OLEH :
LINDA KUSUMA DEWI
NIM. 2020102
A. Pengertian
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur,
pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving , yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi. Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat
Darurat yang terpadu antara Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai
tambah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus Gawat
Darurat sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah
Indonesia.
2. DASAR HUKUM
● UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
● UU No.44 Tahun 2009 tentang RS
● UU No. 24 Tahun 2007 ttg Penanggulangan Bencana
● Kepmenkes No. 783/Menkes/SK/X/2006, ttg Pembentukan Pusat Bantuan
Penanggulangan Krisis Regional
● Kepmenkes No. 856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi pelayanan gawat
darurat di rumah sakit.
● Kepmenkes No. 876/Menkes/SK/XI/2006, ttg Kebijakan dan Strategi Penanganan Krisis
dan Masalah Kesehatan Lain
● Kepmenkes No. 145/Menkes/SK/I/2007, ttg Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang
Kesehatan
● Kepmenkes No. 679/Menkes/SK/VI/2007, ttg Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Regional
SPGDT-B (Bencana) SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan
Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari.
Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
Tujuan Khusus :
1. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
3. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
B. Pengembangan SPGDT
Pengembangan SPGDT-S dan SPGDT-B memerlukan beberapa hal yang terlibat,
diantaranya yaitu:
1. Semua jajaran kesehatan
a) Departemen kesehatan
b) Direktur RS
c) Puskesmas
d) Dinas kesehatan
e) Kepala IGD
f) Dokter, perawat, petugas kesehatan
g) Dan unit kesehatan lain (PMI)
2. Jajaran non kesehatan
a) Pemerintah daerah tingkat I dan II
b) POLRI
c) Satuan laksana penanggulangan bencana
d) Pemadam kebakaran
e) Penyandang dana (Askes, Jasa Raharja, Jamsostek)
f) Dan komponen-komponen masyarakat lain
3. Koordinasi
a) Kesehatan - non kesehatan
b) Antar ksehatan – ABRI, POLRI, swasta, pemerintah
c) Intra kesehatan – puskesmas – rumah sakit
a) Organisasi Penanggulangan Bencana
Berikut ini merupakan organisasi penanggulangan bencana:
a. Satgas Kesehatan
b. Satgas Pekerjaan Umum
c. Satgas Keamanan dan ketertiban Masyarakat
d. Satgas Sosial
b) Alur Penanggulangan
Bencana
Berikut ini
merupakan alur
pelayanan medis
di lapangan pada
penanggulangan
bencana:
Dalam hal ini rumah sakit harus sanggup memberi pelayanan secara cepat, tepat, cermat,
nyaman, dan terjangkau untuk mencegah kematian dan kecacatan. Berikut ini label triage
dan keterangan tindakan yang harus dilakukan:
2. Kuning (Boleh Ditangguhkan)
a. Keadaan tidak mengancam Jiwa
b. Segera ditangani bila yangmengancam Jiwa sudah teratasi