sesuai
– Diagnostik absolut tidak dibutuhkan untuk menindak
keadaan klinis kritis yg diketahui pada awal proses.
– Bila tenaga terbatas jangan lakukan urutan langkah-
langkah survei primer. Kondisi pengancam jiwa
diutamakan.
Survei Primer…1

• Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-


spine control, breathing, circulation and hemorrhage
control, disability, expo sure/environment).
• Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan
udara menuju paru-paru tidak terhambat.
• Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung,
edema, benda asing dan akibat penurunan kesadaran.
Tindakan bisa hanya membersihkan jalan nafas hingga
intubasi atau krikotiroidotomi atau trakheostomi.
Survei Primer…2

• Nilai pernafasan atas kemampuan pasien akan ventilasi


dan oksigenasi. Temuan kritis bisa tiadanya ventilasi
spontan, tiadanya atau asimetriknya bunyi nafas,
dispnea, perkusi dada yang hipperresonans atau pekak,
dan tampaknya instabilitas dinding dada atau adanya
defek yang mengganggu pernafasan.
• Tindakan bisa mulai pemberian oksigen hingga
pemasangan torakostomi pipa dan ventilasi mekanik.
Survei Primer…3
• Nilai sirkulasi dengan mencari hipovolemia, tamponade
kardiak, sumber perdarahan eksternal. Lihat vena leher
apakah terbendung atau kolaps, apakah bunyi jantung
terdengar, pastikan sumber perdarahan eksternal sudah
diatasi.
• Tindakan pertama atas hipovolemia adalah memberikan
RL secara cepat melalui 2 kateter IV besar secara
perifer di ekstremitas atas. Kontrol perdarahan eksternal
dengan penekanan langsung atau pembedahan, dan
tindakan bedah lain sesuai indikasi.
Survei Primer…4
• Tetapkan status mental pasien dengan GCS dan
lakukan pemeriksaan motorik. Tentukan adakah cedera
kepala atau kord spinal serius. Periksa ukuran pupil,
reaksi terhadap cahaya, kesimetrisannya.
• Cedera spinal bisa diperiksa dengan mengamati gerak
ekstremitas spontan dan usaha bernafas spontan. Pupil
yang tidak simetris dengan refleks cahaya terganggu
atau hilang serta adanya hemiparesis memerlukan
tindakan atas herniasi otak dan hipertensi intrakranial
yang memerlukan konsultasi bedah saraf segera.
Survei Primer…5

• Tidak adanya gangguan kesadaran, adanya paraplegia


atau kuadriplegia menunjukkan cedera kord spinal
hingga memerlukan kewaspadaan spinal dan pemberian
metilprednisolon bila masih 8 jam sejak cedera
(kontroversial). Bila usaha inspirasi terganggu atau
diduga lesi tinggi kord leher, lakukan intubasi
endotrakheal.
Survei Primer…6

• Tahap akhir survei primer adalah eksposur


pasien dan mengontrol lingkungan segera.
• Buka seluruh pakaian untuk pemeriksaan
lengkap. Pada saat yang sama mulai tindakan
pencegahan hipotermia yang iatrogenik biasa
terjadi diruang ber AC, dengan memberikan
infus hangat, selimut, lampu pemanas, bila perlu
selimut dengan pemanas.
Survei Primer…6
• Prosedur lain adalah tindakan monitoring dan diagnostik
yang dilakukan bersama survei primer.
• Pasang lead ECG dan monitor ventilator, segera pasang
oksimeter denyut. Monitor memberi data penuntun
resusitasi. Setelah jalan nafas aman, pasang pipa
nasogastrik untuk dekompresi lambung serta
mengurangi kemungkinan aspirasi cairan lambung.
• Katater Foley kontraindikasi bila urethra cedera (darah
pada meatus, ekimosis skrotum / labia major, prostat
terdorong keatas). Lakukan urethrogram untuk
menyingkirkan cedera urethral sebelum kateterisasi.
RESUSITASI DAN PENILAIAN
KOMPREHENSIF
• Fase Resusitasi.
1. Sepanjang survei primer, saat menegakkan diagnosis
dan melakukan intervensi, lanjutkan sampai kondisi
pasien stabil, tindakan diagnosis sudah lengkap, dan
prosedur resusitatif serta tindakan bedah sudah selesai.
Usaha ini termasuk kedalamnya monitoring tanda vital,
merawat jalan nafas serta bantuan pernafasan dan
oksigenasi bila perlu, serta memberikan resusitasi cairan
atau produk darah
RESUSITASI DAN PENILAIAN
KOMPREHENSIF
• Fase Resusitasi.
2. Pasien dengan cedera multipel perlu beberapa liter
kristaloid dalam 24 jam untuk mempertahankan volume
intravaskuler, perfusi jaringan dan organ vital, serta
keluaran urin. Berikan darah bila hipovolemia tidak
terkontrol oleh cairan.
3. Perdarahan yang tidak terkontrol dengan penekanan
dan pemberian produk darah, operasi. Titik capai
resusitasi adalah tanda vital normal, tidak ada lagi
kehilangan darah, keluaran urin normal 0,5-1 cc/kg/jam,
dan tidak ada bukti disfungsi end-organ. Parameter
(kadar laktat darah, defisit basa pada gas darah arteri)
bisa membantu.
Survei Sekunder.
• Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah
memulai fase resusitasi. Pada saat ini kenali semua cedera dengan
memeriksa dari kepala hingga jari kaki. Nilai lagi tanda vital, lakukan
survei primer ulangan secara cepat untuk menilai respons atas
resusitasi dan untuk mengetahui perburukan. Selanjutnya cari
riwayat, termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau korban
lain
• Bila pasien sadar, kumpulkan data penting termasuk masalah medis
sebelumnya, alergi dan medikasi sebelumnya, status immunisasi
tetanus, saat makan terakhir, kejadian sekitar kecelakaan.
• Data ini membantu mengarahkan survei sekunder mengetahui
mekanisme cedera, kemungkinan luka bakar atau cedera karena
suhu dingin (cold injury), dan kondisi fisiologis pasien secara umum.
Pemeriksaan Fisik Berurutan.

• Diktum “jari atau pipa dalam setiap lubang“


mengarahkan pemeriksaan.
• Periksa setiap bagian tubuh atas adanya
cedera, instabilitas tulang, dan nyeri pada
palpasi.
• Periksa lengkap dari kepala hingga jari kaki
termasuk status neurologisnya.
PEMERIKSAAN PENCITRAAN DAN LABORATORIUM.

• Pemeriksaan radiologis memberikan data


diagnostik penting yang menuntun penilaian
awal.
• Saat serta urutan pemeriksaan adalah penting
namun tidak boleh mengganggu survei primer
dan resusitasi.
• Pastikan hemodinamik cukup stabil saat
membawa pasien keruang radiologi.
Pemeriksaan Laboratorium saat penilaian awal.
• Paling penting adalah jenis dan x-match darah yang harus selesai
dalam 20 menit.
• Gas darah arterial juga penting namun kegunaannya dalam
pemeriksaan serial digantikan oleh oksimeter denyut. Pemeriksaan
Hb dan Ht berguna saat kedatangan, dengan pengertian bahwa
dalam perdarahan akut, turunnya Ht mungkin tidak tampak hingga
mobilisasi otogen cairan ekstravaskuler atau pemberian cairan
resusitasi IV dimulai.
• Urinalisis dipstick untuk menyingkirkan hematuria tersembunyi.
Skrining urin untuk penyalahguna obat dan alkohol, serta glukosa,
untuk mengetahui penyebab penurunan kesadaran yang dapat
diperbaiki.
• Pada kebanyakan trauma, elektrolit serum, parameter koagulasi,
hitung jenis darah, dan pemeriksaan laboratorium umum lainnya
kurang berguna saat 1-2 jam pertama dibanding setelah stabilisasi
dan resusitasi.
KECELAKAAN INDUSTRI
KECELAKAAN INDUSTRI
Bukan kecelakaan kerja

• Keracunan makanan (gangguan pencernaan


dll)

• Perkelahian antar pekerja atau dengan orang


lain dari luar tempat kerja

TETAPI DAPAT
MENYEBABKAN KORBAN MASAL
KECELAKAAN INDUSTRI
& BENCANA DENGAN KORBAN MASAL

• Bhopal India 3 Desember 1984


Korban tewas diperkirakan 20.000 jiwa
(korban , petugas penolong)

• Pabrik kimia Petrowidada Indonesia


2004, Korban tewas 3 jiwa,luka ringan dan
berat 44 jiwa.
BELAJAR PERMASALAHAN BENCANA
BHOPAL

• Keracunan Methyl - Isocyanate , dilingkungan


dengan 800.000 penduduk,

• Hanya tersedia 1 Rumah sakit, sistem


pengamanan (security) kurang baik, mengenai
radius 3 km.

• Gangguan kesehatan yang terjadi adalah


1. Gangguan sistem pernafasan (iritasi jalan nafas, luka
bakar dan sesak nafas).
2. Gangguan pada mata (photophobia, edema
palpebra, ulcus cornea, keratitis)
PERMASALAHAN
• BENCANA ALAM (NATURAL DISASTER)
SUDAH DISIAPKAN

• BENCANA KIMIA (CHEMICAL DISASTER)


APAKAH SUDAH SIAP….?

SAFE COMMUNITY
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT
DARURAT TERPADU (SPGDT)
PENANGANAN LINTAS SEKTOR

• KESIAGAAN FASILITAS KESEHATAN


(DINAS KESEHATAN, RUMAH SAKIT,
PUSKESMAS) DIDAERAH INDUSTRI

• KESIAGAAN RUMAH SAKIT


HOSPITAL DISASTER PLAN

PANDUAN ???
PERMASALAHAN KHUSUS

BENCANA KIMIA
BENCANA INDUSTRI
PERMASALAHAN KLINIS
• Mengetahui bahan penyebab keracunan ,
(keracunan gas biasanya paling besar effeknya)

• Mengetahui kuantitas bahan terpapar yang


menyebabkan keracunan (banyak / sedikit)

• Mengetahui lamanya kontak/ terpapar dengan


bahan tersebut (baru kejadian atau sudah lama/
kronis)
MANIFESTASI KLINIK
• Reaksi lokal.
1. Mengenai kulit : iritasi, luka bakar
2. Mengenai jalan nafas : iritasi, edema,
gangguan pernafasan temporer.( effek korosif
menyebabkan spasme jalan nafas)

• Reaksi sistemik
– Pada sistem pernafasan,
– Pada sistem persyarafan,
– Mengenai darah
PENANGANAN KHUSUS
• Evakuasi harus dilakukan oleh orang – orang
yang terlatih (HAZMAT team) dan menggunakan
perlindungan khusus (proteksi diri) untuk
mencegah kontaminasi.

• Di RS pasien diperlakukan melalui prosedur


khusus DEKONTAMINASI (dimandikan /
dibersihkan) sebelum masuk UGD/ IRD untuk
tindakan medis selanjutnya.
DEKONTAMINASI
• Dilakukan di tempat terbuka
dari RS misalnya halaman
parkir

• Mempunyai fasilitas air


cukup untuk pembersihan
(shower, stretcher)
termasuk pembuangan
limbah
Dilakukan diagnosis
• Menggunakan alat proteksi toxic agent &
diri dan team terlatih pemberian antidotum
jika diketahui dan
• Triage oleh dokter tersedia
berpengalaman
DI RUMAH SAKIT
• Tempat pembersihan (dekontaminasi)
dekat pintu masuk UGD/IRD

• Pertolongan dilakukan sesegera mungkin


dan lakukan triage

• Bila tidak diketahui, semua korban


dianggap terkontaminasi sampai terbukti
tidak
PREPAREDNESS
• Mempunyai daftar substansi kimia yang digunakan di
daerah nya

• Mempunyai prosedur khusus penanganan kecelakaan


industri terutama keracunan bahan kimia

• Mempersiapkan tenaga medis dan non medis terlatih


yang mewakili berbagai bidang

• Mengadakan pelatihan – pelatihan termasuk pelatihan


penyegaran, sistem komunikasi dan pemeriksaan
antidotum secara berkala
KEBERHASILAN
1. Pengambilan keputusan cepat-tepat

2. Dapat dideteksi awal bahan – bahan kimia

3. Penyebaran informasi yang tepat dan jelas

4. Kemampuan mendetoksifikasi/ melakukan dekontaminasi


bahan beracun

5. Penanganan evakuasi korban dengan tepat

6. Pemberdayaan tim medis lapangan dan Rumah Sakit

7. Penggunaan sistem komunikasi dan media yang tepat


DEKONTAMINASI PADA
KORBAN MASAL
DEFINISI & TUJUAN
• DEFINISI: Proses untuk menghilangkan/
menetralkan baik material berbahaya maupun
lingkungan yang mengancam kehidupan.

• TUJUAN :
1. Mencegah bahaya lebih lanjut, bahaya yang dapat
mengancam (potensial terjadi),
2. Mengurangi / mencegah bahaya bagi lingkungan
tempat dilakukan pertolongan maupun petugas
yang memberikan pertolongan.
JENIS BAHAN KIMIA DAN
MANIFESTASI KLINIS
• NERVE AGENTS (MENYEBABKAN GANGGUAN
PERSAYARAFAN / KELUMPUHAN)

• VESICANT ( KULIT MELEPUH/ BLISTER)

• PULMONARY AGENTS (MENYEBABKAN


GANGGUAN PARU)

• CYANOGEN

• RIOT CONTROL AGENT


KARAKTERISTIK KLINIS &
DEKONTAMINASI
• Dekontaminasi awal pada bahan nerve agents tidak
banyak membantu karena berhubungan dekat dgn
persyarafan.
Bahan yg mempengaruhi persyarafan ini akan terpapar
dalam waktu yg lama.

• Dekontaminasi kulit harus dilakukan segera dan efektif,


terutama bila terpapar bahan cairan.

• Pasien yg telah di dekontaminasi atau bahan kimianya


telah diabsorpsi tubuhnya tidak akan menyebabkan
risiko untuk kontaminasi berikutnya.
KARAKTERISTIK KLINIK &
DEKONTAMINASI
• Bagian kulit melepuh (vesicant/ blister) tdk tampak
segera.Terjadi krn dekontaminasi terlambat atau
dekontaminasi yg tdk baik/ tdk benar. Penting
penggunaan air banyak, bila jaringan tetap melepuh
gunakan lagi air

• Mukosa, mata sangat sensitif untuk dekontaminasi


bl menggunakan cairan utk kulit.

• Kelainan pada respirasi gejala sesak, batuk


berdahak, spasme laring, nyeri dada, terjadi edema
paru, hypoxemia, hypovolemia, hypotensi. Perlu
dekontaminasi, intubasi, infus , vasopresor
RIOT CONTROL AGENT
• Nyeri sementara pd kulit, jalan nafas atas,
rhinorrhea, batuk, muntah, spasme
bronkhus, onset cepat tetapi juga cepat
hilang Terapi: simptomatik
JENIS DEKONTAMINASI
• DILAPANGAN : Dekontaminasi tradisional biasa
dilakukan oleh team pemadam kebakaran dan team
khusus respons cepat utk material berbahaya
(hazardous material/ Hazmat team).

• DI RUMAH SAKIT , Lakukan sebelum masuk


UGD/IRD

• KHUSUS ; Dekontaminasi militer.

PROSEDUR perhatikan pemilihan lokasi, keadaan


lingkungan, pengaruh cuaca, kebutuhan bagi penolong
pertama
PRINSIP DASAR DEKONTAMINASI

• Manajemen dan terapi bervariasi.


• Dekontaminasi harus dilakukan cepat & efektif,
jangan menunggu.

• Maksud dekontaminasi cepat


1. Mencegah terjadinya absorbsi bahan kontaminan
2. Melindungi petugas penolong dari kontaminasi
bahan berbahaya.
JENIS DEKONTAMINASI
• Dekontaminasi teknikal ( oleh team
rescue biasanya a.l.oleh team pemadam
kebakaran)

• Dekontaminasi medikal dilakukan oleh


Hazmat team (team hazard material) yang
juga terlatih dan mengetahui
dekontaminasi teknik.
DEKONTAMINASI TRADISIONIL
• Cara tradisionil : dilakukan oleh team dari
dinas pemadam kebakaran.

• Menggunakan tangga pada mobil


pemadam setinggi 20 feet (6 meter/ 3
tangga), tangga ke 4 ditaruh ditengah
untuk pelayanan dalam 2 alur (coridor)
untuk korban laki2 dan wanita. Mesin
penyemprot dinyalakan dengan
menggunakan tekanan rendah (60 psi)
dengan ujung yg menyemprot menyebar
(spray fog nozzles).
PENANGANAN KORBAN MASAL
BENCANA KIMIA DI RS
SIAPKAN SHOWER
(digunakan tempat parkir)

JALAN MASUK BAG EMERGENCY DIGUNAKAN DEVIDER/ PEMISAH


SINGAPORE GENERAL HOSP. BERUPA TIRAI MEMBENTUK
DIGUNAKAN SBG AREA DEKONT. RUANG
HAZMAT TEAM I

GUNAKAN ALAT POTEKSI DIRI

PENANGANAN PASIEN BARU


TURUN DARI AMBULANS
HAZMAT TEAM II
BUKA SELURUH PAKAIAN, SESUAI
PROSEDUR “ABC” MANAGEMENT

HAZMAT TEAM II BERSIAP


MELANJUTKAN DEKONTAMINASI

DIGUNAKAN TANDU DARURAT


DECONTAMINATION TRIAGE
• Dilakukan pd korban masal terutama pd korban yg terkontaminasi bahan
kimia.
• Prinsipnya sama dgn triage utk korban masal lainnya dgn memberikan
prioritas layanan ;
– Prioritas utama , layanan cepat bagi pasien dgn ancaman kematian &
perlu tindakan segera. (label merah-kuning)
– Prioritas berikut :Pasien yg dapat berjalan dan tidak ada gejala. (label
hijau)
– Prioritas terakhir : Pasien yg meninggal.
PRIORITAS DECONTAMINATION
• Pasien yang terkontaminasi uap/ gas /asap
berbahaya (Gangguan respirasi)
• Pasien yang kulit dan pakaiannya tercemar
bahan kimia (Cegah absorbsi)
• Pasien dengan keluhan dan gejala klinis yg
serius (frekuensi nafas cepat, pergerakan thorax
tdk normal)
• Pasien dengan trauma
DEKONTAMINASI DI LAPANGAN
• Perhatikan arah angin (lokasi “upwind” ).
• Perhatikan kemiringan lokasi (arah air
limbah)
• Tersedianya sumber air
• Tersedianya peralatan dekontaminasi
• Keamanan lokasi
• Fasilitas medis yg ada
• Penyediaan kebutuhan perorangan
(individual supplies)
DEKONTAMINASI DI LAPANGAN

Bila semua fasilitas tersedia dalam 1 jam


diharapkan dapat dilakukan dekon
taminasi pada 200 korban yg bisa berjalan
sendiri dan 30-35 korban yg tdk bisa
bergerak/ perlu tandu.
DEKONTAMINASI DI LAPANGAN
PASIEN BISA BERJALAN SENDIRI
BUAT RAMBU PENUNJUK
PASANG TENDA2 DGN SHOWER
DAN TEMPAT PEMBUANGAN
LIMBAH

TEMPAT SAMPAH UTK PAKAIAN


TERCEMAR, SETIAP PASIEN DPT
MENGGUNAKAN SHOWER
MASING DAN SATU ARAH MASUK
& KELUAR
DEKONTAMINASI DILAPANGAN
PASIEN DGN TANDU/BRANKAR
TENDA CUKUP LUAS TERBAGI 2
BAGIAN PERTAMA UTK MELEPAS
PAKAIAN & MANDIKAN SHOWER

TENDA KEDUA BERSAMBUNG


UTK MENGERINGKAN DAN
MEMAKAIKAN PAKAIAN
PENANGANAN DI LAPANGAN
• Buka semua pakaian (sendiri atau oleh
pertugas terlatih)

• Letakkan pakaian pada tempat pakaian kotor


dan diikat erat.

• Semua benda yg dikenakan lepas taruh


dalam plastik beri label
PENANGANAN DI LAPANGAN
• Siapkan cairan dekont. Korban bisa berjalan
dgn shower beri sikat, korban dg tandu dgn
sponge kearah bawah. Minimal 3 menit

• Cuci dengan air bersih (bila tersedia monitor


kontaminant). Tidak perlu air hangat krn
membuka pori2

• Berikan pakaian kering, monitor keadaan


medis, buat dokumentasi, bawa/ transport ke
rumah sakit
DEKONTAMINASI TIDAK BENAR
Ruangan beri pembatas atau penutup, perhatikan limbah,
Pakaian korban tidak dibuka, jumlah air harus cukup banyak
DEKONTAMINASI TIDAK BENAR
• Pakaian pasien
tidak dibuka

• Petugas tidak boleh


masuk kedaerah
bersih

• Petugas pengganti
didaerah yang telah
didekontaminasi harus
sudah siap menerima
pasien
ALAT PROTEKSI DIRI UNTUK SARS DI
UGD/IRD

DAPAT DIGUNAKAN UNTUK


PROTEKSI DIRI PADA
DEKONTAMINASI
RUMAH SAKIT SIAPKAH?
BAGAIMANA SEKARANG
APAKAH KITA SUDAH SIAP

MAU RAPAT DULU YA NANTI SAAT TERJADI


BENCANA

Anda mungkin juga menyukai